Status tim kami saat ini sudah minus satu poin, suasana hati semua orang terasa berat. Dengan kata lain, mereka sekarang hanya bisa bertempur dengan sungai di belakang - antara membunuh satu anggota tim lawan, atau menunggu penghapusan sebagian besar anggota setelah film horor ini selesai. Minus dua ribu poin reward, saat ini selain Zheng Zhuo, sepertinya tidak ada yang memiliki kemungkinan untuk bertahan hidup.
"Sebelumnya kami terus berpikir bagaimana menghindari pertempuran dengan mereka. Tak disangka, sekarang malah merencanakan cara membunuh salah satu anggota mereka... Perasaan ini benar-benar rumit." Zheng Zhuo tersenyum getir.
Ia berpikir sejenak lalu melanjutkan: "Xiao Honglü, analisis kekuatan anggota tim lawan! Dan mengapa 'Sang Tuan' memindahkan kita lebih dulu ke dunia film horor ini?"
Xiao Honglü memutar-mutar sehelai rambutnya: "Berdasarkan informasi yang kalian berikan, selama sebuah tim memiliki atau pernah memiliki tiga anggota yang membuka kunci genetik, maka tim itu akan bertabrakan dengan tim dari benua lain... Yang ingin kukatakan adalah, tim kita jelas lebih lemah dari tim India itu. Jika tidak, 'Sang Tuan' tidak akan memindahkan kita lebih dulu ke dunia ini."
Qi Tengyi heran bertanya: "Mengapa? Bukankah kita yang masuk lebih dulu justru menghadapi banyak kesulitan? Gurun, jebakan makam, mumi, dan pendeta abadi itu - bukankah semua itu berbahaya?"
Xiao Honglu hendak mulai mencabut rambutnya, tiba-tiba Zhan Lan di sampingnya menarik tangannya: "Jangan sembarangan mencabut rambut, nanti bisa jadi botak kecil loh."
Xiao Honglu melepaskan genggaman tangannya: "Tidak akan. Setelah korteks otakku bermutasi, kecepatan regenerasi akar rambut di kulit kepalaku juga berubah. Bahkan jika semua rambut dicabut, sebentar lagi akan tumbuh kembali... Karena saat berpikir, kulit kepalaku sangat gatal, sampai ingin menggaruknya sampai hancur. Jadi aku sama sekali tidak boleh menggaruk kepala, paling hanya mencabut rambut untuk menciptakan rasa sakit kecil... Jangan urusi aku."
"Qi Tengyi, menurutmu jika dua pasukan saling bertempur, mana yang lebih unggul: yang lebih dulu masuk medan perang atau yang datang belakangan? Meski medannya adalah rawa-rawa dan hutan berbahaya dengan lingkungan dan makhluk mematikan, pasukan yang lebih dulu masuk sudah menguasai keunggulan. Baik dalam penyergapan maupun pengepungan, pihak yang familiar dengan medan pasti menguasai inisiatif."
"Komposisi tim kita: penembak jitu, pembunuh bayangan, petarung frontal, pendukung - hanya kurang tipe zeni yang memasang ranjau. Kombinasi seperti ini sebenarnya sudah sangat kuat. Apalagi kita memiliki dua anggota inti yang telah membuka kunci genetik. Jika 'Dewa Utama' masih menganggap kita lebih lemah dari lawan... maka 70% kemungkinan lawan telah memperkuat kemampuan legenda dan sihir..."
Xiao Honglü dengan lembut menarik sehelai rambutnya. Kali ini dia tidak meniupnya, melainkan memutar-mutarnya di telapak tangan sambil berkata: "Jika demikian, saya sarankan untuk menghindari pertempuran langsung. Kemampuan bertipe sihir dalam legenda kebanyakan memiliki sifat tak terduga. Dalam hal daya penghancur, keunggulan jarak jauh ada di pihak kita... Ling Dian akan menjadi kekuatan tempur utama! Hancurkan mereka dengan tembakan sniper!"
Zheng Zhuo terdiam sejenak, tersenyum getir: "Tak kusangka kau justru yang paling beringas di antara kami. Selama ini kupikir kau hanya anak jenius biasa... Ngomong-ngomong, bagaimana kau tahu semua ini? Sekali pun jenius, pengetahuanmu sebagai anak-anak terasa berlebihan."
