Kilatan api ledakan ini dengan cepat menyebar ke prajurit-prajurit setengah ork di sekitarnya. Meski terlihat redup, nyala api ungu ini memiliki suhu yang luar biasa tinggi. Begitu menyentuh, para prajurit langsung terbakar menjadi abu, bahkan abunya sendiri ikut lenyap terbakar. Suhu api ungu ini benar-benar mengerikan. Untungnya sebelumnya hanya sedikit bola api ungu yang jatuh dari Diagram Tai Chi, sehingga kobaran api besar ini hanya menjalar dalam radius lebih dari dua ratus meter, menelan semua ork setengah darah di area tersebut. Seandainya Tungku Trigram Doushuai Zihuo benar-benar melepaskan kekuatan penuhnya, konsekuensinya akan membuat area radius seribu meter bahkan beberapa ribu meter menjadi gersang tak berumput. Inilah alasan Luo Yinglong mengatakan dirinya tidak bisa sepenuhnya menguasai teknik ini - karena terlalu kuat.
Zheng Zhuo terbaring di tanah dengan tubuh hangus menghitam. Seandainya orang biasa mengalami luka bakar parah seperti ini, pasti sudah tewas terbakar. Lebih dari 95% tubuhnya mengalami luka bakar dalam, satu dari kedua matanya buta terbakar. Keadaannya lebih mirip arang setengah terbakar daripada manusia. Saat ini nyawanya benar-benar di ujung tanduk.
Dalam kondisi seperti inilah, kulit Zheng Zhuo yang terbakar mengalami perubahan dahsyat. Dengan gen optimal yang diperoleh dalam pertempuran ini sebagai cetakan biru, energi dalam dan Energi Vampir sebagai sumber energi, gen Naga Raksasa sebagai bahan tambahan, serta gen purba terkuat dalam tubuhnya sebagai pusat, daging dan darah dalam tubuhnya sedang dibangun kembali dengan kecepatan luar biasa. Tentu saja, kesadarannya yang masih terjaga memahami bahwa fisik ini hanya akan muncul saat dia menggunakan status kunci genetik level empat. Mengingat fisik ini membutuhkan energi yang terlalu besar, kecuali mencapai level lima, dia tidak akan bisa mempertahankan konsumsi energi ini secara terus-menerus...
(Tidak mati... Aku masih hidup...)
Zheng Zhuo menarik napas panjang. Meski seluruh tubuhnya terasa sakit luar biasa, dia segera mengingat kejadian sebelumnya. Pada detik terakhir sebelum dibakar hidup-hidup, Luo Yinglong tiba-tiba diserang. Serangan itu bahkan langsung menembus lapisan perlindungan cahaya keemasannya. Kondisi kematiannya juga sangat mencurigakan - seluruh tubuhnya berubah menjadi abu dengan cepat. Kejadian seperti ini pernah disaksikan Zheng Zhuo sebelumnya... Kemampuan sniper unik Ling Dian! Mata magis titik-garis!
Apapun artefak magis yang dimiliki lawan, seberapa dahsyat pun mereka, selama menemukan garis penghancur, senapan Gauss akan mampu menghancurkannya sepenuhnya. Dentuman senjata raksasa sebelumnya jelas berasal dari senapan Gauss.
（Ternyata benar Ling Dian... Di posisi apa dia? Kenapa muncul di sini saat ini? Mungkinkah... Chu Xuan?）
Zheng Zhuo hanya bisa berpikir seperti itu. Meski belum sepenuhnya yakin, hatinya yakin hanya Chu Xuan yang mampu melakukan ini! Hanya dia yang tega menjadikan anggota tim sebagai umpan. Sementara itu, di balik layar, dia memasukkan semua elemen ke dalam permainan besar ini.
（Bagaimanapun, sekarang akhirnya aman. Selama mata magis titik-garis Ling Dian tidak digunakan terus-menerus, seharusnya tidak masalah. Lalu Luo Yinglong sudah dibunuh, tinggal wanita kulit putih itu. Mungkin dia tidak berani muncul lagi? Kalau tidak, senapan runduk Ling Dian bukan sekadar pajangan...）
Zheng Zhuo menghela napas. Namun sebelum sempat sadar, tiba-tiba beberapa panah menghujam di sekitarnya. Meski tidak mengenai tubuhnya, rasa sakit menyebar ke seluruh tubuhnya. Dia lupa situasi medan perang ini! Ancaman Tim Dewa memang sudah hilang, tapi ork-ork setengah darah itu bukannya tidak berbahaya. Jika masih punya kekuatan tempur, dia bisa kabur meski tidak bisa membunuh semua ork. Tapi sekarang... Dia terjebak di jalur serangan ork menuju tembok kota. Dalam kondisi tidak bisa menggerakkan jari sekalipun, nasibnya sudah jelas.
