"Kalau begitu... rencana sudah dimulai, hancurkan seluruh tim mereka!" Xiao Honglü menjepit rambut di dahinya sambil tersenyum sinis.
Yang lain juga tersenyum. Meski kedatangan musuh yang begitu cepat benar-benar di luar perkiraan semua orang, rencana Xiao Honglü tetap bisa dijalankan tanpa ragu. Rencana ini akan membuat Tim Sanskerta terjerumus ke dalam kehancuran abadi!
Xiao Honglü menyuruh dua orang berbaju hitam ikut menuju ke sini. Salah satu pergi ke pasukan besar, yang lain mengikuti dari belakang menuju Kota Orang Mati. Untuk mencegah mereka dikontrol mental, rencana Xiao Honglü sama sekali tidak diungkapkan kepada mereka. Sebab meski mereka dikontrol, yang dihadapi tim hanyalah pertempuran sengit secara frontal. Tapi jika tidak terkontrol, rencana Xiao Honglü bisa berjalan mulus.
"Orang berbaju hitam yang mengikuti rombongan dari belakang tidak memiliki masalah. Yang dia bawa memang sebagian alat komunikasi. Sedangkan orang yang menuju pasukan besar selain membawa alat komunikasi, juga membawa surat rahasia dari si Janggut Hitam untuk para pemimpin kavaleri. Begitu mereka melihat surat ini, harus mengirim 1.000 kavaleri untuk mengikuti rombongan dari belakang, wajib mengganti tiga tunggangannya secara bergantian tanpa henti. Surat itu memerintahkan: Begitu mendengar dentuman senjata pertama di dekat Kota Orang Mati, serbu dengan cepat dan bunuh semua orang yang mendekati Kota Orang Mati! Semuanya!"
Perintah yang diterima Ling Dian adalah: Begitu menemukan jejak, tak peduli seberapa jauh, apakah sudah membidik atau tidak, apakah itu wanita pengendali mental atau bukan, langsung tembak orang pertama yang terlihat! Meski tidak bisa membunuh tetap harus menembak! Karena dentuman senjatanya akan menjadi sinyal dimulainya rencana.
"Logika deduksinya sederhana. Dari arah manapun mereka datang, pasti akan menghadapi serbuan kavaleri. Setelah mengetahui rencana kita, satu-satunya cara aman mereka datang adalah pesawat. Tapi jika kita lebih dulu mencapai Kota Orang Mati dan membuat mereka melihat jelas tidak ada kavaleri di sekitarnya, menurut kalian apa yang akan mereka lakukan? Tentu saja mendarat..."
"Ada satu pertanyaan kecil. Bisakah mereka memindahkan kuda atau unta ke pesawat? Pesawat di era ini... hmph, bahkan membawa beberapa penumpang tambahan saja tidak mungkin. Jadi setelah turun dari pesawat, mereka hanya bisa berjalan kaki menuju Kota Kematian ini. Pertanyaanku... kaki dua lebih cepat? Atau kaki empat lebih cepat... hehe, matilah dengan gemilang, Tim Sanskerta!"
Xiao Honglü mengeluarkan sebuah apel dari dalam bajunya. Ia menggigit apel itu perlahan, lalu kembali memilin-milin rambut di dahinya.
Zhang Jie dan Zhan Lan segera berlari ke dalam makam untuk membantu Zheng Zhuo keluar. Penampilannya terlihat sangat compang-camping. Selain tubuhnya penuh debu, ada beberapa kumbang suci di lengannya yang berusaha keras menembus kulit. Namun ototnya yang kokoh membuat serangga-serangga itu tak bisa masuk. Zhang Jie dengan sigap membalikkan kumbang-kumbang itu ke tanah, lalu mengeluarkan pistol dan menghancurkan mereka menjadi berkeping-keping. Zheng Zhuo baru saja pulih dari efek pukulan keras itu.
Zhao Yingkong melirik Zheng Zhuo, lalu kembali melihat jam tangannya. "Skor +1," katanya, "Ling Dian benar-benar membunuh seseorang dengan serangan tadi. Sekarang tinggal menunggu kinerja pasukan-pasukan kavaleri. Semoga serangan mereka efektif!"
Xiao Honglü menggigit apel dan berkata: "Tidak mungkin ada deduksi yang benar-benar sempurna di dunia ini, aku juga tidak bisa... Kecuali orang yang melakukan deduksi itu telah sepenuhnya meninggalkan semua keinginan manusiawi. Rasa sakit, indra peraba, pengecap, penciuman, hanya orang seperti itu yang bisa murni melihat segala sesuatu dari sudut pandang pihak ketiga. Orang seperti itu selama memiliki kecerdasan dan kemampuan deduksi yang kuat, pasti akan menjadi Sage Bijak paling sempurna, Sage Bijak terkuat... Sayangnya di dunia ini tidak mungkin ada manusia yang begitu sempurna, hasil yang terlalu sempurna hanya akan berujung pada penghancuran diri."
Begitu kata-katanya berakhir. Dari kejauhan tiba-tiba mengangkat badai debu. Itu adalah suara derap kavaleri yang sedang melesat, meskipun semua orang tahu hanya ada 1.000 kavaleri. Tapi derap yang serempak ini benar-benar menggetarkan, terutama bagi anggota tim reinkarnasi yang berasal dari dunia nyata yang damai, kapan mereka pernah punya kesempatan menyaksikan pemandangan yang membuat darah mendidih seperti ini? Untuk sesaat semua orang menahan napas, memandangi debu yang semakin tinggi, dan di balik debu itu, para kavaleri mulai menampakkan siluet mereka. Para kavaleri ini membawa tombak kuda, di samping pelana juga menggantung pedang melengkung. Semua kavaleri adalah prajurit elit yang bisa bertempur jarak jauh maupun jarak dekat.
Zheng Zhuo juga menatap pasukan kavaleri yang berjejal rapat itu, dengan suara dingin ia berkata: "Gagal membunuh kami di Kairo, kalian sudah kehilangan kesempatan terbaik... Sial! Terus-terusan dipojokkan, akhirnya kita bisa balik menguasai situasi. Qi Tengyi! Pembalasan untukmu pasti akan kami tunaikan!"
Saat mereka sedang berbicara, tiba-tiba terdengar suara Braak keras sekali. Ling Dian kembali menarik pelatuk. Bersamaan dengan tembakan itu, angka di jam tangan mereka tiba-tiba kembali ke nol—pertanda salah satu anggota tim telah dibunuh!
"Satu anggota tim terbunuh, Tim Zhongzhou mendapat nol poin. Saat ini memperoleh 0 poin reward. Di akhir film horor, anggota dengan poin negatif akan langsung dihapuskan..."
"Ling Dian!" Zheng Zhuo berteriak keras. Ingatannya langsung melayang ke proses perkenalannya dengan pria ini. Pria pendiam bagai emas itu selalu bisa menyelesaikan tugas dengan mantap, bahkan berkali-kali menyelamatkannya saat genting. Tak hanya itu, bayangan senyum lembut di wajahnya saat mengajak gadis kecil mirip bocah lelaki itu berenang... Inilah sahabat sejati!
Zheng Zhuo berteriak sambil berlari kencang ke arah Ling Dian. Zhao Yingkong juga ikut berlari ke sana. Zhang Jie terlihat kesakitan sambil mengusap pelipisnya, tubuhnya nyaris berjongkok di tanah. Keringat sebesar kacang kedelai terus menetes ke tanah. Namun semua orang sedang mengincar arah Ling Dian dan Zhang Heng, tak ada yang memperhatikan ekspresi kesakitan Zhang Jie.
Hati Zheng Zhuo gelisah. Kecepatan larinya luar biasa cepat, dalam belasan detik sudah mencapai dataran tinggi tempat persembunyian sniper Ling Dian dan Zhang Heng. Saat melihat ke depan, ia langsung membeku. Ling Dian dan Zhang Heng sama-sama menatapnya bingung. Ling Dian pertama sadar, berkata datar: "Tadi aku membidik sniper wanita berbusana India itu. Tapi setelah membunuhnya, sistem mengabarkan anggota kita mati satu. Wanita berbusana India itu kemungkinan Gao Hongliang atau Qin Zhuilu. Masih ada dua wanita berbusana India bertudung wajah. Aku ragu untuk melanjutkan tembakan."
Zheng Zhuo memandangnya diam-diam, tiba-tiba menghantam bahunya dengan keras. "Yang penting kau selamat! Sial, jangan sampai mati! Aku ingin terus bertarung bersamamu! Saudara seperjuangan!"
Ling Dian membeku sejenak. Matanya menatap dalam Zheng Zhuo, lalu berpaling sambil berucap lirih: "Sampai mati..."
Pada saat yang sama, biksu kecil di kejauhan hampir jatuh ke dalam kemarahan gila. Ia berteriak histeris, menginjak kepala ular raksasa dan menerjang ke depan. Di sampingnya, dokter pirang yang telah berubah menjadi manusia serigala raksasa tampak pulih dari lukanya, kecepatannya hampir menyamai biksu kecil yang melayang di udara.
Biksu kecil itu meraung keras: "Salju, serang mati-matian! Carilah posisinya dengan segala cara! Orang itu mungkin adalah Pemandu, Pemandu tidak bisa menyerang anggota tim dari benua lain! Temukan lokasinya, lalu Lan Mu bunuh dia! Harus dibunuh!"
Di belakang anggota Tim India, terbaring dua mayat. Satu adalah pria kurus berkulit hitam legam masih memegang dua pedang melengkung berpendar sinar dingin. Mayat lainnya adalah pria berpakaian tradisional India yang matanya terbelalak dengan ekspresi tak percaya - dialah Gao Hongliang yang mati tanpa memejamkan mata. Di tanah, empat orang berlarian: tiga perempuan dan satu pria. Dua di antaranya adalah perempuan India bermata tertutup. Salah satu perempuan cantik bermata tertutup itu bergumam: "Mulai melemah... Ternyata benar dia Pemandu, sedang menanggung hukuman balasan Sang Tuan... Hampir ketemu posisinya... Lan Mu!"
