Zheng Zhuo buru-buru berkata: “Chu Xuan? Kau di mana? Suara ketukan kemarin itu apa? Halo?”
“...Jika kalian mendengar rekaman ini, artinya aku sudah mati. Rekaman ini akan aktif 12 jam setelah kematianku, sebagai pesan terakhir... Terima kasih telah menemani...”
“Biarkan aku membuktikan hipotesis terakhir ini...”
“Tidak bisa dilukai secara fisik? Halusinasi? Atau... A Nuo, serang!”
“Ternyata... Tidak ada poin reward. Harus dengan akumulasi kerusakan dari banyak peluru spiritual untuk menghancurkan satu entitas roh...”
Suara Chu Xuan terdengar dari alat komunikasi, diselingi dentuman tembakan. Zheng Zhuo segera meletakkan alat itu di meja depan semua orang.
“A Nuo, awas belakang! Entitas roh biasanya menyerang orang yang pertama melukainya.”
“...Tidak boleh disentuh? Kalau tidak akan kehilangan kendali tubuh?”
“Harus menyerang setiap bagian tubuhnya...”
Rentetan tembakan kembali terdengar, diikuti suara barang berat terjatuh.
“Masih tidak ada poin reward. Apakah isyarat angka tujuh mengacu pada...”
“Setiap gelombang yang berhasil dibunuh akan membuat hantu gelombang berikutnya semakin kuat... Saat ini sudah tiga gelombang terbunuh, berarti ini mewakili gelombang keempat?”
“Gelombang keempat!”
“Tidak! Tidak ada poin reward, tidak ada petunjuk apa pun, ini akan terus berlanjut...”
Suara di alat komunikasi kemudian mereda lama. Para pendengar samar-samar mendengar perdebatan antara pria dan wanita, disusul jeritan panik sang wanita. Tak lama kemudian, terdengar suara pisau dapur membabat daging.
“Halusinasi? Atau...”
“Bagian tubuh yang diserang menghilang lalu masuk ke ususku. Bagaimana caranya? Bukan serangan fisik maupun mental... Ini serangan hantu yang tak bisa dijelaskan secara ilmiah.”
“Mustahil tidak ada. Dengan kata lain, serangan biasa tak mempan. Hanya pada saat kau melakukan seranganlah...”
“Huek... Perutku begah. Tetap lebih suka makanan yang warnanya cantik...”
“Gelombang kelima... selesai!”
Begitu Chu Xuan menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba terdengar suara gemeretak dari alat komunikasi, seperti hantu yang menempel di perangkat itu. Suasana mengerikan langsung tercipta.
“Mereka menyamar? Atau... ada di dalam tubuhku?”
“Inikah gelombang keenam? Menyerang organ dalam dari dalam tubuh...”
Beberapa tembakan terdengar, lalu suara tubuh berat terjatuh menggema di alat komunikasi.
“Zheng Zhuo, ini petunjuk terakhirku... Terima kasih...”
Komunikasi terputus di situ. Hanya desisan sinyal elektronik yang tersisa dari alat komunikasi.
“Chu Xuan...”
Zheng Zhuo menghela napas, setelah menarik napas dalam dia berkata pada Zhan Lan: "Zhan Lan, bisakah kira-kira menyimpulkan apa yang terjadi dalam dialog ini? Setiap kalimat masih kuingat, bisa coba menganalisisnya?"
Zhan Lan memandang Zheng Zhuo dengan heran, mengangguk pelan: "Awalnya mungkin Chu Xuan menghadapi Juon (Kutukan), dan jaraknya masih cukup jauh sehingga dia bisa bicara sambil menembak. Tembakan pertama pakai peluru biasa, makanya dia bilang senjata fisik tak bisa melukai hantu ingatan. Lalu dia suruh Nuo menyerang Juon, kali ini pakai peluru spiritual..."
"Lalu?" Zheng Zhuo duduk, merenung: "Mungkinkah Nuo menghancurkan wujud Juon? Tapi kalau sudah hancur, serangan berikutnya dari mana? Wujud hantu lain?"
Zhan Lan juga berpikir: "Mungkin hanya penghancuran sementara, setiap kali akan muncul wujud Juon yang lebih kuat dan mengerikan. Kurasa begitu... Kalimat berikutnya adalah Chu Xuan mengingatkan Nuo hati-hati di belakang, tapi diperkirakan Nuo sudah didekati hantu, makanya dia bilang tak boleh disentuh. Lalu..."
"Lalu Chu Xuan menghancurkan Nuo bersama wujud hantu itu?" Zheng Zhuo kembali menghela napas.
Zhan Lan mengangguk dan berkata: "Kemudian situasi berikutnya, selama periode ini selain suara tembakan dan suara 'kotek-kotek' yang terus terdengar, Chu Xuan bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Sepanjang waktu ini dia terus-menerus menembak, saya pikir mungkin dia menghadapi banyak hantu ingatan, sampai-sampai selain menembak dia bahkan tidak bisa bicara. Ini adalah gelombang keempat serangan Juon (Kutukan)."
