Waktu berlahan berlalu, akhirnya mereka tiba di pelabuhan hilir sungai. Ini adalah pelabuhan komersial murni, yang lalu-lalang hanyalah kapal dagang. Kadang ada kapal pesiar yang menurunkan penumpang di sini, tapi naik ke kapal pesiar di tempat ini jelas merupakan hal yang agak sulit. Tentu saja, itu relatif bagi orang biasa.
Zheng Zhuo masih memiliki dua batang emas dan banyak butiran emas. Dengan melemparkan beberapa butiran emas, dia berhasil membawa semua orang naik ke sebuah kapal pesiar, bahkan memilih beberapa kabin mewah untuk ditempati. Singkat kata, uang bisa membuat setan memutar gilingan. Jika punya lebih banyak uang, bahkan bisa membuat gilingan mendorong setan.
Menyusuri sungai ke hulu secara bertahap, sekitar senja esok mereka akan kembali ke Kairo. Di sana, nasib tak dikenal dan musuh tak dikenal sedang menanti... Hidup, mati, atau berjuang mati-matian menuju harapan?
Zheng Zhuo merebahkan diri di geladak sambil memegang botol tequila. Sejak masuk ke dunia Mummy I ini, jarang dia mengalami momen tenang seperti malam ini. Untuk mencegah terulangnya insiden kitab suci Buddha dari film horor sebelumnya, Kitab Orang Mati selalu disimpannya melekat di badan. Bahkan ketika ada yang ingin melihat atau Qi Tengyi menerjemahkan tulisan untuknya, itu harus dilakukan dalam jangkauan tangannya. Siapapun, bahkan Ling Dian dan Zhao Yingkong bekerja sama, pasti tidak bisa mengalahkannya dari jarak dekat dan merebut Kitab Orang Mati. Ini mungkin keyakinan terbesarnya.
“Sedang minum alkohol?” Suara pria terdengar dari ujung geladak, ini adalah suara Zhang Jie.
Zheng Zhuo tidak menoleh, hanya mengambil sebotol tequila dari Cincin Na. Zhang Jie pun tak sungkan, ia duduk sembari membuka botol dan menenggak beberapa teguk ke mulutnya.
"Sudah... merasa lelah?" Zhang Jie menghabiskan setengah tequila sekaligus, lalu berbaring di geladak.
"Eh? Jadi... Ya, merasa lelah." Zheng Zhuo menghela napas, ikut menenggak alkohol yang segera berubah menjadi aliran panas di tenggorokan, memanas hingga seluruh tubuhnya berkeringat.
"Karena bisa mati kapan saja?" Zhang Jie bertanya setelah beberapa saat diam.
Zheng Zhuo menghabiskan sisa tequilanya dalam sekali teguk. Dengan gerakan lembut, ia melemparkan botol kosong ke luar kapal, lalu berkata datar: "Setiap orang bisa mati kapan saja. Setelah lama hidup di ambang kematian, kecuali keinginan bertahan hidup karena ikatan tertentu, sebagian besar waktu kita justru menganggap enteng nasib. Dulu aku tak bisa membayangkan bisa semudah ini mengabaikan nyawa orang, menghapuskan mereka... Yang benar-benar melelahkan adalah harus bertarung sambil waspada terhadap sahabat sendiri. Ketika tak bisa mempercayai punggungku pada rekan seperjuangan, saat itulah letih yang sesungguhnya."
“Jika dikatakan……jika dikatakan……” Zhang Jie juga menghabiskan seluruh arak dalam botol sekali teguk, dia melanjutkan dengan bergumam: “…Saudara, tidakkah kau penasaran mengapa Tim Yinzhou lebih kuat dari Tim Zhongzhou kita? Yinzhou adalah nama yang diberikan oleh Sang Tuan berdasarkan pembagian benua kuno, kira-kira mencakup India dunia nyata, kepulauan laut India, plus negara-negara Arab di sekitar Laut Matu ke arah India. Sedangkan Zhongzhou adalah sebutan untuk wilayah yang membentang ke utara dari wilayah kekuasaan Tiongkok dunia nyata. Baik dari luas wilayah maupun jumlah populasi, orang yang bisa masuk ke Tim Zhongzhou pasti paling banyak di antara semua tim reinkarnasi. Lalu...mengapa Tim Zhongzhou kita justru lebih lemah dari Tim Yinzhou? Benarkah kau tidak penasaran?”
