"Dalam pandangan medis modern, emosi manusia sepenuhnya dikendalikan oleh hormon dalam tubuh. Setiap jenis hormon menguasai jenis emosi tertentu..."
Seluruh tubuhnya seakan diselubungi baju zirah daging manusia yang tebal. Tanpa indra peraba, rasa sakit, penciuman, maupun pengecap. Hanya bisa memahami dunia melalui penglihatan dan pendengaran. Tanpa emosi, tak paham cara menangis atau tertawa, namun memerintahkan diri sendiri secara paksa untuk memikirkan ekspresi wajah tersebut. Terus-menerus mempertimbangkan gerakan apa yang harus ditampilkan, bukan berasal dari luapan hati yang spontan.
Sangat lelah, ingin keluar dari baju zirah ini, ingin mencium aroma di sekitar, ingin mencicipi makanan lezat, ingin merasakan tekstur dan kekerasan sekitar, ingin terluka dan merasakan sakit, ingin bahagia dan tertawa, ingin secara alami mengekspresikan diri yang sebenarnya dalam hati...
Tapi sudah tidak mungkin lagi, bahkan "Dewa Utama" pun hanya bisa memperbaiki gen yang rusak, sedangkan gen ini sama sekali tidak mengalami kerusakan, ia sudah termutasi sejak awal tanpa kemungkinan diperbaiki...
Jadi, sangat lelah, sudah tidak ingin lagi memikirkan ekspresi apa yang harus digunakan dalam situasi apapun. Jika bisa benar-benar tenang, tidak berpikir, tidak menyimulasikan, hanya tidur dengan damai, itu sudah cukup baik...
Chu Xuan terus menerus mengangkat pistolnya dan menembaki para wanita pucat yang mengeluarkan suara gegegege di depannya. Dua pistolnya memiliki daya hancur luar biasa, setiap peluru meledakkan bagian tubuh wanita pucat sebesar mangkuk. Sekitar sepuluh tembakan cukup untuk menghancurkan satu wanita pucat, tapi dihadapannya setidaknya ada lebih dari dua puluh wanita pucat yang terus merayap mendekat. Dua pistol kecil mustahil bisa mengatasi semuanya.
Kedua tangan Chu Xuan bergetar, saat magazen pistol jatuh ke tanah, dua magazen baru sudah terpasang. Tiba-tiba ia berlari ke dinding samping. Saat para wanita pucat masih berjarak beberapa meter, ia melangkah cepat ke dinding, lalu menendang kuat-kuat. Sebelum para wanita pucat menyentuhnya, tubuhnya melayang melewati mereka sementara kedua pistolnya terus menembak, menghancurkan semua wanita pucat di bawahnya menjadi serpihan!
“Gelombang keempat！”
Suara denting peluru jatuh ke tanah terus terdengar, asap kehijauan mengepul dari dua pistol tebal itu. Chu Xuan memandang sekeliling dengan diam. Setelah membuka status kunci genetik, naluri bahayanya telah mencapai tingkat yang sangat sensitif. Tapi entah mengapa, kali ini dia tidak merasakan bahaya lagi... Juon (Kutukan), hanya sebatas ini?
"Tidak! Tidak ada poin reward, tidak ada petunjuk, ini akan terus berlanjut..."
Chu Xuan tetap waspada dalam diam. Tiba-tiba cahaya terang muncul di depannya, di atas atap gedung itu muncul deretan pintu kertas bergaya Jepang, terlihat seperti pintu masuk rumah biasa. Pintu kertas itu perlahan terbuka, memperlihatkan ruangan rumah biasa di baliknya. Sepasang pria dan wanita sedang bertengkar di dalam.
Pria itu tampak terus memukuli wanita tersebut. Kemudian dia mengambil pisau dari meja dan menikamnya. Darah mengucur deras, wanita itu terjatuh dengan mata membelalak penuh ketidakpercayaan. Pria itu tak berhenti, malah terus menguliti dan memotong-motong mayat wanita itu. Mayat wanita itu terus kejang-kejang, hanya kedua matanya yang menatap tajam ke Chu Xuan. Wajah wanita ini persis sama dengan hantu-hantu wanita pucat sebelumnya. Wajah berlumuran darah itu terlihat sangat mengerikan.