"Lalu gelombang kelima, suara keributan dari pria dan wanita asing itu. Adegan ini juga muncul dalam film, menceritakan awal mula terciptanya Juon (Kutukan). Karena suami mencurigai istrinya berselingkuh, dia menyiksa dan membunuh istrinya lalu menyembunyikan mayatnya di loteng. Saya yakin saat itu Chu Xuan pasti melihat bayangan ilusi kejadian ini, kemudian kemungkinan besar Kayako atau suaminya mulai menyerang Chu Xuan."
"Diperkirakan Chu Xuan sudah menembak saat itu, tapi menemukan bahwa peluru spiritual kehilangan efektivitas. Jadi dia diam-diam menunggu hantu itu mendekat. Baru setelah diserang, dia menyadari bagian fisik yang diserang menghilang, dan bagian tubuh itu masuk ke dalam ususnya... Ih, cara serangan yang menjijikkan. Tapi jika hantu bisa menyerang kita, sebaliknya pada saat menyerang kita, kita pasti bisa menyerangnya juga. Kurasa begitu cara Chu Xuan menghancurkan hantu itu..."
Zheng Zhuo bergumam: "Lalu gelombang serangan keenam, apakah hantu langsung masuk ke organ dalamnya? Kalau begitu... dia sudah..."
Zhan Lan mengusap dahinya: "Ya, Chu Xuan mungkin sudah..."
Zheng Zhuo menghela nafas panjang, tiba-tiba ia merasa semacam kerinduan yang aneh. Seperti kehilangan seorang teman yang selalu berseberangan, perasaan kehilangan yang mendalam akan sosok Chu Xuan yang dingin namun cerdas itu...
（Selamat tinggal, Chu Xuan... Justru aku yang harus berterima kasih.）
Lebih dari sepuluh detik kemudian, Zheng Zhuo tersadar dan berkata: "Mari kita rangkum informasi ini. Chu Xuan terus menyebut angka Tujuh sebelumnya, dia bilang 'Sang Tuan' tidak akan asal memberi angka. Tujuh ini mungkin petunjuk untuk mengalahkan Juon (Kutukan). Aku sudah punya bayangan, Zhan Lan, kamu juga paham maksudku kan?"
Zhan Lan mengangguk manis: "Justru kamu yang mencuri idenya... *batuk* Intinya dari informasi Chu Xuan, hantu ingatan Juon akan semakin kuat setiap kali dikalahkan. Terutama di kali keenam, hampir mustahil untuk menghindar... Jadi angka Tujuh mungkin berarti Juon akan muncul tujuh kali, di kali ketujuh..."
Zheng Zhuo menyambung dengan suara mengeras: "Hantu ingatan yang muncul di kali ketujuh pasti inti dari Juon! Asal kita hancurkan yang terakhir ini, pasti kita bisa mengalahkan kutukan itu!"
"Apapun tujuan Chu Xuan, pesan yang ditinggalkannya tidak kalah berharganya dengan kitab suci Buddha bagi semua orang. Tidak hanya membuktikan bahwa hantu Juon bisa dikalahkan, tapi juga memberikan harapan... Juon bukanlah sesuatu yang harus dihindari mati-matian. Terkadang horor tidak menakutkan, yang menakutkan adalah ketika kamu bahkan tidak punya keberanian untuk melawan. Mungkin ketika kamu mengangkat senjata melawan teror, itu hanyalah monster yang sedikit lebih kuat yang bisa kamu kalahkan!"
Sepanjang sore, semua orang berdiskusi tentang cara menghadapi Juon. Dari enam jenis serangan Juon yang telah diduga, gelombang pertama adalah hantu muncul di kejauhan dan mulai terus mendekatimu. Saat ini cukup serang dengan peluru spiritual. Hantu jenis ini mungkin menakutkan bagi orang biasa, tapi bagi mereka yang memiliki peluru spiritual, selama bisa melukainya, maka bisa dengan mudah dikalahkan.
Gelombang kedua dan ketiga kemungkinan adalah hantu yang tiba-tiba muncul dari belakang. Dalam situasi ini harus menyerang orang dan hantu sekaligus, kalau tidak orang tersebut pasti mati.
"Rompi anti peluru, kita butuh lima rompi. Selain itu juga perlu enam helm baja untuk pertahanan terhadap peluru nyasar. Ling Dian, bisakah kau dapatkan ini dari dunia hitam?" Zheng Zhuo tiba-tiba bertanya setelah berpikir.
Sebelum Ling Dian sempat menjawab, Zhao Yingkong berkata: "Kalau masalah rompi anti peluru dan helm baja, kurasa aku bisa mendapatkannya melalui jaringan kepolisian. Tapi untuk menerimanya, diperkirakan baru bisa sampai besok siang..."
Ling Dian berpikir sejenak lalu berkata: "Aku juga bisa mendapatkan barang-barang itu sekitar waktu itu."
