Zheng Zhuo menarik napas panjang lega. Matanya menatap pemandangan di luar jendela. Tempat ini benar-benar lokasi kerjanya saat menjadi manajer. Di luar sana cahaya matahari bersinar terang, sekawanan merpati terbang melintas. Suasana damai, suara manusia yang samar-samar. Inilah dunia nyata tempat dia dilahirkan dan dibesarkan. Di sini tidak ada monster, tidak ada alien, tidak ada Virus-T, apalagi teror yang selalu menghantui. Dunia nyata yang damai ini bagaikan surga.
Dalam kebingungannya, Zheng Zhuo tiba-tiba merasa dunia nyata terasa begitu asing, seolah-olah kehidupan sebelumnya yang terpisah zaman. Setelah melewati perjuangan sengit dalam siklus reinkarnasi mengerikan, akhirnya dia terlahir kembali.
Luo Li menepuk-nepuk dadanya: "Aku tadi sangat takut, takut kalau aku cuma ilusi buatan bola cahaya itu. Hehe, ternyata benar-benar bisa kembali ke dunia nyata. Sekarang jadi tenang... Serigala Besar, kamu mikirin apa?"
Zheng Zhuo menggelengkan kepalanya, beberapa informasi muncul di pikirannya - pesan yang ditinggalkan "Sang Tuan". Dalam tiga puluh hari di dunia nyata, dia tidak boleh mengungkapkan apapun tentang dimensi ruang "Sang Tuan" melalui cara apapun, atau dia dan semua miliknya akan dihapus.
Setelah tiga puluh hari, dia harus kembali ke kantor ini. "Sang Tuan" akan membawanya kembali ke dimensi ruang tersebut. Bersamaan itu, dia harus menyentuh secara fisik semua barang miliknya, atau benda tersebut akan tertinggal di dunia nyata. Jika barang tersebut merupakan benda khusus dari dimensi ruang "Sang Tuan", keberadaannya akan dihapus. Jika setelah tiga puluh hari dia tidak kembali ke kantor, maka dia dan semua miliknya akan dihapus bersamaan.
"Artinya tidak boleh menceritakan apapun tentang sana, setelah tiga puluh hari harus kembali ke sini, dan juga harus memegang tangan Luo Li ya?"
Zheng Zhuo mengangguk pelan dalam hati, mengingat baik-baik semua hal yang perlu diperhatikan ini. Kemudian dia berkata: "Ayo, Li'er, aku akan mengajakmu bertemu orang tuaku."
Luo Li dengan patuh menggenggam tangannya, gadis kecil ini tersenyum riang sambil berjalan di sampingnya. Keduanya kemudian mendorong pintu kamar dan keluar.
Di luar kantor terlihat staf yang sibuk bekerja. Puluhan orang sedang mengetik di keyboard atau mengurus dokumen di meja kerja mereka, beberapa lainnya sedang bercanda. Saat Zheng Zhuo dan Luo Li keluar dari ruangan, banyak orang secara refleks melihat ke arah mereka, kemudian semua orang terdiam, seketika seluruh aula menjadi sunyi.
"Manajer Zheng..."
"Zheng Zhuo..."
Orang-orang ini terdiam beberapa detik, lalu mulai berkerumun sambil berkeriuhan tujuh mulut dan delapan lidah. Mereka saling melontarkan pertanyaan masing-masing, secara umum menanyakan keberadaan Zheng Zhuo selama ini.
Zheng Zhuo menanggapi dengan candaan ringan, menarik seorang pemuda yang dikenalnya menuju pintu tangga. Setelah keluar dari kerumunan, barulah dia bertanya: "Wang San, sudah berapa lama aku meninggalkan perusahaan? Bagaimana situasi sekarang?"
