"Aku masih butuh waktu sebentar." Meski suara ribut di kejauhan seperti serbuan monster, Sid yang sedang menempelkan tangannya di dahi Jue Ge tetap tenang, "Sambil mentransfer kekuatan," katanya santai ke yang lain.
"Sial..." Simon mendengus kesal, menatap lawan bicaranya, "Merepotkan sekali..."
Meski menggerutu, langkahnya tetap melesat menuju sumber auman di celah tanah itu.
Di sisi lain, Vincent menghampiri Gu Chen, menepuk bahu pria itu: "Kita juga harus berangkat. Situasi di tempat lain mungkin lebih buruk dari sini. Jika terlambat, mungkin tak ada lagi yang hidup."
"Baik." Gu Chen menjawab dengan nada datar.
Tampaknya... mereka sama sekali tidak khawatir dengan keselamatan Simon.
Demikianlah, di tengah suara tawa "Hehehe", Gu Chen mengikuti Vincent dan Woody melakukan teleportasi meninggalkan area ini. Tepat saat mereka menghilang, monster dari celah di bawah lantai itu... akhirnya merangkak keluar.
Makhluk ini memiliki ciri-ciri reptil dari kepala, punggung, hingga ekor... Leher yang panjang dan ramping, tulang belakang berduri yang menonjol, serta ekor raksasa yang panjangnya lebih dari setengah total tubuhnya membuatnya terlihat seperti kadal jenis tertentu. Namun selain "garis punggung" ini, bagian tubuh dan anggota geraknya lebih mirip anjing... Tentu saja anjing yang dimaksud berukuran tubuh lebar dan kekar, panjangnya lebih dari 100 meter, cukup besar untuk menelan dinosaurus sekaligus.
Selain senjata biologis umum seperti ukuran tubuh raksasa, gigi tajam, dan cakar, monster ini juga memiliki kulit seperti batu berwarna hampir hitam (sangat keras); Mulut, mata, serta pola kulitnya memancarkan cahaya api seperti lava (tahan panas ekstrem)...
Dari perspektif orang normal, untuk menghabisi makhluk seperti ini setidaknya perlu senjata level M.O.A.B (Massive Ordnance Air Burst, dijuluki juga "Mother Of All Bombs"); Jika mengirim pesawat tempur atau sejenisnya, kemungkinan besar akan berubah menjadi situasi seperti pasukan manusia dalam serial Ultraman yang hanya menggaruk-garuk monster. Adapun mengirim prajurit... itu sama mustahilnya dengan cerita dongeng, kecuali prajurit tersebut terpapar radiasi sinar gamma atau sebenarnya adalah prajurit dari Nebula M78 yang menyamar...
Namun, dari sudut pandang Simon, pertempuran di hadapannya ini tidak bisa disebut sebagai situasi besar.
Dengan langkah ringan, dia berlari menuju monster itu. Saat jarak mereka sekitar dua ratus meter lebih, makhluk itu menyadari kehadirannya dan... langsung mengeluarkan auman mengerikan yang penuh ancaman.
Meski ukuran tubuh monster puluhan kali lebih besar dari Simon, reaksinya saat ini persis seperti Chihuahua yang melihat singa berlari ke arahnya.
"Groooaaak——" Sebelum auman itu selesai, monster sudah menyadari bahwa Simon bukan musuh yang bisa diusir dengan ancaman. Tiba-tiba ia mengibaskan ekor raksasanya ke atas kepala, mengarahkan ujung ekor ke Simon, dan melepaskan semburan cahaya ungu.
"Semburan Energi Yì..." Menghadapi sinar sebesar gerbong kereta ini, Simon dengan dingin mengangkat jari telunjuknya. Dari ujung jarinya, terlontar peluru energi merah yang langsung menerjang lintasan cahaya ungu.
Saat dilepaskan, peluru energi itu hanya seukuran bola basket. Tapi semakin jauh terbang, volumenya justru membesar—dalam sekejap diameternya sudah melebihi lima meter...
Begitu bersentuhan dengan Semburan Energi Yì, jurus Simon dengan mudah melahap energi ungu lawannya, lalu terus menerjang maju tanpa halangan.
Meski monster itu ketakutan dan buru-buru "menundukkan kepala menyembunyikan ekor", ujung ekornya tetap "tersapu" oleh peluru energi yang melayang melewati; Lava membara mengalir seperti darah dari ekor terpotong monster itu, di mana pun tetesannya jatuh, lantai meleleh dan panas melonjak drastis.
Sementara peluru energi yang dilepaskan Simon terus melesat ke langit, lenyap di balik lapisan awan.
"Senior." Sid yang melihat kejadian ini menunjukkan ekspresi frustasi, mengingatkan, "Itu... sekarang ruang-waktu kacau, zona-zona di alam semesta terhubung secara melengkung... Jarak menjadi sangat dekat, kalau kau melempar 'Supernova' sembarangan begini, bagaimana jika ada planet di jalur..."