Zheng Zhuo mengangguk dan berkata: "Baik, urusan ini kami serahkan pada kalian berdua. Harap pastikan rompi anti peluru dan helm baja didapatkan sebelum tengah hari esok. Mengenai serangan keempat Juon (Kutukan), jika banyak hantu ingatan menyerang kita sekaligus, kita membutuhkan lokasi yang lebih luas. Terjebak di ruangan atau lorong sempit dengan banyak hantu ingatan akan sangat merugikan. Saya usul mulai hari ini kita berkemah di alun-alun terdekat, sebaiknya yang memiliki jarak pandang lebih dari 100 meter. Ada pendapat?"
Kecuali Zhan Lan yang menyunggingkan wajah masam, yang lain mengangguk setuju. Tiba-tiba Zhang Jie bertanya: "Lalu bagaimana dengan serangan kelima Juon? Bagaimana kita menghadapi hantu ingatan yang kebal peluru spiritual? Kita hanya bisa melawan saat sekejap mata dia menyerang, dan bagian tubuh yang disentuhnya akan masuk ke usus kita sendiri. Hal semacam ini..."
"Makanya," Zheng Zhuo tiba-tiba tersenyum tipis: "Pada serangan kelima, umpan akan kujalani sendiri! Saat kunci genetik terbuka, insting bahayaku sangat tajam untuk menghindar dan membalas di sekejap mata serangan. Dan kalian sepertinya lupa, aku masih punya senjata pamungkas untuk melawan hantu ingatan - Cincin Na. Saat pertarungan jarak dekat, Cincin Na bisa langsung digunakan untuk menyerang."
"Jadi, biarkan aku menjadi umpan saat serangan kelima. Ini adalah pengaturan paling bertanggung jawab untuk keamanan tim kita!"
### Episode 4 Bayangan Juon (II) Bab 2 Angin Kencang, Hari, Malam... dan Awal Pertempuran Akhir! (Bagian 1)
Setelah musyawarah selesai, mereka tak lagi ragu-ragu. Masing-masing membereskan barang dan memeriksa ruang, lalu mulai bergerak menuju alun-alun.
Saat itu senja, alun-alun dipadati lautan manusia. Keenam orang mencari kursi kosong dan duduk. Ling Dian dan Zhao Yingkong diam-diam pergi mengamati medan, sementara empat lainnya waspada mengawasi sekeliling.
Seiring langit yang semakin gelap, kerumunan di alun-alun awalnya bertambah lalu perlahan menyusut. Ketika orang-orang mulai berpencar, Ling Dian dan Zhao Yingkong akhirnya muncul dari kegelapan.
Zheng Zhuo tersenyum: "Kalian bekerja keras. Sudah memetakan lingkungan sekitar? Tidak ada serangan kan?"
Ling Dian mengangguk diam-diam. Zhao Yingkong berkata datar: "Jimat turun-temurun tak menunjukkan anomali. Lingkungan sekitar sudah dipetakan. Di barat ada beberapa pusat perbelanjaan cocok untuk posisi sniper. Tiga arah lain adalah jalan terbuka. Jika setelah menghancurkan entitas Juon, tembakan kita menarik polisi, kita harus lari ke timur di mana ada pintu masuk selokan... Detail lain masih perlu 1-2 hari untuk dipetakan sepenuhnya."
Zheng Zhuo tersenyum dan berkata: "Tidak, sudah cukup. Yang kami takuti hanyalah Juon (Kutukan). Asal kita hancurkan entitas utama Juon, saat bertemu polisi kita langsung menyerah saja. Setelah tujuh hari selesai, kita akan langsung kembali ke dimensi ruang 'Dewa Utama'. Jadi selama kita menghancurkan entitas utama Juon, sama sekali tidak perlu takut pada polisi."
Saat ini alun-alun sudah sepi pejalan kaki. Enam orang termasuk Zheng Zhuo yang duduk saling membelakangi terlihat sangat mencolok. Beberapa kelompok polisi patroli sudah bolak-balik mendekati mereka. Tentu saja, siapa yang bilang malam hari tidak boleh duduk di alun-alun? Jadi polisi-polisi itu tidak mengganggu, hanya terus melirik mereka dengan mata penuh curiga.
"Aku sudah menempatkan dua jimat turun-temurun di antara kita. Setiap shift jaga dua orang. Begitu melihat jimat mulai terbakar, langsung bangunkan yang lain. Jika tidak ada keberatan, biar aku yang mengatur kelompok jaga."
Sekitar pukul dua belas malam, semua mulai terlihat mengantuk. Beberapa hari terakhir mereka hidup dalam ketakutan. Selain malam saat mendapatkan kitab Buddha, siapa yang berani tidur nyenyak? Bahkan jika Zheng Zhuo tidak mengajukan proposal ini, sebentar lagi pasti mereka akan berdiskusi menentukan jadwal jaga.
