Luo Li membuka matanya dengan susah payah, tersenyum pucat: "Serigala Besar, cepat lari! Tidak mau menggendong Li'er lagi?"
Air mata di mata |Zheng Zhuo langsung membanjir keluar. Wajah gadis kecil di depannya seolah kembali ke sepuluh tahun yang lalu. Saat itu meski rambutnya rontok seluruhnya dan tubuhnya kurus seperti |kerangka, dia tetap tersenyum cerah dan mengucapkan kata-kata "|Serigala Besar". Dan dia... sudah tidak ingin kehilangannya untuk |kali kedua.
Meski hati terluka parah, |Zheng Zhuo tetap menggendong |Luo Li sambil berlari gila ke lantai atas. Sambil berlari dia berkata: "|Li'er, bicaralah padaku, terus bicara... Jangan sampai tertidur, |Li'er. Kamu pernah janji akan menua bersamaku. Aku sudah berusaha bertahan dengan memegang janji ini. Jangan langgar janji untuk |kali kedua... Kumohon, hiduplah bersamaku!"
|Luo Li berusaha membuka matanya. Masih dengan senyum dia berkata: "Tapi harus bicara apa? |Li'er sangat mengantuk, |Serigala Besar. Aku benar-benar ingin tidur... Bagaimana kalau aku menyanyikan lagu untukmu?"
Air mata |Zheng Zhuo terus mengalir tak terbendung. Kecepatan langkahnya semakin kencang. Tiba-tiba terdengar suara "krak!", kaki kirinya |patah dari bagian luka tembak. Tanpa sempat bereaksi, tubuhnya langsung terjungkal ke belakang. Untuk melindungi |Luo Li dari cedera, dia memeluknya erat-erat di pelukan.
"Dia hanya memanjat beberapa langkah di tangga lereng ini, sehingga saat jatuh tidak terlalu parah. Zheng Zhuo langsung bangkit dari tanah begitu mendarat, mengikat Luo Li erat di punggungnya dengan rompi antipeluru, lalu mulai memanjat ke atas dengan tangan dan kaki. Namun kaki kiri yang patah itu sangat mengganggu, hampir mengurangi kecepatan merangkaknya setengah."
Zheng Zhuo menggigit gigi, mengangkat pisau belati dan memenggal kaki kirinya dengan keras. Saat ini dia masih dalam keadaan kunci genetik terbuka, luka di kaki kiri hanya menyemburkan darah beberapa kali sebelum otot menekan dan menghentikan perdarahan. Tanpa peduli apapun, dia mulai merangkak menuju lantai atas.
"Di tepi kolam pohon beringin
Serangga bersuara riuh memanggil Musim Panas
Di ayunan tepi lapangan
Hanya kupu-kupu yang bertengger di atasnya
Kapur tulis guru di papan hitam
Masih menulis tak henti dengan riuh
Menunggu bel pulang
Menunggu waktu sekolah usai
Masa kecil yang menanti game..."
Suara nyanyian Luo Li tiba-tiba bergema, namun lagu "Masa Kecil" yang dinyanyikan justru terasa menyedihkan. Air mata Zheng Zhuo hampir mengaburkan pandangannya. Meski lelaki sejati tak mudah menangis, ini adalah saat hati tersakiti. Kuku jarinya yang tak cukup kuat mulai terlepas satu per satu akibat kecepatan ekstrim ini, membuat sepuluh jarinya tampak mengerikan dan berdarah.
"...Tak ada yang tahu mengapa
Matahari selalu tenggelam di balik gunung
Tak ada yang bisa memberitahuku
Apakah di balik gunung tinggal dewa-dewa"
Di banyak hari yang selalu...
Seorang diri ia menatap langit dengan bengong
Sekadar penasaran
Sekadar berkhayal
Masa kecil yang sepilah ini
Oh... hari demi hari tahun demi tahun
Masa kecil yang merindukan kedewasaan
Oh... hari demi hari tahun demi tahun
Masa kecil yang merindukan kedewasaan...”