Pemuda bernama Wang San itu mengeluarkan sekotak rokok, menyerahkan sebatang ke Zheng Zhuo sambil berkata: "Kak Zheng, ada masalah keluarga? Kenapa pergi tanpa kabar? Setidaknya tinggalkan pesan untuk saudara-saudara kita. Kali ini tak ada yang tahu dimana Kak Zheng, akhirnya si jalang Zhao Lei memecatmu dengan alasan mangkir kerja. Sekarang manajernya jadi pacar lamanya Li Liangdong. Kami semua geram dibuatnya. Kalau Kak Zheng tak kembali, mungkin kami semua akan mengundurkan diri."
Zheng Zhuo menyalakan rokok dan menghisapnya: "Memang ada beberapa masalah... Wang San, kuajari kalian trik. Si jalang suka bermain-main di kantornya kan? Beli alat pengintai lubang jarum, cari kesempatan merekam aktivitasnya. Jangan terlalu kejam, cukup untuk mengancam si bajingan Li. Dia pasti akan lebih penurut dari anjing piaraanmu... Saudara seperjuangan, aku harus pergi. Urusan keluarga tolong diperhatikan. Kondisi nenek dan kakek tidak baik, sering-seringlah kunjungi bersama saudara-saudara kita."
Wang San terkejut, dia masih ingin berbicara lagi, tetapi Zheng Zhuo sudah lebih dulu melangkah masuk ke lift, meninggalkan Wang San sendirian berdiri termangu.
Setelah Zheng Zhuo dan Luo Li keluar dari gedung, keduanya sama-sama merasa haru. Bagi Zheng Zhuo yang baru melewati momen hidup-mati, meski belum mencapai pencerahan besar, secara mental telah terjadi perubahan - mungkin hatinya kini terasa lebih penuh sejarah dan kesunyian.
Sedangkan Luo Li terkesima karena ingatannya masih tertinggal sepuluh tahun lalu. Saat itu area ini belum berkembang, rumah-rumah rendah bertebaran, jalanan masih berlubang-lubang. Kini pemandangan di sekeliling dipenuhi gedung pencakar langit, jalan raya lebar, dan kerumunan manusia yang penuh sesak. Begitu keluar dari gedung, mereka segera tenggelam dalam lautan manusia.
Luo Li tersenggol kerumunan beberapa kali. Zheng Zhuo segera memeluknya setengah mengangkat. Gadis kecil itu langsung memerah mukanya, namun senyum manis mengembang: "Perubahannya sangat besar. Jika kau tinggalkan aku di sini, aku pasti tersesat dalam beberapa menit... Hihi... Bisa saja diculik pedagang manusia..."
Zheng Zhuo memeluknya erat: "Aku takkan pernah meninggalkanmu... Sekali-kali tidak!"
Luo Li tersenyum semakin manis, dia hampir menggantungkan seluruh tubuhnya pada Zheng Zhuo, bertanya dengan riang: "Kita harus melanjutkan ke mana sekarang? Waktu hanya tiga puluh hari, eh, lebih baik temui Bibi dan Paman dulu, lalu temui Ayah Ibu ku, bagaimana?"
Zheng Zhuo tersenyum mengangguk, tapi tiba-tiba dia membeku, cukup lama kemudian baru berkata pahit: "Sial... Kita tidak punya uang. Baju tempatku menyimpan uang ada di Alien 1... Eh, sepertinya harus jalan kaki pulang."
Tidak ada yang lebih memalukan dari ini. Cincin dimensi jelas berisi batu platina satu meter kubik, tapi tak ada uang untuk naik taksi. Zheng Zhuo benar-benar merasa seperti memegang mangkuk nasi emas tapi kelaparan. Dengan pasrah, dia menggandeng tangan Luo Li berjalan ke rumah orangtuanya.
Hampir tengah hari, mereka baru tiba di rumah orangtua Zheng Zhuo. Ini adalah apartemen bertipe perumahan, terlihat seperti tempat tinggal keluarga menengah kota. Saat mereka mengetuk pintu, yang membuka adalah seorang perempuan berusia lima puluh tahun lebih.