"Kalau begitu Ling Dian dan Zhao Yingkong satu grup. Zhang Jie dan Qi Tengyi satu grup. Aku dengan Zhan Lan satu grup. Zhang Jie dan Qi Tengyi jaga shift pertama. Aku dan Zhan Lan shift kedua. Shift ketiga mohon bantuan Ling Dian dan Zhao Yingkong. Setiap grup bertugas tiga jam. Tidak ada masalah kan?"
Kali ini Zheng Zhuo lebih berhati-hati dalam pengelompokan. Setiap anggota baru ditemani oleh seorang senior. Kemampuan Zhang Jie tentu tak masalah menghadapi Qi Tengyi. Meski kemampuan Ling Dian sedikit kalah dibanding Zhao Yingkong, tapi kewaspadaannya cukup. Jika ada keanehan pada Zhao Yingkong, dia pasti langsung membangunkan semua. Dengan begitu insiden hilangnya kitab suci takkan terulang.
Tiga jam berlalu sekejap mata, terutama saat mengantuk berat. Rasanya baru berbaring sudah dibangunkan. Untung kehendak Zheng Zhuo luar biasa. Dia menepuk kedua pipinya kuat-kuat hingga perlahan sadar. Sayangnya Zhan Lan tak punya kehendak sekuat itu. Perempuan ini menggosok mata berkabut, berusaha membuka kelopak mata yang terasa seberat ribuan kilogram. Sungguh memilukan melihatnya.
"Zhan Lan, tidurlah lagi. Aku yang akan bertahan di sekitar. Sebenarnya cukup satu orang saja asal memperhatikan apakah jimat turun-temurun terbakar." Kata Zheng Zhuo lembut.
Zhan Lan menggelengkan kepala perlahan dengan mata berkabut: "Jangan. Ajaklah aku mengobrol. Dengan begitu aku perlahan akan segar kembali."
"Kalau begitu mari berbicara......" Zheng Zhuo berpikir sejenak, tersenyum getir berkata: "Tapi harus bicara apa? Aku akan menceritakan lelucon konyol, ada seekor beruang kutub yang sangat bosan, ia mulai mencabuti bulunya sendiri, ketika semua bulu sudah tercabut......"
"Jangan jangan, jangan ceritakan lelucon konyol, sejak dulu kamu hanya bisa menceritakan lelucon konyol padaku, lelucon ini sama sekali tidak lucu......" Zhan Lan malah menggelengkan kepala dengan kuat, dia bergoyang duduk di samping Zheng Zhuo, lalu perlahan bersandar di pelukannya.
Seluruh tubuh Zheng Zhuo menjadi kaku, dia tidak berani bergerak sambil berkata: "Baiklah, tidak akan cerita lelucon konyol... Mari bahas situasi kita sekarang, menurutmu apakah aku ini seperti idiot? Merasa diri seperti juru selamat padahal nyawa sendiri pun tidak terjamin, tapi nekat ingin menyelamatkan ini itu, demi para wajah baru itu, hampir mencelakakan anggota tim kami sendiri, tidak, sudah mencelakakan, kalau bukan karena aku, mungkin kitab Buddha itu......"
"Kalau bukan karena kamu, mungkin kita sama sekali tidak akan mencari kitab Buddha itu." Meski pandangan Zhan Lan masih samar-samar, ekspresinya perlahan mulai sadar, dia tetap bersandar di pelukan Zheng Zhuo sambil bergumam.
“Bagaimana pendapat orang lain aku tidak tahu, tapi berada di dekatmu terasa sangat aman... Di dunia nyata sudah terlalu banyak melihat hal seperti ini, melihat orang dirampok dengan acuh tak acuh, tapi saat diri sendiri dirampok malah berteriak memproses ketidakacuhan orang sekitar... Di dunia kematian film horor yang bereinkarnasi ini, seharusnya semua saling tidak percaya, saling curiga bahkan menyerang satu sama lain. Tapi kami berlima dengan tulus mengikutimu. Meski tak bisa diungkapkan, kami semua percaya saat kami berlima menghadapi bahaya, kamu pasti akan berusaha sekuat tenaga menyelamatkan kami. Karena itulah tim ini bisa bertahan.”
Zheng Zhuo tersenyum getir, menggelengkan kepala: "Aku tidak sesuci yang kau katakan. Aku hanya ingin menyatukan kekuatan semua orang agar bisa bertahan dalam film horor ini... Dibanding kebaikan bodohku, sebenarnya cara Chu Xuan lebih efektif. Setidaknya dia bisa memimpin mayoritas untuk bertahan hidup, sementara aku mungkin malah membawa banyak orang menuju jurang, bukan begitu?"
