Ini benar-benar situasi yang penuh kejutan. Berbagai jenis makhluk hidup dan formasi militer seakan ingin tampil dalam pertempuran ini. Ketika para entitas pohon itu muncul di medan perang, puluhan batu sebesar proyektil katapul tiba-tiba melayang di udara. Batu-batu itu dihujamkan keras ke arah gajah-gajah raksasa, dalam sekejap setidaknya sepuluh ekor gajah raksasa tersungkur ke tanah.
Di atas setiap gajah raksasa itu duduk belasan manusia yang mengoperasikan mereka. Melihat kekuatan luar biasa para entitas pohon, mereka segera membalikkan kepala gajah menghadapi para entitas pohon. Namun para entitas pohon tak mau kalah, mereka berbondong-bondong meninggalkan hutan dan menyerbu gajah-gajah itu.
Kedua belah pihak adalah makhluk raksasa. Gajah setinggi puluhan meter, sementara entitas pohon sekitar belasan meter. Sekilas terlihat tidak seimbang, tetapi jumlah entitas pohon tiga kali lipat lebih banyak. Selain itu, kekuatan tubuh kayu mereka jelas jauh melebihi manusia. Maka kedua kelompok makhluk raksasa ini setelah melakukan serangan pendek, saling bertubrukan dengan dahsyat.
Seluruh permukaan tanah seakan diguncang gempa. Sepuluh lebih entitas pohon yang berada di garis depan terlempar jauh. Namun tiga puluh lebih entitas pohon lainnya bekerja sama menahan beberapa ekor gajah raksasa. Mereka hampir berhasil membalikkan tubuh gajah-gajah itu. Tampaknya makhluk yang memiliki anggota tubuh memang lebih lincah dalam pertempuran tim jarak dekat dibanding yang tidak.
"Gajah raksasa mendarat dan langsung membuat langit dan bumi terbalik lagi. Zheng Zhuo sudah malas melihat medan perang monster yang tidak jauh darinya. Bagaimanapun, baik entitas pohon maupun gajah raksasa itu, jika sampai menghantamnya, semuanya hanya akan meninggalkan karakter 'kematian'. Sungguh memprihatinkan, orang lain yang berhasil membuka level empat kunci genetik, bukankah mereka semua adalah orang kuat yang menderu di dunia film horor? Hanya dia yang sial terbaring di tanah, terlihat seperti sedang sekarat.
"Heh, Zheng Zhuo? Kamu benar-benar terlihat sial... Mungkin memang dari sanamu sudah sial." Sebuah suara tiba-tiba terdengar, disertai langkah kaki beberapa orang.
Zheng Zhuo membuka mata satu-satunya yang tersisa dengan kasar. Ternyata Tim Nan Yan Zhou berdiri di depannya. Nios menatapnya dengan ekspresi setengah tertawa, membuat hatinya berdebar kencang.
(Benar. Cincin di tangan... Pakaian memang hancur dalam api itu, tapi cincin ini masih utuh di jari... Tim Nan Yan Zhou. Saat ini jika mereka bisa membunuhku diam-diam, tidak ada yang akan tahu, sementara Tim Zhongzhou kehilangan anggota penting...)
Zheng Zhuo diam-diam memandangi Nios. Pria ini tiba-tiba mengeluarkan sebatang coklat dari dalam bajunya, sambil mengunyah ia berkata: "Li Cha De, gendong dia. Kita masuk ke kota... Pertempuran ini sudah pasti kita menang. Di medan perang ini sangat mungkin terkena imbas pasukan kacau, lebih baik kita masuk kota dulu... Hutangku, kulunasi." Setelah berkata demikian, ia berbalik menuju Minas Tirith.
(Sial, menyelamatkan orang ya menyelamatkan saja, masih berlagak mau membunuh saksi, bikin aku ketakutan...)
Bagaimanapun juga, tak lama setelah semua orang naik ke tembok kota. Dari pelabuhan datang gelombang hijau pekat melesat deras. Legiun Ork Setengah Darat yang masih bertahan, termasuk gajah-gajah perkasa nan dahsyat, di hadapan pasukan hijau lebat yang berjejal ini tampak tipis seperti kertas. Pasukan hijau pekat ini adalah klan abadi. Kecepatan mereka luar biasa, seluruh tubuh mereka selain pedang bersifat ilusi, bergerak mengabaikan gravitasi. Seketika seluruh medan perang berubah menjadi lautan hijau. Perang ini... manusia telah menang!
