Di lokasi 200 kilometer di luar pos pemeriksaan, Zheng Zhuo dengan bekas luka berkeropeng di wajah berjongkok di tanah. Bus jarak jauh itu melaju lamban. Setelah cukup lama, Zheng Zhuo akhirnya mengangkat kepala: "Waktunya hampir tiba, Tom. Di mana posisi mereka sekarang?"
Tom menggeleng pasrah: "Tak bisa dilacak. Saat mengendalikan logam tadi, kekuatan spiritualku terkikis terlalu banyak. Sekarang menggerakkan kepala sedikit saja sudah sakit."
"Amy, bagaimana denganmu? Apakah kamu terus melacak mereka?" Zheng Zhuo bertanya setelah berpikir sejenak.
Sosok bernama Amy adalah gadis cantik berambut pirang bergelombang. Dengan cekikikan ia menjawab: "Tentu saja terus melacak. Tapi dengan kekuatanku sendiri tak bisa menembus medan pemindaian kekuatan spiritualnya. Hanya bisa memperkirakan posisi blokir pemindaian mereka, mungkin sekitar 20-an kilometer dari pos pemeriksaan."
Zheng Zhuo berdiri, mengeluarkan sebuah cincin berbentuk Na Jie dari dalam bajunya dan berkata: "Baiklah, kita harus bertindak serius sekarang. Aturan tetap sama, anggota inti yang menangkap musuh berhak membunuh satu orang. Sisanya harus diserahkan, personel yang berhasil membuka kunci genetik harus menunggu distribusi dariku. Itu semua..." Sambil mengatakan ini, dia mengeluarkan beberapa papan luncur logam dari cincin Na.
Seorang pria besar dari Eropa Utara segera tertawa: "Papan luncur hijau iblis ini benar-benar bagus! Chu Xuan terlalu malas, kenapa tidak dibuat lebih banyak? Lebih baik setiap anggota dapat satu! Sekarang harus berdua di satu papan, sangat tidak nyika digunakan..."
Chu Xuan dengan dingin mengambil sebuah papan luncur hijau iblis: "Proses produksi rumit, bahan mahal. Siklus manufaktur terlalu panjang... Setelah film horor ini selesai, bisa dipertimbangkan memberi masing-masing anggota satu."
Pria Eropa Utara itu langsung tertawa keras. Ia memeluk gadis cantik berambut pirang bergelombang bernama Amy, mencium wajah gadis itu dengan berlebihan: "Hahaha, ini katamu ya! Sial, dari dulu pengin punya papan luncur hijau iblis sendiri. Untuk menukar butuh Alur Sampingan Level B, kalau tidak aku sudah bisa terbang bebas... Ngomong-ngomong, hasil analisis tulisan kultivasi yang kamu dapat dari film Shu Shan kemarin bagaimana? Dasar orang-orang aneh itu! Untung misi kita tidak berbenturan, anak kecil saja bisa menghancurkan kita semua. Aku juga pengin belajar ilmu mereka!"
Chu Xuan berdiri sendiri di atas Green Devil Skateboard. Dengan tenang dia berkata, "Hasil analisis... Jika tidak menggunakan penguatan 'Dewa Utama', maka diperlukan latihan sekitar lima puluh tahun sesuai metode di dalamnya untuk menyelesaikan tahap dasar. Jika kamu ingin belajar, nanti setelah kembali akan kuberitahu cara latihannya..." Begitu selesai bicara, kedua tangan Chu Xuan bergerak lincah. Dua pistol tebal jatuh di telapak tangannya. Dengan gerakan cepat, dia menembakkan lingkaran lubang besar di atap bus menggunakan pistol. Kemudian dia melesat dengan Green Devil Skateboard, menerobos atap bus yang sudah mulai menjauh.
Pada saat yang sama, di lokasi sekitar 20 kilometer lebih dari pos pemeriksaan.
Kelompok protagonis mengendarai beberapa mobil kecil di jalan menuju pos pemeriksaan. Meski seharusnya bisa melaju kencang, jalanan dipenuhi puing-puing mobil rusak dan beberapa bagian terbakar api. Kecepatan mobil tak pernah bisa meningkat, tetap di kisaran 20 kilometer per jam selama lebih dari satu jam. Akhirnya, Zheng Zhuo dan dua rekanya tiba di kompleks bangunan terakhir sebelum pos pemeriksaan. Melanjutkan perjalanan akan membawa mereka ke jalan tol lurus menuju pos pemeriksaan - area terbuka tanpa lokasi strategis untuk pertempuran.