Zhan Lan juga perlahan menggeleng: "Entah kenapa, aku selalu merasa Chu Xuan orang yang sangat kasihan. Meski tak tahu dari mana perasaan ini muncul, setiap kali melihat ekspresi dinginnya, selalu terasa dia sangat lelah... Tidak usah bahas dia. Kebaikanmu bukanlah kebodohan! Kebaikanmu menyatukan hati anggota tim kita. Hanya perlu seleksi ketat anggota baru ke depan. Tolong pertahankan kebaikan itu... Jika aku atau anggota lain terjebak dalam situasi kritis, akankah kamu datang menyelamatkanku?"
Zheng Zhuo mengangguk dengan serius dan berkata: "Ya, pasti akan datang menyelamatkan... Aku sudah bilang tidak akan meninggalkan satu pun anggota yang sudah diakui. Jika itu karena kesalahan sendiri yang menyebabkan bahaya, aku akan mengutamakan sebagian besar tim. Jika karena tanggung jawab tim sampai dia terjebak bahaya, meski cuma tinggal aku sendiri, aku pasti akan menyelamatkannya!"
"Begitu? Kamu ini benar-benar..." Zhan Lan tiba-tiba bersandar di dada Zheng Zhuo sambil menangis perlahan. Dengan isakan yang semakin mengharukan, dia bergumam: "Kenapa kamu mirip sekali dengannya? Dasar bodoh, idiot, tolol besar, ngapain sok pahlawan mau menolong orang... Ngapain? Nggak ada yang akan ingat kamu, beberapa tahun lagi aku juga akan lupa wajahmu, lupa tinggi badanmu, lupa bau keringatmu... Aku juga akan melupakanmu, dasar tolol besar, kenapa kamu harus jadi orang baik sih..."
Zheng Zhuo tidak berani bergerak sedikitpun. Tubuhnya kaku membatu duduk diam. Tak lama, area dadanya sudah basah oleh derai air mata Zhan Lan. Tak hanya itu, wanita itu bahkan merangkul pinggangnya erat-erat, sama sekali tidak memberi celah untuk mundur.
Entah berapa lama kemudian, saat tangisan Zhan Lan mulai mereda, Zheng Zhuo perlahan berkata: "Kalau ada yang mau diceritakan... aku akan mendengarkan dengan tenang..."
Zhan Lan hanya menggelengkan kepalanya dengan kuat. Meski tangisnya sudah berhenti, dia masih memeluk Zheng Zhuo erat-erat seolah hanya ini yang bisa memberinya sedikit rasa aman. Keadaan ini berlangsung tak diketahui berapa lama, sampai terdengar suara batuk kecil dari belakang mereka. Zhan Lan langsung melepaskan pelukannya dan buru-buru berbaring di kursi sambil menunduk, tak berani melihat sekeliling sama sekali selama proses ini.
Di sisi lain, Ling Dian dan Zhao Yingkong sudah terbangun. Keduanya memandang Zheng Zhuo dalam diam. Tatapan itu membuat Zheng Zhuo yang sudah berumur tersipu malu. Dia tertawa kecanggungan lalu berbaring di kursi sembarangan, namun suara tangisan Zhan Lan dan bekas air mata yang masih terasa lembap di dadanya terus bergema di pikirannya.
Waktu berlalu cepat. Malam itu berlalu tanpa kejadian. Keesokan harinya, semua orang beraktivitas bersama. Mereka makan di restoran sembarangan, menyewa kamar hotel dekat sana untuk mandi, lalu kembali ke alun-alun untuk berjaga lagi. Saat malam tiba, mereka kembali berjaga secara bergiliran. Ketika giliran Zheng Zhuo dan Zhan Lan berjaga, wanita kecil itu langsung duduk di samping Zheng Zhuo tanpa bicara, membuka tangannya dan memeluknya erat-erat. Zheng Zhuo hanya bisa tersenyum getir tanpa henti.
Waktu terus berlalu dengan cepat... Sekarang sudah senja hari ketujuh. Hanya perlu bertahan 7-8 jam lagi, mereka akan kembali ke dimensi 'Dewa Utama' dari dunia kutukan Juon yang mengerikan ini. Meskipun agak disayangkan gagal membunuh inti Kutukan, dibandingkan dengan itu, bisa selamat dengan selamat sudah merupakan keberuntungan besar di tengah malapetaka.
Di alun-alun yang ramai oleh pejalan kaki saat senja, setelah berhari-hari terkepung dan begadang, sebenarnya mereka sudah kehabisan tenaga. Meski masih senja, mereka sudah membagi kelompok untuk mulai istirahat.
Saat Zheng Zhuo sedang tidur nyenyak, tiba-tiba seseorang mengguncangnya. Dalam keadaan setengah sadar, suara Zhang Jie sudah terdengar: "Zheng Zhuo! Zhan Lan menghilang!"
"Apa yang hilang?" Zheng Zhuo melompat sambil berteriak: "Zhan Lan hilang? Bukannya dia tidur di sini? Bagaimana mungkin tiba-tiba hilang? Kertas jimatnya? Apakah sudah terbakar?"