Tiba-tiba Xiao Honglü menunjukkan senyum licik khas remaja, bergumam: "Dunia ini punya komputer. Meski jadi objek penelitian, aku tetap punya akses internet untuk membaca. Di era ini, ada genre buku bernama novel 'fantasi'."
Zheng Zhuo terkejut, lalu tertawa terbahak: "Nah, baru terlihat seperti remaja! Sikapmu sebelumnya persis mengingatkanku pada seorang kenangan... mungkin teman, kau sangat mirik dengannya."
Saat itu, tokoh utama pria dan wanita yang berjalan di depan semua orang tiba-tiba berhenti. Mereka sepertinya sedang berdiskusi sesuatu. Setelah sang heroin dan kakaknya pergi, tokoh utama pria O'Conner baru melanjutkan langkah menuju gang sempit di depan.
Para anggota saling pandang. Tanpa banyak bicara lagi, mereka mengikuti Zheng Zhuo yang memimpin masuk ke dalam gang. Tak disangka, begitu belok, O'Conner sudah berdiri tegak di situ dengan wajah penuh kewaspadaan menatap para protagonis.
"Teman-teman sepenjara, kalian sengaja mengikuti di belakangku ya?" O'Conner menyeringai dingin penuh kewaspadaan.
Zheng Zhuo terkejut sejenak. Baru ia teringat kejadian serupa di Resident Evil 1 dimana 'Sang Tuan' telah menanamkan identitas mereka ke dalam dunia film horor. Saat itu identitas mereka adalah staf keamanan perusahaan, kini sang protagonis pria O'Conner mengira mereka sebagai rekan sepenjara.
Hati Zheng Zhuo berdesir. Dengan senyum ia berkata: "Hehe, sebelumnya kami dengar kalian menyebut Kota Kematian Hamunaptra..."
O'Conner bereaksi paling cepat. Tangannya langsung meraba pinggang belakang, namun lupa bahwa ia baru keluar dari penjara. Mana mungkin ada senjata di tubuhnya. Setelah meraba-raba, ia melihat Zheng Zhuo memegang pistol pendek bentuk aneh (micro). Segera ia angkat tangan sambil tertawa: "Ha-ha, Saudara, pasti salah dengar. Kota Kematian apa itu..."
Zheng Zhuo tersenyum tipis sambil menyimpan tombaknya, dia juga tertawa: "Hehe, aku tidak akan berbicara panjang lebar. Aku benar-benar tidak punya niat jahat, hanya berharap kamu bisa mengantar kami ke Kota Para Arwah. Kami yang akan bertanggung jawab melindungi kalian... Sebenarnya, yang benar-benar menyelamatkanmu tadi adalah kami."
O'Connell memandangnya dengan heran. Zheng Zhuo tersenyum ke arah Ling Dian, lalu menunjuk ke sudut baja runcing di atas gedung jauh di kejauhan. Dari sini ke sana jaraknya setidaknya hampir seribu meter. Semua orang hanya bisa melihat seutas baja tipis seperti benang. O'Connell juga bingung melihat ke arah itu. Tiba-tiba terdengar suara desis lembut, dan baja itu putus seketika. O'Connell yang terpana menoleh kembali, tepat melihat Ling Dian menyimpan sebuah pistol berbentuk aneh ke dalam bajunya.
Ini adalah akhir Perang Dunia I, bahkan senapan semi-otomatis pun belum ada. Pistol yang bisa memotong batang baja dari jarak hampir seribu meter jelas mustahil ada. Pistol yang dipilih Ling Dian ini adalah senjata masa depan dengan teknologi melampaui abad 21. Mulai dari mekanisme penghancur, kekuatan penghancur tembakan lurus sejauh seribu meter, hingga kemampuan sniper Ling Dian - semuanya cukup membuat O'Connell terpana. Dia membuka mulat ternganga ke arah sana, lama sekali akhirnya berkata: "...Jangan arahkan pistol itu ke arahku, jangan sama sekali..."
Ini juga bisa dianggap sebagai ancaman semi-kekerasan, Zheng Zhuo tersenyum getir sambil mengikuti O'Connell dari belakang. Di belakangnya, anggota tim lainnya mengikuti. Faktanya, di tempat yang tidak dia lihat, Xiao Honglü diam-diam mengamati gerak-geriknya tadi. Setelah semua ini selesai, bocah lelaki itu menunjukkan senyum sedikit mengakui...