Perempuan ini garis wajahnya mirip Zheng Zhuo. Begitu melihat Zheng Zhuo, langsung tersenyum cerah: "Nak, kenapa datang hari ini? Sabtu minggu lalu kamu tidak di rumah, telpon selulermu di luar area layanan, dinas luar ya? Ayo, masuklah."
Zheng Zhuo menarik Luo Li yang bersembunyi di balik pintu, tersenyum pada ibunya: "Ibu, lihat ini siapa?"
Luo Li dengan malu-malu keluar dari belakang Zheng Zhuo, dia tersenyum manis: "Halo Bibi, Li'er datang main."
Wanita itu tertegun sejenak, lalu menarik Luo Li dengan panik. Matanya mengamati gadis kecil ini dari ujung rambut sampai kaki beberapa kali, kemudian berteriak: "Suami, cepat keluar, suami!"
Zheng Zhuo dengan tenang menutup pintu kamar. Ia menyaksikan kedua orang tuanya memandangi Luo Li dengan penuh sukacita. Gadis ini campur aduk antara malu dan bahagia. Meski tetap menutup rahasia asal-usul dan rencananya sesuai pesan Zheng Zhuo, kedua orang tua itu tetap tak bisa berhenti bergembira. Mereka menelepon orang tua Luo Li sambil terus menginterogasi detail tentang gadis itu, namun selalu dielak dengan cerdik oleh Luo Li hingga percakapan akhirnya beralih ke obrolan sehari-hari.
Sekitar satu jam kemudian, saat Zheng Zhuo dan Luo Li sedang makan siang, terdengar ketukan pintu yang sangat mendesak. Begitu ibu Zheng Zhuo membuka pintu, dua siluet langsung menyelinap masuk - sepasang suami-istri berusia sekitar lima puluhan. Begitu melihat Luo Li yang sedang makan, sang wanita langsung memeluk erat sambil terisak-isak, mulutnya tak henti bergumam "Li'er... Li'er...". Pria itu lebih terkendali, meski matanya langsung memerah, ia masih sempat menyapa Zheng Zhuo terlebih dahulu.
“Sudahlah, mari kita klarifikasi dulu masalahnya.” Pria paruh baya itu menarik sang wanita, matanya berkaca-kaca saat menatap Luo Li: “Benarkah kau Li'er? Tidak mungkin, kami melihat sendiri dia meninggal...”
Setelah berkata demikian, ia menoleh ke Zheng Zhuo: “Zheng Zhuo, jangan-jangan ini orang bayaranmu? Katakan, apa yang sebenarnya terjadi?” Suaranya semakin meninggi hingga hampir berteriak.
Melihat Luo Li mulai menangis dan hendak berbicara, Zheng Zhuo segera menepuk tangan kecilnya lembut: “Paman Luo, bagaimana mungkin aku berani bercanda menggunakan Li'er... Aku bersumpah, dia benar-benar Li'er, putri kalian Luo Li. Untuk hal lain, maaf aku tak bisa menjelaskan lebih lanjut.”
Sebelum pria paruh baya itu sempat bicara, ayah Zheng Zhuo sudah berteriak: “Apa yang tidak bisa dijelaskan?! Ini urusan hidup-mati! Aku bapakmu, kau harus menurutiku!”
Zheng Zhuo menggelengkan kepala getir: “Ayah, aku tahu maksudmu. Tapi sungguh tidak bisa kuceritakan. Jika kuungkap, aku dan Li'er akan mati. Sekali lagi aku bersumpah, ini benar-benar Luo Li kalian...”
Ibu Zheng Zhuo yang masih terlihat anggun menghalangi suaminya: “Yang penting anak kita kembali. Jika benar mereka kembali dari alam baka... mungkin ada pantangan yang tidak bisa diungkapkan.”
Beberapa pria paruh baya langsung tersadar, "Alam apa? Tentu saja alam baka! Orang-orang seusia kita ini paling percaya hal-hal seperti itu." Melihat putri mereka yang telah meninggal sepuluh tahun tiba-tiba muncul kembali dengan wajah, ekspresi, dan kata-kata yang sama persis, ditambah Zheng Zhuo yang membawanya pulang bicaranya terbata-bata tidak jelas, mereka semua langsung berpikir ke arah itu. Ibu Luo Li pun memeluknya sambil menangis tersedu-sedu.