Ling Dian dan Zhao Yingkong juga terbangun. Zhang Jie buru-buru menjelaskan: "Aku dan Qi Teng bahkan tidak berani mengantuk, terus mengawasi sekitar. Dua kertas jimat itu masih utuh. Tadi pejalan kaki lebih banyak lagi, mungkin dia pergi bersama mereka?"
Zheng Zhuo baru menyadari langit sudah mulai gelap, kira-kira pukul delapan lebih mendekati sembilan malam. Saat hendak bertanya lebih lanjut, alat komunikasinya tiba-tiba bergetar. Ia langsung menekan tombol sambungan: "Zhan Lan? Di mana kau? Kenapa tidak memberi tahu kami saat pergi? Tidak sadar semua khawatir... Zhan Lan?"
Suara Zhan Lan di alat komunikasi terus menangis tersedu-sedu: "Aku juga tidak tahu, tiba-tiba terbangun karena kedinginan. Aku bangun di suite yang kita sewa di Hotel Matahari. Entah bagaimana sampai di sini, sebelumnya jelas tidur di kursi... Hiks, Zheng Zhuo, kertas jimat yang kubawa sedang terbakar. Aku takut..."
Seluruh tubuh Zheng Zhuo bergetar mendengarnya. Kertas jimat sedang terbakar... Ini jelas...
### Episode 4: Bayang-bayang Juon (II) Bab 2: Badai, Siang, Malam... & Awal Pertempuran Akhir! (Bagian Bawah)
"Ling Dian, Zhao Yingkong, kalian tunggu di gedung tinggi untuk sniping. Nanti gunakan alat komunikasi. Jangan tembak sebelum aku perintah! Serangan hantu berikutnya akan mengincar yang menghancurkannya... Zhang Jie, Qi Tengyi, kalian jaga posisi di sini. Jika aku dikejar hantu, tolong berikan tembakan pendukung..."
Zheng Zhuo segera mematikan alat komunikasi, lalu tergesa-gesa memberi perintah ke empat orang sambil berlari ke luar alun-alun.
Zhang Jie berteriak: "Zheng Zhuo! Kau mau ke mana?"
"Menepati sumpah! Dan... menyelamatkan tim kita!"
Sebuah tim bisa bertahan karena daya rekat dan kepentingan bersama, keduanya tak boleh kurang. Saat ini, kepentingan bersama semua orang adalah saling mendukung untuk bertahan hidup. Ini jelas akan menjadi kepentingan bersama terkuat. Namun daya rekat tim terletak pada prinsipnya: takkan meninggalkan siapa pun, meski tanpa sumpah... Dia harus pergi, hidup atau mati. Jika tidak, tim ini akan bubar. Dan... dia selamanya akan hidup dalam bayang-bayang Chu Xuan!
Jarak dari alun-alun ke Hotel Sunshine tidak terlalu jauh, tapi lari pun perlu beberapa menit. Semakin genting situasi, pikiran Zheng Zhuo justru semakin jernih. Begitu keluar ke alun-alun, tak terlihat satu taksi pun. Tanpa ragu, dia menghadang mobil yang melaju kencang. Sebelum tertabrak, dia melompat tinggi dan berguling masuk ke kursi pengemudi.
Pemilik mobil terkejut setengah mati. Saat seseorang tiba-tiba menyergap dari pinggir jalan, dia langsung menginjak rem. Tapi mobil masih meluncur dengan gaya inersia. Jendela kaca pecah berdentang. Pemilik mobil itu pingsan seketika.
Kondisi fisik Zheng Zhuo sudah sangat kuat. Benturan keras ini hanya membuat kepalanya sedikit pusing. Setelah menarik napas dalam, dia langsung sadar. Pemilik mobil yang pingsan didorongnya keluar. Dengan suara pelih dia meminta maaf, lalu menutup pintu dan melaju kencang ke Hotel Sunshine.
“Zhan Lan, bagaimana situasi sekarang? Jangan menangis, beri tahu aku situasinya!” Zheng Zhuo menginjak gas dengan gila-gilaan sambil berteriak ke alat komunikasi.
Zhan Lan perlahan berhenti menangis, bergumam: "Belum melihat hantu ingatan, jimat turun-temurun juga terbakar lambat. Tapi begitu mendekati pintu kamar langsung cepat terbakar, sekarang hanya tersisa empat lembar jimat... Zheng Zhuo, suara apa itu? Kamu sedang menyetir?"
Zheng Zhuo buru-buru mengatakan: "Tenang! Aku pasti sampai hotel dalam dua menit! Apapun yang terjadi tunggu aku!"
"Jangan! Aku larang kamu datang! Huu... Tolong jangan datang, Juon (Kutukan) akan membunuhmu... Takkan ada yang mengingatmu. Jika kamu mati, orang yang mencintaimu akan sangat sedih... Luo Li pasti hancur hatinya." Suara Zhan Lan tiba-tiba penuh emosi, hampir berteriak.
