Zheng Zha selalu merasa dirinya mati dalam kenyataan. Bekerja-pulang, makan-buang air, tidur-bangun. Ia tak tahu makna hidupnya. Pasti bukan di balik wajah berminyak sang manajer yang terus tersenyum, bukan dalam tubuh perempuan kerah putih yang dikenalnya di bar, juga bukan di tengah hutan besi tak berujung ini — kota metropolitan modern.
Zheng Zha merasa dirinya membusuk. Membusuk sejak usia 24 tahun hingga tua, lalu berubah jadi tanah menjadi sebuah nama. Tidak, bahkan nama pun tak akan ada. Tak ada yang akan mengingatmu. Siapa mau mengingat karyawan kecil? Entah dia benar-benar berkelas atau cuma pura-pura borjuis, dia hanyalah sebutir debu di dunia fana.
Dia ingin mengubah sesuatu. Ingin punya makna sendiri...
"Ingin memahami makna kehidupan? Ingin benar-benar... hidup?"
Saat Zheng Zha membuka komputer kantor hari ini, tiba-tiba muncul kalimat ini di layar. Jelas ini trik hacker amatiran yang ingin menarik perhatian. Apapun pilihan YA/TIDAK, sebenarnya sama saja mengunduh virus. Zheng Zha menyeringai hendak menutupnya, tapi saat jarinya menyentuh mouse, suatu desakan hati aneh membuatnya berhenti.
"Ingin memahami makna kehidupan? Ingin benar-benar... hidup?"
Kebingungan menyergap hati Zheng Zha. Daya tarik tak terucapkan membuatnya meletakkan jari di tombol kiri mouse. Lalu ia menekan YES perlahan. Seketika, kesadarannya hilang...
Dingin, gemetar...
Pada saat terbangun, Zheng Zha refleks melompat dari tanah. Ia panik melihat sekeliling, lingkungan kantor dalam ingatannya dan pemandangan di depan mata tiba-tiba menyatu membingungkan. Namun beberapa detik kemudian, kesadarannya telah pulih sepenuhnya.
"Bagus, kau yang terbaik di antara orang-orang kali ini." Suara dingin terdengar menggores.
Zheng Zha menoleh dan melihat seorang pria berambut hitam berusia sekitar 24-25 tahun menatapnya dengan senyum sinis. Wajahnya biasa saja, namun corengan beberapa bekas luka membuatnya terlihat sangar.
Pria itu menghisap rokok dalam-dalam, lalu mengalihkan pandangannya ke belakang Zheng Zha. Barulah Zheng Zha menyadari lima orang terbaring tak sadar di sekitarnya—tiga pria dan dua wanita. Selain itu, puluhan orang asing juga berada dalam ruang terbatas ini.
Ini adalah gerbong kereta yang sedang melaju kencang. Getaran dan hawa dingin berasal dari lantai besi yang terus berderak.
"Tempat apa ini? Siapa kalian? Mengapa aku ada di sini?" Zheng Zha bertubi-tubi bertanya, bahkan menggunakan bahasa Inggris untuk memastikan orang asing tersebut mengerti.
Para bule hanya melirik lalu memalingkan muka. Hanya si pria berambut hitam yang menjawab sambil menarik napas: "Pikirkan baik-baik. Segalanya sudah tertanam di benakmu."
“Coba pikirkan baik-baik?” Zheng Zha mulai mengingat-ingat semua hal dalam benaknya. Ia hanya ingat ketika melihat pop-up "Ingin memahami makna kehidupan? Ingin benar-benar... hidup?" di layar komputer, lalu mengklik tombol YES. Setelah itu ia langsung tak sadarkan diri...
Tunggu, tiba-tiba Zheng Zha merasa ada sesuatu yang bertambah dalam benaknya - masalah bertahan hidup dan esensi kehidupan...
Ini adalah sebuah permainan. Pencipta permainan ini sudah tidak bisa ditelusuri lagi, mungkin para dewa, mungkin iblis, lebih mungkin alien atau manusia masa depan. Intinya, dia adalah salah satu pemain dalam permainan ini, atau lebih tepatnya sekarang telah menjadi bagian darinya.
