Zheng Zhuo langsung pergi tidur di lantai dua villa hari itu. Ia tidur nyenyak, menghilangkan segala lelah dan rasa sakit akibat begadang sebelumnya. Dengan mantap ia tidur sampai subuh di kamar mewah, baru keluar dengan semangat segar ketika Liu Yu mengetuk pintu besarnya keesokan harinya.
Liu Yu bertanya hati-hati: "Kakak Zheng Zhuo, tidurmu tadi malam nyenyak? Di sini..."
Zheng Zhuo tersenyum: "Enak, aku tidur sangat nyenyak... Apa dipanggil makan?"
Liu Yu mengangguk, remaja itu melirik ke kiri dan kanan, lalu berkata dengan hati-hati: "Kakak Zheng Zhuo, tadi malam... tadi malam kakak melihat hantu? Menurut kakak Cheng Xiao, hantu sebenarnya tidak memiliki bentuk. Berbagai jenis hantu muncul karena gelombang kejut dalam kesadaran manusia. Hantu yang menakutkan, aneh, atau cantik... semuanya terbentuk dari nafsu manusia sendiri. Katanya..."
Zheng Zhuo langsung berkata kesal: "Apakah dia bilang, alasan aku naik ke sini untuk tidur karena sudah lebih dari sepuluh hari menahan nafsu, sampai hampir tidak tahan, lalu menyendiri ke lantai atas ini, berencana masturbasi dengan hantu perempuan hasil nafsuku?"
Liu Yu segera mengangguk: "Iya, waktu itu dia juga terus-menerus melambaikan tangannya... Benarkah kakak melihat hantu?"
Zheng Zhuo meremas-remas rambut remaja itu: "Jangan dengarkan omong kosong si serigala itu. Meskipun hantu berasal dari nafsumu, tapi itu semua adalah nafsu jahat dan kejam dalam hatimu, juga ketakutanmu terhadap hantu. Mana mungkin muncul hantu wanita cantik sesuai keinginanmu? Kalau benar begitu, pasti hantu jadi sesuatu paling populer di dunia ini. Siapa yang mau takut? Anggap saja kau tidak pernah dengar ucapan si serigala itu. Lagipula... mungkin itu justru fantasi yang paling dia inginkan sendiri..."
Bagaimanapun juga, Zheng Zhuo selalu berhasil menyelamatkan remaja itu sebelum dia jatuh ke dalam pengaruh buruk serigala. Kemudian dia dan Liu Yu bersama-sama menuju aula lantai satu sambil terus mengingatkan: "Liu Yu. Kau harus sangat berhati-hati dengan makhluk bernama Cheng Xiao... Jauhi dia sebisa mungkin. Jika benar-benar tidak bisa menghindar, pertahankan kemurnian hatimu... Aku takut kau akan ternodai olehnya..."
"Ter... ternoda?" Wajah Liu Yu langsung berubah pucat. Refleks tangannya meraba pantatnya sendiri sebelum dia tertawa canggung.
Bagaimanapun, setelah Zheng Zhuo menanamkan kesadaran akan bahaya Cheng Xiao pada Liu Yu, mereka akhirnya tiba di lantai satu. Zheng Zhuo melirik sekelompok orang di bawah. Di aula itu ada lima orang, ditambah dia dan Liu Yu menjadi tujuh. Tampaknya meskipun terpisah tadi malam, tidak ada satu pun anggota tim yang hilang. Pertaruhan ini... dia sudah memenangkan separuh jalan!
Zheng Zhuo diam-diam lega. Dia lalu duduk di meja makan. Selama ini mereka hanya mengonsumsi makanan praktis dari supermarket seperti kaleng. Terus terang, setelah makan makanan kaleng selama lebih dari sepuluh hari, semua orang langsung ingin muntah begitu melihat kaleng. Namun pertama, kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan perubahan. Kedua, pikiran mereka terlalu sibuk mencari cara keluar dari dunia hantu Jie ini sehingga urusan makanan jadi tidak terlalu dipedulikan.
Setelah semua orang selesai makan, Zheng Zhuo dengan tenang duduk bermeditasi di sofa aula sambil mengatur napas, seolah sama sekali tidak memperhatikan anggota tim lainnya. Anggota tim lainnya juga melakukan aktivitas masing-masing, seperti Chu Xuan yang tetap duduk membaca buku, sementara Ba Wang, Qi Tengyi, Cheng Xiao, dan Liu Yu—keempat pria itu—sedang mengobrol. Zhao Yingkong duduk dengan mata tertutup di sofa lain untuk istirahat. Waktu pun berlalu perlahan hingga Ba Wang meninggalkan kelompok obrolan mereka. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul tiga lebih sore.
"Aku ke toilet dulu..." Ba Wang memberi tahu Zheng Zhuo sekenanya, lalu berjalan menuju arah toilet.
Tangan Zheng Zhuo bergetar halus. Mulutnya seakan hendak berbicara, tapi akhirnya hanya mengangguk diam-diam ke arah Ba Wang sebelum kembali fokus mengatur napasnya.
(......Memaksa menghentikan mereka sama sekali tidak berguna, percayalah pada anggota tim......Percaya bahwa saat menghadapi kelemahan diri sendiri, mereka masih bisa tidak menyerahkan harapan, tidak meninggalkan keteguhan hati......Kita semua sudah beberapa kali nyaris mati, meskipun setiap orang masih memiliki kelemahan spiritual, tapi tak bisa dipungkiri bahwa jiwa kita perlahan semakin kuat......Teman-teman, bertahanlah!)