Teriakan perempuan bermata tertutup itu disambut lemparan jarum baja dari pemuda India tampan di sampingnya...
Ling Dian berkata dengan datar: "Sampai mati..." Sambil berbicara, dia membidik ke kejauhan dan sekali lagi menarik pelatuk. Saat darah menyembur deras dari dadanya, suara ledakan keras bergemuruh. Semua orang hanya bisa menyaksikan Ling Dian yang memeluk senapan runduknya terjatuh ke tanah, sementara sebatang jarum baja menancap di dadanya. Kali ini jarum tidak menusuk di antara kedua paru-parunya, melainkan tepat di jantung di bagian kiri dada... Semburan darah hangat dari sana menunjukkan jantung di bawah dada kiri telah tertusuk. Saat jarum baja perlahan ditarik keluar dari jantung, semburan darah akhirnya tak terbendung lagi, terus memancar deras.
Zheng Zhuo nyaris melotot matanya melihat ini. Dengan kasar dia menekan jarum baja itu sekuat tenaga, mencegahnya tertarik keluar sedikit pun. Karena begitu jarum terlepas dari jantung, Ling Dian akan tewas seketika. Bahkan untuk harapan terakhir ini, Zheng Zhuo tak rela melihat sahabat seperjuangannya - saudara yang siap bertempur bahu-membahu sampai akhir hayat - mati di hadapannya seperti ini... Dia sama sekali tak mau!
Gaya tarik jarum baja itu sungguh dahsyat. Begitu Zheng Zhuo memegangnya, sengatan listrik tinggi membuat kedua lengannya kebas. Tangannya sama sekali tak bertenaga. Dia hanya bisa pasrah melihat jarum itu perlahan terlepas, kemudian melayang menghilang di udara. Darah hangat dari dada Ling Dian telah membasahi kedua tangannya...
"...Sampai akhir hayat, tak bisa lagi mendampingimu bertempur, Saudara..."
Ling Dian tersenyum tipis, dia perlahan menutup kedua matanya, sementara senapan Gauss di tangannya perlahan tergelincir dari pelukannya, jatuh ke hamparan debu kuning...
Zheng Zhuo tertegun melihat darah panas di kedua tangannya, dan sosok Ling Dian yang terlihat samar melalui genangan darah itu. Untuk sesaat, pikirannya kosong sama sekali. Baru ketika kavaleri di kejauhan mulai menderu keras, dia pun ikut melolong dengan penuh amarah dan niat membunuh.
"Tim India! Aku akan membunuh kalian semua! Aku akan membuat kalian semua mati bersama! Aaaahh..."
### BAB 6 Harta Karun Dewa Iblis (2) Bagian 6 Pisahkan Medan Pertempuran! Lepaskanlah, Pukulan Itu! (1)
Saat Zheng Zhuo mengamuk, dua orang di sampingnya juga diliputi kemarahan. Zhao Yingkong yang sudah lama bersama Ling Dian meski jarang berbicara, merasakan kesedihan mendalam. Seperti hubungan saling menghargai antar orang kuat, sang pembunuh dan pembunuh bayaran itu saling mengagumi. Kematian Ling Dian juga menyayat hati Zhao Yingkong.
Yang lainnya adalah Zhang Heng. Baru saja masuk ke siklus film horor dari dunia nyata, dia masih membawa naivitas manusia biasa. Meski statusnya belum diakui sebagai anggota tim oleh Zheng Zhuo, menyaksikan rekan seperjuangan tewas memunculkan perasaan "kelinci mati rubah berkabung". Jika suatu hari gilirannya mati... entah apakah dia bisa menerima dengan lapang dada.
Saat ketiga orang itu terdiam menghadapi jenazah Ling Dian, tiba-tiba teriakan panik terdengar dari pintu masuk makam. Hati ketiganya berdebar kencang. Zheng Zhuo dan Zhao Yingkong serentak berseru, "Imhotep!"
Sebelumnya Imhotep menyusup ke dalam makam, sementara Tim Sanskerta juga turun dari pesawat menuju Kota Orang Mati. Saat dentuman senjata Ling Dian menggema, perhatian semua orang telah tertarik ke sana. Dengan kehadiran Zheng Zhuo dan Zhao Yingkong, Imhotep yang belum sepenuhnya memulihkan kekuatan sihirnya sebenarnya tidak terlalu mengancam. Setidaknya senjata mereka berdua sepenuhnya menetralisir eksistensinya.
Namun insiden mengejutkan dengan Ling Dian telah menarik Zheng Zhuo dan Zhao Yingkong ke sini. Dengan kata lain, orang-orang di pintu masuk makam saat ini tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi serangan Imhotep. Mereka hanya bisa menyaksikan Imhotep membunuh mereka satu per satu.
Begitu memikirkan ini, Zheng Zhuo dan Zhao Yingkong segera berlari cepat ke pintu masuk makam. Kecepatan mereka sangat tinggi, namun saat tiba di sana, mereka tetap menemukan bahwa sudah terlambat. Di kaki Imhotep tergeletak mayat kering yang dari pakaiannya terlihat sebagai satu-satunya orang Amerika yang masih hidup. Seluruh tubuh Imhotep mulai kejang-kejang. Bagian tubuhnya yang sedikit membusuk mulai beregenerasi. Hanya dalam beberapa detik, seorang pendeta botak utuh berdiri di hadapan mereka.
Di bawah tatapan semua orang, Imhotep bahkan tersenyum tipis. Senyuman ini membuat semua orang merinding. Saat semua orang terpana, dia tiba-tiba mengangkat tangannya ke arah kejauhan.
Di luar Kota Orang Mati, debu kuning menutupi langit. Pasir tebal terhembus hingga puluhan meter tinggi, menderu menghantam seribu pasukan kavaleri yang sedang menyerbu Tim Sanskerta. Saat pasukan kavaleri itu berjarak kurang dari seribu meter dari Tim Sanskerta, badai pasir mengubur mereka hidup-hidup. Regu kavaleri itu seketika terkubur. Sementara itu, Tim Sanskerta semakin giat berlari menuju Kota Orang Mati. Pasukan kavaleri yang bisa memusnahkan mereka... mungkin sudah tidak bisa menyusul.
Zheng Zhuo dan Zhao Yingkong serempak menerjang Imhotep. Yang satu mengalirkan energi dalam ke tinju kiri, sementara yang lain menghunus Gigi Api Neraka. Kedua senjata ini sama-sama mampu melukai Imhotep. Tapi kali ini sang Pendeta Abadi ini tampak lebih cerdik. Dengan membawa angin topan berdebu, dia menyambar Evi dan Zhan Lan sebelum kedua penyerang itu mendekat. Dengan teriakan keras, dia melesat masuk ke dalam makam.
Wajah Zheng Zhuo pucat pasi. Dia menyambar leher Strongnson: "Apa maksud perkataannya tadi saat pergi?"
Jonathan belum sempat bicara, pria berjanggut hitam di sebelahnya sudah berkata: "Dia bilang... serahkan Kitab Arwah, kalau tidak dia akan mengubah dua wanita ini menjadi mumi... Dia memberi kita waktu dua jam pasir, sekitar satu jam..."
Dada Zheng Zhuo naik turun dengan hebat. Situasi yang awalnya baik tiba-tiba hancur seketika. Ling Dian gugur, Imhotep sudah memulihkan kekuatan sihirnya, Evelyn dan Zhan Lan diculik... Apakah tim mereka benar-benar akan dihabisi di sini?
"O'Connell! Jonathan! Kalian berdua cepat cari Kitab Kebangkitan!" Zheng Zhuo menekan rasa putus asa di hatinya. Dengan tegas dia memberi perintah pada O'Connell dan Jonathan. Lalu menoleh ke pria berjanggut hitam: "Temani mereka dan lindungi mereka."
Direktur museum buru-buru menyela: "Aku ikut juga. Aku bisa membaca tulisan Mesir kuno!"
Zheng Zhuo teringat pengetahuan bahasa Mesir kuno setengah-setengah Jonathan. Ia hanya bisa mengangguk pasrah, lalu melanjutkan: "Zhang Jie, kau bertugas melindungi Zhang Heng dan Xiao Honglü. Masuk ke makam saat Tim India mendekati Kota Orang Mati. Begitu masuk, kita aman dari serangan jarak jauh... Tapi wanita India pengendali mental itu merepotkan. Zhang Jie?"
Zheng Zhuo baru melihat jelas ekspresi kesakitan Zhang Jie, namun yang membuat hatinya menggigil adalah tiba-tiba kilatan cahaya suci aneh muncul di mata Zhang Jie. Cahaya ini hanya muncul sekejap mata sebelum Zhang Jie langsung pingsan. Yang lebih mengerikan, kulit seluruh tubuhnya mulai pecah-pecah, pembuluh darah kapiler terus menerus meledak, membuatnya seperti manusia berdarah.
Hampir bersamaan, di pihak Tim Sanskerta, Biksu kecil dan anggota lain dilanda kegembiraan. Saat badai pasir itu muncul, mereka tahu Imhotep telah memulihkan kekuatan sihirnya. Badai pasir ini menyelamatkan seluruh tim mereka. Tanpanya, 1.000 pasukan kavaleri bersenjata api pasti akan membawa mereka ke ambang kematian seluruh tim. Tidak hanya itu, mereka juga berhasil membunuh sniper jarak jauh itu. Ini mungkin situasi paling tenang mereka, setidaknya tidak perlu khawatir menjadi korban tembakan setiap saat.
"Lan Mu! Kau tidak apa-apa?" teriak Biksu kecil tanpa menoleh.
Di antara kerumunan, pemuda India tampan itu kehilangan lengan kiri hingga bahu. Ia terus menerus batuk darah, hanya bisa berjalan dengan bantuan dua wanita di sampingnya. Dengan suara lemah ia berkata: "Jarumku lebih dulu menusuknya... Kalau tidak, pasti jantungku tertembak... Kekuatan yang mengerikan, meski tidak kena tubuhku, hanya gesekan di bahu saja langsung memotong lenganku..."