Suara Luo Li semakin melemah, Zheng Zhuo mulai menjerit histeris. Ia membadai naik ke lantai tempatnya bekerja, lalu menghantamkan diri ke pintu kantor. Ruangan itu terang benderang meski tak ada lampu yang dinyalakan - cahaya berasal dari layar komputer di meja kerja. Zheng Zhuo menengadah, melihat beberapa helikopter berayun di luar jendela. Rupanya mereka tertarik oleh cahaya itu. Begitu Zheng Zhuo muncul, para penembak jitu di helikopter langsung mengarahkan senjata. Hampir bersamaan, alat komunikasi di tubuh mereka berdering.
"...Ya, Komandan, mereka... mereka menghilang!"
Kembali melewati kondisi setengah sadar yang samar, tak terasa berapa lama waktu berlalu. Saat Zheng Zhuo sadar, beberapa orang sedang menatapnya dengan ekspresi terkejut: Zhang Jie, Zhan Lan, Ling Dian, dan... Chu Xuan!
Zheng Zhuo tak peduli mengapa mereka berkumpul di alun-alun. Ia mendekap Luo Li sambil menghadap "Sang Tuan" di belakangnya. "Sang Tuan!" teriaknya keras. "Segera perbaiki lukanya..."
Tiba-tiba Zhang Jie berteriak: "Tunggu, tunggu dulu!"
“Pria ini menyerbu beberapa langkah ke depan dan memeluk Luo Li sambil berteriak, “‘Sang Tuan’, perbaiki lukanya, potong poin reward dari milikku!”
Zheng Zhuo sempat terdiam sejenak, Zhang Jie segera berteriak, “Kamu cepat perbaiki lukamu sendiri! Aku tahu poin rewardmu tinggal sedikit. Begitu poin reward menjadi negatif, kamu akan dihapuskan oleh ‘Sang Tuan’! Cepat perbaiki lukamu!”
Zheng Zhuo terpana melihat seberkas cahaya putih dari ‘Sang Tuan’ menyinari Luo Li. Gadis kecil itu langsung melayang. Perlahan, wajah pucatnya mulai memerah. Baru kemudian dia berkata, “‘Sang Tuan’, perbaiki lukaku!”
Setelah seluruh proses perbaikan, Zheng Zhuo menghabiskan lebih dari 400 poin reward. Kaki yang dipotongnya sendiri telah tumbuh kembali. Kini Luo Li sudah berdiri di tanah menunggunya. Begitu menginjak tanah, gadis kecil itu langsung menceburkan diri ke pelukannya.
“Li’er... kamu berdiri di belakangku.”
Zheng Zhuo tersenyum tipis pada Luo Li, lalu mengibaskan pisau belati dan menyerbu ke arah Chu Xuan. Ujung tajam pisau belati menusuk langsung ke dahi pria berkacamata itu. Karena jarak yang dekat, hanya Ling Dian di samping Chu Xuan yang sempat bereaksi. Dia menyambar Chu Xuan ke tanah, tapi pisau belati tetap melesat, dengan mudah memotong salah satu lengan Ling Dian.
Zhang Jie segera memeluk Zheng Zhuo sambil berteriak panik, “Zheng Zhuo! Kamu gila? Kenapa menyerang teman kita sendiri!”
Zheng Zhuo mengaum dengan amarah: "Teman kita sendiri? Sial, teman kita sendiri! Aku menghabiskan poin reward dan alur cabang untuk menggantikan kalian kembali, tapi kalian tahu apa yang dilakukan bajingan ini? Dia menaruh alat pelacak dari jam tangannya di pisau belati ini! Tahu kenapa aku begitu compang-camping? Aku diusir pulang! Badan Keamanan Nasional menangkapku dan memasukkanku ke penjara, nyaris mati baru bisa kembali di saat-saat terakhir! Menurut kalian, pantaskah bajingan seperti ini disebut teman kita sendiri?"
Semua orang mengangkat pandangan ke Chu Xuan. Pria berkacamata ini dengan santai bangkit dari tanah, menepuk-nepuk bajunya: "Oh? Jadi tebakanku benar..."
Braak! Suara gedebuk terdengar saat Zheng Zhuo menendang dada Chu Xuan. Kekuatan dahsyat itu melemparkan pria berkacamata itu terbang hampir sepuluh meter. Chu Xuan segera memuntahkan beberapa kali darah.