Zheng Zhuo mengeluarkan sebotol arak lagi dari Cincin Na, dia berkata dengan datar: “Makanya, aku selalu menantikan ucapanmu…”
“Jika dikatakan…beri aku waktu. Jika kali ini kau bisa selamat dari pertarungan melawan Tim Yinzhou, pasti akan kuceritakan semua padamu. Kemudian...tidak, tidak ada kemudian. Mau merokok?”
Zhang Jie menyelesaikan ucapannya dengan terputus-putus, lalu mengeluarkan sebungkus rokok dari sakunya. Dia melemparkan sebatang ke Zheng Zhuo sebelum menyalakan rokoknya sendiri. Zheng Zhuo menangkap rokok itu, merasa agak pusing, seolah kembali ke suasana saat pertama kali bertemu Zhang Jie di Resident Evil 1 – pria yang agak dingin itu, dengan asap rokok yang mengepul…
Kairo, setelah pergi, semua orang kembali lagi. Hanya saja suasana hati setiap orang telah berubah. Mereka sudah mengetahui keberadaan Tim India sekaligus kekuatan mereka yang lebih superior. Namun di sisi lain, tim kita justru harus membunuh setidaknya satu anggota mereka... Dalam situasi seperti ini, Kitab Arwah Tak Bersalah memberikan secercah harapan. Singkatnya, perasaan mereka sangat kompleks.
Begitu turun dari kapal, O'Connell segera berbicara pada Zheng Zhuo: "Sesuai perjanjian, kami akan mengambil mumi... Sedangkan kalian bertugas membasmi makhluk mengerikan itu. Tentu saja Kitab Kebangkitan akan kami ambil... Tapi selama proses ini, kalian harus menjamin keamanan kami. Setuju?"
Zheng Zhuo mengangguk: "Baik, kami akan melindungi kalian... Dari kejauhan. Setelah kalian mengeluarkan mumi, kami akan menghubungi. Oh ya, sebaiknya bawa seekor kucing untuk menghindari serangan mumi itu..."
O'Connell dan dua rekannya tertegun melihat Zheng Zhuo dan kawan-kawan yang semakin menjauh. Ia berteriak: "Kalian mau ke mana? Bagaimana cara menghubungi? Hei...!"
"Kami akan menemui kalian. Jangan terlalu dekat - bisa menimbulkan korban jiwa... O'Connell, terima kasih atas bantuan kalian selama ini. Sampai jumpa."
Di sebuah hotel di Kairo, beberapa orang duduk hening dalam ruangan besar. Tiba-tiba seorang gadis yang menutup mata berkedut: "Tim China Tengah telah kembali ke Kairo. Posisi mereka saat ini sekitar pelabuhan."
Beberapa orang ini duduk bersila mengelilingi seorang biksu kecil, sang biksu kecil itu berkata, "Siapa yang paling dekat dengan sana?"
Seorang pria kurus tinggi berkulit pucat mengeluarkan instrumen sebesar telapak tangan, setelah melihatnya dia berkata, "Imani dan Muhammad Yolif yang paling dekat dengan sana..."
Biksu kecil mengerutkan alisnya, "Kekuatan eksplosif otot Imani terlalu kuat, mudah memicu kerusuhan. Senjata teknologi tinggi Muhammad Yolif juga tidak cocok untuk pertempuran dalam kota... Intinya suruh mereka mengikuti prosedur standar untuk menguji Tim Zhongzhou. Selain itu perintahkan Aluo Te segera menyusul. Jika keduanya terluka, minta Aluo Te jaga nyawa mereka. Dengan keahlian medisnya, seharusnya tidak ada masalah besar... Begitu saja, uji kemampuan Tim Zhongzhou, lihat apakah mereka mangsa atau musuh yang layak berdialog setara dengan kita!"
### Volume 5: Harta Karun Dewa Hantu (1) Bab 7 Kontak Pertama...Prajurit Kekuatan Dahsyat (1)
Zheng Zhuo dan beberapa orang berpisah dengan O'Connell di pelabuhan, kemudian mereka menyusup ke kerumunan menuju pusat Kairo. Sepanjang jalan mereka berdiskusi singkat merencanakan strategi.
