Sudah datang lagi?
Dalam tangki kaca berisi cairan bening, mengambang janin kecil yang baru terbentuk. Di luar tangki, belasan peneliti paruh baya berdiskusi antusias.
"Satu-satunya tubuh yang bertahan hidup! Direktur Chu, kita berhasil... Sepuluh tahun! Butuh sepuluh tahun untuk mendapatkan satu tubuh hidup ini!"
"Benar. Atasan sudah lama tak sabar. Ratusan miliar! Sepuluh tahun ratusan miliar... Tapi akhirnya sukses juga."
"Memiliki pengetahuan setara peneliti sejak awal, kecerdasan tak tertandingi, tubuh kekar, jiwa yang tak kenal lelah dan kelemahan. Kebal terhadap penyakit. Manusia seperti ini sungguh manusia super..."
Para peneliti terus berdiskusi penuh semangat. Hanya si orang tua berambut perak yang tak ikut bicara. Ia memandang lembut makhluk kecil dalam tangki, menempelkan telapak tangannya di kaca.
Janin itu seolah telah punya kesadaran. Tangannya kecil berusaha menyentuh telapak itu. Tapi karena masih terlalu dini, yang terlihat hanya jemari mungilnya bergerak-gerak. Kelucuan itu membuat sang orang tua tertawa terbahak...
Chu Xuan memandang diam-diam wanita pucat yang terus mengeluarkan suara "kotek-kotek", kedua tangannya bergerak gemetar. Dua pistol besar muncul di tangannya, dengan suara "plak" yang nyaring, dua magazen telah terpasang erat di pistol.
"Biarkan aku membuktikan dugaan terakhir ini..."
Chu Xuan mengarahkan pistol dan mulai menembaki wanita pucat itu. Seolah tak perlu membidik, setiap peluru tepat menghantam dahi wanita itu. Setelah beberapa detik, tak terhitung berapa kali dia menembak, hingga seluruh kepala wanita pucat itu hancur berantakan.
Wanita pucat ini seolah tak memiliki wujud fisik. Peluru menembus tubuhnya dan menghantam dinding di belakang, sementara tubuhnya menyatu kembali seperti kabut, lalu kepalanya kembali utuh.
"Tak bisa dilukai secara fisik? Halusinasi? Atau... Nuo, serang!"
Begitu Chu Xuan selesai bicara, dari kegelapan di kejauhan tiba-tiba muncul semburan ular api. Dentuman tembakan bergemuruh, tubuh wanita pucat itu langsung menjadi sarang lebah dengan lubang peluru di mana-mana. Berbeda dengan sebelumnya, lubang-lubang peluru kali ini tidak segera menutup. Peluru perak keperakan yang jatuh ke tanah berubah cepat menjadi abu-abu lalu hitam. Saat Nuo terus memuntahkan tembakan, akhirnya wanita pucat itu tersapu angin hingga tak berbekas.
“Ternyata... tidak ada poin reward, dan harus melalui akumulasi kerusakan dari peluru spiritual dalam jumlah besar, baru bisa menghancurkan entitas spiritual...”
Chu Xuan menggoyangkan kedua tangannya, dua magazen pistol tebal langsung jatuh bersamaan. Kemudian dia memasang dua magazen baru sambil berteriak: "Nuo, awas belakang! Entitas spiritual biasanya akan menyerang orang yang pertama melukainya."
Sosok besar dalam kegelapan itu segera berbalik, namun tiba-tiba dari punggungnya muncul lengan pucat membiru. Perempuan berwajah terdistorsi dengan seluruh tubuh pucat itu muncul secara aneh dari belakangnya. Begitu mata perempuan itu menatap Nuo, sang raksasa langsung membeku di tempat, hanya tubuhnya yang gemetar hebat dengan kulit perlahan berubah kebiruan dan kepucatan.
"...Tidak boleh bersentuhan, kalau tidak akan kehilangan kendali tubuh?"
