【Catatan opsional——Bagian dari bab ini dan beberapa bab berikutnya memiliki keterkaitan alur dengan "Bab Kedatangan Awal Berenergi (101-103)" di buku ini. Jika ada konten yang terasa déjà vu, ini bukan kebetulan.】
Kontroversi yang ditimbulkan Paman Fei Chai mereda setelah empat lima hari.
"Transformasi"-nya di momen krusial tidak hanya membantunya meraih match point【Aliansi Sampah】melawan【Ice Emperor】dalam kondisi kurang menguntungkan, tapi juga membuat lawan di ronde kesebelas kabur ketakutan.
Meski menggunakan frasa "mengalahkan musuh tanpa bertempur" untuk menggambarkan hal ini agak menodai pepatah kuno, tapi pada dasarnya... benar-benar seperti itu maksudnya.
Hingga pagi hari tanggal 12 April, Dream Company merilis pengumuman tambahan di situs resmi tentang pengunduran diri tim【Brotherhood】. Setelah melihat pengumuman, para pemain secara luas menyatakan... sepenuhnya memahami dan menghormati keputusan mereka.
Tentu saja, meskipun ada tim yang mengundurkan diri mendadak, hasil pencocokan tidak akan berubah.
Berdasarkan Daftar Kandidat, di ronde kesebelas, tim yang mendapat Bye secara acak tetap【Order】; Sekalipun ada tim yang mundur tiba-tiba, perusahaan game tidak akan melakukan hal tidak profesional seperti "mengubah tim yang sudah ditetapkan mendapat Bye untuk mengisi posisi kosong karena perubahan jumlah tim".
Dengan demikian, fakta【Order】mendapat Bye tetap berlaku, sedangkan【Aliansi Sampah】yang seharusnya bertanding melawan【Brotherhood】juga secara dini dinyatakan lolos.
Pada ronde ini, tim yang benar-benar akan bertarung berjumlah 24 tim, artinya ada dua belas duel.
Memasuki tahap S3 ini, tidak ada lagi istilah "pertarungan fokus" karena sisa tim... sekalipun non-profesional, semuanya adalah petarung ulung.
Bisa dikatakan setiap pertandingan memiliki daya tariknya sendiri.
Namun, jika harus memilih duel dengan perhatian tertinggi, pastilah duel antara 【Garis Depan Neraka】VS【Jianghu】.
……
Pukul 00.00 tanggal tiga belas, waktu pertandingan tiba.
【Loading telah selesai】
【Peak Battle S3, Ronde Kesebelas】
【Lokasi: Wanli Kuangsha】
Bersamaan dengan bunyi notifikasi, pemain dari kedua tim di-teleportasi ke ruang penonton masing-masing.
Wanli Kuangsha adalah tempat legendaris di dunia 'berenergi' yang penuh cerita.
Pasir di sini pernah mengubur tulang manusia, ternoda darah dewa; mengalami ritual Pembaptisan Naga Api Delapan Bagian, menyaksikan pelepasan senjata Sang Santo Pedang... Banyak nyawa melayang di sini, banyak kisah berakhir dengan titik nada.
Sebagai medan perang besar, tempat ini sangatlah ideal.
【Pertandingan akan dimulai tiga puluh detik kemudian】
Saat suara pengumuman terdengar, kilatan cahaya putih menyambar-【Feng Bujue】dan【Kuangzong Jianying】... memasuki medan perang.
"Ha..." Saat mata mereka bertemu, kedua sisi mulut mereka secara spontan melengkung, menampilkan senyuman penuh makna.
Hitungan mundur berlalu cepat, keduanya tetap diam tanpa persiapan apa pun.
Hingga teriakan "Fight" bergema, mereka masih saling tersenyum dan berdiri berhadapan...
“Benar-benar nostalgia.” Setelah penghalang lenyap, Feng Bujue yang pertama berbicara.
“Ya...” Jian Shao menyambung, “Mengingat kembali sekarang... Rasanya sudah seperti kejadian bertahun-tahun lalu.”
Pada titik ini, situasi yang dimaksud berdua tentu adalah momen pertemuan pertama mereka...
Saat itu, adalah mode permainan pembantaian pertama Feng Bujue, dan lawan dalam pertarungan satu lawan satu pertamanya adalah Kuangzong Jianying.
Waktu itu level mereka berdua baru level 15, dan pertarungan itu sama sekali tidak ada penonton.
Kini, keduanya telah menjadi pemain Top-Tier level 60 yang dikenal semua orang; panggung tempat mereka berdiri pun telah menjadi medan perang puncak yang jadi sorotan publik.
“Mungkin... inilah yang disebut 'takdir'.” Kata Feng Bujue, “Sejujurnya... aku benar-benar tidak menyangka akan bertemu denganmu di 'Pertempuran Perintis' ini.”
“Ha...” Jian Shao tersenyum mendengar itu, “Takdir atau kebetulan... Mengingat situasi sudah begini, justru kurasa ini hal baik...” Sambil berkata demikian, ia perlahan mengangkat tangan dan menarik pedang di pinggangnya, “...Pasti kau masih ingat, saat itu, pertarungan kita tidak ada pemenangnya.”
Ini benar. Saat itu di bawah Tebing Mayat Gantung, pertarungan mereka terputus di tengah jalan karena disela Yan Guiren. Hasilnya, mereka berdua dipaksa keluar dari quest tanpa mendapatkan hadiah.
“Baiklah... Ingat, ingat.” Feng Bujue mengulurkan suaranya dengan lesu, “Kalau 'Takdir' sudah mengatur seperti ini, kali ini... aku siap kapan saja.”