Zheng Zhuo terdiam sejenak, lalu berkata: "Ini janjiku padamu... Juga pada Luo Li, bagaimanapun aku takkan mati, harus bertahan hidup... Janji harus ditepati, karena itu aku pasti hidup!"
Mobil melesat menuju Hotel Cahaya Matahari dengan kecepatan melebihi batas maksimum jalanan. Pejalan kaki hanya mendengar desing angin, mobil telah melintas jauh. Kendaraan lain tertinggal jauh di belakang.
Suara gesekan ban yang menusuk telinga menggema, mobil meluncur lebih dari sepuluh meter di atas tanah sebelum akhirnya berhenti. Zheng Zhuo menendang pintu mobil hingga terlempar, seluruh tubuhnya melesat seperti macan tutul menuju Hotel Sunshine. Para pelayan pria di pintu masuk bahkan belum sempat menyadari kejadian, Zheng Zhuo sudah melompati mereka dan menerobos masuk ke dalam hotel.
Zheng Zhuo terus melesat naik melalui tangga darurat. Meski kecepatannya sudah sangat tinggi, teriakan panik Zhan Lan kembali terdengar dari alat komunikasi. Zheng Zhuo hanya sempat mendengar "Jimat turun-temurunnya habis!" sebelum dentuman senapan serbu bergema dari suatu tempat di lantai atas. Mata Zheng Zhuo kini memancarkan kilau merah panik.
（Kecepatan! Kecepatan!）
Jeritan histeris bergema dalam hati Zheng Zhuo. Ia memaksa diri mengingat sensasi saat sebelumnya membuka kunci genetik. Entah berapa lama, tiba-tiba ia merasakan sesuatu dalam tubuhnya terlepas. Ini pertama kalinya ia mencoba membuka kunci genetik secara sadar tanpa ancaman kekuatan eksternal... Dia berhasil!
Namun kesuksesan ini datang dengan pengorbanan besar. Zheng Zhuo memuntahkan beberapa kali darah segar. Sensasi membuka kunci genetik secara sukarela lebih menyiksa dari kematian. Otot-ototnya berdenyut kejang-kejang, perut terasa seperti diaduk tangan raksasa, tulang-tulangnya berderak dan bergeser. Jika bukan karena jimat di tubuhnya tidak terbakar, ia hampir yakin serangan hantu ingatan telah dimulai.
Namun yang didapat bersama rasa sakit adalah kekuatan dan sensasi yang jauh lebih besar dibanding membuka kunci genetik sebelumnya. Insting bertarung yang terus mengalir deras ke dalam benak, intuisi dan firasat akan bahaya yang mendekat, teknik penggunaan kekuatan - sensasi dahsyat ini sungguh tak terucapkan dengan kata-kata.
Jika ada yang melihat gerakan Zheng Zhuo saat ini, pasti akan terkejut dan berteriak histeris. Sebab Zheng Zhuo sudah merangkak dengan tangan-kaki di lantai, tubuhnya melesat gila-gilaan menyusuri dinding tangga. Kecepatannya begitu tinggi hingga ia tak terjatuh dari dinding, layaknya sepeda trek velodrom yang melesat di permukaan vertikal... berlari dengan empat anggota gerak bagai binatang buas.
"Aah!"
Begitu menerobos lantai tempat Zhan Lan berada, Zheng Zhuo langsung berteriak kencang. Jimat turun-temurun di tubuhnya pun mulai terbakar perlahan. Semakin dekat dengan lokasi Zhan Lan, api pada jimat itu semakin berkobar. Lalu terlihatlah pintu besar suite yang terbuka lebar.
Pemandangan di balik pintu itu membuat matanya nyaris pecah. Wajah Zhan Lan pucat kebiruan berguncang-gemetar berdiri. Dari belakangnya menjulur tangan pucat mencengkeram tenggorokannya erat. Di pundaknya, muncul kepala perempuan menyeringai.
Zheng Zhuo berlari beberapa langkah mendekati Zhan Lan, dengan sigap menempelkan jimat kertas yang sedang terbakar di wajah kecilnya yang pucat kebiruan. Wanita pucat itu seolah tersengat api, mengeluarkan suara "kekek-kekek" sambil berguling mundur. Begitu dia menjauh dari punggung Zhan Lan, Zheng Zhuo langsung mengeluarkan senapan mesin dari Cincin Na dan menembaki. Wanita mengerikan itu tertawa bengis sebelum akhirnya menghilang ditembus peluru spiritual.
Begitu hantu meninggalkan Zhan Lan, tubuhnya langsung lunglai terjatuh. Seluruh badannya mulai berguncang hebat, sementara jimat kertas di wajahnya semakin membara. Setengah kertas itu habis terbakar dalam sekejap, namun dari area yang terbakar, warna pucat kebiruan di wajahnya perlahan memudar. Secara bertahap, warna darah mulai muncul di pipinya.
"Kedua..." Zhan Lan berusaha keras membuka mulutnya, tapi kondisi fisiknya yang sangat lemah membuat suaranya nyaris tak terdengar.
