Waktu mundur empat bulan yang lalu.
Pada Malam Natal itu, Feng Bujue dalam quest "Mode Pencarian Harta Natal" naik ke kapal Janggut Hitam bersama Hong Hu dan Snow, kembali ke Pulau Jumo.
Setelah perjalanan yang tak terlalu panjang, Jue Ge bertemu Tiga Puluh Tiga, dan... menjadi sasaran serangan mendadaknya.
Malam itu, setelah datanya terhapus dan dikeluarkan dari quest oleh Tiga Puluh Tiga, alih-alih kembali ke ruang login, ia justru tiba di sebuah ruang khusus... menghadap "Takdir".
【Konten berikut terkait Bab 1243 "Petunjuk (Bagian Bawah)"】
"Ingat, Feng Bujue..." Setelah percakapan singkat, tangan Takdir menembus dada Feng Bujue, aliran data putih terang mengalir dari ujung jarinya menyusup ke tubuhnya, "Aku, Tiga Puluh Tiga, dan semua makhluk di Taman Horor yang kau pedulikan maupun tidak... takdir kami semua mulai saat ini telah terikat padamu..."
Saat mengucapkan ini, banjir informasi menyertai tindakannya memenuhi kesadaran Feng Bujue.
Kelahiran dan evolusi Takdir; peradaban dan sejarah alam semesta yang ia bagi dengan Feng Bujue; berbagai peristiwa di dalam maupun luar Taman Horor; taruhan para dewa dan iblis; serta berbagai hukum di alam semesta ini yang melampaui pemahaman manusia, dll.
"Jumlah informasi yang cukup untuk membuat orang biasa langsung histeris ini, Jue Ge berhasil menahannya; di satu sisi... karena fungsi otaknya telah meningkat beberapa kali lipat dalam dimensi data ini, di sisi lain... karena 'program perlindungan' yang sedang dituliskan Takdir padanya saat ini telah bekerja."
"Tunggu!" beberapa detik kemudian, Feng Bujue tiba-tiba bersuara, menggenggam pergelangan tangan Ming Yun; meski sedang menahan penderitaan yang cukup berat, ia tetap mengatakannya dengan gigi terkatup, "Aku memikirkan sesuatu... hentikan dulu."
Ming Yun langsung menghentikan aksinya. Namun, tidak menarik kembali tangannya, hanya menghentikan sementara operasi "penulisan" untuk mengurangi rasa sakit Jue Ge.
"Kau... sudah punya rencana konkret?" Di dunia game, Ming Yun bisa langsung membaca emosi Jue Ge, sehingga dia mudah memahami maksudnya.
"Ah..." Feng Bujue menarik napas panjang, memberikan jawaban tegas, lalu melanjutkan, "Tapi itu membutuhkan kerjasamamu."
"Aku akan berusaha semampuku." Kata Ming Yun.
"Hmph..." Jue Ge berpikir sejenak, lalu menambahkan, "Sebelum menjelaskan rencanaku, aku perlu memastikan satu hal lagi..." Ia berhenti sebentar, pandangannya bergeser, "Komunikasi kita di sini tidak akan terdeteksi oleh manusia, dewa, iblis... atau benda-benda lain yang Tian tahu apa itu, kan?"
"Tentu tidak." Balas Ming Yun, "Sebagian besar yang kusampaikan tadi adalah hal yang mutlak tidak boleh mereka ketahui. Aku pasti sudah memastikan semuanya Tak Tergoyahkan sebelum bernegosiasi denganmu."
"Baiklah..." Feng Bujue menyambung, "Kalau begitu...izinkan aku menjelaskan bagian kunci rencanaku ini..." Saat berkata demikian, ia mengangkat tangan dan mengetuk pelipisnya dengan jari telunjuk, "Secara sederhana disebut - revisi ingatan."
"Kau ingin aku memodifikasi ingatanmu?" Mingyun bertanya.
"Seharusnya kau bisa melakukannya." Kata Feng Bujue, "Dari data yang kau 'bagikan' tadi, sudah kulihat banyak catatan serupa."
"Benar, aku memang mengintervensi ingatan bahkan pengetahuan makhluk di Alam Semesta Utama maupun alam semesta lain, agar para pemain bisa beraktivitas lebih lancar dalam quest..." Jawab Mingyun, "Tapi aku belum pernah melakukan ini pada makhluk dari duniamu, karena perjanjian Woody denganku membatasi..."
Sebelum kalimatnya selesai, Jue Ge langsung menyela tanpa pikir panjang: "Berikan aku otoritas Administrator, akan kubantu kau hapus pembatasan itu." Ia mengangkat bahu, "Aku yang berasal dari alam semesta yang sama denganmu, adalah satu-satunya di alam semesta ini yang bisa berinteraksi denganmu melalui pemberian otoritas sederhana."
"Ya." Kata Mingyun, "Tapi...apa kau tahu arti pencabutan protokol ini?"
"Tentu." Feng Bujue tertawa, "Sama saja dengan membatalkan 'Tiga Hukum Robotika' yang kau ikuti di dimensiku ini." Katanya dengan santai, "Ha...bahkan manusia sepertiku tidak takut, mengapa kau gugup? Lagipula...ketika rencanaku masuk tahap pelaksanaan, memang akan kuperlukan kau untuk menyakiti manusia di dimensi ini."