Rantai Jiwa dengan kekuatan spiritual Zhan Lan saat ini hanya bisa menyambungkan kesadaran tiga orang, namun ini sudah cukup untuk Tim Zhongzhou saat ini. Zheng Zhuo bertiga adalah penghadang. Cukup dengan membuat ketiga orang ini memiliki peta topografi hasil pemindaian kekuatan spiritual, sementara target lainnya adalah terus maju dan maju. Kemenangan tercapai begitu sampai di pos pemeriksaan.
Zheng Zhuo bertiga diam-diam menyaksikan mobil-mobil lain perlahan menjauh, baru kemudian ketiganya mulai mengamati kompleks bangunan di hadapan mereka dengan cermat.
Di sekeliling terdapat 4-5 gedung pencakar langit, selain itu banyak bangunan setinggi belasan meter atau rumah kuno milik tuan tanah. Banyak toko di tepi jalan dan gang-gang sempit yang rumit. Menurut alur cerita asli, area ini mungkin tidak terlalu luas, namun setelah "Dewa Utama" mengubah alur cerita dan memperbesar seluruh kota, jalanan ini menjadi sangat lebar dan besar. Gang-gang yang rapat berjejal dengan lingkungan sekitar yang sangat cocok untuk serangan sniper. Begitu Tim Reinkarnasi Iblis melewati sini, tiga orang Zheng Zhuo memiliki kesempatan besar untuk menghadang mereka di tempat ini!
Dari sini menuju pos pemeriksaan, jaraknya hanya lebih dari 30 kilometer. Dengan kecepatan pergerakan saat ini, semua orang bisa mencapai pos pemeriksaan dalam waktu sedikit lebih dari satu jam. Tentu saja, ini dengan asumsi tidak ada kesalahan di perjalanan. Setelah kepergian tiga orang, kekuatan tempur pasukan itu sebenarnya sudah jauh menurun. Untungnya masih ada bantuan dari karakter plot asli, di mana Alice yang merupakan jagoan kuat yang telah membuka kunci genetik. Dengan komposisi tim seperti ini, selama tidak bertemu anggota Tim Reinkarnasi Iblis, pada dasarnya mereka bisa melewati berbagai kesulitan dengan cukup mudah.
Zheng Zhuo dan dua orang lainnya mencari lokasi pertempuran masing-masing. Zhao Yingkong menyusup ke gang sempit dan menghilang tanpa bekas, sementara Zheng Zhuo langsung menemukan gedung pencakar langit, sedangkan Zhang Heng memanjat ke puncak menara lonceng. Kekuatan tembakannya berjarak sekitar tiga kilometer dari Zheng Zhuo, sekaligus bisa mengawasi sebagian besar gang dari atas.
Zheng Zhuo duduk di tepi gedung pencakar langit itu. Matanya menatap ke bawah, gang sempit dan rumah yang rapat membuatnya merasa agak mual. Akhirnya ia memandang lurus ke kejauhan. Saat ini sekeliling gelap gulita, namun di ufuk sudah terlihat cahaya samar-samar. Inilah momen tergelap sebelum fajar menyingsing, waktu paling kelam yang sering disebut orang.
Zheng Zhuo mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam bajunya. Setelah menarik sebatang rokok dan menyalakannya, namun cukup lama tidak segera mengisapnya karena tangan satunya meraba sisa puntung rokok di dalam baju - satu-satunya peninggalan mantan sahabatnya. Selain itu, pria bernama Zhang Jie itu benar-benar tak meninggalkan barang sedikit pun.
Dia berpikir sejenak, perlahan memasukkan puntung rokok itu dari kantong pakaian dalam ke dalam Cincin Na. Di dalam Cincin Na, dia juga menemukan sebuah kantong wewangian, hadiah yang diberikan Zhan Lan sebelum memasuki film horor ini - kantong aromaterapi buatan tangan sendiri. Sentimen perempuan seperti ini, bagaimana mungkin dimengerti oleh seorang Yang Mulia Marquis seperti dirinya... Apalagi dia sudah memiliki Luo Li. Sungguh menyedihkan bahwa Zhan Lan diam-diam terus mencintainya. Rasa bersalah karena telah menyakiti perasaan orang lain ini terus membebani hatinya seperti beban berat, meskipun Zhan Lan sudah berpura-pura biasa saja, tapi dia tahu betapa banyak kepura-puraan dalam sikap itu...
