Wang Xiaoxiao adalah kaum hikikomori - menghabiskan hari-harinya di rumah dengan internet dan TV. Kecuali terpaksa, ia takkan keluar rumah. Karena itu, ia tak punya pacar. Ditambah statusnya sebagai pengangguran, kemungkinan mendapat pacar semakin tipis.
Meskipun Wang Xiaoxiao sebenarnya sudah sangat kelelahan setelah seharian melakukan perjalanan, urusan seksual masih lebih menggoda baginya. Setelah mengisi bak mandi di kamar mandi dengan air, ia menempelkan tubuhnya ke dinding dan menyimak erangan perempuan di sebelah dengan saksama. Air liurnya terus menetes selama ia menempelkan tubuh ke dinding selama 4-5 menit ini. Yang menakjubkan, ia akhirnya tertidur dalam posisi menempel di dinding karena kelelahan yang berlebihan.
Tubuhnya tertidur, namun air di kamar mandi terus mengalir tanpa henti. Setelah lebih dari sepuluh menit, air yang meluap mulai membanjiri ruangan. Sayangnya, saluran pembuangan kamar mandi tampak tersumbat, membuat air terus mengalir deras ke dalam ruangan—merendam perabotan, meja teh, meja makan, tempat tidur, hingga AC lemari...
Suara desis halus terdengar ketika AC lemari yang kemasukan air mengalami korsleting. Asap kebiruan tipis mulai mengepul dari unit AC tersebut, sementara aliran air yang sudah dialiri listrik perlahan merambat ke arah Wang Xiaoxiao yang masih tertempel di dinding...
Pada saat itu, suara "braak" tiba-tiba terdengar dari sebelah, langsung membangunkan Wang Xiaoxiao yang masih setengah tertidur. Pertarungan jasmani di sebelah sudah lama berakhir, namun pria itu tampaknya sedang berdebat dengan wanita tersebut. Mereka berselisih paham mengenai biaya layanan. Suara mereka semakin keras, bahkan tanpa harus menempelkan telinga ke dinding, Wang Xiaoxiao bisa jelas mendengar percakapan mereka.
Wang Xiaoxiao langsung merasa tak berminat dan akhirnya berbalik hendak menuju kamar mandi. Namun begitu ia menoleh, tubuhnya langsung membeku kaku. Seluruh ruangan dipenuhi asap hijau kebiruan. Belum cukup itu, di lantai mengalir aliran air yang sedang bergerak mendekatinya. Karena lantai beralaskan karpet, air tersebut memercikkan bunga api begitu menyentuh karpet, seolah mengandung arus listrik. Wang Xiaoxiao pun langsung panik.
Justru karena sering menonton film horor luar negeri, ia punya lebih banyak kesempatan menonton trilogi klasik Final Destination. Maka pada detik ini, ia langsung menyadari dirinya telah menjadi target Malaikat Maut. Air ini pasti mengandung listrik. Satu-satunya jalan sekarang adalah melarikan diri.
Wang Xiaoxiao segera berlari ke pintu besar ruangan, menggenggam gagang pintu dan menariknya sekuat tenaga, tapi kunci sial itu macet di saat genting ini. Bagaimanapun dia memutar gagangnya, pintu tetap tak bisa dibuka. Yang lebih menyebalkan, suara berisik dari ruangan sebelah semakin keras. Teriakannya tak mungkin terdengar sampai ke ruangan jauh di ujung, karena di situlah tempat tinggal Zheng Zhuo dan kawan-kawannya. Wang Xiaoxiao sendiri memilih kamar di bagian luar, ditambah lagi suara berisik sial itu muncul tepat di saat kritis ini. Sekeras apapun dia berteriak, takkan ada yang menyadarinya.
Wang Xiaoxiao merasa panik luar biasa. Dia menghantam pintu kamarnya tak henti-henti, tapi pintu tetap tak bergerak sedikitpun. Aliran air metaforis itu semakin mendekat. Dengan putus asa, dia berlari ke jendela, tapi terkejut mendapati jendela itu juga terkunci rapat, sama sekali tak bisa dibuka seperti pintu.