"Jangan banyak omong, lagian sekarang kemauan alam semesta juga setengah lumpuh." Simon menyela sebelum Sid selesai bicara, "Kalau masih cerewet akan kulempar juga ke arahmu."
Mendengar ini, Sid hanya bisa mencibir dan diam.
Beberapa detik kemudian, Simon akhirnya berlari santai mendekati monster itu. Tanpa berpikir panjang, ia melompat dari tanah dan terbang langsung menuju mulut raksasa yang memancarkan cahaya api membara.
Melihat situasi ini, monster itu mengaum lagi dan mengayunkan cakar raksasa ke arah Simon... Meski tubuhnya besar, kecepatannya sama sekali tidak lambat. Kekuatan cakarnya sangat dahsyat, bahkan tekanan angin dari ayunan cakar saja bisa memecah ombak dan mematahkan hutan.
Bang——
Pada saat cakaran monster datang, Simon meluruskan lengan kirinya dan menyodokkan tinju... Setelah dentuman keras, seluruh lengan monster yang digunakan untuk menyerang itu hancur berkeping-keping.
Belum selesai, momentum Simon yang melesat ke atas setelah menghancurkan cakar raksasa sama sekali tidak terhambat atau melenceng. Satu detik kemudian, dia sudah mencapai posisi sejajar kepala monster.
Monster raksasa itu menyadari ini saat genting, langsung menyemburkan lava dari tenggorokan disertai aliran api bergelora, berusaha mengusir Simon dengan serangan suhu tinggi ini.
Tapi Simon menghujatnya. Menghadapi dua aliran lava-api itu, dia menyapu dengan satu pukulan.
Energi iblis yang liar membelah langit dan dimensi, membuat lava mengalir terbalik dan api ekstrem padam seketika... Bahkan sebelum tinju Simon menyentuhnya, angin tinju telah meledakkan kepala monster.
Setelah serangan itu, seluruh bagian di atas dada monster berubah menjadi serpihan batu berbagai ukuran. Serpihan-serpihan yang berlumuran lava ini menyala di udara... Berkembang dan jatuh bagai kembang api yang beterbangan.
Momen megah ini seakan membuat waktu berhenti. Setelah jeda seperti slow motion... Tubuh monster yang tersisa jatuh dengan suara boom persis ke dalam celah tanah, menimbulkan gemuruh seperti gempa.
"Sepertinya kamu sama sekali tidak terkejut." Sementara itu, Sid yang sedang "mentransfer kekuatan" ke Feng Bujue mulai berbicara, "Biasanya manusia akan terkejut atau bersemangat melihat situasi seperti ini, setidaknya sedikit?"
"Apa yang perlu disemangati? Ini cuma pertarungan antara Superman di masa kejayaannya melawan seorang prajurit (di sini 'prajurit' merujuk pada BOSS akhir quest utama di - 'Warrior', makhluk purba di Planet Pandora). Perbedaan kekuatan yang terlalu besar justru mengurangi daya tarik." Feng Bujue melanjutkan, "Tapi... karena sudah melihatnya, aku ingin bertanya... dibandingkan dengan kekuatan tempur Senior Simon yang sedang ditunjukkan saat ini, kira-kira berapa persen kemampuanku setelah menerima kekuatanmu?"
"Hmm..." Sid berpikir sejenak, "Jika pukulannya dinilai sepuluh, kamu yang telah menerima Kekuatan Suci dan Iblis Ganda... mungkin sekitar tiga."
"Oh..." Feng Bujue mengangguk, "Bahkan dengan itu, tetap bisa membunuh siapa saja yang menghalangi, termasuk dewa sekalipun?"
"Jangan salah paham." Sid menambahkan, "Seperti yang kau katakan sendiri, ini penilaian berdasarkan 'performa'..." Dia berhenti setengah detik, "Dia sepuluh karena itu batas maksimal yang bisa ditunjukkan melawan lawan ini. Tapi sebenarnya kekuatan pukulan penuhnya mungkin seratus, bahkan seribu. Sedangkan kamu tiga... karena memang hanya segitu." "Kalau begitu... tidak bisakah kau memberiku lebih banyak kekuatan?" Feng Bujue langsung bertanya.
“Dengan kekuatan yang saat ini kuberikan padamu, ini sudah jauh melebihi batas yang bisa ditanggung manusia normal. Jika bukan karena penyatuan dimensi yang membuat kemampuan fisikmu mendekati karakter game, bahkan 'tiga' ini pun tak akan sanggup kau tanggung.” Sid menambahkan.
“Ck...” Feng Bujue yang menyadari tak bisa lagi menghisap keuntungan tambahan dari lawannya, mendengus pelan lalu bertanya, “Lalu, kira-kira seberapa kuat levelku sekarang?”
