Meski Zheng Zhuo menyuruh yang lain berhenti berlatih, baginya film horor berikutnya adalah pertempuran terpenting! Karena jika gagal, kebahagiaan yang dikejarnya bertahun-tahun akan mengalir dari ujung jarinya. Ia tak mau dan tak ingin, bagaimanapun juga tidak boleh gagal!
Selama periode ini, dia terus melatih pembukaan kunci genetik tingkat tiga. Dari kekuatan baru yang diperolehnya, dia mulai memahami beberapa hal. Misalnya, ketika meniru seseorang, umumnya yang disimulasikan adalah kemampuan paling ahli orang tersebut. Namun durasinya tidak boleh terlalu lama, jika tidak akan menyebabkan sakit kepala hebat. Jika situasi ini terjadi dalam pertempuran, rasa sakit itu bisa membuatnya kalah dan mati. Oleh karena itu, mengatur durasi simulasi dengan baik menjadi pelajaran terbesar yang dia dapatkan belakangan ini.
Kemudian seluruh tim mulai mempersiapkan diri menghadapi film horor berikutnya. Zhang Heng tentu saja berlatih lebih keras daripada yang lain. Bakat alaminya dalam memanah, ditambah dengan pembukaan kunci genetik tingkat satu, memungkinkannya menembakkan tiga anak panah sekaligus dengan tembakan meledak. Kekuatan dan kecepatannya sudah mencapai tingkat yang luar biasa. Namun ini juga memiliki kekurangan: akurasinya lebih rendah dibanding saat menembakkan dua panah. Sehari sebelum masuk ke film horor, meski berhasil menembakkan tiga panah ledakan, sayangnya panahnya mengenai tanah di samping batu besar, membuatnya sedikit kecewa.
Zhang Heng meraba anak panah +3 dengan sihir ketajaman. Panah itu memancarkan cahaya samar, dengan simbol-simbol aneh dan huruf kuno di permukaannya. Inilah sepuluh anak panah super mahal seharga 100 poin reward. Dia belum menguji kekuatan sebenarnya, karena tak ingin menyia-nyiakan amunisi berharga ini dengan percuma.
“Bagaimanapun juga harus dicoba. Jika tidak, jika terjadi kesalahan nanti, kita akan dicabik-cabik oleh makhluk-makhluk itu.”
Zhang Heng langsung menggigil membayangkan Alien mendekat. Ia segera mengeluarkan tiga panah bermantra +3 ketajaman. Namun setelah berpikir, ia mengembalikan satu panah ke tempatnya. Kemudian ia menarik busur kuno "Menembak Serigala Langit" hingga membentuk setengah bulan. Jarinya erat mencengkeram dua panah sambil memusatkan pandangannya ke arah batu itu.
Dengan konsentrasi penuh, dua panah melesat bersamaan. Teknik memanah yang luar biasa itu kembali terlihat... Panah Peledak muncul lagi.
Zhang Heng tertegun melihat pemandangan di kejauhan. Meski sudah berjarak seribu meter, penglihatannya masih bisa melihat dengan jelas. Adegan di sana terlihat begitu dramatis. Setelah cukup lama, dengan hati-hati ia mengeluarkan panah-panah khusus itu dan memeriksanya satu per satu.
"Dengan kekuatan penghancur seperti ini, bahkan satu tembakan pun sudah lebih dari cukup! Di film horor berikutnya, tak satu pun Alien akan bisa mendekatiku!"
Dibandingkan dengan latihan keras Zhang Heng, meskipun Zhao Yingkong juga berlatih, intensitas latihannya jauh lebih ringan dan aneh. Dia terus duduk dengan mata tertutup di area datar di ruang bawah tanah keluarganya yang gelap gulita. Ruangan ini masih dipenuhi tiang kayu dan sebuah tiang besi di tengah. Zhao Yingkong menghadap tiang-tiang kayu sambil memegang kawat logam tipis seperti rambut - kawat memori logam yang terikat.