Sebuah pilihan ditempatkan di hadapan orang-orang yang merasa tersesat di perkotaan, yang merasa diri mereka membusuk. Ketika mereka memilih permainan ini, mereka akan dikirim ke berbagai adegan film horor.
"Kali ini adalah Resident Evil bagian pertama. Anak-anak burung, kalian sangat beruntung. Pertama kali masuk langsung dapat film horor semudah ini. Bahkan kalau mati pun pasti cepat selesai." Pemuda berambut hitam itu menghisap rokok terakhirnya, lalu mematikan puntung rokok di telapak tangannya dengan kasar.
"Maksudmu, kita cuma masuk ke dalam komputer secara kesadaran, seperti di novel fantasi? Kalau bisa menyelesaikan permainan ini, kesadaran akan kembali ke tubuh lalu dihidupkan kembali?" Seorang pria gendut kecil di samping Zheng Zha yang sedang duduk di lantai bertanya.
Pemuda berambut hitam mengeluarkan pistol dari dalam bajunya, Desert Eagle, dia membuka dan menyesuaikan pistol sambil berkata: "Aku tidak tahu apakah ini kesadaran, tapi kau akan merasakan sakit, terluka, mati, dan kau juga salah. Setelah menyelesaikan permainan ini, kau akan memasuki film horor tak dikenal berikutnya. Film horor ini mungkin pernah atau belum kau tonton. Setiap kali 'Dewa Utama' akan merekrut anggota baru untuk menggantikan wajah baru yang mati dalam film horor sebelumnya, jumlahnya antara tujuh sampai dua puluh orang. Dengan kata lain, Resident Evil pertama kali ini adalah film horor dengan risiko sangat kecil, makanya total kita hanya tujuh orang."
Si gendut kecil itu berkata sinis: "Bagaimana kau tahu mereka yang mati bukan sudah kembali ke tubuhnya? Bisa saja mereka memilih sendiri untuk mati."
Pandangan tajam tiba-tiba memancar dari mata pemuda berambut hitam yang mengangkat kepala. Pada saat itu juga, pemuda itu seolah berubah menjadi macan tutul. Orang-orang hanya melihatnya menekuk lutut lalu melompat, dan di detik berikutnya dia sudah menindih si gendut kecil dengan Desert Eagle terhunus di mulutnya.
"Lalu kamu ingin mencoba mati? Bisakah kamu membayangkan teror tak berujung itu? Aku sudah melewati tiga film horor. Yang pertama adalah A Nightmare on Elm Street 1, dengan lima belas wajah baru berpartisipasi, ditambah dua veteran yang pernah melewati dua film horor. Tapi tahukah kamu akhirnya? Mereka semua dibunuh dalam mimpi, hanya aku dan satu orang lagi yang selamat. Ingin tahu rasanya dibunuh oleh mimpi yang paling absurd? Mau lihat semua yang ada di sekitarmu berubah menjadi daging busuk yang menggeliat? Di pabrik seram yang mengerikan, menyaksikan fisikmu sendiri dihancurkan perlahan oleh gunting, rasa sakit seperti itu? Dasar sampah! Kamu ingin mati?!"
Pemuda berambut hitam itu berteriak histeris. Niat membunuh di matanya begitu jelas. Si gendut kecil sudah limbung ketakutan, mulutnya masih tertancap luka tembak senjata membuatnya tak bisa merintih.
Zheng Zha dan dua pria dua wanita lainnya melerai mereka. Pemuda berambut hitam itu mendengus dingin lalu kembali ke tempat duduknya sambil terus membelai pistol. "Kematian di film horor adalah kematian sejati. Dan kalau mati disiksa iblis dari film horor ini, kalian akan mati dengan sangat mengenaskan. Jadi kalau tidak punya tekad untuk hidup, jika aku jadi kalian, akan segera bunuh diri."
Gadis muda berkacamata di samping bertanya, "Lalu kita tidak bisa kembali ke tubuh kita lagi?"
Pemuda berambut hitam itu berkata dengan nada sinis: "Aku selalu bilang, kalian bukan sekadar kesadaran yang masuk ke komputer. Menurut kalian, game ini bisa diciptakan oleh teknologi manusia? Tidak, ini adalah mahakarya dewa. Kita hanya seperti serangga di mata mereka, ditangkap dan dilempar ke film horor untuk menghibur mereka. Fisik dan mental kita benar-benar masuk ke dunia ini. Tidak bisa kembali, setidaknya menurutku kita sudah tidak bisa kembali."