Mingyun yang langka terdiam sejenak, berpikir beberapa detik sebelum akhirnya berkata: "Baiklah, akan kuberikan otoritas. Lanjutkan."
"Selanjutnya, aku akan menceritakan sebuah kisah padamu, ibarat... sebuah 'skenario', sebuah pertunjukan..." Feng Bujue melanjutkan, "Meski sandiwara palsu, tapi saat eksekusi kau harus benar-benar melakukannya..."
"Di sebagian besar detail tidak penting, kau boleh berimprovisasi dengan bebas. Tapi... di momen-momen krusial, kau harus ketat mengikuti alur yang telah kugambarkan... sampai ke setiap dialog, setiap ekspresi wajah."
"Mengerti." Takdir menjawab, lalu memberi isyarat agar Jue Ge melanjutkan.
"Setelah aku selesai menjelaskan seluruh strategi ini, lakukan penyesuaian memori padaku." Feng Bujue berkata, "Hapus semua informasi yang baru kau bagikan, serta ingatan terkait rencana ini dan segala hal yang mungkin membuatku merancangnya. Juga... jangan lupa koreksi konten percakapan kita saat ini."
"Perlukah segititu?" Takdir bertanya.
"Tentu." Bujue membalas, "Di dunia nyata, dewa dan iblis tingkat tinggi bisa membaca ingatan manusia. Rencanaku ini pasti akan berinteraksi dengan mereka. Menyimpan ingatan sama dengan meninggalkan bukti. Lagipula... sandiwara yang kususun ini membutuhkan 'Feng Bujue yang tak tahu apa-apa tentang rencana' agar bisa sukses..."
"Mengerti." Takdir tak lagi mempertanyakan Jue Ge.
"Setelah kita menyelesaikan seluruh pertunjukan ini, kamu bisa mencari cara untuk menyampaikan ingatan komunikasi kita kali ini padaku, bentuk konkretnya terserah keputusanmu... Bagaimanapun pasti ada caranya." Feng Bujue melanjutkan, "Saat itu, aku yang membawa 'Kesalahan Kebenaran level Bing' di tubuhku, bekerja sama denganmu yang otoritasnya sepenuhnya terbuka, bisa menipu langit untuk melewati laut... Tidak hanya mencapai target, tapi juga mempermainkan para dewa dan iblis itu... Hehe... Di antara telapak tangan kita..."
Selama puluhan menit berikutnya, Feng Bujue menceritakan rencananya secara detail pada Takdir - aksi "Erosi Dimensi Tinggi" pada hari itu - hingga ke hal-hal terkecil.
Setelah mendengar narasinya, Takdir justru terdiam dalam waktu yang lama.
"Ini benar-benar..." Beberapa saat kemudian, Takdir akhirnya berbicara lagi, "Rencana yang sama sekali tidak terpikirkan olehku..." Dia berhenti setengah detik, bergumam penuh pertimbangan, "Bahkan jika semua variabel dari faktor 'emosi' diatur ke nilai minimum, ini tetap merupakan tindakan gila dan berisiko total. Aku sama sekali tidak bisa menghitung tingkat keberhasilannya atau..."
"Kamu diam begitu lama hanya untuk melakukan 'kalkulasi' tidak berguna itu?" Feng Bujue tersenyum, memotong ucapannya, "Ha... Xiao Ming..." Jue Ge selalu mudah membuat julukan, "Jika aku novelis yang bisa ditebak alur ceritanya olehmu, masih perlukah kamu mempertaruhkan segalanya padaku?"
“Hmm...” Mingyun bergumam pelan, lalu melanjutkan, "Aku masih punya satu pertanyaan terakhir..." Nada suaranya berubah halus, "Jika dalam rencana ini, aku yang telah kau beri akses penuh... mengkhianatimu, membunuhmu, atau benar-benar memanfaatkanmu untuk menjadi New God, bukankah kau akan—"
“Ah~ Ah~” Saat itu, Feng Bujue sengaja memanjangkan suaranya dua kali, menyela ucapan Mingyun.
Dia tidak menjelaskan prinsip "jangan ragu pada orang yang dipercaya", juga tidak menyebut berbagai kalkulasi yang telah dibuatnya setelah "berbagi data" dengan Mingyun...
Dia hanya menunjukkan senyum jahat khasnya, mengucapkan dialog yang membuat Mingyun tak bisa membantah: “Why so serious?”
Mendengar ini, Mingyun seakan menerima segalanya.
Segera, dia mengikuti instruksi Feng Bujue dengan tepat: memperbaiki ingatan lawannya, dan mengembalikan titik ingatan Jue Ge ke awal percakapan mereka.
“Ini adalah satu-satunya taruhan besar ku sebagai 'makhluk non-AI'...” Kemudian, menghadapi Jue Ge yang terjebak dalam perangkap, Mingyun berbicara lagi, “Aku mengorbankan kemungkinan dan kalkulasi, mempertaruhkan segalanya pada 'kemungkinan tak terbatas'-mu.”
“Semoga aku benar, dan semoga... di 'masa depan', kita bisa bertemu lagi.”