“Jika hanya membahas kemampuan fisik dan intensitas energi... masih lebih lemah dibanding bentukmu saat meminjam kekuatan 'Chuck Norris' di dunia game.” Jawab Sid.
“Bagaimana dengan skill? Item atau peralatan?” Feng Bujue bertanya lagi.
“Tentu saja semua item dan peralatan tidak ada. Untuk skill... hanya yang sudah 'kau kuasai' sendiri yang bisa digunakan.” Sid berbicara sambil berpikir, “Hmm... banyak hal yang bisa dilakukan di dunia data juga tak bisa kau lakukan sekarang... atau akan sulit dilakukan. Tapi batasan pastinya harus kau uji sendiri... Soalnya ini pertama kalinya aku menghadapi fenomena korosi dimensi. Yang kusampaikan ini hanyalah hasil pengamatanku pada dirimu, untuk yang tak teramati maaf tak bisa kubantu.”
Saat mengatakan ini, tangan Sid perlahan terangkat meninggalkan dahi Jue Ge.
“Sudah, kekuatan yang bisa kuberi sudah cukup. Aku harus pergi.” Sid berbalik sambil berteriak pada Simon yang sedang menjauh, “Senior! Tunggu aku ikut!”
“Eh, kamu belum memberitahu ke mana harus mencari Takdir.” Feng Bujue segera menyahut.
“Pilih saja arah sembarangan dan berjalanlah.” Sid menjawab sambil kembali menatap Jue Ge, namun langkahnya menjauh tak berhenti... Ia terus berjalan mundur menuju arah Simon sambil berbicara, "Saat ini dunia nyata dan dunia game seperti potongan puzzle yang tak terhitung jumlahnya saling terpilin. Setiap pintu atau sudut bisa menjadi celah ruang-waktu. Tanpa koordinat posisi, tak ada yang bisa memastikan tujuan setelah melewati celah... Tapi ada hubungan khusus antara dirimu dengan 'Takdir'. Setiap wilayah yang kau lewati akan mendekatkanmu sedikit demi sedikit pada 'Takdir'... Cukup, aku harus segera pergi." Sampai di sini, ia buru-buru berbalik dan berlari kecil mengejar siluet punggung Simon, "Senior! Tunggu aku! Aku baru saja memberikan banyak kekuatan, sendirian tidak aman!"
Melihat sosok yang menjauh itu, Feng Bujue tak bertanya lagi. Sebelum Sid selesai berbicara, ia telah mencoba mengaktifkan "Perspektif Data" - dan... berhasil.
Pada momen ini, mata berkilauannya memandang dunia yang terjalin dari elemen 'data' dan 'realitas' yang berbeda sifat. Baru sekarang Jue Ge menyadari bahwa 'realitas' pun bisa dipandang sebagai 'kode', namun aturannya sangat berbeda dengan kode penyusun dunia game.
Melalui pengamatan dan perenungan terhadap dunia semi-data yang aneh dan kacau ini, Feng Bujue segera mengonfirmasi sebagian aturan penerjemahan timbal balik antara dua jenis kode; Dua menit kemudian, ia mengunci jalur yang diduga menuju ruang-waktu lain, lalu menyusuri jalan tersebut hingga tiba di reruntuhan bangunan.
Setelah menghabisi makhluk humanoid misterius yang menyembul dari sudut ruangan dengan kantung laba-laba di punggungnya menggunakan tangan kosong, Feng Bujue berhasil menemukan sebuah "celah ruang-waktu".
Itu adalah pintu masuk ruang bawah tanah berbentuk persegi yang sedikit lebih tinggi dari permukaan tanah. Dalam cahaya remang-remang, ia terlihat seperti gumpalan logam hitam legam, namun bila dilihat melalui Perspektif Data, sinarnya justru menyilaukan.
Feng Bujue membuka paksa tutup logam yang sudah berkarat dan tak bisa dibuka normal itu dengan kekuatan lengannya. Bagian bawahnya menyerupai lubang gelap yang tak tembus cahaya, tapi Jue Ge langsung terjun tanpa ragu.
Kemudian, ia merasakan sensasi "kehilangan gravitasi" sementara pandangannya gelap total; Ini adalah indra perasaan khas teleportasi yang sudah akrab bagi pemain Taman Horor...
Entah berapa lama kemudian, ketika kesadaran Feng Bujue kembali, ia sudah berdiri di tengah hutan dan pegunungan. Udara di sini lebih lembab daripada lingkungan sebelumnya, dengan cahaya yang menembus kanopi hutan menunjukkan ruang ini sedang dalam kondisi siang hari.
Feng Bujue tak ingin berlama-lama di mana pun. Begitu kakinya mantap, ia segera mengaktifkan Perspektif Data untuk mencari celah ruang-waktu berikutnya.
Tak disangka, tepat saat ia menoleh dan menyapu pandangan, tiba-tiba dua bayangan manusia dengan kecepatan luar biasa masuk ke dalam bidang penglihatannya.