Tak terasa berapa lama, tiba-tiba Zhao Yingkong membuka matanya. Dia mulai berjalan menuju tiang-tiang kayu. Saat mendekati formasi kayu, dia melemparkan tangan ke arah tiang besi dengan kekuatan penuh. Tubuhnya membeku dalam pose melempar selama beberapa detik. Tiba-tiba tiang besi terbelah di tengah, bagian atasnya perlahan meluncur ke bawah. Bidang potongan terlihat sehalus cermin, seolah dipotong oleh sesuatu yang sangat tajam.
Zhao Yingkong menghela napas. Dia menggulung kembali kawat logam di sekitar tiang besi, lalu berbalik menuju pintu masuk atap gedung. Yang tertinggal di belakangnya... adalah tiang besi tebal yang terbelah dua!
Setiap orang mungkin memiliki situasi berbeda sebelum memasuki film horor. Namun situasi Zhan Lan terlihat agak aneh. Selain diam-diam mengendalikan pemindaian kekuatan spiritual, dia sering kali terduduk sambil memegang bibirnya dengan ekspresi melamun. Wajahnya sesekali menampakkan senyum tipis, namun segera berubah menjadi getir. Ekspresi gadis ini terus berganti antara melamun dan tersenyum kecut. Setelah cukup lama, dia akhirnya menghela napas dan mengambil buku hariannya kembali.
"...Dia menciumku untuk menyelamatkanku. Jika hanya itu, mungkin aku tidak akan merasakan apa-apa. Tapi aku benar-benar bisa merasakan, di akhir ciuman itu dia jelas-jelas tertarik... Ya, dia pasti tertarik..."
"Tapi apa yang bisa kulakukan? Dia, dan dia... Mengapa harus sekejam ini padaku? Mengapa tidak langsung memberiku keputusasaan sekaligus? Daripada terus memberi harapan berulang kali, lalu ketika harapan itu hampir tercapai, tiba-tiba berubah menjadi keputusasaan lagi... Aku benar-benar tidak ingin terus seperti ini..."
"Mungkin... jika dia mati, aku bisa... Aku merasa sangat menjijikkan. Bagaimana bisa pikiran seperti ini muncul? Apakah aku benar-benar wanita berhati jahat seperti ini? Tidak, aku tidak ingin dia mati. Li'er adalah gadis baik, orang yang dia cintai, dan juga yang mencintainya... Mereka berdua seharusnya bersama. Orang baik pantas mendapat balasan baik, mereka seharusnya bersama!"
Di atas kertas buku harian putih salju itu, tetesan air mata terus membasahi setiap kata yang tertulis, membuat noda-noda basah semakin banyak bertebaran...
Sebaliknya, situasi Xiao Honglü jauh lebih ambigu. Bocah lelaki ini memaksa wanita cantik itu mengenakan cheongsam rancangannya yang memiliki belahan panjang, hampir seluruh pahanya terlihat samar-samar. Ukuran cheongsam itu jelas lebih kecil, namun saat membungkus tubuh wanita cantik itu, seolah ingin menonjolkan semua lekuk tubuhnya—payudara montok, pinggang ramping, dan bokong indah. Wanita itu berdiri memerah di depan Xiao Honglü sambil berkata gemetar: "Bolehkah... aku memakai pakaian dalam dulu? Adik."
Xiao Honglü tersenyum tipis: "Tidak boleh. Cheongsam ini kubuat setelah mengukur tubuhmu dengan teliti. Tidakkah kau merasa sangat pas?" Hehe, tenanglah. Hanya kita berdua saja yang melihatnya. Aku juga tak akan mengizinkanmu memakainya di waktu lain... Ini, giok ini cantik bukan?"
Meski wajahnya merah padam, wanita cantik itu patuh menerima giok dari tangan Xiao Honglü. Ia meraba giok itu sambil berkata: "En... Sangat cantik... Untukku?"