Zheng Zhuo merasa lega sekali di dalam hati. Kekhawatiran terbesarnya adalah tidak bisa menjelaskan asal-usul Luo Li. Meski dugaan orang tua ini merupakan kesalahpahaman, justru kesalahpahaman ini dengan tepat menjelaskan semuanya. Ia pun dengan senang hati berpura-pura tidak tahu.
"Ayah, Ibu, Paman, Bibi, aku dan Luo Li hanya pulang sementara selama sebulan. Setelah sebulan kami harus pergi lagi." Zheng Zhuo tersenyum setelah melihat keempat orang tua itu tenang.
Ibu Zheng Zhuo langsung seluruh tubuhnya berguncang. Dengan mata berkaca-kaca ia berkata, "Nak, jangan-jangan kamu sudah... jangan-jangan sudah..."
Zheng Zhuo segera menyangga ibunya. "Bu, tidak, aku tidak mati. Aku masih hidup sehat-sehat. Coba Ibu pegang tanganku, masih hangat kan?" Ia tersenyum kecut. "Maksudku aku dan Luo Li harus pergi... sekitar satu dua tahun. Masih ada beberapa urusan yang harus diselesaikan. Satu dua tahun lagi aku pasti bawa Luo Li pulang untuk selamanya."
Ibu Zheng Zhuo sambil menangis menggenggam tangannya, tangisan ibu Luo Li semakin menyayat hati. Dua pria paruh baya saling memandang, masing-masing mulai menghibur istri mereka. Ayah Luo Li berkata: "Sudah, bisa pulang saja sudah berkah. Masih menangis apa? Hanya satu dua tahun? Sepuluh tahun saja sudah bertahan, satu dua tahun ini akan berlalu cepat. Jangan menangis lagi..."
Suasana semakin mencekam. Luo Li memandang orang tuanya yang sudah beruban, air matanya pun tak terbendung. Ia memeluk orang tuanya semakin erat dengan isak tangis yang menyayat, seolah-olah hendak pingsan.
Zheng Zhuo menghela napas. Ia berjalan ke jendela dan menutup tirai, lalu mengalirkan energi dalam untuk membuka Cincin Penyimpanan. Segala isinya ditumpahkan ke lantai, menimbulkan gemerincing logam yang nyaring. Batangan platinum seukuran tiga jari langsung memenuhi permukaan tanah ruang tamu, kilau keperakannya menyilaukan mata. Selain batangan logam, juga terdapat senapan serbu dan pisau belati. Beberapa orang tua itu serentak terpana memandanginya.
Zheng Zhuo mengangkat sebatang bata emas platinum, dia tersenyum dan berkata: "Paman dan Bibi tidak perlu khawatir, aku pasti akan membawa Li'er kembali. Bata platinum ini adalah produk khas dari sana... tempat aku dan Li'er akan kembali. Harganya di sana sangat murah. Selama bertahun-tahun Paman dan Bibi hidup serba kekurangan, bata emas ini juga ada kontribusi Li'er. Ambillah separuhnya. Tapi ingat, harta jangan dipamerkan. Barang ini sangat berharga, berhati-hatilah saat menjualnya. Cukup bawa satu batang setiap kali."
Dibandingkan dengan ucapannya, tumpukan bata platinum di lantai lebih membuat terkesima. Seluruh ruangan hening sejenak, hanya terdengar isakan lembut Luo Li. Tak ada yang memperhatikan bahwa di bagian bawah gagang pisau belati pemotong partikel bergetar tinggi yang tergeletak di lantai, sebuah titik hitam kecil memancarkan cahaya hijau pucat sesaat. Kilatan itu langsung menghilang, kembali ke warna hitam pekat gagangnya. Seolah tak pernah terjadi. Semua ini luput dari perhatian...
