Tujuh orang termasuk Zheng Zhuo tersadar dari kondisi setengah tidur. Mereka sudah berada di dalam sebuah bus besar yang anehnya kosong kecuali delapan pria-wanita terbaring tak beraturan di lantai. Semua mata tertuju pada Zhang Jie karena ia masih menggenggam tangan si cantik klasik.
Zheng Zhuo marah: "Zhang Jie! Aku butuh penjelasan! Kenapa kau bawa istrimu ke sini?! Kau tahu betapa bahayanya film horor berikutnya ini – Final Destination! Tempat di mana kematian tak bisa dihindari dengan ilmu pengetahuan, tanpa musuh fisik untuk dilawan! Apa kau tega membunuh wanita yang paling kau cintai?!" Suaranya semakin meninggi hingga akhirnya berubah menjadi teriakan.
“Zhang Jie dan si cantik klasik saling tersenyum, dia menatap Zheng Zhuo dan berkata: 'Baik, aku akan memberitahukan semua yang kuketahui sebisa mungkin padamu... tapi ini harus ada prasyaratnya, setidaknya untuk saat ini aku tidak bisa memberitahumu. Ingin tahu alasan dan kebenaran di balik semua ini?'”
“Saat Zhang Jie berbicara, dia sudah berbalik dan berjalan menuju pintu gerbong. Yang membuat Zheng Zhuo terkejut, Zhan Lan, Zhao Yingkong, Xiao Honglü, dan Zhang Heng justru mengikuti di belakang Zhang Jie. Ketika enam orang ini sampai di pintu, pintu terbuka secara otomatis. Zhang Jie lalu melangkah keluar terlebih dahulu, sementara keempat orang lainnya mengikutinya dengan tatapan kosong.”
“'Jika kau ingin mengetahui kebenaran semua ini... kalahkan kami berlima. Keempat orang ini sudah kukendalikan. Aturannya sama seperti latihan sebelumnya. Kalahkan mereka dalam situasi tidak melukai nyawa mereka - cukup buat mereka pusing. Atau lewati kejaran mereka dan datanglah kepadaku. Mengalahkanku juga memiliki efek yang sama...'”
“'Aturan game ini: setiap kali kau mengalahkan satu orang, aku akan memberitahumu sebagian kebenaran. Jika kau bisa langsung mengalahkanku, aku akan mengungkapkan semua rahasia. Intinya seperti itu... Film horor kali ini adalah Final Destination. Film dimana seluruh tim musnah kecuali aku sebelumnya - termasuk serial tersulit yang mungkin ditransmisikan oleh Sang Tuan. Jangan repotkan diri dengan para wajah baru. Untuk film horor ini... aku jamin keempat orang ini akan selamat selama kau tidak membunuh mereka. Biarkan yang lainnya bertarung nasib sendiri.'”
“Zheng Zhuo……Aku sangat senang bisa mengenalmu……Datanglah mencariku. Kalahkan aku, dan kau akan menjadi komandan Tim Zhongzhou! Jika tidak, lebih baik kau mati saja……”
Suara Zhang Jie semakin menjauh, hingga kata-kata terakhirnya hanya bergema dalam pikiran Zheng Zhuo……Ini adalah dialog jiwa! Ternyata Zhang Jie adalah pengendali kekuatan spiritual yang menyelamatkan semua orang di The Mummy!
Namun tiba-tiba, kemarahan membara menyelimuti hati Zheng Zhuo, kemarahan yang dipenuhi niat membunuh!
Jika kau adalah pengendali kekuatan spiritual, mengapa tidak memberi tahu kami sebelumnya? Mengapa membiarkan semua orang terjerumus dalam bahaya? Sahabat-sahabat gugur di depan matamu, apakah kau sama sekali tidak sedih? Qi Tengyi. Ling Dian……
“Zhang Jie! Jika kau tidak punya alasan yang masuk akal——Aku pasti akan membunuhmu!”
Zheng Zhuo melompat mendadak, menerjang ke pintu mobil lalu melayangkan satu pukulan yang meledak. Tapi pukulan itu seperti menghantam kapas, efek balik melukai tubuhnya sendiri hingga hampir membuatnya muntah darah. Untungnya dia tidak menggunakan energi dalam, kalau tidak akibatnya akan lebih parah dari sekadar muntah darah.