（Tidak mungkin! Daripada mati di tangan ork, lebih baik tewas di serangan kultivasi xiuzhen... Teknik kultivasi itu benar-benar dahsyat...）
Zheng Zhuo hanya bisa melihat para ork setengah darah itu mendekat. Tembakan panah sebelumnya jelas merupakan uji coba apakah dirinya masih memiliki kekuatan tempur. Melihatnya tetap terbaring dengan tubuh hangus, para ork setengah darah mulai mendekat dengan hati-hati. Dentuman senjata Ling Dian tak lagi terdengar - rupanya mata magis titik-garis tadi telah membuatnya pingsan. Jarak antara ork-ork itu dengan Zheng Zhuo kini hanya belasan meter.
(Sungguh ironis, mati dengan cara begitu konyol... Akhirnya tetap akan mati juga.)
Posisi Zheng Zhuo sekitar 500-600 meter dari tembok kota. Meski relatif dekat, para prajurit di atas tembok sibuk bertahan dan tak mungkin menolongnya. Zheng Zhuo pasrah menutup mata. Tiba-tiba, suara terompet nyaring bergema dari kejauhan, mengalihkan perhatian seluruh ork setengah darah. Mereka meninggalkan sosok manusia hangus itu dan berlarian keluar.
Di cakrawala medan perang, seekor kuda perang muncul dengan gagah. Di atasnya duduk pria paruh baya berzirah lengkap. Setelah menghentikan kudanya, ia mengerutkan alis melihat lautan ork setengah darah - meski pertempuran sudah berlangsung lama, ditambah serangan Zheng Zhuo dan ledakan artefak Luo Yinglong, masih tersisa lebih dari 80.000 pasukan ork di lokasi.
Pria paruh baya itu menarik napas dalam-dalam, lalu mengangkat tangannya ke belakang. Seketika pasukan kavaleri yang tak terhitung jumlahnya membanjir dari belakangnya. Mereka adalah pasukan kavaleri tempur jarak dekat yang benar-benar elit. Selain para ksatria yang mengenakan baju besi berat dan membawa tombak panjang, bahkan kuda-kuda mereka juga dilapisi baju besi kuda berat. Seluruh tubuh kecuali mata terlindungi dengan rapat. Satu per satu pasukan kavaleri elit ini muncul, dalam sekejap telah memenuhi sebagian besar cakrawala, tak terhitung jumlah pasukan berkuda yang muncul di sana.
"Éomer, pimpin timmu menyerang sayap kiri!"
"Gamling, pimpin pasukanmu mengikuti di belakangku!"
"Grimbold, tembus tembok manusia dan serang sayap kanan!"
Pria paruh baya ini tak lain adalah Raja Rohan Theoden. Dengan suara lantang ia memberi perintah kepada beberapa jenderal di sekitarnya. Ketika para jenderal tersebut berangkat menjalankan tugas, barulah ia berpaling dan berteriak kepada lautan pasukan kavaleri di belakangnya.
"Ikuti aku! Para ksatria Theoden! Asah tombak kalian dengan tulang musuh! Hancurkan perisai kalian dengan kepala musuh! Sambutlah Matahari terbit yang baru muncul... Mari kita hancurkan semua musuh di depan mata!"
Saat teriakan itu menggema, semua pasukan kavaleri menegakkan tombak mereka. Sang Raja menghunus pedang panjangnya dan menggesekkannya sepanjang barisan tombak sambil berlari, berteriak: "Serbu! Bawakan kematian bagi mereka!"
"Kematian! Kematian... Kematian!"
Théoden meneriakkan kata yang sama dengan suara keras, di belakangnya para kavaleri juga berteriak dengan darah mereka mendidih. Ketika semua orang meneriakkan kata itu, akhirnya Théoden berteriak: "Serbu, wahai keturunan Raja Eorl!" Setelah berteriak, ia memimpin pasukan berkudanya untuk menyerbu posisi musuh.
Pemandangan yang luar biasa! Derap kaki kuda-kuda besi ini sungguh menggetarkan. Suara derap kuda perlahan menyatu menjadi satu suara dahsyat yang bergemuruh. Meski pasukan kavaleri berat ini hanya berjumlah sekitar lima ribu, momentum serbuan mereka begitu mengerikan sampai-sampai beberapa ork setengah darah mulai panik melirik ke sekeliling.
