Menyerbu Rivendell? Kekuatan Sembilan Roh Cincin yang menyatu, sementara bangsa elf di dunia ini justru terlihat lemah seperti di film aslinya. Maka sangat mungkin Roh Cincin akan menyerbu Rivendell dan melakukan pembantaian. Tapi elf di dunia ini juga bukan pihak yang mudah dikalahkan. Pemimpin kelompok elf yang hanya muncul sekilas di awal film asli itu ternyata bisa menggunakan "Panah Peledak", teknik memanah yang sangat kuat. Meski hanya dua kali ledakan, ini sudah cukup membuat Zheng Zhuo dan kawan-kannya terkejut. Bahkan pemanah elf biasa dengan busur panjang pun panah mereka setara dengan panah terenchant. Bisa dibayangkan di ibu kota elf pasti lebih banyak lagi yang menguasai "Panah Peledak" atau teknik panah yang lebih hebat.
Bagaimanapun, atas saran Aragorn, seluruh rombongan berangkat dari Desa Bree pada hari itu juga, melanjutkan perjalanan ke timur. Mereka harus berjalan selama tujuh hari untuk mencapai ibu kota elf Rivendell dari Desa Bree.
Aragorn juga memiliki seekor tunggangan. Awalnya dia mengira tiga tim reinkarnasi dengan tiga puluh lebih anggota pasti memiliki kuda. Ternyata selain Zheng Zhuo, semua anggota lainnya tidak membawa tunggangan. Akhirnya dia terpaksa menuntun kudanya sambil berjalan. Menurut penjelasannya, Desa Bree adalah desa kecil yang tidak mungkin menyediakan tiga puluh lebih kuda. Tentunya, tunggangan Zheng Zhuo juga membuatnya terpukau.
Aragorn adalah orang yang tahu barang bagus, dia langsung berteriak: "Kuda Malam Kerangka, ini adalah Kuda Malam Kerangka! Kau bahkan berhasil menguliti tunggangannya Roh Cincin, haha, ini barang bagus! Sayangnya hanya bisa ditunggangi penyihir tempur, makhluk hidup sihir buatan penyihir tempur dari Abad Kedua Middle-earth. Cara pembuatannya sudah lama hilang, entah bagaimana Raja Kegelapan mengetahui metode pembuatan tunggangan ini. Setelah tubuh fisiknya hancur, dia menciptakan sembilan Kuda Malam Kerangka untuk Roh Cincin, mempersenjatai mereka dengan tunggangan ini untuk bertempur, membuat Roh Cincin tak terkalahkan......"
Zheng Zhuo juga tahu dirinya mendapat keuntungan besar. Dia terkekeh dua kali, lalu menarik tali kekang dan mengoperasikan kuda perang kerangka untuk melesat. Penampilan kuda ini benar-benar gagah dan epik sampai tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, seluruh tubuhnya memancarkan kabut merah darah, kaki dan matanya bahkan menyala api darah. Tiga tim reinkarnasi di tempat itu banyak yang melongo melihatnya. Bahkan Aragorn terus-menerus menghela nafas takjub. Tunggangan dengan kecepatan ekstra dan kemampuan mengabaikan gravitasi seperti ini adalah impian abadi setiap prajurit manapun.
Demikianlah, di bawah pengawalan tunggangan gagah Zheng Zhuo, rombongan meninggalkan Desa Bree menuju Rivendell. Namun Zheng Zhuo sepertinya sudah menyukai gaya pamerannya yang mencolok ini. Satu tangannya memegang tali kekang, tangan lainnya menggenggam pedang Tiger Soul semi-transparan berwarna merah menyala, membuatnya terlihat seperti memiliki kekuatan tempur tak terbatas.
Ekspresi Chu Xuan terlihat meremehkan. Matanya hanya melirik Zheng Zhuo dua kali, lalu beralih memandangi anggota dua tim reinkarnasi lainnya. Pandangannya seolah membawa sesuatu yang membuat siapa pun yang ditatapnya merasakan kedinginan di sekujur tubuh, seperti katak yang diawasi ular berbisa.