Di samping pemuda India itu, gadis bermata tertutup bergumam: "Tidak ada yang aneh. Dari ingatannya kita tahu, senapan Gauss ini sebenarnya bisa menghancurkan kereta perang dengan satu tembakan. Kau bukan lawan... Aah!"
Tiba-tiba gadis bermata tertutup itu menjerit keras. Dia memegangi kepalanya sambil berguling-guling di tanah. Semua orang kaget setengah mati dan membeku di tempat. Biksu kecil dan dokter pirang yang berubah menjadi manusia serigala raksasa langsung menyambar ke arahnya. Mereka tahu, meski kekuatan tempurnya bukan yang terkuat, gadis ini adalah inti paling vital dari seluruh tim. Bahkan bisa dibilang, dialah komandan tanpa gelar resmi.
Gadis itu terus menjerit-jerit, suaranya sudah serak dalam hitungan detik. "Komandan... Dia memimpin serangan ke aku! Tidak mungkin dia menyerangku! Tadi aku sedang memindai mereka, tiba-tiba dia masuk ke mentalku... Efek balik! Efek balik mental!!"
Suaranya semakin melemah. Saat mengucapkan kata-kata terakhir, darah mulai mengucur dari semua lubang wajahnya, membuatnya terlihat mengerikan. Meski begitu, tubuhnya masih terus kejang-kejang tak terkendali.
Manusia serigala raksasa yang berlari ke sisi gadis cantik yang menutup mata telah berubah kembali menjadi dokter pirang. Dia langsung menggenggam kepala gadis cantik itu, lalu meraba payudara kirinya. Setelah beberapa detik, dokter pirang melepaskan tangannya dengan putus asa, "Jantungnya masih berdetak, tapi gelombang otaknya sangat abnormal... Kesadarannya telah dihapus secara paksa. Jika tidak ada kejutan, tubuhnya akan mati dalam beberapa menit. Bahkan insting tubuhnya pun terhapus, pernapasan dan jantungnya akan berhenti perlahan."
Biksu kecil menarik napas dalam-dalam, bergumam pelan, "Tidak ada cara untuk menyelamatkannya? Bahkan jika kita menarik kehidupan untuknya?"
Dokter pirang menggelengkan kepala, tersenyum getir, "Tidak mungkin. Bidang mental adalah wilayah paling misterius. Aku benar-benar tidak ahli di sana. Nyawanya sangat kuat. Lawannya adalah ahli bidang mental yang menyusup ke sistem mentalnya saat dia memindai, lalu menghapus segalanya. Kehidupan tidak bisa memulihkan mentalnya..."
"Biksu kecil tiba-tiba menunjukkan wajah yang bengis. Dengan satu gerakan tangan, kepala ular raksasa muncul di atas kepalanya. Kemudian kepala ular itu menggigit wanita cantik yang menutup mata di udara. Di depan semua yang menyaksikan, kepala ular itu benar-benar mengunyah wanita itu menjadi serpihan dan menelannya. Dengan wajah penuh kebengisan, biksu kecil itu berkata: 'Lebih baik mati di tangan teman kita sendiri! Jangan beri Tim Zhongzhou kesempatan mencetak poin! Mereka sekarang minus satu poin kan? Jangan sampai mereka dapat satu poin... Tim Zhongzhou! Aku akan membuat seluruh timmu ikut mati!'"
Saat biksu kecil itu berbicara dengan penuh amarah, wanita berbusana India yang sebelumnya terlihat kosong tiba-tiba berteriak. Ia melihat sekitar dengan bingung ke arah biksu kecil dan yang lain. Ini adalah Qin Zhuoyu yang selama ini dikendalikan mental. Bersamaan dengan kematian Salju si wanita cantik yang menutup mata, kendali atasnya pun lepas dan ia bangkit. Namun kebangkitannya justru menjadi malapetaka, karena yang mengelilinginya adalah anggota Tim Yinsha yang memandangnya dengan penuh kebencian. Bandingkan dengan Gao Hongliang yang bisa mati tanpa menyadarinya - jelas jauh lebih beruntung darinya.
"Tim Zhongzhou... hehe, Tim Zhongzhou! Akan kubuat kalian mati dengan sangat menyedihkan, hahaha..."
Saat ini Zheng Zhuo dan yang lainnya merasa bingung, karena Zhang Jie tiba-tiba roboh sehingga rencananya menjadi berantakan. Saat ini anggota timnya yang masih bisa bertempur hanya tersisa dia dan Zhao Yingkong. Lagipula bahu Zhao Yingkong masih belum pulih sepenuhnya. Jika Zhao Yingkong ditugaskan melindungi Xiao Honglü, maka pertempuran melawan Tim India akan menjadi jauh lebih sulit. Tapi jika Xiao Honglü dibiarkan begitu saja, talenta tipe Penasihat militer seperti ini sangat langka. Dia tidak yakin newbie di masa depan akan memiliki talenta sehebat ini.
"Jika tidak keberatan, biar aku yang melindungi Xiao Honglü dan Zhang Jie." Zhang Heng tiba-tiba angkat bicara.
Pemuda berperawakan tegap itu tersenyum ramah sambil memegang busur panjang Inggrisnya. "Jika kita menyusup ke dalam makam, seharusnya musuh tidak akan mudah menemukan kita. Aku akan berusaha bersembunyi sebaik mungkin... Biarkan aku juga berkontribusi untuk bertahan hidup, kumohon!"
### Volume 6: Harta Karun Dewa Iblis (II) Bab 6: Memisahkan Medan Perang! Tembakkan! Pukulan Itu! (II)
Ini adalah pilihan yang sangat sulit. Zheng Zhuo tiba-tiba merasakan keterpaksaan. Saat ini dia harus memilih antara dua opsi: pertama, menghindari kehancuran total tim dengan memerintahkan Zhang Heng menjaga Zhang Jie dan Xiao Honglü. Namun dengan cara ini, mereka pasti akan tewas jika ditemukan oleh Tim Sanskerta. Opsi kedua adalah mengirim Zhao Yingkong untuk melindungi mereka. Meskipun bisa memberikan perlawanan terhadap Tim Sanskerta, cara ini akan sangat merugikan kerja sama tim... Sekarang pilihan ada di tangannya! Memprioritaskan individu atau tim!
"Kalau begitu... Zhang Heng, aku serahkan padamu." Zheng Zhuo berbicara sambil menggigit gigi dan memalingkan muka. Dia bergumam pelan: "Jika kalian dibunuh oleh Tim Sanskerta, aku pasti akan mencincang mereka berkeping-keping! Sungguh!"
Tim versus individu... Sebagai atasan, lebih sering terpaksa melakukan hal yang tidak diinginkan. Entah mengapa, dia mulai memahami perasaan Chu Xuan. Di posisi ini, diperlukan pandangan yang terfokus pada keseluruhan situasi. Dia hanya bisa berusaha keras menyelamatkan semua orang... Dia bukan dewa...
O'Connell dan tiga orang lainnya lebih dulu bergegas masuk ke makam. Disusul Zhang Heng yang menggendong Zhang Jie, ditemani Xiao Honglü yang membawa pistol. Setelah ketiganya masuk ke dalam makam, barulah Zheng Zhuo dan Zhao Yingkong menyusul.
Di tengah jeda ini, Zheng Zhuo mulai berpikir keras tentang situasi mereka saat ini. Dari seluruh anggota yang masih hidup—dirinya sendiri, Zhao Yingkong, Zhang Jie, Zhang Heng, Xiao Honglü, Zhan Lan, Qin Zhuilu atau Gao Hongliang—hanya tiga orang yang masih memiliki kemampuan tempur. Zhang Jie bahkan tiba-tiba pingsan, artinya dari seluruh kelompok, hanya dia dan Zhao Yingkong yang masih bisa bertarung.
Situasi ini benar-benar mencapai titik terburuk. Satu-satunya kesempatan adalah mencabut kekuatan sihir Imhotep terlebih dahulu, baru kemudian mencari cara untuk mengalahkan Tim Sanskerta. Jika tidak, yang menunggu mereka hanyalah kematian seluruh tim.
"Dokter Hyena adalah milikku..." Tiba-tiba Zhao Yingkong berbicara.
Zheng Zhuo tertegun. Ia menatap Zhao Yingkong: "Tapi bahumu kan sudah..."
Zhao Yingkong menggeleng pelan: "Aku seorang pembunuh bayaran. Bukan preman jalanan yang suka berkelahi, juga bukan prajurit nekat. Kesempatan hanya sekali... ini cara serangan khas pembunuh. Gagal berarti mati. Kupikir dia juga paham ini. Bagi pembunuh, tidak ada istilah luka parah atau tidak. Dia sudah menyimpang dari jalan pembunuh, berusaha bertarung dengan kekuatan kasar. Orang seperti itu tak layak disebut pembunuh lagi..."
Zheng Zhuo melihat keteguhan di wajah Zhao Yingkong. Ia mengangguk: "Baiklah. Lagi pula kali ini kita harus maju terus. Gagal berarti mati... Bertahan hiduplah, Zhao Yingkong. Aku tak ingin kehilangan lagi satu sahabat seperjuangan."
Saat mereka berbicara, siluet Tim Sanskerta mulai tampak di kejauhan. Akhirnya mereka berhasil memasuki Kota Orang Mati sebelum pasukan kavaleri muncul kembali. Di sini terdapat reruntuhan batu tak terhitung jumlahnya. Bahkan jika 1.000 prajurit kavaleri mengepung mereka, di tempat ini mereka tak perlu takut. Mengandalkan daya penghancur luar biasa dari dua kobra berkepala dua biksu kecil itu, atau kecepatan gesit manusia serigala dan kekuatan tempur jarak dekat yang mengerikan, 1.000 prajurit itu hanyalah karung pasir yang bisa dipukuli. Paling-paling hanya akan mengikis sebagian energi mereka.