Chu Xuan memandang diam-diam segala yang terjadi di depannya. Pistol tebal di tangannya sekali lagi mengganti magazen baru. Hingga ketika pria itu tiba-tiba menoleh, barulah Chu Xuan mengangkat pistol dan menembak ke arahnya. Tapi entah mengapa, kali ini peluru spiritual tidak menghancurkan pria itu, malah langsung menembus tubuhnya.
"Halusinasi? Atau..."
Chu Xuan menghentikan tembakan pistolnya. Firasatnya mengatakan tidak ada apa-apa di depan mata - tidak ada objek yang mendekat, tidak ada rumah-rumah penduduk, bahkan sedikit bahaya pun tidak ada. Jadi dia hanya bisa memandang dingin saat pria itu perlahan mendekat, lalu mengayunkan pisau dapur ke arahnya.
(Bahaya! Perasaan ini...)
Chu Xuan menghentakkan kakinya dan melompat mundur secara refleks. Namun bagian depan bajanya masih terpotong bersama kulit dan daging - bukan terpotong, melainkan kulit, daging, dan kain itu semuanya menghilang... Dia tiba-tiba merasa ususnya berat, sensasi kembung aneh muncul dari sana.
"Bagian tubuh yang diserang menghilang lalu masuk ke ususku. Bagaimana caranya? Bukan serangan fisik maupun mental... Ini pasti serangan hantu yang tak bisa dijelaskan secara ilmiah."
Chu Xuan kembali mengarahkan pistolnya ke pria itu. Tapi seperti sebelumnya, peluru hanya menembus tubuhnya. Firasatnya sekali lagi mengatakan sekeliling tenang, tidak ada bahaya sama sekali.
"Tidak mungkin tidak ada. Dengan kata lain, serangan biasa tak mempan. Hanya pada saat kau menyeranglah..."
Chu Xuan dengan tenang mengulurkan satu lengannya ke arah pria itu, membiarkan pria yang berlumuran darah ini perlahan mendekat langkah demi langkah. Kemudian pria itu mengangkat pisau dapur dan membabat lengan Chu Xuan. Bersamaan dengan itu, pistol di tangan Chu Xuan yang lain terus menembak tanpa henti. Saat lengannya menghilang, tubuh pria itu juga hancur berantakan oleh tembakan. Hantu ingatan pria ini pun menghilang sepenuhnya seperti hantu-hantu lainnya.
"Huh... Perut terasa begah. Masih lebih suka makanan yang warnanya menarik..."
Chu Xuan tetap berada dalam kondisi kunci genetik terbuka. Lengan yang terluka menyemburkan beberapa aliran darah sebelum akhirnya berhenti perlahan. Tangan satunya bergerak lincah, magazen pistol berat itu kembali terisi penuh.
"Gelombang kelima... selesai!"
Chu Xuan berdiam di tempat selama beberapa detik. Tiba-tiba firasatnya menjadi sangat kuat, seolah-olah hantu sedang menyerangnya. Namun saat menengok ke sekeliling, tak terlihat satu pun bayangan hantu. Perlahan, firasat ini mencapai batas maksimal intensitasnya.
"Apa mereka menggunakan Teknik Siluman? Atau mungkin... bersembunyi di dalam tubuhku?"
Chu Xuan tiba-tiba merasakan organ dalamnya kejang-kejang. Darah mulai menyembur dari hidung dan mulutnya. Dengan suara "wah", dia memuntahkan segumpal darah hitam pekat yang bercampur serpihan organ dalam.
"Inikah gelombang keenam? Menyerang organ dalam dari dalam tubuh..."
Chu Xuan tiba-tiba tersenyum tipis. Tanpa pikir panjang, dia membalikkan luka tembak pistolnya ke arah perutnya sendiri, lalu menekan pelatuk dengan keras...