"Seperti yang direncanakan kemarin, kecuali beberapa wajah baru yang tidak memiliki kekuatan tempur, pengaturan enam senior kami adalah sebagai berikut: Zhang Jie dan Ling Dian dalam satu tim, Ling Dian bertanggung jawab untuk sniper, Zhang Jie bertugas melindungi Ling Dian. Zhao Yingkong dan Zhan Lan dalam satu tim, Zhao Yingkong bertugas melakukan pembunuhan diam-diam, Zhan Lan bertanggung jawab memberikan sihir kecepatan dan stamina. Saya dengan Qi Tengyi dalam satu tim, saya bertugas serangan jarak dekat, sedangkan Qi Tengyi bertugas menerjemahkan mantra yang belum saya hafal... Begitu pembagian tugasnya. Jika ada yang ingin memberikan pendapat, silakan sampaikan sekarang. Jika tidak ada keberatan, kita akan bertempur dengan formasi ini. Untuk komunikasi, gunakan alat komunikasi yang baru kita tukarkan, bisa menghubungi dan menandai posisi satu sama lain." Zheng Zhuo berkata dengan datar.
Xiao Honglu tiba-tiba berkata tergesa-gesa: "Tunjukkan alat komunikasinya padaku... Alat ini bisa menandai posisi sahabat lain yang memiliki alat serupa. Bagaimana jika alat ini jatuh ke tangan musuh? Pernahkah kalian memikirkan hal ini?"
Zheng Zhuo tersenyum menjawab: "Tentu saja. Karena itu saya akan segera mengumumkan password yang hanya diketahui teman kita sendiri. Jika ada pemegang alat komunikasi yang mendekat tanpa mengetahui password, justru ini kesempatan bagus untuk menjebak mereka... Tapi tentu saja, slogan ini tidak boleh diketahui non-anggota tim. Ketiga orang itu akan membentuk tim terpisah, secara bergiliran dilindungi dan dipantau oleh tiga kelompok kita. Jika terjadi situasi yang membahayakan seluruh tim... Bunuh di tempat. Meski harus kehilangan 2000 poin reward lagi, kita tidak boleh membiarkan seluruh tim terjebak dalam situasi kritis."
Gao Hongliang, Zhang Heng, Qin Zhuoyu ketiganya langsung gemetar mendengar perkataan itu. Xiao Honglv mengangguk dan berkata: "Kalau begitu... biarkan aku bersama mereka. Alat komunikasi tidak diperlukan lagi, tetapi selain saat pertempuran, harus ada satu tim yang bertugas melindungi kami berempat. Jika bisa tidak ada korban jiwa tentu yang terbaik... Jika benar-benar sudah terjebak dalam situasi kritis, biarkan kami berempat menjadi umpan terlebih dahulu. Ini sudah menjadi kesepakatan awal kami."
Qin Zhuoyu segera protes keras dengan suara gemetar: "Apa--apa maksudmu ini? Enam orang mereka begitu kuat, punya senjata, punya alat komunikasi itu, mengapa kami orang biasa harus jadi umpan? Bukankah ini jelas-jelas menyuruh kami mengorbankan diri? Hei! Kenapa kalian memandiku seperti itu? Aku hanya menyatakan kebenaran, salah?"
Xiao Honglv sama sekali tidak memandangnya. Dengan dingin ia memutar-mutar rambut di dahinya, lalu berkata datar: "Justru karena tidak punya kemampuan... maka yang mati duluan pasti kami. Dunia ini bukan dunia nyata biasa. Bukan tempat dimana yang lemah harus dilindungi. Di sini, semua pertimbangan berpusat pada bertahan hidup. Jika kami jadi umpan sementara kekuatan tempur utama tetap utuh, probabilitas hidup kami minimal 10-30%. Tapi jika kekuatan tempur utama gugur semua sementara kami selamat, probabilitas kematian kami 100%. Tim India pasti tidak akan melewatkan 'poin reward aktivitas' seperti kami. Mengerti sekarang?"