Zheng Zhuo memandang dengan penuh kebencian ke arah biksu kecil yang melayang di udara. Dia benar-benar ingin mencincangnya hingga berkeping-keping. Sementara Zhao Yingkong mundur ke dalam makam, dia justru mengambil sebuah batu dari tanah. Matanya tiba-tiba menjadi kosong, otot lengan kanannya tiba-tiba mengembang. Dalam hitungan detik, dia telah melemparkan batu itu dengan keras ke arah biksu kecil yang jauh di kejauhan.
Pada tahap kedua pembukaan kunci genetik, kekuatan otot Zheng Zhuo yang diperkuat bahkan melampaui raksasa berotot Imanni saat itu. Batu-batu melesat seperti peluru yang menembus udara, mendesis dan langsung menghantam biksu kecil. Namun Zheng Zhuo jelas bukan Ling Dian. Meski kekuatan lemparannya cukup, pada jarak sejauh itu, deviasi 1 milimeter saja bisa menghasilkan selisih besar. Batu itu melesat beberapa sentimeter dari wajah biksu kecil, kemudian menghujam keras ke pilar tembok yang patah. Pilar batu berdiameter lebih dari satu meter itu hancur berkeping-keping oleh batu kecil tersebut sebelum akhirnya runtuh sepenuhnya.
Biksu kecil mengusap bekas luka di pipinya yang tercakar angin kencang. Dia mulai tertawa terbahak-bahak histeris. Kecepatan terbangnya semakin kencang. Baru sekitar 10 detik setelah Zheng Zhuo dan Zhao Yingkong memasuki makam, kepala ular di kakinya sudah menyemburkan kilat. Pintu masuk makam langsung meledak hebat seolah ada bom yang meledak di sana. Saat debu mengendap, batu-batu di sana telah hancur menjadi abu.
Biksu kecil menarik napas dalam. Dengan suara dingin ia berkata: "Kita maju bersama. Jangan sampai terpisah... Alroth! Hentikan kekacauan sialanmu itu! Jika karena kau, Lam dan Manavia sampai tewas, aku akan memotong-motong tubuhmu! Jangan paksa aku bertindak!"
"Maka mari kita ikuti rencana sebelumnya, pertama-tama temui pendeta besar Imhotep. Sekarang dia seharusnya sudah memulihkan kekuatan sihirnya. Asalkan kita bisa bergabung kembali dengannya, situasi akan terkendali... Jangan cerai-beraikan kekuatan tempur, semua orang konsentrasikan kekuatan!"
Dokter pirang Arrot tiba-tiba bertanya: "Bagaimana dengannya?" Di tangannya terus membawa kantong besar yang terus meneteskan darah. Disebut kantong, sebenarnya hanya beberapa potong baju India yang dibungkus menjadi kantong besar sederhana.
Biksu kecil itu dengan wajah mengerikan berkata: "Sekarang jangan bunuh dia. Aku ingin mengikat semua anggota internal Tim Zhongzhou, semua karakter dari plot asli, lalu memotong mereka seiris-iris dengan pedang! Aku ingin mereka merasakan siksaan neraka Avici! Aku ingin mereka hidup selamanya di neraka!"
Arrot menjilati pisau bedah kristalnya, membiarkan ketajaman pisau itu membelah lidahnya. Malah seperti menikmati, dia menghisap darah yang mengalir dari lidahnya. Dengan sikap sakit jiwa, dia mengikuti biksu kecil itu.
Saat ini Tim India tersisa empat orang. Adapun tiga anggota baru Tim India mereka tinggalkan di Kairo. Karena kematian Xuenai, diperkirakan ketiga anggota baru itu sudah kembali normal. Keempat senior itu adalah Biksu kecil Shiva Ganten, Dokter Serigala Arrot, pengguna jarum elektromagnetik Lamu, dan pengguna skill perisai Manawia.
Sambil memasuki makam, Xiao Heshang bergumam sendiri: "Penembak jitu jarak jauh sudah kami bunuh. Pemandu pasti sudah dihukum, mungkin tewas atau kehilangan kekuatan tempur. Tinggal pengguna skill pendukung, pembunuh bayaran wanita, dan komandan mereka yang sudah membuka kunci genetik tahap kedua dengan kekuatan tempur jarak dekat hebat... Kita pasti menang. Dengan kekuatan Imhotep, kemenangan mutlak... Lam, jarum bajamu masih bisa digunakan?"
Pemuda India tampan itu tersenyum getir: "Sakit sekali, tidak bisa konsentrasi. Meski bisa melepas jarum, estimasi jangkauan maksimal lima puluh meter. Lebih dari itu tidak bisa membidik..."
Xiao Heshang menggeram keras: "Kematian Xuenai... Kerugian ini tak tergantikan meski membunuh Tim Zhongzhou sepuluh kali. Talenta yang bisa menahan penguatan kekuatan spiritual - betapa langka! Aku akan membasmi mereka semua..."
Xiao Heshang mengaum lagi sebelum bertanya ke wanita lain: "Manaweiya, bagaimana? Skill perisaimu tidak bermasalah?"
Wanita itu segera mengangguk: "Benar. Sebelumnya jarang kugunakan. Jika dipakai terus-menerus, perkiraan bisa bertahan sepuluh menit."
Xiao Heshang mengangguk puas: "Baik. Lam kuasakan padamu. Cukup jaga nyawanya tetap utuh..."
Sebelumnya, Zheng Zhuo dan Zhao Yingkong menyusup ke dalam makam. Setelah mereka masuk, ledakan keras tiba-tiba terdengar dari belakang. Tanpa menoleh, mereka terus berlari ke depan sekitar belasan langkah. Tiba-tiba Zheng Zhuo bertanya dengan heran: "Zhao Yingkong, mengapa aku tidak bisa merasakan keberadaanmu? Setiap kali kau bersembunyi di bayangan, seolah kau benar-benar menghilang. Apakah ini teknik khusus pembunuh bayaran sepertimu?"
Zhao Yingkong menjawab datar: "Prinsipnya sederhana. Cukup dengan menghipnosis diri sendiri, membayangkan diri sebagai bagian dari kegelapan, sepenuhnya membuang niat membunuh dan segala emosi. Kosongkan pikiran seutuhnya... Ini dasar pelatihan pembunuh. Jika tidak bisa melakukan ini, bisa terdeteksi oleh orang dengan firasat kuat. Pembunuh seperti itu tidak akan berhasil membunuh target."
Zheng Zhuo terdiam sejenak merenungkan hal itu. Akhirnya dia berkata: "Kurasa Tim India mungkin tidak akan mengejar kita. Mereka mungkin langsung bergerak ke kedalaman makam. Jika aku jadi mereka, pasti akan mencari Imhotep dulu. Selama bisa bersatu dengan pendeta abadi berkekuatan sihir tak terbatas ini, pertempuran ini praktis sudah kita kalahkan... Mau bertaruh?"
Zhao Yingkong terkejut sebentar, lalu bertanya pelan: "Bertaruh apa?"
"Bertaruh bahwa tim mereka tidak solid!"
Zheng Zhuo berkata pasti: "Meski hanya perasaan, tapi menurutku Altot tidak terlalu patuh pada biksu kecil. Dan anggota tim mereka sepertinya hanya takut pada biksu kecil... Kita menyamar dalam kegelapan, lalu saat mereka lewat, aku akan menyerang biksu kecil lebih dulu... Sebelumnya, di balik dinding tempat Imhotep melemparku, ada ruang rahasia berisi tumpukan emas. Aku akan menghantam biksu kecil ke sana untuk bertarung. Saat itu, Altot ku serahkan padamu. Asal kau bisa menarik perhatian Altot... Selanjutnya tergantung caramu menghadapinya. Untuk anggota lain tim mereka... Aku yakin mereka akan meninggalkan biksu kecil untuk mencari Imhotep. Aku hanya bisa jamin duel satu lawan satu dengan biksu kecil. Jadi lihat saja reaksi mereka. Jika mereka membantu biksu kecil bertarung bersama, aku pasti mati! Jika tim mereka tidak solid, hanya terkumpul karena kekuatan, maka ada harapan bagiku untuk membunuh biksu kecil!"
"Berani bertaruh?"
Memasuki tahap kedua pembukaan kunci genetik, hatinya bagai kertas kosong. Tak berpikir, tak mengetahui apapun, hanya mengawasi diam-diam dari kegelapan. Zhao Yingkong tertegun melihat Zheng Zhuo. Dalam puluhan detik, pria ini telah memasuki bidang yang tak bisa dicapai pembunuh pemula seumur hidup - keadaan tanpa pikiran. Inilah teknik paling krusial menjadi seorang pembunuh.
Keduanya mengawasi diam-diam dari kegelapan saat Tim India memasuki piramida, menyimak percakapan mereka, melihat mereka melangkah mendekat selangkah demi selangkah, lalu...
Biksu kecil mengangguk dan berkata: "Baiklah, serahkan Lamu padamu, kamu hanya perlu menjamin dia tidak mati..."
Zheng Zhuo menghentakkan kakinya kuat-kuat, dalam sekejap mata, kekuatan otot kaki belakang yang diperkuat melontarkan seluruh tubuhnya. Sebelum semua anggota Tim India sempat menyadari, dia sudah berada hanya satu meter dari biksu kecil. Pada saat ini bahkan kepala Aluo baru terbalik setengah, tak seorang pun melihat siluet Zheng Zhuo. Serangan tiba-tiba ini terlalu cepat, sayangnya demi mengutamakan kejutan, Zheng Zhuo tidak sempat mengayunkan pisau belatinya. Maka dia hanya bisa menghantamkan tinju keras-keras ke wajah terkejut biksu kecil itu.
Sebuah ledakan keras terdengar, Zheng Zhuo bersama biksu kecil menghantam dinding seberang...