"Sialan!" Zheng Zhuo berteriak histeris: "Nyawaku tak berharga segitu? Hanya untuk mendukung tebakan bodohmu? Padahal kita sekutu! Aku juga bertarung mati-matian di film horor sebelumnya! Ini caramu membalas budi? Aku akan membunuhmu sekarang!"
Zhang Jie segera menarik Zheng Zhuo dengan kuat, tapi mana mungkin kekuatannya menandingi Zheng Zhuo? Jadi sambil menyaksikan Zheng Zhuo melangkah perlahan mendekati Chu Xuan, dalam kepanikan, Zhan Lan tiba-tiba berteriak: "Kamu mau membunuh Luo Li-mu? Ingat membunuh orang akan didenda 1000 poin reward, apa kamu punya 1000 poin reward sekarang? Kalau minus akan dihapuskan! Mau mati silakan sendiri, ngapain narik adik Luo Li ikut mati?"
Zheng Zhuo perlahan berhenti mendengar ini. Kegilaan di wajahnya berangsur memudar, tapi masih dengan raut mengerikan ia menggeram: "Chu Xuan, orang tuaku masih ditahan badan intelijen. Aku tak akan membunuhmu, tapi akan memotong semua anggota gerakmu! Kau bisa memperbaiki tubuh, akan kupotong lagi! Lalu kita lihat apakah kau akan mati kelaparan, atau gagal masuk lingkaran cahaya lalu dihapuskan 'Sang Tuan'!"
Chu Xuan duduk sambil membersihkan darah di sudut mulutnya. Dengan tenang ia bertanya: "Di mana pelacak posisi itu? Kau buang?"
Zheng Zhuo menyeringai dingin: "Tentu. Kira aku akan mengembalikannya padamu?"
Chu Xuan mengangguk dan berkata: "Kalau begitu, saya jamin orang tuamu akan baik-baik saja. Sebenarnya instrumen itu tidak hanya bisa mengunci posisi, tapi juga menyimpan sejumlah informasi. Saya telah memasukkan informasi tentang eksistensi dimensi ruang ini ke dalamnya, sekaligus memasukkan beberapa blueprint berteknologi tinggi yang bisa ditukar di dimensi ini. Jika kamu benar-benar meninggalkan pelacak di sana, maka mereka pasti akan membebaskan orang tuamu, bahkan mungkin memberikan pengaturan yang lebih baik. Ini bisa saya jamin."
Ekspresi Zheng Zhuo berangsur tenang, ia berkata dengan dingin: "Atas dasar apa aku harus mempercayaimu? Dan kenapa kau melakukan ini? Lebih memilih membuat retakan dalam perjanjian kita, tetap memaksa melakukan hal seperti ini? Jika kau tidak memberi alasan yang masuk akal, aku pasti akan membabat keempat anggota gerakmu!"
Chu Xuan tersenyum samar: "Baik, maka dengarkan baik-baik alasan saya melakukan ini... Saya punya tiga alasan menginginkan hal ini."
“Pertama, untuk menguji apakah ‘dimensi ruang realitas’ yang kamu tuju benar-benar dunia nyata tempat kita berasal. Karena ‘Dewa Utama’ mampu menciptakan dunia film horor, maka ‘dunia nyata’ yang kamu datangi juga mungkin merupakan dunia virtual ciptaannya. Satu-satunya cara membuktikannya adalah dengan adanya situasi yang sama sekali tidak kamu ketahui—seperti saat aku memasang pelacak di pisau belatimu yang tak kamu sadari, dan sinyal pelacak hanya bisa diterima oleh basis dalam ingatanku. Jika kamu kembali tanpa cedera, itu membuktikan dunia nyata yang kamu kunjungi adalah ‘dunia nyata’ fiktif ciptaan ‘Dewa Utama’. Namun jika benar-benar bertemu personil dari situasi keamanan negara, maka dunia itu adalah dunia nyata sesungguhnya. Dari luka-lukamu saat kembali, kita semua masuk ke dimensi ruang ‘Dewa Utama’ dengan tubuh fisik, artinya barang-barang yang kita tukar dan kekuatan tubuh bisa dibawa kembali—ini alasan pertama yang ingin kubuktikan.”