Di pintu mobil seolah ada lapisan perisai. Zheng Zhuo tidak percaya dan merabanya, ternyata benar ada perisai lembut. Ia segera menoleh ke jendela mobil dan mengetuk pelan - di sana juga ada perisai. Ini mungkin pertanda film horor belum dimulai, yang melindungi mereka dari kerusakan eksternal sekaligus mencegah mereka terlalu cepat masuk ke dunia film horor.
Tapi. Mengapa Zhang Jie dan yang lain bisa keluar ke dunia film horor?
Zheng Zhuo memukul perisai berkali-kali dengan pukulan keras, namun hanya bisa menyaksikan kelompok Zhang Jie perlahan menjauh. Hanya tersisa dia dan delapan wajah baru di tempat. Akhirnya, dia tak tahan lagi dan meneriakkan amarahnya, namun Zhang Jie dan yang lain tetap tak menoleh. Perlahan, mereka menghilang dari aliran mobil...
Zheng Zhuo duduk terdiam di kursi mobil, ia memandang jalan tol 180 yang familiar dari film. Di sinilah tempat dimulainya Final Destination 2, di mana seorang gadis menyelamatkan sekelompok orang dari kematian dalam kecelakaan mobil berkat kemampuannya memprediksi. Namun sebenarnya, mereka sudah ditakdirkan mati oleh Malaikat Maut. Pelarian mereka justru membuat kematian datang lebih mengerikan. Selanjutnya, satu per satu mereka tewas dalam serangkaian insiden yang terlihat seperti kebetulan, beberapa bahkan dengan cara yang sangat aneh. Pada akhirnya, hanya sang gadis yang memahami maksud Malaikat Maut: Sang Dewa ingin mereka mati sesuai urutan yang ditetapkan. Maka gadis itu menyetir mobilnya sendiri ke dalam danau, memilih cara kematian yang diinginkannya. Akhirnya ia dan seorang pria selamat. Namun di akhir film horor itu menunjukkan bahwa bencana dari Malaikat Maut belum berakhir - kematian mereka... hanya ditunda!
(Jika tidak bisa keluar dari bus ini, berarti bus ini juga akan hancur dalam kecelakaan jalan tol? Lalu kita semua akan mati? Dan karena tidak ada supir di depan, berarti tidak akan melibatkan karakter dari plot asli? Lihat, mobil di depan itu adalah heroin film, gadis dengan kemampuan prediksi tadi...)
（Bukankah film ini seharusnya sederhana? Asal tidak mengikuti urutan Malaikat Maut, cukup membunuh satu karakter plot sembarangan, maka seluruh rangkaian kematian bisa ditunda satu dua bulan bahkan meruntuhkan konsep alur Final Destination... Tapi benarkah semudah itu?）
Zheng Zhuo melihat ke jam tangannya yang menampilkan misi kali ini: bertahan lima hari. Yang selamat sampai akhir akan kembali ke dimensi ruang "Dewa Utama". Untuk setiap karakter plot yang hidup, akan mendapat 500 poin reward. Jika semua karakter plot selamat, dapat 1 kali Alur Sampingan Level B dan 5000 poin reward. Tapi jika anggota tim reinkarnasi yang membunuh karakter plot, setiap pembunuhan dikenai denda 5000 poin.
Hadiahnya memang menggiurkan karena bersifat kolektif. Artinya jika tak ada karakter plot yang mati, setiap anggota tim mendapat 1 Alur Sampingan Level B dan 5000 poin. Kemampuan tim akan melonjak drastis, bahkan anggota terlemah sekalipun akan seketika menjadi orang kuat yang melebihi manusia biasa.
“Poin reward setinggi itu, film horor dengan empat belas orang... Tingkat kesulitan kali ini sepertinya tidak main-main. Ditambah kita tidak boleh membunuh karakter dari plot asli, tampaknya mustahil untuk melanggar hukum kematian Malaikat Maut.” Zheng Zhuo tersenyum getir sambil bergumam. Jika hanya ini mungkin masih bisa diatasi, tapi dia tidak hanya harus waspada terhadap skenario kebetulan Malaikat Maut yang mengincarnya, tapi juga menjaga diri dari serangan anggota senior lain. Belum lagi harus menemukan Zhang Jie dan mengalahkannya... Dengan semua hal ini menumpuk, mana mungkin dia punya waktu luang untuk mengurus nyawa karakter plot? Seperti kata Zhang Jie, bahkan wajah baru saja sudah tidak dipedulikan nasibnya. Untuk film horor kali ini, lebih baik urus diri sendiri dulu.
