Dalam pikiran Zheng Zhuo terus terhubung dengan pemindaian kekuatan spiritual Zhan Lan, terutama terhadap pergerakan serangga di bawah, posisi tim lain di tebing, serangga terbang di sekitar tebing, serta situasi pendaratan kapal penyelamat di berbagai lokasi. Di bawah pimpinan Chu Xuan, setelah membunuh hampir 100 orang, urutan naik kapal akhirnya ditetapkan. Menurut urutan ini, semua orang naik ke kapal dengan tenang namun tergesa-gesa. Setiap kapal juga membawa 100 prajurit pendukung yang belum mengalami banyak pertempuran. Menyaksikan penindasan berdarah dingin yang dipimpin Chu Xuan, mereka langsung terkesima lalu mematuhi perintahnya untuk memberi jalan pada prajurit yang kelelahan sambil mulai berjaga-jaga di sekitar tebing.
Dibandingkan dengan situasi pos pertahanan depan yang hampir jebol, serangga terbang yang terus bermunculan di sekitar tebing jauh lebih mengerikan. Dalam serangan jarak dekat tanpa amunisi, manusia harus bertarung 10 kali lipat jumlahnya melawan serangga. Konsumsi besar seperti ini segera memicu pelarian kacau para prajurit. Prajurit zaman sekarang jelas berbeda dengan prajurit era senjata dingin ribuan tahun silam. Memaksa mereka bertarung tanpa amunisi dan senjata adalah hal mustahil. Apalagi yang memimpin mereka adalah Ling Dian, pria yang kurang familiar dengan urusan militer. Saat kekalahan besar mulai terjadi, sekitar seratus serangga terbang telah muncul di tepian wilayah sekitar.
Para prajurit penyelamat yang turun dari kapal ini, di bawah pimpinan Chu Xuan mulai melancarkan serangan ke arah serangga terbang di sekeliling. Sedangkan para perwira yang sebelumnya telah diserahkan kepada keempat orang Zheng Zhuo oleh militer, di saat genting ini justru tampil ke depan. Mereka masing-masing memimpin beberapa regu untuk mengepung serangga terbang, namun mereka masih mengikuti arahan Chu Xuan. Dalam pertempuran selama beberapa jam sebelumnya, para perwira ini telah menyadari sepenuhnya perbedaan kemampuan mereka dengan keempat orang Zheng Zhuo, baik dalam ketegasan pelaksanaan hukum militer maupun pengaturan pertahanan posisi. Jadi di saat kritis seperti ini, pangkat militer tidak lagi berarti. Yang penting adalah orang yang kompetenlah yang memimpin.
Selain serangga terbang yang semakin banyak di tebing-tebing sekitar, pos pertahanan di depan akhirnya juga jebol. Ketika tank serangga raksasa itu melangkah mendekati gerbang, capit raksasanya mulai mengayun-ayun. Zheng Zhuo akhirnya berteriak keras: "Mundur! Semua orang mundur ke kapal penyelamat di tengah puncak gunung!"
Semua prajurit bagai mendapat ampunan, langsung berlarian panik menuju kapal penyelamat di tengah puncak gunung. Zheng Zhuo segera berteriak ke arah Wang Xia: "Tembak! Wang Xia, dua buah bom nuklir mini yang tersisa, luncurkan ke arah gerombolan serangga di belakang tank serangga! Harus kita hambat gerakannya!"
Wang Xia mengangguk, dia mengangkat peluncur bom nuklir mikro portabel di bahunya, lalu menembakkannya ke arah gerombolan serangga di belakang Cacing Tank. Setelah kilatan cahaya dahsyat, Wang Xia melemparkan peluncur bom nuklir mikro itu. Dia membungkuk untuk mengambil peluncur lain di tanah, tapi tepat saat membungkuk, gerombolan serangga tanah di belakang Cacing Tank Raksasa sudah menerjang gila-gilaan. Saat ini Cacing Tank Raksasa hanya berjarak sekitar lima puluh meter dari Wang Xia. Meski gerakannya lambat, tapi kecepatan belasan serangga tanah di belakangnya sangat ekstrim. Hanya dalam sekejap mereka sudah menyergap ke depan Wang Xia. Bersamaan dengan itu, sebuah bayangan manusia menghadang di depan Wang Xia.
