Zheng Zhuo tiba-tiba merasa sangat bersyukur telah menukar Cincin Na, tidak hanya bisa menjadi senjata kuat untuk menyerang makhluk spiritual, tapi yang paling penting juga bisa menyimpan banyak barang di dalamnya, misalnya... peluru spiritual!
Harga peluru spiritual biasa cukup murah, hanya sedikit merepotkan untuk dibawa karena masalah berat. Namun bagi Zheng Zhuo yang memiliki Cincin Na, masalah ini sama sekali tidak ada. Dengan mudah dia mengeluarkan tumpukan besar peluru spiritual, tidak hanya mengisi ulang peluru Zhang Jie dan Zhan Lan, bahkan O'Connell dan yang lain sepenuhnya mengganti persenjataan mereka dengan peluru spiritual. Meski senjata mereka sebenarnya tidak bagus, melihat situasi saat ini - setiap tambahan kekuatan berarti tambahan jaminan keselamatan, dia sama sekali tidak pelit mengeluarkan sedikit peluru spiritual ini.
Para anggota tim turun dari atas menara lonceng. Semakin dekat dengan lantai dasar, perasaan tegang di hati semua orang semakin meningkat. Bukan hanya O'Connell dan orang-orang biasa, atau Zhang Heng dan beberapa wajah baru, bahkan Zheng Zhuo dan kawan-kawannya pun semakin tegang.
Sesampainya di lantai dasar, pintu kayu tebal menghadang di depan. Zhan Lan bereaksi paling cepat, dia mulai mengucapkan mantra untuk meningkatkan kecepatan dan stamina semua orang. Zheng Zhuo mengeluarkan potongan terakhir mumi dan serpihan pasir-batu. Di bawah tatapan semua orang, dia mengambil Kitab Arwah Tak Bersalah dan melafalkan mantra. Kelompok campuran serpihan itu perlahan membesar dan berubah bentuk, akhirnya menjelma menjadi empat pengawal mumi.
Beberapa orang baru terdiam membeku, sampai Zheng Zhuo menendang pintu besar hingga suara dentuman membangunkan semua orang. Zheng Zhuo langsung menerjang keluar sambil menembakkan tombaknya bertubi-tubi. Belasan mayat hidup terdekat dari menara jam langsung tersungkur. Khasiat peluru spiritual memang luar biasa - mayat-mayat itu langsung terbakar begitu jatuh, dalam hitungan detik berubah menjadi abu hitam.
"O'Conner! Aku serahkan padamu, pimpin jalan!" Zheng Zhuo menoleh sambil berteriak tergesa.
O'Conner mengangguk berat. Matinya menatap Ivonye sejenak, lalu mencabut dua pistol dan maju memimpin barisan.
Tanpa bicara lagi, semua orang mengikuti O'Conner berlari ke arah barat menara jam. Anehnya, sepanjang jalan mereka tidak bertemu satu pun mayat hidup, apalagi mumi pengawal. Sampai saat mereka belok di sebuah gang sempit, tiba-tiba terhampar tembok manusia di depan - sebuah jalan lebar yang dipadati ribuan mayat hidup berjejalan. Di atas dinding jalan, belasan mumi pengawal berjaga.
"Angkat senjata! Kalau tak mau mati bertarunglah sampai titik darah penghabisan!" Zheng Zhuo menggenggam tombak di tangan kiri dan pisau belati pemotong partikel getaran tinggi di kanan. Teriaknya menggelegar sambil menembaki barisan mumi pengawal itu.
Orang-orang segera mengarahkan luka tembak ke arah mayat hidup dan pengawal mumi. Untuk pengawal mumi masih lumayan, tetapi mayat hidup di depan ini terlihat sama persis dengan orang biasa, terutama beberapa di antaranya ada anak-anak berusia 11-12 tahun. Nuo dan yang lain langsung ragu-ragu, sampai Zhang Jie berteriak menyuruh mereka minggir. Baru kemudian mereka menyadari Zhang Jie membawa senjata api berat yang terlihat sangat mengerikan - senjata mesin ringan yang pernah digunakannya di film horor sebelumnya. Entah kapan dia merakit senjata ini, yang jelas setelah Nuo dkk menggeser posisi, lidah api setengah meter langsung menyembur dari laras senjata.