"Sial! Apa orang bisa mati karena tidak bisa buang air kecil?"
Wang Xiaoxiao mengerahkan seluruh keberaniannya. Diambilnya kursi dan mulai melemparkannya keras-keras ke kaca jendela. Setelah beberapa kali pukulan, akhirnya kaca sial itu pecah. Sebelum aliran air mencapai dirinya, dia melompat sekuat tenaga dan akhirnya berhasil mendarat di bingkai jendela.
Posisi jendela ini menghadap ke jalan raya di luar. Beberapa kendaraan lalu lalang jarang-jarang di jalan, namun sebagian besar terlihat seperti truk-truk jarak jauh. Wang Xiaoxiao menelan ludahnya sambil melihat ke lantai bawah, lokasinya berada di lantai dua - ketinggian beberapa meter jelas tidak akan mematikan. Sementara aliran air di belakangnya sama sekali tidak mungkin mencapai ketinggian jendela ini. Seketika keraguannya muncul, dan dalam momen kebimbangan itu, asap dari AC kabinet semakin pekat menghitam. Dari asap kebiruan tipis di awal, kini berubah menjadi kepulan hitam pekat disertai percikan bunga api yang mulai berkedip-kedip, seolah siap meledak.
Wang Xiaoxiao akhirnya menggigit gigi memutuskan untuk melompat ke bawah. Namun begitu keputusan itu dibuat, AC kabinet di belakangnya tiba-tiba meledak dahsyat. Gelombang jiwa ledakan bagaikan tangan raksasa mendorong tubuhnya keluar dari bingkai jendela, menjatuhkannya tepat ke tengah jalan. Meski demikian, ketinggian sedemikian tetap tak mematikan. Baru pada detik ini Wang Xiaoxiao bisa menarik napas lega.
"Bangsat, sialan-"
Umpatan itu terpotong saat tubuhnya menghantam aspal. Sebuah truk melintas tepat waktu. Brak! Ban raksasa itu menggilasnya tanpa sisa...
"Mati mengenaskan, seluruh tubuh remuk jadi bubur daging. Wajah dan ciri-ciri tak lagi bisa dikenali... Tapi yang membuatku penasaran, bagaimana mungkin dia melompat dari jarak hampir sepuluh meter ke sini?"
Seorang polisi kulit putih bergumam pada rekan sejawatnya.
Seorang polisi lain juga penasaran berkata: "Informasi dari Bos adalah dia sepertinya penyelundup, tinggal di ruang yang AC-nya meledak, tapi bagaimana caranya dia langsung melompat dari lantai dua ke sini? Ini sangat membuatku penasaran, bahkan juara Olimpiade pun tidak bisa melakukannya, kan? Kecuali mungkin dia lari dari lantai dua lalu melompat..."
Polisi kulit putih berdiri sambil berkata: "Ada informasi lain? Hari kemarin apakah orang ini memanggil perempuan? Panggil perempuan itu untuk dimintai keterangan."
Polisi lain menjawab: "Tidak, pemilik bar mengaku hanya membuka hotel per jam, urusan lain tidak dia urusi. Tapi kemarin sepasang pria-wanita di sebelah memberikan petunjuk, mereka bilang sedang bertengkar ketika tiba-tiba mendengar suara kaca pecah dari ruang sebelah, tapi tidak dihiraukan. Setelah pertengkaran selesai, tiba-tiba terdengar suara ledakan keras, mungkin suara AC yang meledak itu..."
Polisi kulit putih itu menghela napas: "Kemarin aku terima laporan intelijen tentang kelompok preman baru yang mencari pedagang senjata, dan kelompok ini sepertinya ada hubungannya dengan orang Asia. Semoga orang ini bukan bagian dari mereka. Kalau benar ini perang preman... Berpura-pura mati tertindas truk? Ide yang kreatif. Intinya semuanya harus waspada, kumpulkan semua petunjuk secepatnya! Beri tahu informan kita - siapa yang bisa memberikan info tentang kelompok baru ini, aku ingin berbicara dengan mereka!"