“Lihat? Dia sedang memikirkan empat soal matematika tak terpecahkan itu lagi. Aku benar-benar tidak tahu keinginan apa lagi yang dimilikinya selain rasa haus akan pengetahuan...”
“Ssst, pelan-pelan. Sekarang dia sudah menjadi Wakil Ketua Kelompok Penelitian. Setelah Pak Chu pergi, pasti dia yang jadi ketua... Kamu tidak takut dia akan membuat masalah untukmu?”
“Hei, kamu tidak tahu ya? Zombie seperti ini masih bisa membuat masalah? Mungkin dia bahkan tidak punya keinginan untuk mengganggu orang...”
Chu Xuan memandang diam-diam buku catatan di tangannya. Dengan pendengarannya yang tajam, dia jelas mendengar bisikan-bisikan orang di sekitarnya. Tapi dibandingkan teka-teki matematika di tangannya, dia bahkan tidak punya keinginan untuk mengangkat kepala, hanya ingin duduk tenang menghitung angka...
Orang tua kekar berambut perak itu kini telah memutih seluruhnya. Berbaring di ranjang rumah sakit, dia memandang Chu Xuan yang duduk di sampingnya. Remaja itu menatapnya tanpa ekspresi, seolah mereka hanyalah orang asing yang berpapasan di jalan.
Tangan tua itu penuh jarum infus. Dengan susah payah dia membuka mulut: "Chu Xuan, apakah kamu masih membenciku?"
"Mengapa harus membenci?" Chu Xuan berkata datar: "Mengapa aku harus membencimu?"
Orang tua itu tersenyum getir: "Benar, mengapa harus membenciku. Kamu memang tidak bisa membenciku... Jika benar-benar membenciku, mungkin aku bisa pergi dengan tenang."
Chu Xuan membuka mulutnya, tapi akhirnya berkata dengan dingin: "Mereka bilang kamu akan mati. Benarkah... sudah tidak ada cara untuk menyelamatkanmu?"
Orang tua itu menggelengkan kepala perlahan sambil berkata: "Dengan teknologi saat ini, bisa berbicara denganmu saja sudah sangat beruntung... Chu Xuan, jangan ikuti jejak kami yang mencoba mengubah sifat manusia dengan teknologi. Kecerdasan manusia biasa hanya akan dipenuhi kebencian terhadap kehidupan, tapi siapa yang tahu? Kelemahan kita, hasrat kita, segala kekurangan dalam diri kita, sebenarnya inilah harta berharga yang ditinggalkan langit untuk kita... Chu Xuan, maafkan aku. Jika bisa mengulang lagi, kuharap bisa memberimu masa kecil yang sesungguhnya, kehidupan yang biasa... Maafkan aku..."
Pandangan Chu Xuan sedikit meredup: "Begitu? Kau akan segera mati... Kapan?"
Tiba-tiba orang tua itu menyangga tubuhnya dan berteriak: "Kau juga ingin mati, bukan? Tidak, kau sudah lama ingin mati? Karena aku mengikatmu? Karena ikatanku ini kau harus hidup menderita... Apa kau akan bunuh diri setelah aku mati? Atau mencari cara agar orang lain membunuhmu? Tidak..."
"Chu Xuan! Masih banyak teknologi yang belum kukembangkan! Reaktor fusi hidrogen stabil, meriam Gauss jarak ultra jauh, baterai efisiensi tinggi... Chu Xuan, teruskan penelitianku! Berjanjilah padaku, kau tidak boleh mati sebelum tim mendapatkan teknologi-teknologi ini! Berjanjilah!"
Chu Xuan memandang orang tua itu dalam waktu yang cukup lama. Hanya ketika napas orang itu mulai tersengal-sengal, ia pun mengangguk datar. Tangan tua yang menggenggamnya mulai meluncur perlahan...