### Volume 6 Harta Karun Dewa Iblis (II) Bab 7 Kericuhan Pertempuran Makam (I)
Saat biksu kecil terhantam ke dalam dinding oleh pukulan Zheng Zhuo, reaksi Aluo luar biasa cepat. Tubuhnya mulai membesar dengan cepat, berubah kembali menjadi manusia serigala raksasa. Tapi tepat saat itu, dia tiba-tiba menoleh ke belakang. Di dalam jalur gelap itu, berdiri seorang gadis muda memegang pisau belati berapi. Kegelapan dan kilatan api berganti-ganti, membuat gadis ini terlihat seperti ilusi yang samar.
Alot menatapnya dengan dingin, lalu tersenyum sadis. "Apakah pelajaran terakhir masih belum cukup? Kamu bukan tandinganku. Hanya dengan satu pukulan ringan... aku bisa mencincangmu jadi daging hancur, mengoles darahmu ke tubuhku, mengeringkan darahmu dan meminumnya, mengubahmu jadi rangka untuk dimainkan, hahaha..."
Zhao Yingkong berkata datar, "...Kalau begitu mari." Setelah mengucapkan itu, dia perlahan menghilang ke dalam bayangan.
Alot melirik ke belakang dengan dingin, tiba-tiba wajahnya berubah menjadi sosok serigala yang mengerikan. Seluruh otot tubuhnya mengembang dahsyat. Dalam beberapa detik, dia berubah menjadi manusia serigala raksasa. Tanpa menoleh, dia membuntuti Zhao Yingkong sambil menerjang ke dalam gang gelap itu.
Dua anggota tim yang tersisa, pria dan wanita, terpaku. Mereka bingung memandang kedua sisi - di satu sisi ada komandan mereka biksu kecil, di sisi lain dokter pirang Alot yang kekuatan tempurnya luar biasa. Sebagai penyerang jarak jauh dan pendukung murni, mereka praktis tak punya kemampuan bertempur. Bahkan senjata biasa bisa melukai mereka parah. Ketika dua petarung kuat itu pergi, mereka benar-benar kehilangan akal.
"Lam. Bisakah kau tembak target dalam kegelapan?" tanya wanita bernama Manavia tiba-tiba.
Lan Mu menggelengkan kepala dan berkata: "Tempat yang tidak jelas tidak bisa ditembak, tidak peduli seberapa dekat jaraknya... Tapi begitu terkunci, pasti bisa mengenai target, tidak peduli seberapa jauh. Ruangan itu sangat gelap, diperkirakan aku tidak bisa menembak sasaran."
Manaweiya melihat ke ruangan gelap gulita di balik dinding itu, dia menggigit gigi dan berkata: "Kita pergi ke Imhotep dulu. Asal menemukan Imhotep, setidaknya kita tidak perlu khawatir dibunuh orang... Sekarang nilai kita sudah negatif. Jika kita berdua mati lagi, entah berapa banyak poin yang akan dipotong. Ayo, kita cari Imhotep dulu!"
Lan Mu khawatir melihat ruangan itu. Raungan dan dentuman logam terus terdengar dari dalam, cukup membuat bulu kuduk merinding. Apalagi ruangan itu gelap total, membuat Lan Mu sama sekali tidak percaya diri untuk menerobos masuk. Setelah ragu-ragu lama, akhirnya dia menggigit gigi: "Komandan sangat kuat, dia pasti bisa menang... Ha, benar, dia pasti menang. Lebih baik kita cari Imhotep dulu."
Setelah berdiskusi, mereka memutuskan kabur ke Imhotep. Saat melewati kantong berdarah, kedua wajah mereka memancarkan rasa tidak tega dan keserakahan. Lan Mu mengangkat jarum bajanya: "Harus bagaimana? Bunuh dia? Hidup dalam keadaan begini kasihan. Lagipula dia tidak bisa kembali ke 'Dewa Utama'. Mati cepat lebih baik..."
Manawia juga mengeluarkan pistol lengan dari dalam bajunya, dia tersenyum dan berkata: "Biarkan aku yang membunuhnya. Aku ingat kamu masih memiliki lebih dari 3000 poin reward yang belum digunakan kan? Aku tidak punya sebanyak itu. Biar aku saja yang membunuhnya..."
Lammu mengerutkan alisnya, dengan kasar mengangkat kantong kain itu: "Masih terlalu dini untuk berdebat. Mari temukan Imhotep dulu. Jika kita bisa membereskan anggota lain Tim Zhongzhou, mungkin kita bahkan bisa membunuh seseorang yang telah membuka kunci genetik... Urusan membunuhnya kita bicarakan nanti?"
Manawia menghela napas pasrah. Dia hanya bisa mengikuti Lammu menuju gang yang lebih besar. Di belakang mereka, ruangan gelap gulita itu masih bergemuruh dengan suara dahsyat.
Zheng Zhuo bukanlah pembunuh bayaran. Saat melancarkan serangan, aura niat membunuh yang sangat kuat meledak darinya. Meski biksu kecil itu gagal menghindari pukulannya, insting alami membuatnya melakukan gerakan penghindaran. Kepalan tangan itu hanya melayangkan tubuh biksu kecil ke balik dinding, menembus aula megah yang dipenuhi tumpukan emas.
Biarpun biksu kecil ini juga seorang yang telah membuka kunci genetik tahap kedua, saat terpental ke dinding, matanya langsung berubah kosong. Dengan menginjak kepalan tangan Zheng Zhuo, dia melompat mundur sambil memanggil ular kobra raksasa sebagai perisai. Badannya langsung menabrak tubuh ular itu.
Zheng Zhuo tak mungkin membiarkannya kabur. Ular kobra adalah senjata jarak menengah-sedang, sementara keahliannya adalah pertarungan jarak dekat. Jika gagal membunuh biksu kecil dalam jarak dekat, kekalahan pasti terjadi begitu jarak terbuka. Tanpa pikir panjang, dia menerjang sambil membuka pisau belati pemotong partikel getaran tinggi di tangan kanan, dan menyalurkan energi dalam ke Cincin Na di tangan kiri. Seluruh tubuhnya mengandalkan insting untuk menyambar ke kegelapan.
Biksu kecil bereaksi cepat. Dari pertukaran serangan tadi, posisi lawan sudah bisa diperkirakan. Tanpa ragu, dia memunculkan kepala kedua ular kobra dari atas kepalanya. Mulut ular raksasa itu langsung menyemburkan bola api yang menerangi aula. Zheng Zhuo yang sudah berada dalam jarak kurang dari satu meter terpaksa mundur oleh semburan api ini.
"Biksu kecil itu segera memerintahkan kepala ular lain untuk mengarah ke tempat Zheng Zhuo mundur, semburan kilat langsung melesat. Sayangnya terlambat sedikit, kilat itu hanya menghantam patung emas hingga patah menjadi dua, sementara Zheng Zhuo telah menghilang dalam kegelapan.
"Haha, skillku adalah memanggil Ular Yamata no Orochi purba! Makhluk ini bisa berevolusi berdasarkan kualitas mangsa yang dimakannya. Ini skill level 3! Haha! Seorang petarung yang membuka Tahap Kedua Kunci Genetik... Pasti kamu juga melakukan penguatan lain ya? Tak masalah, setelah memakanmu pasti bisa tumbuh kepala ketiga. Saat itu kekuatanku akan meningkat drastis. Hahaha..."
Biksu kecil itu berteriak kencang. Dengan cermat ia mengendalikan ular kobra berputar mengelilinginya dalam radius 4-5 meter, membuat hampir mustahil untuk mendekat. Belum lagi setiap sekitar 30 detik, salah satu kepala ular akan menyemburkan api yang cahayanya menerangi seluruh aula. Jika tak sempat bersembunyi di bayangan, kepala ular lain akan menyambar dengan kilat. Untungnya ada jeda mikro antara semburan dua kepala ular itu, memungkinkannya menghindar di detik terakhir. Seandainya kena, satu sambaran saja bisa membuatnya terluka parah atau tewas.
(Tidak bisa. Tidak bisa menghindar. Tidak bisa mendekat. Waktu 30 detik, tidak bisa melihat arah ayunan kepala ular... Sama sekali tidak ada kesempatan untuk mendekatinya...)
Zheng Zhuo merasa cemas dalam hati. Meski seperti yang dia prediksi, rekan Xiao Heshang tidak datang menyelamatkannya, namun di sisi lain, rekannya Zhao Yingkong juga terjebak dalam bahaya. Dia tidak yakin Zhao Yingkong yang terluka parah bisa mengalahkan manusia serigala raksasa itu. Sejujurnya, dalam hal kekuatan tempur jarak dekat secara berhadapan langsung, dia tidak percaya diri bisa mengalahkan manusia serigala itu. Karena itu dia harus segera mengeliminasi Xiao Heshang dalam waktu singkat, atau dia mungkin akan kehilangan satu lagi rekan...
(Satu-satunya celah pertahanan adalah... di atas kepala, satu-satunya celah...)
Zheng Zhuo saat ini sedang membuka kunci genetik tahap kedua. Insting bertarung yang tak terbatas terus membanjiri pikirannya. Begitu memutuskan, dia langsung mengangkat hiasan emas di sampingnya dan dengan keras menghantamkannya ke Xiao Heshang. Bersamaan itu tubuhnya melesat ke arah dinding.
Xiao Heshang saat ini hanya merasakan hembusan angin kencang datang menerpa. Kepala ular raksasanya dengan mudah menangkis hiasan emas itu. Tanpa pikir panjang, dia memerintahkan satu kepala ular menyemburkan api sementara kepala lainnya bersiap menyemburkan kilat. Tapi anehnya, di arah itu tidak terlihat keberadaan Zheng Zhuo. Saat matanya menyapu sekeliling mencari, kilatan api itu sudah kembali menghilang...