“Alasan kedua, aku ingin kembali ke dunia nyata. Pasti ‘Dewa Utama’ memberimu beberapa batasan, bisakah kamu jelaskan?”
Zheng Zhuo berkata dingin: “Ya. Pertama, dilarang memberitahu siapa pun tentang dimensi ruang ‘Dewa Utama’ dalam bentuk apapun. Kedua, harus kembali ke lokasi awal dalam waktu yang ditentukan—misalnya aku menekan tombol ‘YES’ di komputer kantor, maka harus kembali ke kantor dalam tiga puluh hari. Ketiga, saat kembali harus menyentuh semua barang milikku, jika tidak akan tertinggal di dunia nyata. Jika barang itu adalah item khusus dimensi ruang ‘Dewa Utama’, keberadaannya akan dihapus.”
Chu Xuan menyesuaikan kacamatanya: "Tepat seperti dugaan saya. Benar-benar dilarang memberitahu hal-hal dari dimensi ruang Sang Tuan ke dunia luar? Tapi saya sendiri tidak dihapuskan. Jadi alasan kedua saya: sebenarnya Sang Tuan tidak memiliki kemampuan kognitif! Dia hanyalah superkomputer yang beroperasi berdasarkan program!"
"Karena saya membawa alat pelacak kembali ke dunia nyata tanpa sepengetahuanmu, dan kamu tidak tahu ada informasi di dalamnya yang sepenuhnya mengungkap keberadaan dimensi ruang Sang Tuan - ini sebenarnya sudah sepenuhnya membocorkan informasi di sini. Menurut peraturan, pelaku pembocoran harus dihapuskan. Tapi saya tidak dihapuskan, artinya peraturan ini hanya berlaku untuk yang kembali ke dunia nyata. Saya masih berada di dimensi ruang Sang Tuan, jadi sekalipun saya membocorkan informasi tidak masalah. Demikian pula, karena kamu tidak tahu tentang kebocoran informasi ini, kamu juga tidak dihapuskan. Jadi saya simpulkan Sang Tuan tidak memiliki kesadaran! Dia hanya bertindak berdasarkan program, yaitu larangan bicara hanya berlaku untuk yang kembali ke dunia nyata. Selain itu, jika seseorang tidak memiliki ingatan tentang pembocoran informasi, sekalipun informasi tersebut bocor, dia tidak bisa dihukum. Intinya, ini hanyalah superkomputer berprogram! Bukan makhluk hidup yang memiliki kesadaran kognitif!"
Zheng Zhuo meraung: "Lalu apa artinya ini?! Gua gak peduli itu komputer atau apa! Karena intrikmu, nyawa saya dan Luo Li hampir melayang! Hanya untuk memuaskan rasa penasaran teorimu?!"
Chu Xuan sama sekali tidak menghiraukannya, hanya terus berbicara sendiri: "Begitu kita tahu ini adalah sebuah program, banyak hal bisa kita lewati batasannya untuk menyelesaikan misi, termasuk dalam film horor... Percuma menjelaskan ini padamu. Alasan ketiga, aku ingin kamu membawa kembali desain gambar teknologi tinggi. Jika dua dugaan sebelumnya benar, seharusnya gambar-gambar itu sudah sampai di tangan pemerintah, dan pesanku juga telah mereka terima. Dalam pesanku, aku meminta mereka merekrut lebih banyak prajurit khusus yang sudah dihipnosis agar kecewa dengan realitas, lalu menghabiskan 24 jam sehari di depan komputer. Dengan begitu, kemungkinan besar kita akan mendapat rekan-rekan prajurit khusus, tingkat kelangsungan hidup kita juga akan meningkat drastis..."
"Maaf telah membahayakanmu. Prediksiku meleset. Kukira mereka bisa menemukanmu lebih cepat, mendeteksi pelacak di pisau belati itu, sehingga kamu bisa kembali dengan selamat... Ini kesalahanku. Jika setelah tiga alasan ini kamu masih ingin membunuhku, potong saja anggota gerakku. Aku tidak akan melawan."