“……Anak, karena kau tidak memiliki keinginan untuk hidup, maka hiduplah membawa keinginanku ini. Untuk terakhir kalinya, biarkan aku mengikatmu sekali lagi... Apapun yang terjadi, tetaplah bertahan hidup……”
Chu Xuan terbaring di tanah memandang langit penuh bintang dengan tenang. Keindahan hamparan bintang ini benar-benar tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hanya dengan memandang luasnya langit malam, pikirannya yang tak pernah berhenti menganalisa akhirnya bisa beristirahat. Baru pada momen inilah ia menemukan kedamaian sejati.
“Itu bukanlah ikatan, Ayah... Aku hanya terlalu lelah. Biarkan aku menenangkan diri sebentar, hanya sebentar saja……”
Tak jauh dari Chu Xuan, dari balik bayangan gedung muncul perlahan sosok wanita pucat setinggi sepuluh meter. Wanita ini adalah protagonis film Juon (Kutukan) — Kayako, inti dari kutukan tersebut.
Sebelum hantu ingatan raksasa itu merangkak mendekat, Chu Xuan telah perlahan menutup kedua matanya. Senyum lega mengembang di wajahnya, penuh ketenangan dan kedamaian...
“Zheng Zhuo, ini petunjuk terakhirku... Terima kasih……”
### Bagian 4 Bayangan Juon (2) Bab 1 Hati yang Tumbuh &... Pesan Terakhir? (Bagian Atas)
Saat kerumunan orang mulai ramai di siang hari, ketiga anggota tim Zheng Zhuo keluar dari bayangan pohon. Karena jaket luar Zhao Yingkong penuh darah kotor, Zheng Zhuo terpaksa melepas jaketnya sendiri dan mengenakannya pada gadis itu. Secara refleks ia memeluk bahu sebelahnya, terlihat seperti kakak laki-laki yang sedang menggendong adik perempuan.
“……Zhang Jie dan Zhao Yingkong sama-sama memandanginya dengan heran. Zheng Zhuo tersenyum tipis: "Dengan begini terlihat lebih alami. Setelah masuk hotel nanti, kita bisa mengobrol santai dan tersenyumlah seluas mungkin. Baru tidak mencuri perhatian... Hmm, tak masalah memelukmu sebentar kan, Yingkong?""
Zhao Yingkong memalingkan wajah dan berkata dingin: "Tidak apa-apa."
Saat Zhao Yingkong melepas jaket sebelumnya, Zheng Zhuo dan Zhang Jie baru menyadari perubahan posturnya. Gadis cantik berperawakan mungil ini ternyata memiliki payudara yang sangat besar. Begitu jaket terlepas, dua pria itu langsung terpana. Namun postur tubuhnya tidak terlihat aneh, malah memancarkan daya tarik magis.
Meski Zhao Yingkong tak menghiraukan pandangan mereka, ekspresinya berubah halus saat Zheng Zhuo mengenakan jaketnya. Bahkan sekarang saat Zheng Zhuo memeluknya untuk menyamarkan situasi, gadis itu tidak menunjukkan ekspresi jijik yang berlebihan.
“…Zhang Jie, Yingkong. Kurasa aku terjebak dalam kesalahan persepsi. Mungkin karena kesombongan, atau aura Chu Xuan yang menekan sejak kembali ke realitas. Hingga aku lupa tujuan awal… bertahan hidup.”
“Kita semua memang ingin bertahan hidup.”
Zheng Zhuo memandang kedua orang lainnya dengan sedikit bingung, dia tersenyum getir dan berkata: "Zhang Jie, ingatkah apa yang kukatakan padamu di film horor sebelumnya? Aku berjanji akan berusaha melindungi sahabat-sahabatku, mempercayai dan membantu mereka, lalu bertahan hidup dengan kekuatan ini... Aku terjebak dalam kesalahan konsep, kriteria seperti apa yang pantas menjadi sahabatku?"
"Misalnya orang biasa dengan hati lemah yang mungkin membebani kita kapan saja, bahkan mengkhianati di saat genting. Mereka tidak layak menjadi sahabat. Tapi justru kumasukkan semua wajah baru ini ke dalam lingkaran sahabat - ini kesalahan fatal..."