Gadis berkacamata yang memiliki aura tenang itu berpikir sejenak lalu bertanya: "Dari nada bicaramu, sepertinya memang ada harapan untuk kembali?"
Pemuda berambut hitam mengangkat pandangannya melihat gadis muda berkacamata itu, lalu berkata: "Kualitas para wajah baru kali ini memang bagus... Benar, memang ada harapan untuk kembali."
Begitu kata-kata ini terucap, keenam orang termasuk Zheng Zha langsung menahan napas, mata mereka tertancap tajam pada pemuda berambut hitam itu.
"Setiap kali menyelesaikan misi, maksudnya selamat dari film horor ini, kalian akan mendapat 1000 poin reward. Poin reward ini bisa ditukar dengan banyak hal, misalnya 100 hari hak hidup di dunia film horor ini..." Pemuda berambut hitam itu menjelaskan dengan datar.
Seorang pria paruh baya di sebelah gadis berkacamata menyela: "Siapa yang mau hidup lebih lama di dunia mengerikan ini? Itu sama saja mencari kematian!"
Pemuda berambut hitam itu mencemooh tanpa berkata-kata, sementara gadis berkacamata mengusap dahilnya sambil berkata: "Tidak, kurasa aku mengerti maksudnya. Film horor terbagi menjadi beberapa jenis. Pertama seperti Resident Evil ini yang termasuk film horor berbasis sains, semua bisa dijelaskan dengan ilmu pengetahuan tanpa unsur dewa atau iblis. Dengan kata lain, selain lokasi kejadian cerita, wilayah lain di dunia ini seharusnya normal..."
Pemuda berambut hitam itu menghentakkan jarinya: "Bingo! Benar. Seratus hari kehidupan tambahan sebenarnya adalah hidup normal selama seratus hari di wilayah lain dunia ini. Bayangkan, setelah melalui berbagai ujian hidup dan kematian, bisa tinggal di zona normal dunia ini dengan tenang dan tanpa beban - betapa bahagianya..."
Zheng Zha menggigil. Dia sepertinya mulai memahami tujuan keberadaan dunia ini. Ya, justru karena kehidupan yang membosankan itulah yang membuatnya merasa dirinya membusuk. Setelah melalui begitu banyak kengerian dan kematian, kehidupan yang biasa-biasa saja memang menjadi harapan terindah.
Pemuda berambut hitam melanjutkan: “Selain bisa menukar hari hidup, juga bisa menukar banyak hal. Misalnya Desert Eagle peluru tak terbatas ini, hanya butuh 100 poin, yaitu sepuluh hari hak hidup untuk ditukar. Selain itu, enam atribut rata-rata manusia termasuk kecerdasan, kekuatan spiritual, aktivitas sel, kecepatan reaksi saraf, kekuatan jaringan otot, dan kekebalan imun—masing-masing bisa ditingkatkan satu poin per hari hak hidup. Orang biasa memiliki semua atribut di level 100. Dengan kata lain, asal selamat dari film horor ini sekali saja, kamu bisa menggandakan kekuatanmu! Jika bertahan 100 film horor, kamu akan jadi manusia super!”
Gadah berkacamata bertanya dingin: “Lalu untuk kembali ke titik awal, pulang ke dunia kita, berapa poin hadiah yang dibutuhkan?”
“50.000 poin!” Pemuda berambut hitam mengeluarkan rokok lagi dari sakunya. Setelah menyalakan dan menghirup dalam-dalam, ia berkata: “Tanpa menggunakan satu poin pun, harus bertahan 50 film horor. Baru bisa pulang.”
Seketika, beberapa orang terdiam. Menurut pemuda ini, bertahan 50 film horor tanpa menggunakan poin hadiah untuk Penguatan diri adalah hal mustahil.