Chu Xuan menembakkan pistolnya bertubi-tubi. Kepala perempuan itu langsung hancur berantakan oleh peluru spiritual yang membuatnya tak bisa beregenerasi. Namun tubuhnya masih bergerak, merangkul Nuo dari belakang hingga kulit sang raksasa berubah abu-abu kebiruan. Hanya matanya yang terus memandang Chu Xuan.
"Harus menyerang setiap bagian tubuhnya..."
Chu Xuan menutup matanya sejenak. Saat membukanya kembali, dua pucuk pistol tebal telah mulai menembak tanpa henti, menghancurkan Nuo bersama perempuan pucat itu. Daya hancur pistol ini sangat dahsyat, Nuo tewas seketika tanpa sempat bersuara, sementara perempuan pucat itu pun menghilang tanpa bekas.
Di dalam pangkalan yang dingin, seorang bocah lelaki dengan wajah tanpa ekspresi memutar-mutar kubus ajaib di tangannya. Puluhan detik kemudian, seluruh kubus telah kembali ke bentuk semula dengan keempat sisinya berwarna seragam.
Bocah itu melemparkan kubus ke lantai, lalu mulai bermain mainan lain dengan ekspresi datar - puzzle. Sebuah puzzle raksasa berukuran sekitar satu meter perlahan terbentuk di tangannya, tanpa satupun kesalahan penyusunan dari awal hingga akhir.
"Kecerdasannya luar biasa. Daya ingatnya bahkan mampu merekam posisi setiap keping puzzle. Lebih mirip..."
"...lebih mirip komputer? Dan anak ini tak pernah tersenyum. Ekspresi dinginnya benar-benar membuat merinding."
"Bukan cuma tak bisa tersenyum. Dia tak punya rasa sakit, tak punya indra peraba, penciuman, maupun pengecap. Bahkan karena modifikasi genetik yang terlalu menekankan ketahanan jiwa, dia kehilangan sistem sekresi kimiawi normal. Dengan kata lain, dia takkan pernah merasakan kesedihan, kegembiraan, ketakutan, atau bahkan hasrat seksual..."
“Ini benar-benar mirip robot. Manusia hasil rekayasa genetika yang bahkan tidak punya keinginan untuk hidup, apakah benar ini manusia super yang kita harapkan? Mungkin sekarang dia hanya berpikir bagaimana cara mati. Jika aku jadi dia... mungkin tidak tahan bahkan satu detik lalu ingin bunuh diri. Kehidupan seperti itu sungguh menyakitkan.”
“Cukup! Semuanya diam!”
Di balik jendela kaca tak jauh dari bocah itu, belasan peneliti terus berbicara ramai. Seorang tua berambut putih yang memimpin tiba-tiba berteriak marah. Matanya yang dingin menatap para peneliti di belakangnya, membuat tak seorang pun berani bertukar pandangan dengannya walau setengah detik.
Orang tua itu membuka pintu kecil di samping jendela kaca. Ia mendekati bocah lelaki yang hanya meliriknya sekilas, lalu kembali fokus pada kunci puzzle di tangannya.
“Chu Xuan, mau lihat bintang-bintang?”
“......Bintang?”
“Ya, sesuatu yang hanya bisa dilihat di luar pangkalan. Hehe, meski dalam ingatanmu ada pengetahuan tentang bintang, tapi keindahannya tak bisa dijelaskan dengan pengetahuan. Harus dilihat langsung dengan mata sendiri... Ayo, aku ajak kamu lihat bintang.”
Chu Xuan menatap langit. Bintang... memang bukan sesuatu yang bisa dijelaskan dengan pengetahuan. Gemerlap bintang di langit begitu indah. Setiap kali memandangnya, sebagian ingatan tentang pengetahuan bintang seolah menghilang, digantikan oleh keindahan tak terkatakan ini.
Sebuah tangan pucat kelam muncul perlahan di samping leher Chu Xuan. Namun saat tangan itu hendak menyentuhnya, sorot mata Chu Xuan berubah drastis. Dengan gerakan cepat, tubuhnya melompat membalik sementara pistol besar di tangannya terus menembak tak henti. Saat mendarat, wanita pucat yang berdiri di belakangnya telah hancur menjadi serpihan—bahkan serpihan pun tak tersisa.