“Poin reward apa? Film horor apaan? Sial, tempat apa ini?”
Yang berbicara adalah seorang gadis cantik, setidaknya wajahnya lumayan simetris. Namun bedak tebal menyelimuti wajahnya, mata yang diolesi seperti panda, serta rambut kekuningan yang kusam. Selain wajah yang masih lumayan, penampilannya persis seperti pemain opera.
Gadis nakal ini setengah duduk dari lantai. Cukip licik, begitu bangun langsung memeriksa bajunya. Setelah beberapa saat, akhirnya menatap Zheng Zhuo: “Kamu siapa? Kok memandangku dengan tatapan curiga begini? Ini tempat apa? Bukannya aku sedang nongkrong di warnet sama teman sekelas?”
Gadis nakal ini justru seperti orang Sichuan, logatnya kental dengan dialek Sichuan. Sebenarnya jika dilihat samar-samar, andai riasan matanya tidak seberlebihan panda dan bedaknya dikurangi sedikit, gadis berusia 17-18 tahun ini sebenarnya cukup cantik alami. Sayangnya cara berjalannya terlalu kasar, baru duduk langsung mengeluarkan rokok. Setelah menyalakan, ia menarik napas dalam-dalam lalu bertanya: "Gue bilang jangan melototin gue, sialan! Hati-hati gue suruh orang kebiri loe... Ini tempat apa sih?"
Zheng Zhuo sama sekali tidak menghiraukannya, hanya diam-diam memandang semua wajah baru yang tergeletak di tanah. Kali ini total datang lima pria dan tiga wanita. Usia kelima pria berkisar antara 20 hingga 30 tahun. Yang mengejutkan, seluruhnya adalah lelaki kekar. Salah satunya bahkan mengenakan seragam tentara, tampaknya merupakan personel militer yang sedang pulang cuti. Empat pria lainnya terdiri dari: seorang pria berusia sekitar tiga puluh tahun yang terlihat biasa-biasa saja dari kalangan pekerja kantoran; seorang pria berkacamata berpenampilan kalem berusia 27-28 tahun yang auranya mirip dengan Gao Hongliang dari film horor sebelumnya; seorang pemuda kurus berkulit pucat berusia 24-25 tahun; serta seorang pemuda tampan berambut dicat berusia 21-22 tahun dengan otot-otot menonjol di seluruh tubuh.
Adapun tiga perempuan tersebut, selain si gadis nakal itu, terdapat seorang perempuan cantik bermata tertutup berusia 21-22 tahun dan seorang wanita berpenampilan profesional berusia 27-28 tahun. Ketiga perempuan ini ternyata memiliki kecantikan di atas garis biasa, hal ini membuat beberapa pria terus-menerus melirik mereka.
Zheng Zhuo melihat mereka semua sudah sadar dan mulai ribut, ia menepuk tangan dan berkata: "Sekarang saya akan jelaskan lingkungan tempat kita berada, dengarkan baik-baik, penjelasan ini hanya akan saya sampaikan sekali..."
Pemuda tampan berambut warna itu dengan berlebihan berteriak, menunggu sampai tiga wanita menatapnya—tentu saja salah satunya terus memejamkan mata—barulah ia berkata sombong: "Kau siapa? Berani sekali bilang hanya akan jelaskan sekali, kau tahu siapa saya? Seluruh wilayah Timur pasti tahu..."
Belum selesai bicara, Braak! Suara keras menggema. Pemuda itu terlempar sejauh dua kursi mobil, terjungkur di lantai. Melihat pukulan ini, personel militer itu segera mengubah ekspresi dan tangan perlahan meraih pinggangnya. Tapi Zheng Zhuo langsung mengacungkan micro dan menarik pelatuk di tengah arus jalan tol. Dentuman bertubi-tubi terdengar saat peluru melesat dari atas mobil.
Zheng Zhuo mengarahkan moncong senjata ke mereka, berkata dingin: "Ini bukan lelucon. Mau mati?"