"Ha ha ha, tujuanmu menyerangku hanya untuk melarikan diri? Kenapa tidak bertarung langsung denganku? Oh iya. Dua orang baru itu sudah jatuh ke tangan kami. Ha ha ha, mau tahu nasib mereka? Salah satunya jantungnya hancur ditembak sniper kalian. Ha ha, SALING BUNUH, bagaimana rasanya dapat minus satu poin? Enak banget ya? Ah, maaf, lupa sniper kalian sudah dibunuh. Ha ha ha, sayang sekali, kalau tidak, mungkin kami sudah mati ditembak. Mau tahu nasib orang baru satunya? Wanita Asia cantik itu, selain sudah beberapa kali dimainkan temanku, aku juga suruh dokter memotong tangan kakinya, mencongkel matanya, memotong lidahnya. Oh ya, aku juga suruh dokter menguliti kulitnya seinci-seinci, lalu menyemprotkan obat penghenti pendarahan. Jadi boneka darah berjalan! Ha ha ha ha......"
Biksu kecil terus-terusan tertawa terbahak-bahak, tapi sorot matanya tetap dingin. Semua ucapannya ditujukan untuk memancing kemarahan Zheng Zhuo. Anehnya, ia sama sekali tidak merasakan aura pembunuhan dari Zheng Zhuo, seolah pria itu sudah menghilang dari aula ini.
Menjadikan diri sebagai bagian dari kegelapan. Kosongkan pikiran dari segala identitas manusiawi. Tinggalkan sepenuhnya status sebagai manusia. Hanya kegelapan... Hanya kegelapan...
Zheng Zhuo merayap perlahan di atap aula, ketinggiannya minimal 7-8 meter dari tanah. Untuk menghindari suara sekecil apapun, setiap kali dia mengkonsentrasikan energi dalam ke ujung jari, lalu menusukkannya sedikit demi sedikit ke celah batu, bergerak maju seujung kuku ke arah biksu kecil sambil mengikuti suara itu, mengikuti jalan balas dendam... terus maju tanpa henti!
Tiba-tiba, Zheng Zhuo melepas pegangan jarinya dan terjun dari langit ke posisi biksu kecil. Gelora niat membunuh langsung membanjiri kesadarannya. Biksu kecil juga merasakan aura pembunuh ini. Begitu menengadah, dua kepala ular sudah menyilang membelit ke atas. Pada ketinggian satu meter lebih di atas biksu kecil, tubuh Zheng Zhuo sudah terikat erat oleh dua ekor kobra.
"Kutangkap kau!" Biksu kecil terkekar-kekar sambil menggerakkan tangannya membuat dua kepala ular makin mengerut kuat.
Zheng Zhuo juga berteriak histeris: "Kutangkap kau!" Seketika, nyala api darah menyembur dari tubuhnya - itu adalah skill manusia serigala Api Merah... sangat efektif terhadap makhluk spiritual!
Dua kepala ular raksasa bagai salju diterpa api, seketika terbakar dan menguap dalam kobaran api merah darah. Zheng Zhuo mengayunkan pisau belati pemotong partikel getaran tinggi ke arah biksu kecil...
### Volume 6 Harta Karun Dewa Iblis (II) Bab 7 Kericuhan Pertempuran di Makam (II)
"Pertempuran ini adalah pertarungan pertama Zheng Zhuo di dunia bereinkarnasi dimana kekuatan musuh paling seimbang dengannya. Meskipun ular berkepala dua biksu kecil memiliki kekuatan dahsyat baik dalam duel maupun pertempuran kelompok, Zheng Zhuo memiliki keunggulan mutlak dalam pertarungan jarak dekat. Asal bisa mendekati biksu kecil, kemenangan akhir pasti miliknya!"
Zheng Zhuo menyabetkan pisau belati miring dari lengan kiri biksu kecil menuju jantungnya. Ketajaman pisau belati pemotong partikel getaran tinggi ini seperti mengiris tahu, lengan kiri itu terpotong bersih. Bersamaan dengan itu, biksu kecil melemparkan Dharmacakra emas dari tangan kanannya. Saat pisau belati hampir menembus dada kirinya, lapisan cahaya Buddha keemasan memancar dari tubuhnya, membekukan senjata itu di udara seperti terperangkap di kekosongan.
"Aaaaaah!"
Zheng Zhuo mengaum bagai orang gila. Pisau belati pemotong partikel getaran tinggi terus menghujam meski terhalang cahaya emas. Tinju kirinya yang dipenuhi energi dalam dari Cincin Na terus menerus meledak ke arah biksu kecil. Dalam badai serangan ini, kepalan tangannya menyala merah darah berkobar-kobar - tanpa disadari, Api Merah telah merasuk ke dalam pukulannya.
Setiap kali cahaya Buddha keemasan bersentuhan dengan api merah darah, kilaunya tampak semakin redup. Biarawan kecil yang menerima serangan selama beberapa detik ini bahkan belum sempat melancarkan serangan balik, namun sudah menyadari cahaya Buddha terus melemah. Hal ini mulai menampakkan rasa horor di wajahnya, ekspresi ketakutan pertama kalinya terlihat.
“Aaaah!”
Zheng Zhuo telah sepenuhnya mengamuk. Ia menjerit histeris dan menggempur biarawan kecil dengan serangan seperti badai. Jika bukan karena penghalang cahaya Buddha, hanya dalam sedetik biarawan itu sudah akan menjadi daging hancur. Daya serang yang mengerikan ini bahkan manusia serigala raksasa pun takkan mampu menghadapinya. Gempuran yang menakutkan ini tak hanya itu. Zheng Zhuo juga mencengkeram leher biarawan itu, lalu membuka mulut hendak menggigit kepalanya.
Retak! Gigi Zheng Zhuo patah seketika. Tapi ia tak peduli, tetap memaksakan gigitannya ke kepala biarawan. Akhirnya, dengan paksa ia menembus cahaya Buddha dan menggigit telinga kiri biarawan. Dengan tarikan keras, hampir seluruh kulit wajah kiri biarawan tersobek. Belum cukup, ia meludahkan daging itu lalu membuka mulut lagi untuk menggigit.
"Ah! Tidak, aku tidak mau lagi!" Biarawan kecil itu akhirnya berteriak ketakutan. Otot-ototnya tiba-tiba mengembang, melepaskan diri dari cengkeraman Zheng Zhuo. Dia berlari panik menuju lubang di dinding. Di belakangnya, Zheng Zhuo dengan mata merah menyala mengaum-ngaum mengejar. Matanya merah darah, mulut penuh darah segar, serpihan daging masih menempel di sudut bibirnya. Wujudnya seperti iblis pemakan daging dari neraka. Tak heran biarawan kecil itu ketakutan, bahkan Imhotep makhluk abadi pun pasti akan gemetar melihatnya... Zheng Zhuo teringat kematian Ling Dian dan Qi Tengyi, amarahnya membara ingin menyobek tubuh biarawan itu. Kemarahan ekstrem inilah yang membuatnya mengamuk dalam pertempuran, bahkan dirinya sendiri tak menyadari...
Dua sosok saling kejar-mengejar melalui kegelapan. Terlalu fokus pada satu sama lain, mereka tak mendengar raungan mengerikan yang terus bergema dalam kegelapan...
Zhao Yingkong memancing Alroth masuk ke kedalaman piramida. Tak ada obor atau cahaya di sini. Dalam makam kuno yang telah tertutup ribuan tahun ini, hanya ada kegelapan pekat dan suara samar kumbang suci yang menggerogoti sesuatu.
"Arot telah lama berubah menjadi manusia serigala raksasa. Luka-lukanya jelas telah pulih sepenuhnya, kekuatan mengerikan, kecepatan yang luar biasa lincah, ditambah dengan reaksi saraf manusia serigala dan statistik pembukaan kunci genetik tingkat pertama, membuatnya menjadi kereta perang biologis yang tak tertahankan. Kekuatan tempur jarak dekatnya bahkan samar-samar melampaui Zheng Zhuo."
"Kau ingin bermain petak umpet denganku? Houhou..."
Arot yang telah berubah menjadi manusia serigala raksasa masih bisa berbicara, meski tawanya telah berubah menjadi lolongan serigala yang terdengar ganjil dan menyeramkan. Ia melolong: "Kau masih memegang teguh prinsip pembunuh bayaran? Serangan mematikan satu pukulan? Mengorbankan diri? Houhouhou, itu semua cuma tipuan sialan! Jika prinsip pembunuh bayaran benar-benar sekuat itu, lalu kenapa aku masih hidup? Houhouhou, kenapa tak satu pun dari mereka yang berhasil membunuhku?"
"Tahukah kau berapa banyak pembunuh bayaran yang kubunuh? Sepuluh? Dua puluh? Bukan, kuberi tahumu, empat puluh tujuh pembunuh bayaran! Tak ada yang bisa selamat dari tanganku! Kukuliti mereka semua dan kusimpan dalam air garam, menyaksikan wajah kesakitan mereka yang ingin menggigit lidah sampai mati tapi tak bisa, karena kuhancurkan sebagian besar tulang mereka sampai remuk. Houhouhou, sensasi menyaksikan mereka mati dalam kesakitan... sungguh luar biasa..."
Alut terus-menerus mengaum keras, terus berjalan mengikuti kegelapan, sambil berjalan dia berkata: "Kau tahu mengapa aku jadi buronan keluarga terhormat pembunuh bayaran Eropa? Hohohoho, karena aku perlu menguji kekuatanku, dan seberapa tidak bergunanya kredo pembunuh itu. Kalian tidak mengerti, kematian tidak menakutkan, serangan mematikan satu pukulan? Omong kosong! Hal paling mengerikan di dunia ini adalah kekerasan dan penyiksaan, inilah yang paling menakutkan! Hohohoho, saat itu aku menyandera putri Kepala Keluarga pembunuh bayaran, gadis pirang berusia dua belas tahun yang terlihat seperti malaikat..."
"...Itu yang terbaik, aku memperkosanya tiga hari tiga malam sampai dia remuk sepenuhnya, lalu aku mengirim rekaman permainanku pada Sang Kepala Keluarga. Hohohoho, ingin sekali melihat ekspresinya saat itu! Sayangnya, aku langsung mulai menguji kekuatanku. Tujuh belas pembunuh bayaran! Sepertiga kekuatan tempur keluarga Eropa, kubantai seorang diri! Hohohoho..."