Setelah mengucapkan semua itu, Chu Xuan berdiri dengan tenang. Zheng Zhuo menggenggam pisau belati dengan ragu, akhirnya melemparkannya ke tanah sambil mengumpat: "Sial! Kalau dari awal kau jelaskan ini, masa aku tidak mau membela negara? Pasti akan kubawa pulang pelacaknya! Yang kubenci adalah kau menghitung bahkan sekutu dan sahabat dengan konspirasi! Apa di hatimu tidak ada sedikit pun perasaan berpikir layaknya manusia normal?"
Chu Xuan berkata dengan datar: "Tidak bisa memberitahumu sebelumnya. Jika dalam ingatanmu ada detail seperti ini, maka 'Sang Tuan' akan menghapuskanmu berdasarkan memorimu. Karena ini juga salah satu cara untuk menyampaikan informasi. Ini hanya bisa tercapai dalam kondisi dimana kamu benar-benar tidak tahu. Kalau tidak, semua ini akan sia-sia."
Zheng Zhuo menarik napas dalam-dalam: "Aku sudah sama sekali tidak mempercayaimu lagi! Apapun bahaya yang akan datang di film horor berikutnya! Perjanjian kita bubar! Mulai sekarang jangan sekali-kali mengkonspirasiku lagi, atau aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri! Aku bersumpah!"
Setelah berkata demikian, Zheng Zhuo berbalik menuju Luo Li. Ia menggenggam tangan gadis itu dan berjalan sunyi ke rumahnya. Zhang Jie dan Zhan Lan menghela napas, mereka pun kembali ke kamar masing-masing. Di alun-alun hanya tersisa Ling Dian yang sedang diperbaiki, dan siluet Chu Xuan yang kesepian... Ia memungut pisau belati di tanah, lalu berjalan sendirian menuju kamarnya...
### Volume 3 Bayangan Juon (I) Bab 4 Juon! Awal (Bagian Atas)
"Masuk ke dalam pilar cahaya dalam 30 detik. Target transmisi terkunci, memulai transmisi Juon..."
Lima orang, tepatnya lima orang plus Anuo di samping Chu Xuan, berdiri bersama dalam lingkaran cahaya dari "Sang Tuan".
Kembali dalam kondisi setengah tertidur, tak terasa berapa lama waktu berlalu. Saat semua orang sadar, mereka sudah berada di sebuah ruangan biasa dengan lantai beralas tatami. Antar ruang dipisahkan oleh pintu kertas. Dari dekorasinya, tempat ini tampaknya merupakan rumah-rumah penduduk bergaya Jepang.
Begitu sadar, kelima orang itu segera menghitung jumlah orang di lantai. Alangkah terkejutnya mereka - ada 15 wajah baru terbaring di lantai. Ditambah Zheng Zhuo dan empat lainnya, total orang dalam film horor ini mencapai batas maksimal 20 orang.
Semakin banyak orang, semakin sulit tingkat kesulitan film horornya. Dalam Alien yang diubah alur ceritanya sebelumnya hanya ada 15 orang, tapi hampir menyebabkan kelompok hancur. Kali ini jumlahnya mencapai 20 orang yang mengerikan, pasti tingkat kesulitannya jauh lebih tinggi dari Alien 1!
Zhang Jie terduduk sambil bergumam pelan: "Juon... Ini Juon... Dengan tingkat kesulitan 20 orang... Kita benar-benar..."
Zhan Lan yang pertama sadar. Ia buru-buru mendekati jendela. Tampak sebuah rumah tinggal bergaya tradisional. Dari lantai dua ini, jika dilihat dari luar, bangunan ini persis sama dengan rumah hantu dalam film Juon.
Dengan wajah pucat, Zhan Lan menoleh ke Chu Xuan: "Kurasa kamu tidak ahli dalam film horor supranatural seperti ini? Biar aku yang menganalisis kali ini, setuju?"
Chu Xuan mengangguk diam-diam.
"Saat ini sudah ada wajah baru yang bangkit dari tanah, Zhan Lan tidak sengaja memperhatikan mereka, melainkan fokus menjelaskan konsep Juon (Kutukan) kepada Zheng Zhuo dan yang lain."
"Yang disebut Juon adalah ketika seseorang mati dalam keadaan penuh dendam, amarahnya berubah menjadi kutukan. Kutukan ini biasanya tertinggal di lingkungan tempat tinggal almarhum selama hidup. Begitu seseorang memasuki lingkungan tersebut, orang itu akan dikutuk dan dibunuh. Dan dalam film horor ini... lokasi kutukan berada di rumah kuno ini!"