Kemenangan dalam perang ini, tidak berarti perang lainnya mungkin akan dimenangkan...
Di lokasi yang cukup jauh dari ibu kota Gondor, tepatnya di wilayah gerbang kegelapan Mordor, rentetan ledakan dahsyat terus menggema di sepanjang punggung bukit. Setiap ledakan menyebabkan batu-batu besar berjatuhan ke tanah. Setelah beberapa ledakan paling kuat, terjadi rangkaian longsoran bukit yang mulai menarik perhatian pasukan ork dan Sauron di dalam gerbang kegelapan.
"Song Tian! Berapa jenis jurus pedang yang masih kau simpan? Hah? Pedang Angin, Pedang Tanah. Pedang Api, Pedang Air, dan yang terkuat Pedang Emas? Perlihatkan padaku!" Zhao Zui Kong mengaum penuh semangat dengan muka yang bersinar. Seluruh tubuhnya menjadi buram, berubah menjadi pita cahaya yang melesat ke arah Song Tian. Setiap batu yang disentuhnya langsung pecah berantakan, meninggalkan garis bekas tembas di tanah yang terlihat seperti lahan yang baru dibajak.
Penampilan Song Tian terlihat lebih pontang-panting dibanding Zhao Zui Kong, namun gerakannya tak menunjukkan keraguan sedikitpun. Dengan gesit ia mencabut pedang kuno yang baru saja ditancapkannya ke dalam tanah, tepat sebelum pita cahaya itu mencapai posisinya.
"Angin Pusar Tanah Naga!"
Saat pedang kuno tercabut, sejumlah besar tanah, pasir, dan batu terlempar ke udara. Pedang itu kemudian berputar liar di udara, membentuk tornado kecil yang cepat berkembang di bawah bilah pedangnya. Tornado itu menyedot tanah dan batu ke dalamnya, menciptakan dentuman bertubi-tubi.
Ketika pita cahaya menyentuh tornado, ledakan dahsyat menggema. Gelombang kejut menyebar ke segala arah. Seperti sebelumnya, lereng bukit mulai longsor dan runtuh.
Saat gelombang dan debu mereda, Song Tian dan Zhao Zui Kong serentak menoleh ke bukit kecil di kejauhan. Sekitar 100 makhluk aneh setinggi beberapa meter berjalan mendekat. Di antara mereka terlihat Chu Xuan dan anggota Tim Zhongzhou lainnya.
Zhao Zui Kong tersenyum tipis ke arah Chu Xuan, "Transaksi kita sudah lunas. Ada keperluan apa kemari? Oh ya, kukira lupa memberitahu - gangguan saat bertaruh itu..." Suaranya mendadak dingin, "...harganya sangat mahal."
Chu Xuan menyesuaikan kacamatanya, "Tak masalah. Lanjutkan duelmu. Aku hanya perlu membunuh Adam..." Pandangannya tertuju ke bukit di belakang Song Tian dimana Adam berdiri bersama wanita berkulit putih, tampak sedang berdiskusi.
Song Tian awalnya terus diam-diam memperhatikan Zhao Zui Kong, hingga saat Chu Xuan mengucapkan kata-kata ini, dia tiba-tiba menengadah dengan mata penuh niat membunuh yang tertuju pada Chu Xuan.
Bersamaan dengan itu, Hao Tian tiba-tiba berdiri di depan Chu Xuan. Dia mengangkat bahu dengan polos ke arah Song Tian sambil berkata: "Maaf, aku juga tidak ingin jadi musuhmu... Mengingat kita pernah berkenalan, bagaimana kalau jangan serang aku? Wah..."
Saat Hao Tian berbicara, Song Tian telah menebaskan pedang dari jarak jauh. Gelombang pedang tak kasatmata membelah batu di tanah hingga meninggalkan celah, namun saat mendekati area beberapa meter di depan Hao Tian, terdengar suara benturan berat. Pola gelombang aneh yang terlihat mata telanjang muncul berlapis-lapis di depan Hao Tian, menghalangi gelombang pedang Song Tian.