Alut tiba-tiba menepuk-nepuk tubuhnya, berteriak lantang: "Bisa masuk ke dunia ini sungguh luar biasa! Aku sudah muak dengan dunia nyata. Memang menyenangkan bermain dengan satu per satu orang, tapi lama-lama jadi membosankan. Hohohoho, untung ada dunia ini untuk melanjutkan kesenanganku. Bagaimana menurutmu? Tubuh sempurna ini membuatmu iri sampai mati, ya?"
“Auuu auuu auuu, sudah lama menemani bicara, sebagai sesama anggota keluarga terhormat pembunuh bayaran, kau harus merasa terhormat. Sangat bagus, dalam kegelapan ini aku pun tak bisa merasakan kehadiranmu... Tapi kau lupa satu hal, atribut Penguatan ku jauh melebihimu... Aku memiliki penciuman serigala... Bau amis darah di tubuhmu tak mungkin kau sembunyikan, auuu auuu auuu, hancur berkeping-keping lah!”
Alroth telah lama menemukan keberadaan Zhao Yingkong. Namun sambil berbicara, ia melangkah perlahan mendekati lokasi itu. Saat hampir sampai di dekat Zhao Yingkong, tiba-tiba ia meraung keras dan berubah menjadi aliran angin yang menyergap, menerjang ganas ke arah Zhao Yingkong. Namun...
Braak! Suara gedebuk menggema. Alroth mendapati dirinya terjepit di antara dua batu besar. Tubuh raksasanya terkunci mati tak bisa bergerak. Sosok mungil Zhao Yingkong berdiri tegak di antara dua batu. Perlahan ia menarik Gigi Api Neraka dari pinggangnya. Dalam sorot cahaya api ini, lingkungan sekitar terlihat jelas - sebuah jebakan yang tak kasat mata dalam kegelapan. Ruang sempit itu sempurna untuk menjebak manusia serigala besar. Fisik superior yang biasanya menjadi keunggulan, kini berubah menjadi kutukan mengerikan... Tak ada jalan melarikan diri...
“Tung-tunggu! Aku...”
“Syuut!”
Zhao Yingkong mengayunkan pisau belati dengan cepat, menusukkannya ke mulut kepala serigala raksasa. Api segera menyembur dari lubang-lubang wajah kepala serigala itu. Perlahan, tubuh manusia serigala raksasa itu menjadi lemas tak berdaya.
"Pembunuh bayaran hanya butuh satu serangan... Buang-buang waktu berkomentar!"
Zhao Yingkong menendang manusia serigala raksasa itu hingga terpental. Kemudian dia menyelinap ke dalam kegelapan dan menghilang tanpa bekas...
Saat Zheng Zhuo dan Zhao Yingkong bertarung melawan musuh, Zhang Heng menggendong Zhang Jie sambil memimpin Xiao Honglü berlari ke dalam makam. Tiba-tiba Xiao Honglü berkata: "Cukup, kita berhenti di sini. Lima menit lagi kita balik arah..."
Zhang Heng tertegun bertanya: "Mengapa?"
Xiao Honglü memutar-mutar helai rambut di dahinya: "Sederhana. Di dalam makam pasti ada pertempuran. Dengan kekuatan tempur kita... Kita hanya akan merepotkan. Setelah lima menit, mereka yang harus masuk sudah pasti masuk. 1.000 kavaleri yang tidak seharusnya masuk masih berkeliaran di luar. Kita cukup kembali ke luar untuk aman. Ngapain mengambil risiko di sini?"
Zhang Heng terdiam lama. Tiba-tiba dia berkata lirih: "Aku... aku ingin bertarung! Aku tak mau lari lagi, bahkan satu kali pun... Aku benar-benar tak mau kabur lagi!"
Xiao Honglü juga terkejut, ia heran menatap Zhang Heng, cukup lama kemudian baru berkata: "Biar aku lihat seberapa kuat busur panjangmu?"
Zhang Heng buru-buru mengangguk, ia menarik kuat-kuat busur panjang Inggris sepanjang lebih dari satu meter di tangannya, tangan satunya mengarahkan anak panah ke obor di depan. Desis tali busur terdengar, anak panah itu melesat dengan kecepatan mengerikan melintasi udara. Sebelum Xiao Honglü bereaksi, anak panah itu sudah menancap di dinding batu, menjatuhkan obor tersebut. Seketika ruangan itu terlihat bergoyang-goyang tak stabil.
Xiao Honglü menggelengkan kepala: "Kecepatan tembak terlalu lambat, musuh tak akan memberimu banyak waktu untuk bersiap. Dari segi kecepatan, masih kalah dibanding senjata api... Kecuali kau bisa Penguatan lalu menukar senjata legenda dan sihir, sebelum itu aku tak setuju kau ikut bertempur."
Zhang Heng diam-diam menggenggam dua anak panah dan mengarahkannya ke obor lain. Desis tali busur kembali terdengar, namun kedua anak panah ini baik kecepatan maupun akurasinya tak bisa dibandingkan dengan yang tadi. Mereka melesat ke arah berbeda menuju obor.
Xiao Honglü semakin keras menggeleng: "Mengendalikan anak panah dalam jumlah banyak butuh latihan keras dan bakat alami yang tinggi. Aku tak setuju kau sekarang..."
Belum selesai bicara, tiba-tiba salah satu panah menghantam bagian ekor panah lainnya, membuat panah itu berbalik arah dan menghantam obor dengan keras. Seketika seluruh dimensi ruang terlihat gelap gulita...
Dalam kegelapan ini, Xiao Honglü terdiam beberapa saat sebelum berkata, "...Aku benar-benar tidak setuju kamu ikut bertempur. Bakatmu sangat berharga bagi tim. Jika diperkuat dengan Penguatan dan peralatan busur yang lebih baik, masa depanmu pasti... Jika terpaksa bertaruh nyawa, maka kamu harus..."
### Volume 6 Harta Karun Dewa Iblis (II) Bab 7 Kericuhan Pertempuran Makam (III)
Jika terpaksa bertaruh nyawa, maka sama sekali tidak boleh menyerang biksu kecil dan manusia serigala raksasa. Kedua, sama sekali tidak boleh sengaja mencari musuh. Ketiga... Dia hanya bisa bersembunyi di tempat gelap untuk melakukan serangan diam-diam.
"Tiga syarat ini mudah dipahami, kan? Dari pengamatan dan intelijen yang kudapat, kedua target yang tidak boleh diserang itu sama-sama kebal terhadap kekuatan senjata api. Atau panah busurmu dari jarak dekat sebenarnya tidak kalah dari peluru senjata api. Tapi karena mereka tidak takut hujan peluru, apalagi hanya satu panah biasa. Ini alasan mutlak untuk tidak menyerang mereka, kecuali dalam situasi terjepit untuk membalas demi bertahan hidup masih bisa dimaklumi..."
"Syarat kedua, misi kami bukan membunuh musuh, melainkan bertahan hidup dengan kemungkinan terbesar. Meskipun tim kami belum tentu bisa meraih kemenangan akhir, tapi jika setelah menang kami bertiga justru mati, kemenangan seperti itu jadi tak bermakna. Jadi daripada mengandalkan kekuatan lemah untuk bertarung bodoh, lebih baik menyelamatkan nyawa untuk tetap hidup."
"Syarat ketiga... sebenarnya bukan syarat, hanya saran: jika bertemu selain dua anggota Tim India, sebaiknya kamu bersembunyi dan menyerang diam-diam seperti pemburu yang menunggu mangsa, bukan bertarung habis-habisan setelah terlihat. Oh ya, teknik panahmu yang bisa mengubah arah di tengah Kekosongan itu luar biasa! Serangan seperti itu benar-benar tak terduga, dalam hal ini busurmu sepenuhnya bisa mengalahkan beberapa senjata api."
Xiao Honglü terus berbicara kepada Zhang Heng, lalu setelah berpikir sejenak dia melanjutkan: "Mari menganalisis musuh yang mungkin kamu hadapi. Selain biksu dan manusia serigala itu, orang lain yang mungkin kamu temui adalah... seorang pria Arab kurus berkulit gelap yang menggunakan pedang melengkung, kekuatan tempur jarak dekatnya seharusnya cukup baik. Jika itu dia, satu panah dari tempat tersembunyi sudah cukup untuk mengatasinya. Ini musuh yang tidak terlalu kuat... Seorang pria yang menggunakan jarum baja, dia sepertinya bisa mengontrol jarum tersebut dengan kekuatan pikiran. Bahkan di tempat yang tidak terlihat oleh matanya pun dia bisa sepenuhnya menggunakan jarum baja untuk menembus, sebenarnya dengan analisis logika sederhana bisa diketahui. Dia tidak sekuat yang ditampilkannya, faktanya, kekuatannya mungkin berasal dari bantuan wanita India pengendali mental itu, menggunakan kekuatan spiritual untuk mengunci target, lalu menggunakan jarum baja untuk menembus musuh. Jika tidak, kemampuannya akan terbatas hanya pada area yang terlihat mata. Hal ini bahkan lebih buruk dari peluru senjata, setidaknya dia tidak bisa melemparkan jarum baja ke kegelapan Kekosongan, karena dia tidak tahu apa yang ada di sana, seberapa jauh, atau apakah akan tertancap di benda besi. Ini akan membuatnya ragu-ragu, sehingga jarum bajanya tidak bisa ditusukkan dengan pasti..."
"Lalu ada seorang wanita, dia mungkin menggunakan teknik pertahanan tertentu. Mungkin menciptakan medan magnet atau sesuatu yang lain, intinya teknik pertahanan ini bisa menahan peluru biasa. Dalam tingkat tertentu, dia adalah penghalangmu... Pada dasarnya tiga musuh inilah yang paling mungkin kamu hadapi."