Zhan Lan mengusap dahinya: "Dalam film horor Juon, begitu seseorang terkena kutukan, maka nasibnya sudah pasti mati. Mungkin beberapa hari kemudian, atau beberapa minggu kemudian, intinya orang itu bisa dibunuh hantu kapan saja!"
Zheng Zhuo menghela napas: "Maksudmu, kita sebenarnya sudah dikutuk sekarang? Begitu film horor dimulai, kita bisa dibunuh hantu kapan saja?"
Zhan Lan tersenyum getir: "Ya... inilah film horor supranatural yang tak bisa dijelaskan ilmu pengetahuan. Kita tak bisa menganalisis cara hantu membunuh, juga tak tahu bagaimana menghindarinya... Lalu apa tugas kita dalam film horor ini?"
Kelimanya serentak melihat jam tangan mereka. Tampilan di jam menyebutkan misi Juon adalah bertahan tujuh hari, dengan opsi tambahan: Bunuh subjek utama Juon Kayako sekali, dapatkan Alur Sampingan Level B, poin reward... lima ribu!
"B, Alur Sampingan Level B? Poin reward... li, lima ribu?"
Zhang Jie tiba-tiba bangkit dari tatami, teriak penuh semangat: "Sial, kita harus berjuang! Alur Sampingan Level B ditambah 5.000 poin reward, layak dipertaruhkan! Setelah ini, saudara-saudara kita bisa makan sepuasnya, minum seenaknya, nasi bisa dimakan dua mangkok, satu untuk makan, satu untuk dibuang..."
Suasana mencekam tadi langsung terpecahkan oleh Zhang Jie. Zheng Zhuo menertawakan sambil berkata: "Kau pikir semudah itu? Ingat betapa mengerikannya Sang Ratu? Membunuhnya hanya memberi kita Alur Sampingan Level D per orang, aku saja cuma dapat 3.000 poin reward. Pasti Juon utama Kayako lebih menyeramkan daripada Alien Queen..."
Begitu kata-kata ini terucap, kelimanya langsung terdiam...
Sudah sembilan hari sejak Zheng Zhuo kembali ke ruang Dewa Utama. Selama ini hampir tak ada dialog dengan Chu Xuan, hanya berdiskusi teknik bertarung dengan Zhang Jie dan Ling Dian, berlatih survival skill dan penggunaan senjata api. Hanya mendekati film horor ketiga, Chu Xuan baru menghampiri mereka sambil mengeluarkan alat komunikasi mirip ponsel.
"Satu untuk masing-masing. Bisa saling berkomunikasi dalam radius 50 kilometer tanpa gangguan sinyal satelit. Ini akan sangat berguna untuk kerja sama tim."
Chu Xuan selama ini hampir tidak berbicara setengah kata pun dengan yang lain. Selain memproduksi senjata api dan peluru dalam jumlah besar, dia juga sibuk membuat alat komunikasi ini. Namun yang aneh, sisa poin reward-nya semuanya digunakan untuk menukar peluru spiritual - peluru yang terlihat hampir sama dengan peluru biasa, namun pada selongsongnya terukir simbol-simbol aneh.
Entah mengapa, termasuk Zheng Zhuo, semua orang menukar peluru spiritual dalam jumlah besar. Ini adalah kategori termurah di antara semua alat yang bisa melukai hantu dan makhluk gaib, dan bisa digunakan di senjata apa pun. Di dalam Cincin Na Zheng Zhuo tersimpan hampir satu meter kubik peluru spiritual. Sebaliknya, peluru armor-piercing justru dia ambil sangat sedikit.
Selain itu, keempat orang tanpa Cincin Na menukar tas ransel militer. Di dalamnya mereka menyimpan obat henti darah, balut, antidote, makanan kompresi, tablet air padat (makanan teknologi khusus di ruang "Dewa Utama"). Setiap orang juga menyiapkan jaket anti dingin efisien. Ini hampir menghabiskan semua poin reward mereka. Karena jumlah poin reward berbeda-beda, beberapa barang Zheng Zhuo dilengkapi dengan bantuan poin dari yang lain.