Berkat kondisi Zheng Zhuo yang sedang membuka kunci genetik, dia tetap bisa mendengar suara itu. Dengan cepat dia menggendong Zhan Lan sambil mengeluarkan lembar jimat terakhir dari sakunya yang masih membara dan menempelkannya di wajah wanita itu. Zheng Zhuo bertanya panik: "Kedua apa?"
"Kedua... Itu gelombang kedua..."
Gelombang kedua, berarti gelombang ketiga juga akan menyerang dari belakang?
Zheng Zhuo tiba-tiba sorot matanya menjadi tajam, setelah menurunkan Zhan Lan, dia mulai berlari ke arah dinding terdekat. Saat firasat bahaya itu tiba-tiba menyerang, dia sudah menginjak dinding dan melesat ke atas. Lengan pucat menjulur dari belakang lehernya. Sebelum tangan itu menyentuhnya, tubuhnya sudah berputar di udara dan menghunjamkan tinju ke bawah... Tinju yang mengenakan Cincin Na itu. Energi dalam telah dia pompa secara gila-gilaan ke dalam cincin itu. Tinjuan ini langsung menembus tubuh wanita pucat itu. Kali ini lebih langsung, medan gaya tak kasat mata di ujung Cincin Na bagai asam sulfat. Begitu menyentuh medan itu, wanita pucat itu langsung lenyap seketika. Satu pukulan, sosok itu sudah tersapu angin hingga tak berbekas.
"Ini gelombang ketiga, selanjutnya gelombang keempat... Banyak hantu yang menyerang bersama-sama?"
Begitu mendarat, Zheng Zhuo langsung berlari ke sisi Zhan Lan. Baru saja dia sempat memeluknya, suara 'kotek-kotek' bergema dari segala penjuru seolah ratusan hantu terus menerus mengeluarkan suara seram itu. Firasat bahaya di benak Zheng Zhuo mencapai puncaknya, sebuah teror yang terasa seperti kematian sudah di ambang pintu.
Entah berapa lama, anggota tubuh pucat pertama muncul dari pintu besar. Tubuh wanita pucat itu meliuk-liuk secara aneh, merayap dari dinding pintu ke arah sini. Diikuti yang kedua, ketiga...
"Zheng Zhuo mengangkat tombak dan mulai menembaki tanpa henti. Meski daya hancur senjata ini tidak besar, keunggulannya terletak pada kecepatan tembak dan kapasitas peluru. Setelah menembaki belasan hantu wanita pucat, perasaan bahaya tiba-tiba datang dari belakang. Ia segera menoleh dan melihat anggota tubuh pucat bermunculan dari jendela di belakangnya, satu demi satu tanpa henti. Ia segera berlari ke sana sambil menembaki beberapa hantu, namun saat melihat ke luar jendela, seluruh tubuhnya mendadak diam membeku."
"Di luar Hotel Sunshine, jalan raya dipenuhi hantu wanita pucat yang berjejal rapat. Jumlahnya minimal delapan ratus hingga seribu. Ditambah lagi dengan hantu-hantu yang terus mengalir dari lorong luar, kematian mereka berdua hanyalah masalah waktu di bawah serangan ganda ini..."
"Zhan Lan, apakah kau akan mempercayaiku? Bahkan jika terlihat seperti kematian..."
"Zhan Lan yang sudah sedikit pulih mengangguk lembut: "Iya. Bahkan jika kau memintaku mati... aku pasti akan percaya padamu.""
"Baik!"
"Sambil terus menembak, Zheng Zhuo membungkus Zhan Lan dalam rompi antipeluru-nya... Persis seperti saat membungkus Luo Li dulu. Kini tubuhnya dan Zhan Lan saling melekat erat."
"Pegang erat! Percayalah... Bagaimanapun juga kita pasti akan bertahan hidup!"
Zheng Zhuo kemudian menjerit kesakitan, Zhan Lan terkejut melihat lengan kanannya mulai membesar secara tidak wajar. Perubahan itu bisa dilihat dengan mata telanjang, lengan itu akhirnya terlihat tiga kali lebih besar dari ukuran normal, otot-otot yang menggelembung terlihat seperti makhluk hidup yang bermutasi.
"Rupanya inilah perubahan di tahap kedua pembukaan kunci genetik... Pegang erat aku! Zhan Lan!"
Zheng Zhuo merangkul Zhan Lan dengan tangan kiri, sementara tangan kanan yang bermutasi itu menggenggam erat pisau belati pemotong partikel bergetar tinggi. Dengan tendangan, ia menghancurkan jendela lalu melompat turun sambil menempel di dinding luar. Ini adalah lantai dua belas Hotel Sunshine... Ketinggian dua belas lantai...
"Aaaah!"
Saat melompat, Zheng Zhuo menggerakkan pisau belati itu. Senjata yang bisa membelah apapun ini langsung menancap ke dinding. Keduanya meluncur ke bawah mengikuti bekas torekan di dinding...