Zheng Zhuo berteriak keras: "Wang Xia! Cepatan tembakan bom nuklir mikro-nya! Aku juga tidak bisa menahan serangga-serangga ini lama!"
Wang Xia yang memang berwatak baja sebagai prajurit pasukan khusus segera merilekskan tubuhnya setelah mendengar teriakan itu saat belasan serangga tanah menerjang. Seluruh perhatiannya tertancap pada peluncur. Saat Zheng Zhuo menyambut gerombolan serangga itu, pelatuk peluncur di tangan Wang Xia sudah ditarik. Bom nuklir mikro terakhir melesat menembus tirai api. Wang Xia melemparkan peluncur itu sambil meraung: "Pergi! Zheng Zhuo! Cepat pergi!"
"Zheng Zhuo sedang memegang sebilah cakar tajam dan menikamkannya ke antara gigi-gigi seekor serangga tanah. Sebelum rahang bergigi itu mengatup, kedua tangannya sudah berhasil mencabut cakar dari sela gigi. Dengan lincah ia menghindari serangan rahang dua serangga lain, mendorong tubuh dengan kaki lalu menerjang, menendang kepala serangga itu dengan kekuatan dahsyat hingga cangkangnya remuk. Cairan hijau kental mengucur dari kepala serangga yang hancur.
Zheng Zhuo juga mendengar suara Wang Xia, namun saat ini ia dikepung belasan serangga. Mustahil baginya keluar dari situasi ini. Dengan teriak keras ia berseru, "Wang Xia! Kau duluan lari! Bertarung jarak dekat dengan mereka kau pasti mati. Percayalah... Ini perintah!"
Wang Xia ragu sejenak, lalu berbalik dan berlari ke arah pesawat penyelamat. Pesawat pertama sudah mulai lepas landas, para prajurit bersorak gegap gempita. Di kejauhan, Zheng Zhuo terus bertarung sambil bergerak ke arah pesawat. Serangga-serangga itu lincah bukan main, gigi tajam dan daya serangnya mengerikan. Dalam pertarungan sambil mundur ini, beberapa helai daging sudah tercabik dari tubuh Zheng Zhuo.
"Dentuman bertubi-tubi!"
Dentuman tembakan titik bergema, dua ekor serangga yang mengikuti Zheng Zhuo dari belakang langsung terjatuh. Saat Zheng Zhuo panik menoleh, kedua serangga itu mati akibat tembakan tepat di mata. Dari kejauhan di dekat kapal penyelamat, Ling Dian mengangkat senjata standar biasa sambil mengintip satu mata untuk membidik. Suaranya terdengar dalam pikiran Zheng Zhuo melalui transmisi kesadaran: "Lari terus! Jangan berhenti, aku akan menembaki serangga-serangga ini untukmu!"
Zheng Zhuo menarik napas dalam-dalam. Ia berhenti menghindari serangan serangga dan mulai berlari gila-gilaan ke arah kapal penyelamat tempat Ling Dian berada dengan mengerahkan Qinggong (Ilmu tubuh ringan). Ia sama sekali tidak memperdulikan punggungnya yang terbuka lebar untuk serangan. Meski mendengar desisan angin tajam dari belakang kepala yang jelas berasal dari cakar serangga, ia sama sekali tidak berusaha menghindar. Seluruh keselamatannya ia serahkan pada kepercayaan mutlak terhadap kemampuan Ling Dian.
Benar, Ling Dian tidak mengecewakan kepercayaannya. Sebelum serangga itu sempat menyerang Zheng Zhuo, peluru dari senjata api di tangan Ling Dian telah menembus mata serangga tersebut. Setelah berlari kencang selama satu dua detik, Zheng Zhuo sudah berada lima meter jauhnya dari gerombolan serangga. Kecepatan larinya yang maksimal jelas jauh melampaui serangga bawah tanah. Dalam sekejap setelah jeda singkat ini, dia sudah sepenuhnya keluar dari zona bahaya. Baru kemudian, banyak prajurit yang sebelumnya terpaku di sebelah Ling Dian mulai sadar dan mengangkat senjata mereka. Dengan konsentrasi daya tembak unggul, belasan serangga itu seketika menjadi sarang tawon yang disemprot peluru.