"Aku akan tetap mempertahankan prinsipku. Kekuatan sahabat sangat vital, kita harus saling percaya dan mendukung. Aku takkan pernah memperlakukan sahabat seperti angka digital ala Chu Xuan! Tapi aku akan memperbaiki kesalahanku. Hanya mereka yang teruji, punya kemampuan atau talenta, dan telah mendapatkan kepercayaan kita semua yang layak jadi sahabat. Adapun orang biasa..."
Zheng Zhuo terdiam di sini. Zhang Jie dan Zhao Yingkong memandangnya dengan tenang.
"Mengenai orang biasa... Kita bisa beri bantuan seperti senjata dan nasihat. Tapi hidup-mati mereka tak boleh jadi beban tim. Bila perlu, demi anggota tim, aku akan tinggalkan orang biasa non-tim. Chu Xuan benar - dunia ini kejam. Setiap orang hanya berjuang bertahan... Kita juga..."
Tidak lama kemudian, taksi yang ditumpangi ketiganya telah tiba di luar Hotel Sunshine. Beruntung saat ini sudah mendekati musim turis, mereka menyusup di kerumunan orang dan dengan mudah naik ke tangga darurat. Dengan bau amis masih menempel di tubuh, mereka benar-benar tidak berani menggunakan lift. Akhirnya mereka terpaksa memanjat lebih dari sepuluh lantai, baru bisa lega ketika Zheng Zhuo membuka pintu kamar.
Di dalam kamar, Ling Dian, Zhan Lan, dan Qi Tengyi sedang duduk melingkar makan sarapan. Kecuali Qi Tengyi yang kepalanya dibalut perban, ekspresi kedua orang lainnya terlihat cukup baik. Setidaknya tidak terlihat panik, terutama ketika ketiganya membuka pintu masuk. Setelah kewaspadaan awal, ketiga orang Ling Dian mulai tersenyum santai.
Ling Dian bertanya datar: "Semua baik-baik saja?"
Zheng Zhuo tersenyum menjawab: "Ya, semalaman dalam kegelapan. Beruntung belum dibunuh hantu ingatan..."
Suasana di antara enam orang langsung mencair. Ketiga Zheng Zhuo ikut duduk sarapan bersama, kemudian Zheng Zhuo meminta semua duduk di sofa sementara dia sendiri berdiri tenang di depan mereka.
"Maaf." Zheng Zhuo membungkuk sedikit memberikan penghormatan, lalu dia berdiri tegak dan berkata: "Ini kesalahanku, aku lupa hal paling dasar sebagai pemimpin tim... Aku harus bertanggung jawab pada timku, bukan berlaku seperti juru selamat yang bertanggung jawab pada semua orang. Mereka ingin hidup, kita pun hanya ingin bertahan. Maaf... Mulai sekarang, aku hanya akan bertanggung jawab pada tim kita. Bisa membantu wajah baru, tapi sama sekali tidak akan mengorbankan keselamatan tim untuk membantu mereka. Selain itu, siapa pun yang ingin bergabung dengan tim kita, selain kemampuan dan karakter, harus mendapat persetujuan dari setengah anggota tim... Maaf! Mari bersama-sama berjuang untuk bertahan hidup!"
Lima orang lainnya tertegun memandangnya. Zhang Jie pertama kali melompat sambil berkata: "Zheng Zhuo, sebenarnya kamu tidak perlu menyalahkan diri sendiri. Saat itu kami juga sama cerobohnya, kehilangan kitab suci itu juga tanggung jawab kami..."
"Tidak, menurutku dia benar." Zhao Yingkong merapikan jaket besar Zheng Zhuo yang masih dikenakannya. Gadis kecil ini berkata datar: "Sebagai pemimpin tim, mungkin kamu tidak perlu kekuatan hebat atau kecerdasan brilian. Yang diperlukan adalah penilaian akurat dan kemampuan memaksimalkan potensi setiap orang. Sebenarnya kamu punya bakat mempersatukan hati orang-orang di sekitar, tapi belum sepenuhnya tergali. Dan semua yang bukan anggota tim... sebelum resmi bergabung, harus dianggap sebagai musuh."
