Zheng Zhuo kini kehabisan tenaga dan kecepatan. Jika bukan karena mantra percepatan Zhan Lan yang masih tersisa, mungkin kecepatannya hanya setara jalan cepat. Baru sekarang ia sadar betapa berharganya mantra itu - secara paksa meningkatkan kecepatan jalan cepatnya menjadi sprint. Mantra ini tidak menambah persentase kecepatan, tapi memberikan peningkatan nilai tetap. Saat kondisi prima, efeknya tak terasa, namun dalam kondisi lemah seperti sekarang, tambahan kecepatan ini menjadi penyelamat nyata.
Dengan kecepatan tambahan ini, Zheng Zhuo akhirnya berhasil mencapai pintu menara lonceng sebelum hantu-hantu Kayako di pinggiran alun-alun merayap mendekat. Dia mengibaskan pisau belati pemotong partikel getaran tinggi di tangannya, membabat pedangnya sekali tebas membuka pintu besar menara lonceng, lalu langsung menyergap masuk ke dalam menara lonceng tanpa peduli apapun.
Saat itu hantu raksasa Kayako telah kembali seperti semula. Perlahan-lahan dia bangkit dari tanah dan mulai bergerak menuju menara lonceng. Zheng Zhuo yang masih terengah-engah setelah berlari, menyadari udara di sekitarnya mulai terasa dingin. Energi Vampir masih menyebar di seluruh tubuhnya, membuat dunia yang terlihat dari matanya berwarna merah darah. Samar-samar dia melihat bayangan hijau pucat muncul di atap gedung, sementara firasat bahayanya secara akurat memberitahukan bahwa hantu sudah menunggu di atas kepalanya.
Tanpa energi dalam untuk mengaktifkan medan gaya Cincin Na, Zheng Zhuo segera memasukkan pisau belati ke dalam Cincin Na sambil mengeluarkan tombak. Saat ini dia hanya memiliki satu lengan, sama sekali tidak bisa mengganti magazen dalam waktu sesempit ini. Tombaknya masih tersisa setengah magazen peluru, dengan kata lain setengah magazen ini akan menjadi tumpuan untuk mencapai puncak menara lonceng... Energi Vampir adalah harapan terakhirnya, selama belum benar-benar genting, dia sama sekali tidak akan menggunakannya secara sembarangan.
"Ah!"
Raungan terakhir dalam keputusasaan, Zheng Zhuo menghadapi hantu ingatan hijau muda dan pucat yang merayap turun dari tangga, menarik pelatuk untuk menghabiskan sisa peluru di tombaknya...
Di gedung tinggi yang jauh dari alun-alun, Ling Dian limbung jatuh ke lantai. Di depannya terdapat senjata api berteknologi tinggi berwarna perak ramping, yaitu senapan runduk Gauss. Namun saat ini tidak ada yang bisa menggunakannya. Di samping Ling Dian, Zhao Yingkong sedang menggerakkan jarinya, terus-menerus memotong ribuan hantu ingatan yang merayap mendekati mereka berdua.
Zhao Yingkong tidak ahli dalam senjata api, namun dengan kondisi kunci genetik yang terbuka ditambah latihan khusus teknik pembunuhan jarak dekat, kemampuan bertarung jarak dekatnya bisa dibilang tidak kalah dari Zheng Zhuo. Entah bagaimana caranya gadis kecil ini berpikir, dia malah membuang mesiu dari selongsong peluru spiritual, lalu mengambil lima selongsong peluru dan memasukkannya ke jari-jarinya. Saat tangannya bergerak, jari-jarinya secara paksa merobek hantu yang mendekat.
Saat ini mereka berdua sedang dikepung, hantu ingatan tak berujung merayap keluar dari segala penjuru. Mereka berada di atas atap gedung, sementara hantu-hantu terus muncul dari sekeliling atap. Jika bukan karena serangan tajam Zhao Yingkong setelah membuka kunci genetik, mungkin mereka sudah terkubur oleh hantu-hantu itu.
"Bagaimana? Sudah pulih berapa tenaga? Bisa membidik runduk sekarang?" Zhao Yingkong merobek dua hantu yang mendekat sambil berbicara terburu-buru tanpa menoleh.