Ork-ork setengah darah tak memiliki fisik sekuat Uruk-hai. Mereka tak mampu mengangkat Tombak Naga sepanjang beberapa meter. Menghadapi serbuan kavaleri ini, mereka hanya bisa mengandalkan tombak sepanjang satu meter lebih sebagai tameng, sementara pemanah di belakang menghujani panah seperti hujan.
Kuda-kuda besi ini mengenakan zirah lapis baja tebal. Panah biasa memantul dengan mudah dari tubuh mereka. Hanya panah peledak yang bisa menjatuhkan mereka dari kuda, namun jumlah panah jenis ini sangat terbatas. Kecepatan kavaleri ini luar biasa cepat. Ketika ratusan pasukan berkuda terjatuh, jarak antara kedua pihak sudah tinggal belasan meter saja.
Para ork setengah darah hanya merasakan tembok besi menghantam dari depan. Garis pertahanan terdepan bahkan tidak sempat menyadari apa yang terjadi, langsung diinjak-injak oleh pasukan kavaleri. Mereka yang terjatuh kemudian terus terinjak oleh kuda-kuda di belakang, dalam sekejap berubah menjadi bubur daging. Pasukan kavaleri depan terus menerobos tanpa henti, tak ada makhluk hidup yang mampu menghentikan mereka - bahkan raksasa pemakan manusia setinggi beberapa meter sekalipun. Raksasa terkuat hanya bisa menahan satu ekor kuda perang, tapi tetap terlempar beberapa meter sebelum akhirnya diinjak-injak menjadi bubur daging oleh gelombang kavaleri berikutnya. Meski hanya berjumlah lima ribu, kekuatan tempur mereka ibarat pisau tajam yang dengan mudah menembus formasi Legiun Ork Setengah Darat yang jumlahnya puluhan kali lipat. Perlahan tapi pasti, legiun ork mulai hancur berantakan. Di bawah serbuan pasukan kuda besi ini, lebih dari tiga puluh ribu ork setengah darah telah tewas terinjak atau terbunuh!
Theoden menunjukkan keberanian yang luar biasa. Aura pertarungannya yang berkilauan terus memancar, menghancurkan setiap ork setengah darah, ork biasa, atau raksasa pemakan manusia yang berani menghadangnya menjadi serpihan. Tombaknya telah menembus tubuh tak terhitung musuh. Bersama pasukan kavaleri inti yang mengelilinginya, sang raja dengan brutal menerjang jantung pertahanan Legiun Ork. Kekuatan pasukan kuda besi ini benar-benar berpuluh kali lipat lebih dahsyat dibanding kekuatan ork-ork itu.
"Ketika semua orang mengira Legiun Pasukan Kavaleri akan meraih kemenangan, tiba-tiba tanah mulai berguncang hebat. Semua orang mendengar suara terompet aneh, dan setelah belasan detik, mereka menyaksikan makhluk raksasa berjalan perlahan dari sisi medan perang - gajah setinggi puluhan meter! Ukuran tubuh mereka jauh melebihi gajah di dunia nyata, dan jumlahnya mencapai 100 ekor, jauh lebih banyak daripada alur film asli..."
Zheng Zhuo merasa bingung antara ingin tertawa dan menangis. Awalnya dia pikir mungkin bisa bertahan hidup di medan perang ini, tapi ternyata muncul gerombolan gajah ini. Yang lebih menyialkan, dia tepat berada di jalur pergerakan 100-an ekor gajah ini. Sekuat apapun keberuntungannya, pasti akan terinjak-injak hingga mati...
Gerakan gajah yang terlihat lambat sebenarnya relatif. Dengan ukuran sebesar itu, kecepatan langkah mereka hampir menyamai pasukan kavaleri. Zheng Zhuo menyaksikan seekor gajah mengarah tepat ke dirinya. Beberapa langkah lagi, tubuhnya akan menjadi bubur daging...
"Boom!"
Sebuah batu raksasa meluncur dan menghantam tubuh gajah tersebut. Meski tidak sanggup menjatuhkan makhluk sebesar itu, batu tersebut berhasil membuat gajah terhempas kocar-kacir. Dari sudut matanya, Zheng Zhuo melihat ratusan entitas pohon setinggi belasan meter muncul dari hutan di kejauhan...