Zhang Heng berpikir sejenak lalu bertanya penasaran: "Kamu melewatkan satu orang, kan? Wanita pengendali kekuatan spiritual itu? Seharusnya dia bisa dengan mudah mendeteksi penyergapanku dalam kegelapan?"
Xiao Honglü tersenyum menjawab: "Bukankah Ling Dian menembak sebelum mati? Tembakan itu mungkin tidak membunuh siapa pun, mengingat kita dikurangi satu poin tanpa penambahan. Tapi pasti ada yang terluka parah di pihak musuh, mungkin wanita India itu. Lukanya mungkin sudah tak tertolong sehingga dia dibunuh oleh teman sendiri untuk mencegah kita mendapat poin... Dia pasti sudah mati! Kalau tidak, kita sudah dikendalikan kekuatan spiritual atau ditemukan oleh mereka. Selama wanita itu masih hidup, Tim India akan tetap menjadi monster utuh yang tak terpisahkan, dan kita pasti akan mengalami kematian seluruh tim. Fakta bahwa kita masih hidup sudah membuktikan segalanya."
Saat ini mereka sedang berjalan menuju pintu masuk makam melalui rute yang sama. Zhang Heng masih menggendong Zhang Jie di depan. Arsitektur makam ini sangat kompleks. Sedikit lengah akan membuat tersesat ke jalur samping, ditambah jalanan yang gelap dan suram. Jika bukan karena obor-obor yang tergantung di dinding, mungkin mereka sudah benar-benar tersesat. Peran Xiao Honglü sangat vital - sepertinya dia telah menghafal semua jalur dan medan persimpangan selama perjalanan datang, sehingga bisa terus maju tanpa ragu seolah tidak ada jalur samping dalam pikirannya.
Zhang Heng bergumam: "...Kalau begitu, orang-orang yang masuk ke dunia ini semuanya adalah mereka yang bosan, kecewa, bahkan putus asa terhadap dunia nyata? Apakah kamu juga begitu?"
Xiao Honglü tersenyum dan berkata: "Aku dengar dari Zhan Lan...Tapi memang aku kecewa dengan dunia nyata, atau mungkin juga sudah bosan. Aku benci melihat langit dari dalam sangkar itu. Daripada terjebak dalam sangkar, lebih baik aku mengambil risiko 1% probabilitas bertahan hidup untuk melarikan diri. Setidaknya sampai sekarang, aku tidak kecewa dengan dunia bereinkarnasi film horor ini, hanya agak tidak suka saja..."
Zhang Heng juga tersenyum, dia berkata: "Sungguh luar biasa, seringkali aku lupa usiamu saat berbicara, seolah kamu sebaya denganku...Aku sendiri putus asa terhadap dunia nyata. Saat itu, aku malah melarikan diri...Karena orang itu aku kenal, dia buronan yang sedang dalam daftar pencarian. Terutama ketika dia melihatku, aku tidak tahan dan melarikan diri, meninggalkannya, aku kabur sendirian..."
"Hehe, tahukah kamu mengapa aku harus berjuang? Karena aku ingin membuktikan bahwa aku tidak takut mati, benar-benar tidak takut...Sejak kecil aku takut melihat darah, bukan, bukan sekadar takut darah. Aku takut berkelahi, semua situasi yang mungkin membuat terluka atau berdarah aku takuti. Begitu terbayang situasi seperti itu, aku langsung berguncang dan ingin menghindar. Meski hatiku tidak ingin begitu, tapi tetap saja aku lari tak terkendali."
Saat mengucapkan ini, tubuh Zhang Heng sudah tidak bisa berhenti berguncang, tapi dia masih bergumam pelan, "Aku pernah menemui psikolog, hasil terapi hipnosis menunjukkan bahwa karena pelecehan ayah tiriku sejak kecil, dia selalu memukuliku untuk hal sepele, mulai dari usiaku enam tahun. Sejak itu, secara insting aku akan menghindari rasa sakit. Tapi! Saat itu aku malah kabur! Meski satu menit kemudian aku langsung menggigit lidah dan kembali, para preman dan si pembunuh itu sudah menghilang. Naik mobil, membawa pergi dia... Ming Yanwei! Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri karena meninggalkannya!"
"Setelah itu dia hilang. Mengikuti wataknya, sangat mungkin dia sudah bunuh... Aku malu menemuinya, sungguh tidak berani. Takut melihat matanya yang dingin tanpa ekspresi, takut dia bahkan tidak mau menegurku. Aku pengecut! Sungguh tidak berani!"
"Jadi... aku membunuh. Menggunakan busur komposit dari tim pelatihan. Membunuh satu per satu bocah brengsek itu. Setiap kali aku menembak panah dengan mata setengah terpejam, lalu muntah dan menderita lama. Sampai akhirnya aku menembak mati si buronan itu, perutku juga kena tembakan. Saat itu aku ingin mati saja, mati seperti ini. Jadi aku pulang, menghidupkan komputer untuk terakhir kali melihat foto-foto bersamanya dulu, lalu..."
"Lalu masuk ke dalam dunia ini." Kalimat terakhir yang belum selesai ini juga dipahami Xiao Honglü. Meskipun dia seorang remaja belasan tahun, dia sebenarnya sangat mengerti emosi orang dewasa. Jadi dia tidak banyak bicara lagi, hanya diam-diam mengikuti Zhang Heng sambil menyimak langkah kaki mereka berdua...
"Tunggu! Dengarkan baik-baik." Xiao Honglü tiba-tiba berhenti, berbisik sangat pelan dengan suara diredam.
Zhang Heng membeku sejenak. Dia segera menyingsingkan telinga dan menyimak dengan seksama. Dari kedalaman lorong, terdengar seperti suara langkah kaki samar. Mereka saling bertatapan, lalu dengan kompak memadamkan obor di kedua sisi lorong. Zhang Heng menyerahkan Zhang Jie kepada Xiao Honglü: "Berdirilah di sudut sana. Jangan bergerak sedikitpun, bahkan sehelai rambut! Meski seranganku gagal, mereka takkan menemukanmu."
Xiao Honglü tiba-tiba berkata: "Berdiri di sisi lainku! Ikuti komandaku. Saat cahaya menyala, jika teriakanku 'Pergi!', artinya bidik wanita tapi sebenarnya incar pria. Jika teriakanku 'Datang!', bidik pria tapi incar wanita. Jika aku diam saat cahaya muncul, tembak sembarang target lalu larilah ke dalam makam untuk mengalihkan perhatian mereka demi menyelamatkan kami dan Zhang Jie... Bisakah kau lakukan ini?"
Zhang Heng segera mengangguk, tanpa keraguan dia berdiri di sudut lain. Obor di lantai mulai redup, dan mereka berdua bersama Zhang Jie perlahan menghilang dalam kegelapan.
Tak lama, dua langkah kaki terdengar dari kegelapan. Suara pria dan wanita terus berbicara. Pria bergumam, "Dia mungkin sekarat. Meski pakai semprotan hemostatik, terus bergesekan saat pindah-pindah pasti membuat darahnya hampir habis."
Wanita itu berkata, "Biarkan aku membunuhnya. Tak tahu berapa poin negatif yang akan kita dapat. Kau tak mau aku dihapuskan, kan?"
Pria mendengus kesal, "Kentut! Siapa tahu berapa poin reward yang kau sembunyikan. Tapi dia... Tunggu, ada yang aneh di depan."
Wanita itu langsung membentangkan tangan. Lapisan pelindung samar muncul di sekitarnya. Pria berteriak, "Perintah komandan: kau harus melindungiku! Bukan menyelamatkan diri sendiri!"
Wanita mendengus, "Nanti saat bertempur aku akan menjagamu... Sial, skill ini sekarang cuma bisa buat lapisan pelindung satu orang. Depan sana terlalu gelap, lebih baik kita mundur ganti jalur?"
Pria mengintip hati-hati, "Aku takkan mundur. Mungkin komandan kita dan komandan Zhongzhou sudah menentukan pemenang... Cepat temukan Imhotep! Jangan-jangan ini ulat yang menggigit obor tadi?"
Wanita itu segera mengambil sebuah obor dari dinding, dia menyerahkan obor itu kepada pria sambil berkata: "Pergi lihat... jika ada bahaya teriaklah keras-keras. Tenang, sekarang aku tambahkan semua lapisan perlindungan ke tubuhmu, cukup?"
Pria itu menggigit giginya, melihat tas besar di tangannya. Awalnya ingin menyerahkan tas itu kepada wanita, tapi setelah dipikir dia tidak yakin. Akhirnya dia menjepit tas besar itu dengan ketat di bahunya yang satu-satunya, sementara tangan lainnya masih memegang obor. Kerakusannya untuk mempertahankan poin reward yang sudah didapat membuatnya harus berjalan tertatih-tatih ke depan.
Pria itu membawa obor berjalan hati-hati ke dalam, sambil bergumam: "Tidak ada apa-apa, mungkin musuh ada di sana? Di sini tidak..."
Sebelum kalimatnya selesai, pandangannya tertangkap seorang pemuda sedang menarik busur panjang dengan tatapan dingin. Anak panah tajam di busur itu memantulkan kilatan api yang memancarkan sinar merah keemasan!
"Ayo!"
Xiao Honglü berteriak keras. Dua anak panah dari busur panjang Zhang Heng melesat di udara, mengarah ke wajah pria itu. Wanita itu langsung mengaktifkan perisai pelindung di tubuh pria saat tali busur dilepas. Mereka berdua hanya bisa menatap pasrah saat panah itu semakin mendekati wajahnya. Pada jarak puluhan sentimeter dari perisai, satu panah panjang menghantam ekor panah lainnya sehingga arahnya berubah drastis. Pria itu hanya melihat panah itu melesat melewati wajahnya ke belakang. Ketika dia menoleh, di tengah dahi wanita itu tertancap ekor panah panjang, sementara ujung tajamnya... sudah menembus jauh ke dalam otak!