Pada saat yang sama, Zheng Zhuo dan yang lainnya sedang makan siang di restoran Prancis tidak jauh dari bar. Meski waktu baru sekitar pukul sebelas lebih, karena tekanan dari polisi, mereka terpaksa meninggalkan penginapan.
Sebenarnya, semua orang sama sekali tidak bisa tidur nyenyak. Setelah kejadian dengan Wang Xiaoxiao, mereka terpaksa meninggalkan hotel harian dan mencari sebidang tanah kosong terpencil untuk beristirahat sejenak. Setelah menyaksikan kematian Wang Xiaoxiao yang mengerikan, semua merasa mual di hati, dan sensasi kedatangan kematian semakin jelas. Beban di hati setiap orang semakin berat. Dalam kondisi seperti ini, jika masih bisa tidur nyenyak, orang tersebut pantas dikagumi semua.
Akhirnya, mereka memutuskan menyelesaikan urusan makan terlebih dahulu. Untungnya Zheng Zhuo telah menerima ribuan dolar AS tunai dari bos bar, jadi tidak perlu khawatir kehabisan uang untuk makan dalam waktu dekat. Mereka memilih restoran Prancis ini, pertama karena semua tidak berminat makan fast food, kedua dari sini mereka bisa mengamati kondisi jalan di luar bar - lokasi strategis untuk memantau polisi.
"Begitu saja mati... Bagaimana sebenarnya Malaikat Maut bertindak?" Li Laoshi dengan wajah penuh ketakutan bergumam sambil duduk di meja.
Saat ini semua masih menunggu hidangan. Karena kematian Wang Xiaoxiao, suasana berbicara menjadi hilang. Justru Li Laoshi yang pertama kali berbicara.
Zheng Zhuo menghela napas dengan pasrah: "Ini kebetulan, serangkaian kebetulan yang menyebabkan kematiannya. Sial... ini baru hari kedua, kita sudah kehilangan tiga orang... Tidak, sebenarnya aku juga seharusnya mati. Setidaknya serangan itu jika ditanggung orang biasa, pasti dia sudah tewas. Apakah Malaikat Maut bisa membedakan kita anggota tim reinkarnasi? Begitu yakinnya mengincar kita?"
Wang Xia bergumam: "Sebelum pergi aku memeriksa kamarnya. Benar-benar tidak ada jejak orang luar yang memanipulasi. Selain ledakan AC, ada banyak genangan air di lantai. Tapi kamar mandinya normal sama sekali, selokan juga tidak tersumbat. Aku tidak mengerti dari mana asal air itu..."
Huang Lilin menggelengkan kepala: "Final Destination memang menakutkan karena ini. Segala sesuatu bisa terjadi, detail sekecil apapun bisa memicu kematian. Bahkan setelah mati kita tidak tahu penyebab pastinya... Cukup membayangkan saja sudah membuat merinding. Aku lebih memilih bunuh diri daripada mati jadi bubur daging seperti itu!"
Zheng Zhuo berkata: "Mungkin kau bahkan tidak punya hak untuk bunuh diri. Malaikat Maut takkan membiarkanmu mencari kematian sendiri... Jika masih mengikuti alur cerita asli mungkin lebih mudah, cukup bunuh satu orang yang tidak seharusnya mati. Aku yakin Malaikat Maut tidak bisa menghalangiku! Tapi sayangnya alur cerita sudah berubah, dari pembunuhan berurutan menjadi acak. Sekarang aku tidak bisa memprediksi siapa berikutnya yang akan menjadi korban."
Pada saat itu, dari luar jendela terlihat belasan sepeda motor mendekat. Para pengendara motor itu adalah pemimpin preman yang kemarin bertemu dengan Zheng Zhuo. Mereka dengan seenaknya berjalan menuju bar. Para polisi tampaknya sangat tertarik pada mereka, beberapa orang sudah mengepung. Begitu pula Zheng Zhuo, ia berdiri dan berjalan menuju pintu utama restoran.
"Aku akan menemui mereka... Seharusnya mereka membawa barang yang kuinginkan. Semoga mereka tidak mengecewakanku. Hanya saja para polisi Amerika sialan itu, semoga tidak merepotkan..."