"Tentu saja, hadiah dasar setiap film horor adalah seribu poin. Dalam film horor kita juga bisa mencari penghasilan tambahan. Misalnya penjelasan yang baru saja saya berikan kepada kalian, menurut aturan 'Dewa Utama', memberikan penjelasan aturan kepada wajah baru akan memberi saya bonus 100 poin. Sekalian, kalian pasti sudah menyadari jam tangan aneh yang sedang dikenakan ini?" Pemuda berambut hitam mengangkat tangan kirinya yang mengenakan jam tangan logam hitam murni dengan desain klasik dan minimalis.
Semua orang melihat ke tangan kiri mereka. Jam tangan itu menampilkan beberapa data: pertama hitungan mundur selama tiga jam tujuh menit, kedua klasifikasi data seperti jumlah zombie, jumlah Crawler, jumlah wajah baru...
"Membunuh sepuluh zombie mendapat 1 poin reward. Membunuh satu Crawler mendapat 100 poin reward. Membunuh satu wajah baru..." Pemuda itu melirik Zheng Zha dan kawan-kawan dengan tatapan penuh arti, "...mendapat 1000 poin reward." Hanya Zheng Zha dan gadis berkacamata yang menatap balik dengan tenang.
"Tentu saja... poin reward bernilai negatif..."
Pemuda berambut hitam itu mencemooh Zheng Zha dan gadis berkacamata: "Baiklah, ajukan semua pertanyaan kalian sekarang. Film horor ini akan segera dimulai secara resmi."
Gadis berkacamata melihat Zheng Zha yang mengangguk halus, lalu melanjutkan: "Masih ada dua-tiga pertanyaan. Saya pernah menonton Resident Evil 1 yang berakhir dengan invasi virus-T ke Raccoon City. Sebelum itu, bukankah kita bisa kabur dari lab dengan kereta ini dan bertahan hidup dengan mudah?"
Pemuda berambut hitam mengangguk: "Lihat jam tanganmu, apakah ada nama di pojok kiri atas? Bacalah namanya."
"Matthew Eddison!"
Beberapa orang serentak membacanya. Kemudian mereka terkejut melihat seorang personel militer asing berkulit hitam memancarkan cahaya samar. Cahaya ini hanya bertahan sejenak sebelum pria itu kembali seperti semula.
"Dia adalah komandan tentara bayaran dalam film. Film ini termasuk genre horor area terbatas dimana alur cerita hanya terjadi di laboratorium ini. Untuk membatasi kesulitan, 'Dewa Utama' membuat kita tidak bisa menjauh lebih dari 100 meter dari Matthew Eddison ini. Jika melanggar... boom! Kita akan hancur lebur. Paham? Saat karakter ini mati, batasan akan berpindah ke karakter lain. Rantai ini terus berlanjut. Satu-satunya cara adalah bertahan hidup dalam horor ini." Pemuda itu menjelaskan sambil mengepulkan asap rokok.
Zheng Zha tiba-tiba bertanya: "Apa itu 'Dewa Utama'? Dari tadi kau terus menyebut nama itu."
"'Dewa Utama' adalah entitas yang mengatur siklus film horor kita. Ia memberikan poin reward dan tempat penukaran hadiah. Secara fisik, ia berupa gumpalan cahaya. Sejujurnya aku pun tak memahami hakikatnya sebenarnya." Pemuda itu mengangkat bahu.
Gadis berkacamata mengangguk: "Pertanyaan terakhir... Apa arti angka ini?" Ia menunjuk angka yang sedang menghitung mundur di jam tangan.
"Durasi wajib tinggal di film horor ini. Setelah waktu habis, kita bisa kembali ke 'Dewa Utama' untuk klaim reward, lalu menghadapi film horor berikutnya." Asap rokok mengepul dari mulut pemuda berambut hitam.
Pada saat ini, gerbong kereta mulai melambat secara perlahan. Pemuda berambut hitam itu menghabiskan rokoknya dalam beberapa hisapan, lalu mengeluarkan Desert Eagle dari dalam bajunya sambil berkata, "Baik, alur cerita dimulai dari sekarang. Mereka sudah bisa mendengar percakapan kita mulai saat ini. Ingat, setiap topik yang mereka dengar akan dikenakan denda sepuluh poin. Setiap kalimat sepuluh poin. Kekurangan poin akan dipotong dari hadiah yang didapat next time. Para anak burung... bertahanlah hidup!"