"Sampai di sini," kedua orang itu menghentikan percakapan; ekspresi mereka, bersama dengan suasana di sekitarnya... perlahan menjadi penuh keseriusan.
Aura pembunuhan mengental bagai badai akan datang.
Langit yang awalnya terik tiba-tiba berubah berawan bergulung, seakan Langit Bumi pun gemetar menyambut duel yang akan segera terjadi.
Para penonton pertandingan, termasuk komentator di saluran siaran langsung, terbawa suasana ini——menahan napas, sunyi tanpa suara.
Akhirnya, setelah penyanderaan yang mencekik, sama seperti duel terakhir mereka, Kuangzong Jianying... pertama kali bertindak.
Terlihat, aura tempur membara menyelimuti tubuh Jian Shao saat mengayunkan pedang, tiba-tiba melesat ke atas.
Pedang bagai lautan, energi bagai ombak, dahsyat bagai awan bergerak, momentum bagai kemurkaan langit.
Melihat jurus itu, Feng Bujue tanpa ragu berputar dan melesat.
Tubuhnya lincah bagai naga, mengepak bagai sayap, lolos dari pertarungan dengan gesit, meninggalkan debu.
"Hmph..." Jian Shao tersenyum melihat Jue Ge menggunakan taktik yang sama seperti sebelumnya; kemudian, dengan nada opera Beijing, ia berteriak keras, "Ha——"
Saat teriakan bergema, Kuangzong Jianying menyapu energi ke mata pedang, bilah pedang tiba-tiba memancarkan kilatan dingin yang mengguncang.
Pada detik jurus terlepas, cahaya pedang menjadi satu-satunya gerakan, fokus yang membekukan adalah ketajaman pemahaman.
Hal yang dulu membutuhkan kemampuan khusus gelar, kini bisa dilakukan dengan kemampuan fisik biasa... Hanya dengan percepatan ledakan, Jian Shao menghapus jarak belasan langkah di antara mereka.
Pada detik ia berputar menghadap musuh, Kuangzong Jianying sudah mengayunkan pedangnya.
Duang——
Detik berikutnya, cahaya api menyembur, dentang logam bergema.
Menghadapi serangan tajam Jian Shao, Feng Bujue mengangkat 【Z Kunci Pipa】 untuk menahan; Meski berhasil menahan dengan stabil, dia sadar... ini baru permulaan.
Tepat seperti dugaannya, sebelum tenaga serangan pertama habis, serangan lanjutan Kuangzong Jianying sudah tiba.
Pedang kilat menari-nari bagai kupu-kupu di hamparan bunga.
Angin pisau membayangi seperti wewangian menempel pakaian.
Gesekan mata pedang bagai melodi maut yang dimainkan.
Aura tempur melilit seperti angin dan awan yang berbalik arah.
Sebagai salah satu pendekar pedang terkuat di game Taman Horor, Kuangzong Jianying tak mengecewakan namanya... Hanya dengan jurus biasa, serangannya sudah membuat orang tak sempat berkedip dan terpana.
Di sisi Feng Bujue... tak kalah mengagumkan; Dengan Kesadaran Jiwa yang terpancar, ia mengelak dengan lincah sambil mencari celah.
Meskipun pedang lawan menutupi seperti jaring, kilau pisau bagai fosfor, Jue Ge tetap bisa menyelinap tanpa luka. Dibanding pertarungan mereka dulu... kemajuan Feng Bujue jelas lebih pesat.
"Ha... Bagus!" Jian Shao tak heran, malah memuji lawannya.
Suaranya belum reda, skill-nya sudah dilepaskan.
Jian Shao sekarang tentu tak mungkin menggunakan jurus sopan 【Tusukan Langkah Panjang】 level 15 untuk menghadapi Jue Ge... Jurus pedang yang dia gunakan kini adalah skill Level A bernama 【Tiga Chi Musim Gugur】.
Saat itu juga, energi pedang berhamburan, menembus langit, jurus mengerikan yang mematikan menghampiri.
Tapi jurus ini... justru meleset.
Sekejap mata, angin dingin menyapu bayangan, bayangan darah merobek kekosongan... Feng Bujue langsung mengaktifkan 【Spiritual Awareness Body Convergence Technique - Ekstrem】, memanfaatkan kecepatan yang meledak untuk menghindar dari skill Level A dengan sempurna.
"Kau juga tidak buruk..." Setelah menghindar dari jurus pedang, Jue Ge langsung menerjang maju, mengayunkan kunci pipa untuk melancarkan serangan balik.
Jurus mengamuk, jurus pamungkas pedang gila yang melawan, bayangan kedua pihak saling bersilangan, jurus datang sambut, sesaat sulit ditentukan pemenangnya.
Pada titik ini, sekilas pertarungan keduanya terlihat sangat meriah dan spektakuler, tapi sebenarnya mereka sama-sama paham... Sejak Jian Shao memulai serangan pertama hingga saat ini, pada dasarnya mereka masih dalam mental "bermain" yang mereplikasi duel terakhir; perbedaannya, hal yang sama... dulu dilakukan dalam kondisi genting hidup-mati, sekarang... kedua pihak tampak santai.
Tapi "pemanasan" seperti ini jelas tidak bisa terus berlanjut... Saat ini, mereka sudah harus mulai serius.
……
Awan mengerikan berarak, angin kencang menderu.
Takdir ditentukan, pasir gurun mengamuk.
Siapa menang? Siapa kalah? Siapa mati? Siapa hidup?
Ingin tahu kelanjutannya? Simak bab berikutnya.