Zheng Zhuo melesat ke sisi Ling Dian, tangannya menggenggam erat bahunya: "Yang lain di mana? Kenapa kamu belum naik ke kapal angkasa? Zhan Lan, tampilkan posisi semua anggota tim!"
Zhan Lan jelas terus memantau keselamatan Zheng Zhuo. Begitu perintah keluar, dia segera melakukan scan terhadap lokasi seluruh anggota tim dan menyambungkan gambar-gambar tersebut ke pikiran Zheng Zhuo. Selain Ba Wang yang sudah naik kapal, Zhan Lan dan Luo Gendao berdiri tidak jauh dari Zheng Zhuo, diam-diam menyelinap di antara gerombolan prajurit biasa yang sedang menaiki kapal. Melihat kuota yang tersisa, mungkin dalam puluhan detik mereka bisa naik ke kapal penyelamat kedua. Ini sesuai instruksi Chu Xuan sebelumnya: tetap rendah hati, tidak menarik perhatian, agar tim lain tidak mengetahui keberadaan mereka...
Zheng Zhuo melihat kedua orang itu akan naik ke kapal penyelamat, dia pun menghela napas lega. Kemudian dia menoleh ke arah Chu Xuan yang sedang berdiri di kapal penyelamat ketiga sambil memerintahkan prajurit untuk naik. Wang Xia berdiri di sampingnya, yang tersisa hanyalah dia dan Ling Dian. Ling Dian diam-diam mengembalikan senjata ke seorang prajurit penyelamat, lalu mengantri di barisan untuk naik ke kapal penyelamat kedua.
Baru saat ini Zheng Zhuo benar-benar merasa tenang. Tank bug itu masih berjarak ratusan meter, pergerakannya sangat lambat. Sedangkan serangga di kaki gunung meski cepat, jalur pendakian terputus karena serangan dua bom nuklir mini. Asalkan kapal penyelamat segera lepas landas, semua orang bisa kembali ke luar angkasa dengan aman.
Tiba-tiba seorang prajurit buru-buru mendatangi Zheng Zhuo, memberi hormat dan berkata: "Komandan, Letnan Riley memerintahkan Anda segera naik ke kapal penyelamat kedua. Katanya Anda perlu penanganan medis darurat..."
Zheng Zhuo baru melihat seluruh tubuhnya sudah dipenuhi luka, darah yang membeku hampir mencelup seluruh tubuhnya menjadi merah. Orang biasa jika mengalami luka parah seperti ini pasti sudah lama mati, jadi dia hanya bisa tersenyum kecut pada dirinya sendiri. Kemudian dia berbalik menuju kapal penyelamat pertama. Mungkin ini juga hak istimewa perwira - melewati antrian pasukan, langsung masuk ke kapal penyelamat dari samping barisan. Para prajurit yang mengantri sama sekali tidak protes, karena mereka sudah mengenali sersan mayor dengan tulang tangan patah ini. Dialah yang menyelamatkan pasukan yang terpojok... Ini sudah menjadi konsensus di hati para prajurit.
Interior kapal penyelamat sangat luas, mustahil bisa menampung 1.000 lebih prajurit. Seluruh bagian dalam kapal terbagi menjadi empat lapisan. Posisi para perwira berada tepat di lapisan ketiga. Zheng Zhuo mengikuti prajurit itu naik lift. Saat lift mencapai lapisan ketiga, seluruh kapal mulai bergetar perlahan. Prajurit itu buru-buru berkata: "Akhirnya bersiap untuk lepas landas..."
Zheng Zhuo perlahan berjalan ke tepi jendela dan melihat keluar. Pesawat ruang angkasa ini akhirnya lepas landas dalam guncangan. Dalam kesadaran Zheng Zhuo, tujuh anggota tim juga telah naik ke pesawat penyelamat - satu orang di pesawat nomor satu, empat orang di pesawat nomor dua, dan dua orang di pesawat nomor tiga. Ketika dia melihat pesawat nomor tiga juga berhasil lepas landas, batu besar di hatinya akhirnya jatuh. Saat dia hendak menarik kembali pandangannya, sudut matanya justru melihat kumbang tank sudah sangat mendekati pesawat penyelamat keempat. Saat pesawat penyelamat bersiap lepas landas, cangkang kumbang tank ini telah mengangkat diri, kemudian lingkaran cahaya biru menyala terang, menyelimuti seperempat bagian pesawat penyelamat...