Zheng Zhuo berbaring memandang langit tempat rasi bintang yang hampir lenyap. Pikirannya dipenuhi ribuan bayangan. Entah mengapa, saat ini hatinya penuh dengan perasaan yang tak terungkapkan. Seolah setelah hari ini, akan terjadi perubahan besar dalam dirinya. Perasaan yang tak bisa dijelaskan ini membuat bayangan sahabat-sahabat yang telah tiada terus bermunculan di pikirannya - Chu Xuan, Ling Dian, Qi Tengyi, Zhang Jie...
Setiap sahabat memberikannya pelajaran pertumbuhan. Entah kapan pernah membaca kalimat ini: Tumbuh adalah proses yang menyakitkan, maka melewati penderitaan disebut sebagai pertumbuhan...
Saat pertama kali memasuki dunia ini, satu-satunya pikiran di hatinya adalah ketakutan akan kematian. Hanya ada horor akan kematian yang tersisa, sehingga dia memberontak, berjuang mati-matian untuk bertahan hidup. Perasaan paling murni ini hanyalah keinginan untuk terus bernapas...
"Hingga ia berhasil menciptakan gadis dalam hatinya, Luo Li, keinginan sederhananya untuk bertahan hidup kembali menguat. Ingin hidup, ingin hidup bersamanya. Bahkan hanya demi kesempatan sepuluh hari ekstra bersamanya, ia harus menjadi kuat dan bertahan!"
"Perilaku Chu Xuan mengajarkannya: Keinginan naif untuk bertahan hidup sendiri, versus keinginan naif untuk menyelamatkan semua orang - dua konsep yang sama sekali berbeda bagi seorang pemimpin. Sebagai atasan, sebagai kepala tim: Kejam dan dingin, atau inklusif dan berkorban? Ke mana pilihannya akan mengarah..."
"Jika Chu Xuan memberinya pelajaran pertama sebagai pemimpin tim, maka Ling Dian dan Qi Tengyi mengajarkannya... Sahabat adalah mereka yang rela berkorban demi rekan!"
"Bangsat! Aku suruh kamu bawa buku itu!"
"Bisakah aku berdiri di sisimu?"
"...Hingga akhir hayat!"
"Apa sebenarnya nilai persahabatan? Menyerahkan punggungmu pada mereka, lalu fokus sepenuhnya pada musuh di depan. Rela kehilangan semua sistem pertahanan di belakang, karena yakin sahabatmu akan menahan semua serangan dari belakang - bahkan dengan taruhan nyawa mereka! Punggung ini takkan terluka sedikitpun!"
"Jika memang demikian, maka sekarang Zhan Lan dan yang lain telah mempercayakan punggung mereka padaku. Hanya dengan bertahan mati-matian di posisi ini, menghalau Tim Reinkarnasi Iblis sepenuhnya, barulah para sahabat bisa kembali aman ke dimensi 'Dewa Utama'. Tempat ini sama sekali tak boleh jatuh!"
Jika apa yang dia pelajari dari para sahabat-sahabat itu, atau hal-hal yang menyentuh dan melekat dalam ingatannya, maka kehadiran Zhang Jie justru membuatnya merasakan kesedihan yang tak terhindarkan.
Jika bukan karena mendengar langsung dari mulut Zhang Jie, dia takkan pernah percaya bahwa pria periang yang selalu tersenyum ini adalah "program" ciptaan Sang Tuan. Jika manusia sesempurna ini hanyalah program, lalu bagaimana dengan orang-orang biasa yang hidup tanpa tujuan, mencari hiburan bagai mayat hidup - apa status mereka sebenarnya?
Selamanya tak akan terlupakan aroma rokok pertama saat memasuki dunia film horor ini... Selamanya terpatri dalam ingatan, kekecewaan dan ketegaran Zhang Jie saat menghisap rokok setelah dikalahkan...
Zheng Zhuo mengeluarkan senapan runduk peralatan dari Cincin Na dengan khidmat. Dia tahu dirinya tak sendirian - di dunia bereinkarnasi ini, mustahil bertahan hanya dengan kekuatan sendiri... Butuh bantuan sahabat-sahabat. Justru melalui dukungan merekalah dia bertumbuh kuat, menanggung kekuatan para sahabat yang gugur. Dia tak sendiri! Takkan pernah sendiri!
