Orang baik seharusnya mendapat permen, orang baik pantas bahagia... Tapi apakah dirinya masih termasuk orang baik?
Zheng Zhuo tahu dirinya bukan orang baik. Pada masa itu kematian Luo Li memberi pukulan dahsyat, setelahnya dia hampir sepenuhnya tenggelam dalam kejatuhan. Kehidupan hitam-putih: game online, lelah pergi ke bar, one night stand, kerja, istirahat, kenalan SMA dari internet, narkoba, kehilangan keperawanan...
Dia tahu dirinya bukan lagi orang baik, ketika cahaya yang ingin diraihnya menyinari tubuhnya, yang terpantul justru nanah dan bau busuk. Dia sudah tak berani menatap cahaya itu, mungkin kegelapan lebih cocok untuknya sekarang.
Zheng Zha tidak bisa dan tak berani membayangkan reaksi Luo Li saat tahu bagaimana dia melewati tahun-tahun ini. Gadis ini begitu murni bagai kristal tak bernoda, segala kotorannya terpantul jelas di hadapannya, bahkan bagian tergelap dan terkotor terpapar tanpa sisa.
Zheng Zha sudah mempersiapkan mental terburuk. Duduk di sofa sambil menyalakan rokok, hendak menceritakan semua peristiwa tahun-tahun ini secara detail pada Luo Li. Tak disangka dia malah berdiri sambil mendengus: "Sudah, tidak usah! Lihat wajahmu yang linglung dan putus asa ini, aku bisa tebak bagaimana hidupmu. Tak mau dengar! Nanti aku yang marah sendiri."
Luo Li mendekatkan mukanya ke wajah Zheng Zha: "Serigala tua! Sekarang dengarkan baik-baik. Nona kembali! Mulai sekarang lupakan semua memori kacau dan kotor di kepalamu itu. Perempuan-perempuan itu, gadis-gadis lain, para istri orang - hapus semuanya! Yang ada di hadapanmu cuma Luo Li! Hanya Luo Li! Satu-satunya Luo Li! Mengerti?"
Gadis kecil itu perlahan-lahan mulai menangis sambil berbicara, ia memeluk Zheng Zhua erat-erat dan berkata melalui isak tangis: "Maafkan aku, sungguh maaf, aku telah melanggar janji kita. Kita berjanji akan hidup bersama sampai rambut putih, lalu berpelukan sambil mengingat masa kecil seperti dalam lagu... Aku lebih rela melupakanmu dan kenangan daripada melupakan janji ini... Pasti kau sangat menderita selama bertahun-tahun ini? Aku sangat egois, meninggalkanmu sendirian menanggung segalanya, maafkan aku, maaf..."
Zheng Zha tanpa sepatah kata pun memeluknya balik dengan erat. Seluruh ruangan hanya diisi oleh tangisan gadis itu yang lama tidak berhenti. Tapi mereka berdua tahu, kesedihan yang tercurah akan berubah menjadi harapan. Masa lalu tetap berlalu, yang mereka hadapi adalah masa depan penuh kemungkinan dan harapan yang sama-sama mereka idamkan.
Waktu bahagia selalu berlalu cepat. Siang hari Zheng Zha berlatih mati-matian berbagai teknik bertahan hidup, terutama kontrol dan pemulihan kekuatan internal. Kemudian mengecek barang-barang yang bisa ditukar di "Dewa Utama". Malam harinya ia menggendong Luo Li sambil menonton film horor... Ya, film horor! Baru sekarang Zheng Zha tahu bahwa bahkan film horor bisa ditukar dari "Dewa Utama". Semua jenis film horor tersedia dengan harga cukup murah: 1 poin hadiah dapat ditukar dengan 50 keping film horor. Bagi mereka yang harus mengalami film horor nyata, memahami alur cerita jauh lebih penting daripada apapun!
Setelah menonton film horor, setiap kali Zheng Zha selalu mencari cara untuk menggendong Luo Li ke dalam kamar. Meski gadis kecil ini selalu menolak keras, akhirnya dia hanya bisa pasrah digendong masuk. Lalu mereka menghabiskan malam dengan "pertempuran" melelahkan. Berkat energi internal yang bisa memulihkan tenaga dengan cepat, Zheng Zha baru bisa bangun jam tujuh setiap pagi.
Hari-hari seperti ini berlangsung selama sembilan hari. Hari ini adalah hari terakhir mereka berempat di dimensi ruang ini. Setelah berdiskusi, mereka memutuskan untuk tidak latihan hari ini dan beristirahat sepanjang hari. Hingga senja, mereka akan ditransmisikan ke film horor berikutnya. Sebelum itu, mereka masih punya kesempatan terakhir untuk memastikan semua persiapan sudah lengkap.
Menjelang pukul sebelas pagi, Zheng Zha masih memeluk Luo Li di tempat tidur sambil berbincang. Sebenarnya mereka sudah bangun sejak lama. Setelah bercinta di ranjang, mereka merasa malas bangun sehingga terus mengobrol sampai siang.
"...Jadi, hari ini kau akan pergi?"
Luo Li yang sedang menempel di dada Zheng Zha bergumam pelan. Suaranya begitu lembut sampai Zheng Zha harus menyimak keras-keras hanya untuk menangkap maksudnya.