Selama tiga hari perjalanan, tidak terjadi insiden berarti. Karena Roh Cincin telah kembali ke Mordor, meski bergerak cepat tetap membutuhkan waktu sekitar sepuluh hari untuk bolak-balik. Tanpa ancaman, rombongan tak terburu-buru. Aragorn pun seolah menunggu seseorang, sering berdiri di tempat tinggi memandang ke timur. Tiga hari damai pun berlalu... Sampai akhirnya momen itu tiba.
"Sampai, inikah dunia Cincin Sihir?"
Seorang pria tampan berambut panjang tersenyum di tepi tebing. Di belakangnya berdiri empat belas pria dan wanita. Kecuali tiga orang, sebelas lainnya tampak kebingungan. Mereka bertanya-tanya tentang lokasi mereka pada orang sekitar, namun jawaban yang diterima sama: tidak diketahui. Kesebelas orang itu pun langsung dilanda kekacauan.
"Lima belas orang ini berdiri di atas Gunung Salju, dikelilingi tebing curam yang seolah tak memberi jalan keluar. Meski tak ada salju turun, lapisan putih tebal telah menumpuk di tanah. Hanya pria di tepi jurang itu yang tak terpengaruh, anehnya ia berdiri di permukaan salju tanpa tenggelam sama sekali."
"...Susah juga, kali ini lima tim bertempur bersama. Tim Zhongzhou, mungkin dari Tiongkok Daratan? Agak menarik... Ada Tim Dewa juga? Tim Dewa? Heh.."
Pria berambut panjang itu menoleh. Senyumnya tak sampai ke mata yang dingin membeku, tajam seperti pisau belati yang bisa menusuk jantung manusia.
"Zhao Zui Kong, kau kan komandan baru yang diakui Dewa Utama setelah mantan komandan pindah. Tak ada saran untuk situasi ini?" serang gadis cantik bertubuh ganda pedang bersinar di pinggang, tangan di pinggang.
Tiba-tiba Zhao Zui Kong tertawa. Sekelebat cahaya, tubuhnya sudah berada di belakang gadis itu. Di tangannya menggantung kepala cantik dengan ekspresi terkejut dan horor. Tubuh tanpa kepala itu baru menyemburkan darah segar setelah satu dua detik.
“……Saya ingat pernah berkata sebelumnya, jangan berpikir bahwa hubungan intim dengan saya membuatmu menjadi seseorang yang spesial... Secara relatif, kapasitas untuk membunuhmu tidak sebanding dengan kapasitas membunuh teman-temanku. Jadi kau sebenarnya tidak pantas berbicara seperti ini padaku. Dari mana kau mendapatkan keberanian itu?” Zhao Zui Kong tersenyum memandang kepala manusia di tangannya. Kemudian, ia menarik kepala itu mendekat dan perlahan menciumnya. Adegannya berciuman dengan kepala berdarah membuat sebelas orang yang sudah panik itu langsung menjerit ketakutan. Sayangnya mereka berada di tebing curam, tidak ada tempat untuk melarikan diri.
Zhao Zui Kong menggoyangkan tangannya, kepala manusia itu seketika berubah menjadi bubur daging. Ia melemparkan gumpalan daging itu ke bawah tebing. Tangannya tetap bersih tanpa noda darah. Setelah semuanya selesai, ia menatap dua orang yang masih tenang: "Peraturan lama... Hal pertama dalam perang kelompok adalah membunuh semua wajah baru di tim sendiri. Lihat, minus sebelas poin... Harus membunuh sebelas orang untuk bertahan hidup. Haha, menguji batas maksimal kekuatan dan kapasitas diri sendiri - hanya game seperti ini yang menarik, bukan? Mengapa kalian berdua diam?"
Jika diperhatikan lebih saksama, terlihat anggota tubuh kedua orang ini berguncang. Mereka adalah seorang pria bule dan remaja kulit hitam. Pria bule itu memegang tombak panjang, sementara remaja kulit hitam menggenggam roda bundar. Setelah Zhao Zui Kong selesai berbicara, mereka menerjang para pendatang baru dengan teriakan. Tombak menusuk, roda berputar-putar. Dalam belasan detik, sebelas pendatang baru itu tewas di tangan mereka. Keduanya bahkan tak berani menarik napas dalam-dalam, hanya memandang Zhao Zui Kong dalam diam.