Juon (Kutukan)... Film horor ketiga ternyata adalah film horor tak terpecahkan yang terkenal dengan julukan "semua anggota terbunuh".
Zheng Zhuo duduk tenang di tatami. Dia melihat Zhan Lan mulai menjelaskan aturan ruang "Dewa Utama" kepada para wajah baru yang baru sadar. Sementara itu, dia dengan diam mengingat-ingat konten film horor Juon (Kutukan) ini.
Juon (Kutukan) memiliki total tiga seri film. Zheng Zhuo tentu pernah menonton film horor terkenal ini, bahkan baru saja menyelesaikan seluruh triloginya dalam beberapa hari terakhir. Detail dan karakter dalam film tersebut masih segar dalam ingatannya. Hal yang paling membekas adalah fakta bahwa tidak ada satu pun orang yang terkutuk oleh Juon bisa bertahan hidup.
Awal mula Juon bercerita tentang seorang wanita bernama Kayako yang sangat penyendiri. Saat kuliah, dia diam-diam menyukai seorang pria. Namun karena sifatnya yang tertutup, dia hanya mengamati pria itu dari kejauhan dan menuangkan perasaannya dalam buku harian. Pria tersebut tidak mengetahui perasaan Kayako karena sedang menjalin hubungan dengan wanita lain, dan akhirnya menikahi kekasihnya itu. Kejadian ini membuat Kayako menyimpan dendam yang dalam di hatinya.
Selanjutnya, Kayako mengalami serangkaian kesialan. Kucing kesayangannya yang telah dipelihara sejak kecil mati, lalu kedua orang tuanya tewas dalam kecelakaan mobil saat bepergian. Pada titik ini, tokoh utama film Kayako sudah dipenuhi kebencian yang mengerikan.
Tidak lama kemudian, Kayako menikah dengan pria lain yang memiliki kecenderungan kekerasan dalam pikirannya. Setelah menikah, Kayako melahirkan seorang anak untuk suaminya. Mereka menjalani kehidupan yang tenang selama beberapa tahun hingga suatu hari, saat anak mereka mulai bersekolah, Kayako baru menyadari bahwa guru anaknya itu ternyata adalah pria yang pernah dia sukai diam-diam semasa kuliah dulu.
Pada saat yang sama, suami Kayako mengetahui dari pemeriksaan rumah sakit bahwa cairan sperma-nya sangat sedikit, artinya sangat sulit baginya untuk memiliki anak. Dia juga menemukan buku harian Kayako dan mengira anak itu adalah hasil perselingkuhan Kayako dengan guru. Sejak saat itu, kekerasan dalam pikiran pria ini akhirnya meledak. Dia menyiksa Kayako dengan kejam, memotong-motong tubuhnya dan menyembunyikannya di loteng. Dia juga membunuh istri pria yang pernah dicintai Kayako untuk melampiaskan amarahnya karena dikhianati!
Namun sebenarnya, anak yang dilahirkan Kayako adalah keturunan darah daging suaminya sendiri. Dalam kondisi difitnah dan disiksa hingga tewas ini, dendam lama yang terpendam di hatinya akhirnya mencapai batas maksimal. Rumah ini pun menjadi tanah kutukan (Juon), dan dia mulai membunuh semua orang yang masuk ke rumah ini dengan kekuatan kutukan.
Inilah alur cerita Juon yang kurang lebih diketahui Zheng Zhuo. Meskipun Juon memiliki tiga sekuel film, sebenarnya ketiganya menceritakan hal yang sama: bagaimana Kayako membunuh semua orang yang masuk ke rumah itu. Dalam seluruh trilogi Juon, semua orang yang terkena kutukan tewas tanpa terkecuali!
(Bunuh Kayako? Ketika hantu ingatan-nya muncul, bisakah kita membunuhnya dengan peluru spiritual? Jika bisa, bukankah tingkat kesulitan ini tidak sebanding dengan poin reward yang diberikan?)
"Sial! Kalau kau bilang ini surga, gua pasti percaya ini benar-benar surga!"
Saat Zheng Zhuo sedang merenung dalam diam, tiba-tiba teriakan seperti ini meledak dari antara wajah baru.