Jika Zheng Zhuo dan Zhao Yingkong ada di sini, mereka akan terkejut menemukan Chu Xuan justru berada dalam keadaan kunci genetik terbuka. Dari kelincahan geraknya, tingkat pembukaan kunci genetiknya jelas tidak kalah dari duo itu, bahkan mungkin lebih mendekati level Zheng Zhuo. Setelah menghancurkan wanita pucat di belakangnya, magazen pistol terlepas lagi. Dua magazen baru jatuh dari lengan bajunya langsung masuk ke pistol.
"Tetap tidak ada poin reward. Apakah isyarat 'Tujuh' mengacu pada..."
Saat Chu Xuan sedang merenung, tiba-tiba suara "kotek kotek" menggema di sekelilingnya. Dari posisinya berdiri, puluhan lengan pucat kelam muncul di tepi atap gedung-gedung sekitar. Ratusan wanita pucat merayap naik dari tepian atap, semua mengeluarkan suara "kotek kotek" sambil mendekati Chu Xuan.
"Setiap gelombang yang terbunuh membuat hantu berikutnya semakin kuat... Saat ini sudah tiga gelombang terbunuh. Apakah ini mewakili gelombang keempat?"
"Chu Xuan mulai berlari ke satu arah, pistol di tangannya terus-menerus menghujani sebelah sana dengan tembakan. Saat seluruh peluru pistol habis, semua perempuan pucat di depannya telah tersapu angin hingga tak berbekas. Kedua tangannya bergerak lincah, magazen pistol diganti dengan gesit, lalu tubuhnya berputar menghujani kerumunan perempuan pucat di belakangnya dengan rentetan tembakan..."
"Hehe, Chu Xuan, pertama kali keluar dari basis, bagaimana perasaanmu?"
"...Sangat hitam."
"Haha, tentu saja lebih gelap dibanding dalam basis. Ayo, di dekat sini ada hamparan rumput, mari kita tiduran di sana melihat bintang-bintang."
Seorang orang tua menuntun seorang bocah lelaki, mereka berjalan sambil berbicara. Ekspresi bocah itu tetap samar sepanjang waktu, meskipun orang tua itu terus mencoba menghiburnya dengan kalimat-kalimat acak. Bocah lelaki itu masih menunjukkan ekspresi enggan menjawab, hingga akhirnya ketika mereka berbaring di rumput, matanya tiba-tiba berbinar memandang ke hamparan bintang-bintang di langit.
"Haha, indah bukan? Di sini tidak banyak pencahayaan, kita bisa melihat bintang-bintang di langit dengan mudah. Kalau di kota, mustahil melihat rasi bintang seperti ini dengan mata telanjang..."
Orang tua itu terus berbicara pada Chu Xuan, namun bocah lelaki ini hanya diam memandang hamparan bintang di langit. Tiba-tiba sang tua terdiam seribu bahasa, setelah cukup lama baru melanjutkan: "Maaf, ini salahku. Awalnya kukira manusia yang memahami segalanya sejak lahir, tanpa rasa sakit, dengan jiwa sekuat baja akan menjadi manusia super yang sama sekali segar, tapi..."
"Meski orang biasa melakukan banyak kesalahan, mereka tahu cara terus memperbaiki diri, beradaptasi dengan dunia, dan membuat diri menjadi lebih baik. Walau awalnya sangat lemah dan rentan berbuat kesalahan, selama masih ada keinginan untuk berkembang dan mereka tetap hidup, kemajuan ini tak akan pernah berhenti. Dalam hati mereka terdapat berbagai hasrat - keinginan akan uang, reproduksi, dominasi, penyelamatan, kelangsungan hidup... Aduh, aku salah. Dengan mencabut semua keinginanmu, aku justru menghilangkan alasanmu untuk tetap hidup. Aku bersalah..."
Seorang orang tua berambut putih memeluk bocah lelaki sambil terisak-isak. Bocah itu mengusap air mata sang kakek, matanya berkaca-kaca namun tak setetes pun air mata bisa mengalir keluar.