Zhao Zui Kong tersenyum puas. Ia berbalik memandang tebing di bawahnya. Setelah cukup lama, barulah ia berkata: "Pertama-tama kita harus memastikan posisi kita. Kemudian kita bisa menjaga lokasi penting dalam alur film, atau langsung ke Mordor untuk membasmi semua makhluk hidup di sana. Bagaimana pendapat kalian?"
Keduanya diam membisu. Setelah jeda panjang, pria bule itu akhirnya hati-hati berkata: "Menurutku... lebih baik kita cari desa manusia dulu. Jika Tuan membantai semua makhluk di Mordor, bukankah tim lain akan mudah menyelesaikan misi? Bukankah lebih menarik melihat perjuangan mereka daripada langsung melakukan pembunuhan massal?"
“Melihat perjuangan dan kemungkinan pertumbuhan si lemah? Hehe... Ini memang hal yang sangat menarik. Menyaksikan buah itu perlahan berubah dari hijau muda menjadi matang, lalu menghancurkannya dengan satu genggaman... Baiklah, pertama-tama kita cari desa manusia untuk mengetahui posisi kita. Kuperingatkan, di perjalanan dilarang membunuh sembarangan. Kalau mau menonton pertunjukan, kita harus patuh pada aturan yang kita buat sendiri. Bagaimana menurut kalian?” Zhao Zui Kong tersenyum menoleh, lalu langsung melompat dari tebing. Anehnya, di badannya hanya ada pakaian biasa tanpa peralatan apapun. Demikianlah, ia menghilang di dasar tebing tak berujung.
Baru setelah Zhao Zui Kong benar-benar lenyap, kedua pria itu menghela napas lega. Mereka bertukar pandangan dengan senyum getir. Remaja kulit hitam itu berkata: "Mungkin kita juga buah hijau muda dalam mulutnya. Sejak bertempur melawan Tim Reinkarnasi Iblis, dia jadi semakin sadis. Apa bertarung melawan diri sendiri lalu melawan monster yang lebih kuat itu menyenangkan? Mungkin hanya monster yang bisa memahami monster lain..."
Pria bule itu juga menggeleng pahit. Ia menepuk bahu remaja itu: "Ssst! Jangan lanjutkan. Meski sudah dikonfirmasi dia tidak punya atribut kekuatan spiritual, membicarakan keburukannya tetap membuat tidak nyaman. Mari... Bertahan hidup saja. Meski dia sudah membunuh sebelas orang, kita masih minus ribuan poin. Harus membunuh anggota tim reinkarnasi lain agar bisa terus hidup... Ayo semangat!"
Kedua orang itu tidak lagi berbicara. Salah satu mengeluarkan botol kecil, menekan tombol pada botol tersebut. Mereka kemudian melemparkan botol itu ke tanah. Braak! Dua botol itu berubah menjadi dua glider disertai parasut. Setelah memasang semua peralatan, mereka melompat dari tebing.
Beberapa jam kemudian, mereka baru bisa menemukan satu sama lain menggunakan alat komunikasi yang dibawa masing-masing. Setelah menempuh banyak jalur pegunungan, akhirnya mereka keluar dari kawasan pegunungan salju. Zhao Zui Kong sudah menunggu di dataran. Saat mereka muncul, dia tersenyum dan menepuk bahu mereka seperti teman lama.
Mereka tahu Zhao Zui Kong pasti akan mematuhi aturan yang dibuatnya sendiri. Remaja kulit hitam itu tak bisa menahan diri, "Pengendali kekuatan spiritual yang langka... Komandan, kau membunuh dengan terlalu mudah."
Zhao Zui Kong tersenyum ramah, "Tidak apa. 'Dewa Utama' akan terus mengirimkan anggota tim dengan tipe tertentu. Akan segera ada pengganti... Ayo, cari desa manusia." Dia berjalan ke suatu arah dengan senyuman yang dingin di matanya.