Seorang pria besar dari Timur Laut dengan muka memerah berdiri sambil berteriak kasar: "Laozi jelas-jelas sedang berbisnis online, cuma mengklik jendela iklan yang tiba-tiba muncul, kok bisa langsung ada di sini? Sial, jangan anggap Laozi tidak berpengalaman! Kalian pasti menusukku dengan jarum bius dari belakang lalu memindahkanku ke rumah sebelang warnet untuk menakut-nakuti dan merampas, ya? Jangan sok kreatif! Udah banyak yang nyoba cara kaya ginian..."
Para pendatang baru ini terlihat sangat biasa, baik dari pakaian maupun reaksi mereka terhadap perubahan. Kecuali tiga orang yang bereaksi aneh, dua belas orang lainnya mulai ribut berisik. Pria besar dari Timur Laut itu malah memimpin turun ke lantai bawah, diikuti delapan orang di belakangnya.
Reaksi ketiga orang itu adalah: Satu orang tetap duduk membaca buku tak peduli sekitar, remaja berusia lima belas enam belas tahun dengan penampilan kalem. Satu lagi mulai meraba-raba pintu kertas dan tatami. Yang terakhir adalah wanita cantik yang masih mengantuk, mengenakan piyama seksi sambil menguap. Matanya samar-samar, ekspresinya lesu, benar-benar pantas menyandang gelar kecantikan luar biasa.
Sedangkan tiga orang lainnya adalah para pemuda, penampilan dan pakaian mereka terlihat sangat biasa, usia sekitar 20-21 tahun. Alasan mereka tidak pergi... mungkin karena si cantik seksi sedang menggeliat, dua titik merah muda di payudaranya samar-samar terlihat, membuat ketiga pemuda itu melotot memandang tak berkedip.
Zhan Lan melihat pria besar dari Timur Laut hendak pergi, saat dia ingin menasihati, tiba-tiba Zheng Zhuo menariknya dan berkata: "Biarkan mereka pergi. Film horor ini adalah pertama kalinya kita menghadapi genre horor supranatural. Kita tidak bisa saling membantu. Jika mereka mau mempercayai kita, tidak apa melindungi mereka. Tapi jika mereka memilih pergi... biarkan mereka bertahan hidup dengan keberuntungan sendiri."
Pria yang sedang mengamati pintu kertas dan tatami tiba-tiba berhenti. Ia menghela nafas: "Aku mulai percaya ucapan kalian. Ini benar-benar skenario yang populer di masyarakat Jepang. Pola tatami dan pintu kertas ini juga model yang cukup populer sepuluh tahun lalu di Jepang..."
Si cantik seksi menguap: "Jepang? Kok bisa sampai di Jepang? Aku ingat tadi sedang video call telanjang dengan netizen. Eh, ngomong-ngomong kalian ngapain di rumahku?" Perempuan seksi itu melirik ke sekeliling, baru menyadari lingkungan yang asing, langsung menjerit kencang.
"Zheng Zhuo sedang hendak berbicara, tiba-tiba teriak seorang wanita terdengar dari lantai bawah disertai ucapannya... Itu bahasa Jepang! Wanita berbahasa Jepang ini pastilah karakter dalam alur cerita. Dengan kata lain... ketika mereka bisa berinteraksi dengan karakter cerita, artinya film horor telah dimulai!"
Seketika, hawa dingin menusuk menerpa semua yang hadir. Tapi seolah tak ada yang merasakannya kecuali Zheng Zhuo yang seluruh tubuhnya berguncang hebat. Tanpa pikir panjang dia mengeluarkan senapan mesin dari Cincin Na - peluru yang terisi saat ini kebetulan adalah peluru spiritual. Dengan sigap dia menembak ke arah loteng diagonal di lantai dua.
Dentuman tembakan memecah kesunyian. Pintu besar loteng seketika hancur berkeping. Semua orang memandangnya dengan bingung, hanya dia sendiri yang merasakan hawa dingin itu perlahan surut. Tapi orang-orang sekitar tampak sama sekali tak menyadari helaian aura dingin yang mulai merayap di tubuh mereka... Bahkan Zheng Zhuo sendiri sudah terbelit aura ini, samar-samar seperti ilusi.
"Ini... Juon (Kutukan)?"