Ling Dian berusaha bangkit dari posisi jongkoknya, bergumam: "Tidak bisa, penglihatan masih buram, sangat mengantuk. Dalam kondisi seperti ini tidak mungkin melakukan rundukan... Beri aku satu dua menit lagi..."
Zhao Yingkong berhenti sejenak, kemudian dia mulai menggerakkan sepuluh jarinya lagi. Perlahan, gerakannya menjadi semakin kaku, tidak lagi selancar saat pertama kali bergerak...
Zhang Jie dan Qi Tengyi tak jauh berbeda dengan ketiga orang lainnya. Karena berada di tepi alun-alun, mereka pertama kali bersentuhan dengan hantu-hantu ingatan di sekitar area. Berkat reaksi cepat Zhang Jie yang langsung menyemprotkan senapan serbu, Qi Tengyi pun panik mengambil pistol dan mulai menembak titik.
"Apa kita akan mati? Apa kita akan mati? Zhang Jie, apa kita akan mati?" teriak Qi Tengyi gemetar sambil terus menembakkan pistolnya.
Tiba-tiba Zhang Jie memutar badan dan menghantam Qi Tengyi hingga terjengkang. "Bangsat! Bukannya kita masih hidup?! Kalau mau mati serbu sendiri sana! Jangan ngoceh di telinga gua!" teriaknya sambil kembali menyemprotkan peluru ke arah hantu-hantu itu.
Qi Tengyi terpaku sejenak sebelum sadar. Dengan punggung menghadap Zhang Jie, dia mulai menembak lagi sambil bergumam: "Zhang Jie, kalau selamat... pasti kubalaskan pukulan ini. Dasar bangsat... Gigi gua sampai goyang."
Zhang Jie malah tertawa terbahak sambil terus menembak: "Kalau bisa bertahan... Kalau kita semua selamat, biar kau pukul sekali pun gapapa. Bertahan hidup ini yang utama..."
"Zheng Zhuo... Nyawa kita semua ada di tanganmu. Pastikan strategimu berhasil!"
“Zheng Zhuo tidak tahu berapa tingkat tangga lagi di atasnya, juga tidak tahu berapa banyak hantu ingatan yang akan muncul. Yang dia tahu hanyalah saat ini sudah tidak bisa mundur. Di belakangnya, seluruh tangga dipenuhi hantu yang merayap naik. Satu-satunya yang bisa dilakukannya adalah berjuang mati-matian terus naik hingga keluar dari mimpi buruk neraka ini... Jika tidak ingin mati, maka berlarilah sekuat tenaga ke atas!”
“Ah!”
Zheng Zhuo membawa senapan serbu sambil terus menembak saat berlari ke atas. Kaki-kakinya sudah tidak kuat menopang lari intensif seperti ini. Jika bukan karena daya tahan kehendak terakhir yang menyiksanya, mungkin dia bahkan tidak punya tenaga untuk mengangkat kaki selangkah pun. Status kunci genetik yang terbuka telah bertahan sangat lama - ini adalah durasi terpanjang sejak dia memiliki kemampuan ini. Seperti di film horor Alien 1 dulu, genetiknya telah mencapai nilai ambang kehancuran. Dia... sudah tidak punya jalan mundur!
Akhirnya, saat amunisi senapan serbu hampir habis, Zheng Zhuo tiba di puncak menara lonceng. Sebuah platform terbuka di luar menjadi tempat hantu-hantu terus merayap masuk. Dia mengangkat senjata dan menyapu bersih sisa peluru, kemudian menendang pintu besi berkunci yang menuju platform. Di hadapannya, hantu raksasa sedang berhadap-hadapan langsung dengannya. Bahkan, dia sudah melihat tangan besar hantu itu menggapai ke arahnya.
“Ah! Pergilah mati, Aku!”
Zheng Zhuo mengerahkan seluruh Energi Vampir-nya, nekat menerjang keluar platform, langsung menubruk bagian dada hantu ingatan raksasa... tepat di lokasi inti kutukan Juon, Kayako...