Qin Zhuilu terdiam mendengar, wajahnya tiba-tiba memerah dan berteriak: "Tapi bukankah kita tetap harus memilih yang fisiknya kuat sebagai umpan? Pokoknya aku tidak mau jadi umpan! Kalau sampai terbunuh, kalian akan kehilangan 2000 poin reward lagi kan?"
Xiao Honglv dengan dingin mencabut sehelai rambut hitam, meniupnya di ujung jari sambil berkata sinis: "Ladies first... Kurasa kedua orang lainnya juga berpikir sama. Jika tidak terima, mari kita empat lakukan voting."
Zheng Zhuo diam-diam mengamati semua ini. Dalam hati ia menghela napas. Pola tindakan bocah ini sangat mirip Chu Xuan, hanya saja masih menyisakan sisi kemanusiaan. Berbeda dengan Chu Xuan yang rasional hingga mengabaikan segalanya. Meski keduanya suka mengklaim diri sebagai mayoritas, dan tanpa sadar mengkategorikan penentang sebagai minoritas, cara licik mengubah diri menjadi pihak benar inilah yang menjadi ciri khas Sage Bijak.
Tiba-tiba Zheng Zhuo, Ling Dian, Zhao Yingkong, dan Zhang Jie serempak menoleh ke satu titik di kerumunan. Di sana berdiri seorang pria kekar berotot baja berkulit gelap, berdampingan dengan pria paruh baya berhidung bengkok dan berjanggut dengan aura licik. Suatu getaran aneh membuat keempatnya menatap tajam ke arah mereka.
“……Benar, anggota regu India. Niat membunuhnya sangat kuat... Keadaan darurat, kita mungkin akan diserang di sini. Tak tahu apakah ada anggota mereka di sekitar. Mungkin kita sudah terkepung... Ling Dian, segera bawa semua pergi... Zhan Lan, berikan status kecepatan dan stamina padaku dan Zhao Yingkong. Xiao Honglv, cepat cari cara untuk melepaskan diri dari pengepungan mereka... Zhao Yingkong, kau bertugas menahan si berjanggut itu. Bunuh dia jika memungkinkan, tapi jangan membahayakan dirimu. Pria berotot itu serahkan padaku.”
Pikiran Zheng Zhuo bergerak cepat, membuat keputusan rasional dalam sekejap. Setelah melewati beberapa film horor dan bimbingan tak langsung dari Chu Xuan, dia mulai memahami peran sebagai komandan. Meski belum sempurna, benih-benih kepemimpinan mulai tumbuh. Dengan lebih banyak waktu, dia akan semakin cocok dengan peran komandan ini.
Pria berotot hitam legam itu terkekeh pada si berjanggut di sampingnya: "Yurif, reaksi mereka cukup cepat. Tapi bagaimana kemampuan mereka? Sudah pilih lawan?"
"Yurif si berjanggut tiba-tiba tangannya memancarkan cahaya merah, sebuah senapan serbu berwarna merah menyala muncul di telapak tangannya. Di senapan itu masih tertancap pisau belati yang dilempar Zhao Yingkong dari kejauhan sebagai senjata jarak jauh. Ia tersenyum licik, "Tak perlu memilih, sepertinya mereka sudah menentukan lawan untuk kita... Sesuai perjanjian lama, siapa yang membunuh musuh lebih dulu menang. Yang kalah harus menyerahkan 1.000 poin reward untuk ditukarkan barang bagi pemenang. Sepertinya aku lebih diuntungkan ya."
"Hahaha, belum tentu! Hati-hati jangan sampai dikebiri, hahaha..."
Si raksasa berotot tertawa terbahak-bahak. Ia mengangkat kepalan tangannya dan menghantam tanah dengan keras, membuat kerikil-kerikul beterbangan. Warga sipil di sekitarnya menjerit-jerit kesakitan. Daya hancur kerikil yang beterbangan di jarak dekat tidak kalah dengan peluru pistol. Seketika belasan warga tewas diterjang batu. Zheng Zhuo juga terhalang pandangannya oleh kerikil yang melesat. Saat ia menangkis kerikil-kerikil itu dengan pisau belati, bayangan hitam tiba-tiba menutupi cahaya matahari di atas kepalanya. Rupanya si raksasa itu mengangkat batu raksasa sebesar beberapa meter kubik dan menjatuhkannya dari ketinggian beberapa meter!
Saat genting...