Zheng Zhuo tersenyum tipis pada gadis kecil itu, lalu berkata pada Zhan Lan yang masih terpana menatapnya: "Sudah, hentikan dulu perasaan bersalah ini, Zhan Lan. Kau adalah orang dengan kemampuan penalaran terbaik setelah Chu Xuan. Aku ingin bertanya, menurutmu untuk apa sebenarnya 'Dewa Utama' melemparkan kita ke berbagai film horor ini?"
Wajah Zhan Lan memerah sedikit, ia berusaha tenang: "Mungkin untuk membuat kita merasakan horor? Atau memaksa kita menghadapi kematian? Tidak... Jika mengikuti logika Chu Xuan sebelumnya, kurasa 'Dewa Utama' ingin kita berevolusi. Menembus batas diri di ambang hidup-mati, berevolusi dan membuka kunci genetik. Jika deduksi Chu Xuan benar, hanya itu jawabannya."
Zheng Zhuo mengangguk: "Benar, aku juga berpikir begitu. 'Dewa Utama' pasti tidak sekadar ingin membunuh kita dengan melemparkan ke film horor. Setiap film pasti ada solusi atau musuh yang harus dikalahkan. Dengan kata lain, kita tidak akan pernah benar-benar terjebak dalam situasi tanpa harapan."
Zhang Jie tersadar: "Maksudmu kitab Buddha itu adalah petunjuk yang ditinggalkan 'Dewa Utama' untuk kita? Sial! Tapi kitab itu sudah dirusak oleh dua bajingan tadi..."
"Bukan, maksudku... Bagaimana menjelaskannya. Kitab Buddha mungkin salah satu cara untuk melawan Juon (Kutukan), tapi mengapa kita harus begitu takut pada kutukan itu?"
Kalimat Zheng Zhuo ini membuat semua orang di sekitar langsung membeku, hanya Zhan Lan yang matanya tiba-tiba berbinar seolah memahami sesuatu. Zheng Zhuo melanjutkan sambil tersenyum: "Benar, mengapa kita harus begitu takut pada Juon? Karena kita tidak bisa memahaminya, dan yang paling penting - kita telah menyamakan diri dengan karakter di film! Tapi kita lupa satu hal: kita BUKAN tokoh film itu! Kita tahu yang kita hadapi adalah hantu ingatan. Meski belum memahami taktik serangannya, itu sudah cukup..."
"Sebenarnya kita sama sekali tidak perlu takut pada Juon, anggap saja sebagai Alien yang bisa menyamar jadi siluman kapan saja! Mungkin akan menyerang diam-diam saat lengah, tapi dia bukan makhluk tak terkalahkan. Asalkan berani hadapi langsung! Dengan peluru spiritual ini, bukan tidak mungkin kita bisa membunuh Juon!"
Kata-kata Zheng Zhuo menginspirasi semua orang. Sebenarnya sejak awal mereka belum pernah benar-benar berhadapan dengan hantu Juon. Hanya Zheng Zhuo sendiri yang tahu, alasan ketakutannya sejak awal adalah karena terjebak dalam kesalahan berpikir: menyamakan diri dengan karakter film "Juon" yang semuanya mati. Sebaliknya, orang yang tidak tahu film ini - setelah memiliki senjata api dan peluru spiritual - justru mungkin berani melawan Juon secara frontal. Karena mereka hanya menganggap hantu Juon sebagai monster biasa, bukan kutukan dewa yang tak tertahankan!
Benar! Anggap saja Juon sebagai monster biasa, monster yang bisa ditembak dan dibunuh!
“Jadi, sekarang kita hanya perlu memverifikasi satu hal, apakah peluru spiritual benar-benar bisa melukai hantu kutukan Juon!”
Setelah Zheng Zhuo mengucapkan kalimat itu, dia hendak membagi tugas kepada semua orang. Tiba-tiba, alat komunikasi di pinggangnya bergetar. Dia segera menyalakan alat itu, dan suara familiar terdengar dari dalamnya.
“Aku Chu Xuan...”