"Dak-dak-dak!"
Dentuman senjata mesin ini terdengar jauh lebih dahsyat daripada suara tombak Zheng Zhuo. Kekuatan penghancurnya begitu mengerikan, mayat-mayat hidup di jarak lebih dari seratus meter bertumbangan. Prajurit mumi yang berlari di sepanjang dinding jalan sama sekali tidak bisa mendekat. Zhang Jie seperti orang kesurupan, satu tangan memegang senjata mesin, tangan lain membawa ikatan peluru spiritual. Sambil terus menembak, ia malah berlari ke depan sambil terus mengaum keras.
"Sangat menyedihkan... Orang yang menahan peluru untuknya sebelumnya sudah meninggal." Zheng Zhuo menghela napas, matanya menatap Qi Tengyi yang digendong kurcaci berjanggut hitam. Meski secara rasional semua tahu seharusnya mayat itu ditaruh di menara lonceng, tapi mereka tak tega membiarkannya tergeletak di luar. Akhirnya diputuskan untuk menguburkannya di padang pasir. Menurut kurcaci berjanggut hitam, ini cara peristirahatan terbaik bagi seorang prajurit.
Beruntungnya, entah karena kutukan Imhotep tidak berlaku bagi para pelaku siklus film horor, jasad Qi Tengyi tak diganggu sama sekali. Dia tetap tertidur abadi... Hanya saja adegan kematiannya tak bisa dilupakan Zheng Zhuo - teriakan penuh keberanian pria itu...
Senapan mesin cepat kehabisan peluru. Untungnya para pengawal mumi sudah hancur berkeping-keping. Ribuan mayat hidup tersisa masih mendekat. Terinspirasi Zhang Jie, semua tanpa ragu menembakkan senjata api. Dentuman peluru memekakkan telinga saat mereka menerobos kerumunan mayat, membuka jalan darah menuju area parkir.
Begitu orang-orang menerobos masuk ke area parkir, Jonathan langsung berlari ke arah beberapa mobil sport. Namun baru beberapa langkah, O'Conner dan Zheng Zhuo dengan kompak mengulurkan tangan. Keduanya mengangkat Jonathan dan berlari menuju sebuah bus kecil. Jonathan masih berseru tak rela: "Hei, mobil sport! Mobil sport lebih cepat, harganya juga jauh lebih mahal!"
Zheng Zhuo kesal berkata: "Setelah kita semua selamat, kuberi lima batang emas, sial! Biar kau beli sendiri sampai puas!"
Jonathan membeku sejenak, lalu langsung merayu: "Lima... Enam saja, enam lebih membawa hoki."
Zheng Zhuo dan O'Conner saling pandang, keduanya dengan kesamaan gerakan melemparkan Jonathan ke dalam bus. Para anggota lain pun naik menyusul. Setelah semua penumpang masuk, O'Conner baru duduk mencari kunci mobil. Tak disangka Zheng Zhuo langsung menghantam lubang kunci dengan tinju hingga hancur, lalu menarik beberapa kabel listrik dan memutarnya. Bus kecil pun langsung menyala.
O'Conner tertawa terbahak: "Kau terlalu kasar ya?"
Zheng Zhuo mengangkat bahu: "Nanti saat kau menyetir pasti lebih brutal lagi... Ayo jalan, tamu-tamu kita sudah datang."
Benar saja, di pintu masuk tempat parkir sudah terkumpul ratusan mayat hidup secara perlahan. Di dinding belakang mereka, puluhan mumi pengawal menatap ke arah sini. O'Conner meneriakkan perintah dan menghidupkan bus kecil. Puluhan mumi pengawal itu langsung menyerbu ke depan, sementara bus kecil telah menerobos masuk ke kerumunan manusia. Seketika darah dan daging beterbangan...