Zhao Zui Kong yang memanfaatkan kesempatan ini langsung berpindah cepat ke samping Song Tian. Entah apa yang dilakukannya, saat dia kembali ke posisi semula, terdapat luka pedang yang dalam hingga terlihat tulang di dadanya. Namun di tangannya telah tergenggam sepotong lengan - lengan kiri Song Tian yang terpenggal, untungnya itu bukan lengan yang memegang pedang.
"Sungguh mengecewakan, awalnya ingin bertarung serius denganmu, tapi sepertinya tidak ada kesempatan sekarang. Kau berani mengalihkan perhatian saat melawanku... Lain kali, Song Tian. Jika Tim Dewa belum musnah, kita akan bertarung lagi." Zhao Zui Kong melemparkan lengan itu jauh ke belakang, lalu menendang kuat dan melompat dari tebing. Suaranya baru terdengar bergema setelah ia menghilang.
Ternyata, para Penjejak di belakang Chu Xuan telah membuka busur mereka. Busur-busur ini terbuat dari kayu keras, karena busur lama yang digunakan Uruk-hai terlalu kecil. Bagi Penjejak Uruk-hai setinggi beberapa meter, busur sepanjang 3 meter baru bisa mengoptimalkan kemampuan mereka. Saat para Uruk-hai ini menarik busur, lebih dari seratus di antaranya menyiapkan dua panah sekaligus - jelas ini adalah posisi awal panah peledak.
Zhao Zui Kong memang gesit. Meski kecepatan dan kekuatan tempurnya tak tertandingi, serangan pedang Song Tian tadi bukanlah belas kasihan. Gelombang pedang yang bisa membelah gunung itu berhasil dinetralisir oleh teknik tak kasat mata Hao Tian. Dibandingkan dengan Song Tian, daya serang jarak dekat Zhao Zui Kong di luar teknik pembunuhan tidak jauh lebih unggul. Setidaknya ia tak yakin bisa menembus tembok energi itu dalam 3 detik, sementara seratus panah peledak pasti akan menghancurkannya dalam waktu itu - ini mutlak tak terbantahkan.
"Jadi, Tim Dewa matilah." Chu Xuan tidak sungkan-sungkan. Dia sama sekali tidak melihat jejak kepergian Zhao Zui Kong, melainkan langsung melambaikan tangan. Para Penjejak di belakangnya telah menarik penuh busur panjang di tangan mereka. Song Tian yang berada kurang dari 100 meter dari kerumunan orang, telah sepenuhnya terbuka di bawah kekuatan penghancur panah peledak.
Song Tian mendengus dingin, sedang bersiap mengangkat pedang untuk menyerang ketika Adam di kejauhan berdiri dan berkata keras: "Hentikan, Chu Xuan. Permainan ini kuakui kemenanganmu... Cukup sampai di sini. Mari kita diam di sini sampai seluruh dunia Cincin Sihir berakhir, bagaimana?"
Chu Xuan memandang Adam dan wanita kulit putih di belakangnya: "Tidak mungkin. Dari data yang kukumpulkan sebelumnya, ancamanmu lebih berbahaya daripada Tim Reinkarnasi Iblis. Anggota Tim Dewa lain boleh hidup, tapi kamu harus mati. Ini tidak perlu diperdebatkan. Dan agar timmu tidak bisa menghidupkanmu kembali, sebaiknya seluruh Tim Dewa dimusnahkan. Ini tidak bisa ditawar."
Adam menatap Hao Tian yang langsung mengangkat bahu pasrah: "Adam, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Jangan melihatku seperti itu. Tenang saja, menurut perkiraanku waktuku juga tinggal sebentar... Watak Chu Xuan lebih kupahami daripadamu. Bagaimanapun juga, aku pasti tewas. Sekarang hanya hidup sedikit lebih lama darimu saja, hahaha..."
Tampaknya dia tipe periang, sama sekali tidak khawatir dengan kenyataan bahwa ajalnya sudah dekat. Tapi tiba-tiba Adam berkata: "Baiklah, mari kita mati bersama. Alat penggetar lempeng benua sudah dipasang. Saklarnya ada di jantungku. Chu Xuan, bunuhlah aku..."