Zheng Zha juga merasa berat di hati. Dia tidak tahu akan menghadapi horor apa berikutnya - mungkin virus, monster, makhluk bioteknologi, atau serangan alien. Intinya begitu masuk film horor, nasib hidup-matinya jadi tak pasti. Karena itu dia tidak menjawab, hanya memeluk gadis dalam dekapan lebih erat.
“Perjanjian kita... Bagaimanapun juga harus hidup bersama sampai rambut memutih, duduk bersama sambil mengingat masa kecil perlahan-lahan. Kau harus memelukku dan bercerita untukku, kita juga harus bepergian ke dunia luar. Kau harus menemaniku melihat aurora di kutub, berbaring di geladak kapal memandang langit bertabur bintang di atas Pasifik, mengunjungi patung-patung di Pulau Paskah, berdiri di alun-alun merpati bersama mengepulkan kawanan merpati, berimajinasi tentang zaman kuno dan mitos di bawah reruntuhan bangunan Yunani... Masih banyak sekali janji, katakan padaku, kau pasti bisa kembali, pasti bisa menemaniku mewujudkan semua janji ini?”
Luo Li mengangkat kepala dan menatap serius ke mata Zheng Zha, hingga dia mengangguk berat, barulah dia kembali merebahkan diri di dadanya.
“...Cinta dua manusia ibarat membangun kastil pasir di pantai, menumpuk sedikit demi sedikit, sambil berhati-hati jangan sampai dihanyutkan air laut. Sulit dan melelahkan, tapi setelah kastil itu berdiri utuh, baru kita sadar betapa indahnya, layak kau jaga dengan segala yang kau punya...”
Zheng Zha sudah sepuluh tahun tidak mendengar kalimat ini. Dulu dia selalu suka mengucapkannya lalu memandangnya dengan sorot mata penuh harap. Waktu itu dia tidak terlalu menghargainya, tapi setelah kehilangan selama satu dekade, kalimat ini mengguncang dalam hatinya.
“Kalau begitu... Pastikan kastil ini selesai dibangun. Kali ini, kita sama-sama tepati janji.”
Zheng Zha menutup matanya. Saat membuka kembali, yang tersisa hanya keteguhan tak tergoyahkan - Bagaimanapun juga harus bertahan hidup, bagaimanapun juga!
“Pada dasarnya seperti ini, setiap orang membawa tiga granat, satu botol semprotan pertolongan pertama hemostatik, satu botol penawar racun oral, satu gulung balut efisien, ditambah satu jimat turun-temurun jahat sekali pakai. Haha, terima kasih banyak pada Zheng Zha. Semua ini sudah menghabiskan lebih dari 100 poin reward. Kalau harus menukarnya sendiri, kami benar-benar tidak mampu.”
Di tengah alun-alun, Zheng Zha menukar sisa 1000 poin reward-nya menjadi belasan granat sekali pakai, ditambah beberapa obat dan balut efisien. Selain itu, dia sengaja menukar beberapa jimat turun-temurun jahat sekali pakai yang akan terbakar sebagai peringatan saat roh jahat menyerang. Sebelum jimat itu habis terbakar, roh jahat tidak bisa melukai pemegangnya.
Zheng Zha tersenyum getir sambil memeriksa sisa poin reward-nya. Dari total 6502 poin reward, kini tersisa 276 poin. Ini membuatnya agak sakit hati. Tapi ketika melihat begitu banyak barang bantu di dalam Cincin Na, hatinya sedikit terhibur.
Zhang Jie merapikan barang-barangnya dan menyimpannya di kantong dalam jaket. Dia berkata: "Meski hanya beberapa hari, pelatihan dasar sudah terlaksana. Ingatlah satu hal di film horor: apapun bisa terjadi. Kita tidak punya jaminan keamanan sama sekali. Jadi harus ekstra hati-hati. Dan... bantu rekan tim sebisa mungkin. Tapi jika dia mengancam keselamatan tim, Bunuh dia!"
“Zhan Lan dan Li Xiaoyi masih terlihat ragu-ragu, hanya Zheng Zha yang mengangguk tanpa bicara. Namun dia bertanya: "Bagaimana cara masuk ke film horor? Apakah kita juga tiba-tiba menghilang?"”
Zhang Jie menggelengkan kepala: “Tidak. Saat waktunya tiba, 'Dewa Utama' akan menurunkan dua puluh pilar cahaya. Kamu hanya perlu berdiri di dalam salah satunya. Waktu keberangkatan ke film horor biasanya sekitar periode ini juga.”
Sambil berbicara, keempat orang itu duduk di lantai alun-alun. Hal yang aneh adalah, Luo Li dan dua gadis lainnya menolak untuk mengantar mereka. Mungkin kekhawatiran para gadis terhadap kekasih mereka sama persis - mereka tidak berani menghadapi perpisahan yang terlihat terlalu menyedihkan ini.
Sekitar sepuluh menit kemudian, bola cahaya 'Dewa Utama' di alun-alun semakin berkilauan. Cahayanya yang menyilaukan bagai matahari menjadi semakin terang, lalu dua puluh pilar cahaya memancar darinya ke alun-alun. Bersamaan dengan itu, suara yang sama bergema di benak keempat orang.
“Masuk ke pilar cahaya dalam 30 detik. Target transfer terkunci: Alien mulai ditransmisikan...”