Xiao Honglü menggaruk kepalanya: "Iya. Selama ini belum pernah kuberi hadiah. Hehe, meski bukan giok top, nanti pasti akan kutukar hiasan yang lebih bagus untukmu..."
Suara bocah lelaki belum habis, wanita cantik itu sudah memeluknya penuh emosi. Dalam keterkejutannya, wanita itu tiba-tiba mencium bibirnya. Setelah cukup lama, Xiao Honglü mundur dengan wajah kemerahan sambil berkata: "Apa ini? Susah bernapas... Hehe, harus dibawa selalu di badan. Tidak, aku ingin melihatmu memakainya di leher sekarang juga, hehe, cepat ya."
Wanita cantik itu melotot kepadanya, wajahnya semakin merah muda pucat seolah dipenuhi darah. Dengan gemulai ia membuka kancing cheongsamnya, lalu di bawah tatapan Xiao Honglü, tangannya yang berguncang perlahan membuka baju itu dan memasang giok di lehernya...
Zheng Zhuo memeriksa semua barang di Cincin Na-nya dengan teliti: senapan pelebur kuat, blok baterai fisi tinggi, semprotan hemostatik, balut kuat, sedikit peluru spiritual dan sebuah tombak otomatis, pedang militer tajam sebagai pengganti pisau belati pemotong partikel getaran tinggi yang hilang di film horor sebelumnya. Tentu saja dari segi ketajaman, pedang militer ini jauh tertinggal. Namun bahannya tahan terhadap keasaman, itulah alasan Zheng Zhuo memilihnya.
Sepuluh batang emas untuk antisipasi keadaan darurat, beberapa lembar jimat turun-temurun untuk mencegah kemungkinan munculnya makhluk spiritual, kemudian Kitab Arwah dan kunci, sebuah perisai pelindung - inilah semua barang yang disimpannya di Cincin Na.
Setelah Zheng Zhuo selesai memeriksa semuanya, barulah ia menatap Luo Li dengan serius dan berkata: "Masih ingat apa yang kukatakan? Ulangi dengan baik, kalau tidak awas kupukul pantatmu."
Wajah cantik Luo Li sedikit memerah, ia menyeringai dan berkata: "Ingatlah, tetap sadar terus biar perisai pertahanan bisa berfungsi, karena kalau sampai pingsan atau kehilangan kesadaran, perisai juga akan mati. Lalu harus tetap dekat denganmu, jangan sampai lebih dari 3 meter, jangan sentuh atau mendekati benda berbahaya, jangan sembarangan menolong karakter dari plot asli. Begitu kan?"
Zheng Zhuo mengangguk sungguh-sungguh: "Ya, semua itu harus dipatuhi! Kalau tidak... Kuharap, jangan tinggalkan aku lagi. Aku sudah berjanji akan bertahan hidup untukmu, sekarang giliranmu yang berjanji padaku. Mari kita bertahan bersama... Apapun yang terjadi, kita harus selamat bersama, setuju?" Setelah berkata demikian, ia memeluk Luo Li penuh perasaan.
Luo Li membelai rambut Zheng Zhuo dengan lembut, berbisik pelan: "Ya... Kita pasti bisa bertahan. Saat sudah tua nanti, aku masih ingin kau gandeng tanganku jalan-jalan perlahan. Kita pasti bisa..."
Pasti bisa, harus bisa... Bertahan hidup bersama...
Keesokan paginya, semua orang sudah berkumpul di alun-alun. Meski Zhang Jie dan si cantik klasiknya sudah menghilang, jumlah orang yang masuk ke dunia film horor tetap tujuh. Dua di antaranya adalah perempuan yang hampir tidak memiliki kekuatan tempur... Film yang dipilih adalah sekuel terakhir Alien Series, Alien 4!
“Masuk ke dalam pilar cahaya dalam tiga puluh detik, target transfer terkunci, transmisi Alien 4 dimulai……”