Ba Wang sama sekali tidak tahu konflik batin Zheng Zhuo. Ia hanya bersenandung pelan sambil berjalan ke arah toilet. Saat mendorong pintu toilet yang setengah rusak itu dan hendak membuka celana, tiba-tiba suara lain dari samping menyenandungkan melodi yang sama persis dengan lagunya, menyatu sempurna dengan suaranya.
Ba Wang membeku sejenak. Tanpa pikir panjang, seluruh ototnya mengeras. Bulu hitam pekat mulai tumbuh di sekujur tubuhnya. Meski belum sepenuhnya berubah menjadi manusia serigala, posturnya kini sudah jauh lebih besar dari orang biasa. Dengan gerakan refleks, kepalan tangan raksasanya menghantam ke arah sumber suara.
Tapi tepat saat tinjunya melesat setengah jalan, sebotol vodka murahan muncul dari balik dinding. Botol setengah isi itu dengan ajaib menahan pukulan mematikan seribu jun-nya. Cakar setengah manusia yang membesar itu terpaksa berhenti di udara, hanya terpaut 10 centimeter dari botol vodka lusuh itu.
"Lama tak jumpa... Janji kita untuk minum vodka ini bersama kalau bisa bertemu lagi," suara serak terdengar dari bilik sebelah. Sebuah tangan menjulur membawa botol itu, "Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini?" Hanya tangan dan suara itu yang muncul, pemiliknya tetap tak mau menampakkan diri dari balik dinding bilik toilet.
"Kepalan tangan yang diayunkan Ba Wang berguncang hebat, seolah-olah sedang ragu-ragu apakah akan menuntaskan pukulan ini. Namun seiring botol vodka yang semakin mendekati kepalannya, akhirnya Ba Wang perlahan membuka telapak tangannya, mengambil botol vodka itu dengan lembut."
Medan perang, kobaran api pertempuran, rekan seperjuangan... Dunia Ba Wang rumit namun sangat murni. Inilah kehidupan pria yang lahir dari perang, pria yang tak bisa lepas dari pertempuran meski telah dibuang negaranya. Perjalanan getir ini sulit diungkapkan dengan kata-kata, dan dalam pengembaraan panjang ini, yang menemani selain senjata di sisinya hanyalah sahabat-sahabat yang berjuang bahu membahu...
"Selamat tinggal, selamat tinggal wahai teman... Bila aku mati nanti, kuburkanlah aku di bukit yang tinggi..."
Lagu yang baru saja didengungkan Ba Wang kembali terdengar, kali ini berasal dari bilik kecil tempat lengan itu muncul. Meski dinyanyikan dengan suara kasar, lagu ini justru memancarkan aura kejantanan yang unik - penuh kebebasan jiwa namun diselimuti kesedihan samar...
Ba Wang merasakan kesedihan di hatinya. Diam-diam ia memutar botol vodka setengah kosong itu, menengadahkan kepala dan menghabiskannya sekaligus. Kemudian dia meneriakkan pekikan keras, meninju dinding bilik kecil dengan kekuatan penuh. Pukulan itu begitu dahsyat hingga langsung membuat lubang berbentuk kepalan di dinding. Sebelum sempat melanjutkan serangan, dari lubang itu terlihat seorang pria bertopi hitam mengenakan baju kotak-kotak hitam-putih. Wajahnya sudah hangus terbakar, di tangannya tergantung sarung tangan berbentuk gunting...
Di aula, semua orang mendengar suara dinding yang pecah akibat pukulan. Zhao Yingkong bereaksi paling cepat. Dia berdiri dan melesat ke sumber suara dengan hentakan kaki. Cheng Xiao menyusul di belakangnya, diikuti Qi Tengyi dan Liu Yu. Zheng Zhuo sebenarnya sudah melompat saat suara pertama terdengar, tapi tampak ragu sejenak. Ketika sadar kembali, hanya dia dan Chu Xuan yang tersisa di aula. Yang lain sudah berlari ke arah toilet. Chu Xuan tampak lambat bereaksi, baru sekarang meletakkan bukunya.
Zheng Zhuo menatapnya dalam-dalam sebelum akhirnya menyusul ke arah toilet. Yang lain sudah lebih dulu masuk ke lorong. Kecepatan Zhao Yingkong luar biasa - bahkan sebelum Cheng Xiao dan yang lain mencapai lorong, dia sudah menghilang dari pandangan di tikungan koridor.
Dan Zheng Zhuo mengikuti Cheng Xiao dan yang lain dengan ketat. Mereka bersama-sama berlari ke pintu kamar mandi. Cheng Xiao mendorong pintu dengan kuat, dan pintu yang sudah rusak itu akhirnya benar-benar ambruk. Segala isi kamar mandi langsung terpampang di depan semua orang. Di dalamnya... tidak ada apa-apa.
Pemandangan yang dilihat Zheng Zhuo saat berlari ke sini persis seperti ini. Dia tidak melihat apapun di kamar mandi, sementara Cheng Xiao dan beberapa orang lain menunjukkan tatapan penasaran. Mereka saling memandang, dan setelah cukup lama Cheng Xiao baru bertanya, "Tadi suara itu memang berasal dari sini, kan? Kedengarannya seperti dinding yang dihancurkan, atau suara batu pecah. Tapi kamar mandi ini sama sekali tidak rusak... Kecuali pintu yang memang sudah rusak ini, seluruh kamar mandi masih utuh."
"Benar... Ba Wang sudah tidak ada dalam mimpiku lagi." Zheng Zhuo menghela napas sambil bergumam.
Tiga bocah lelaki itu memandangnya dengan bingung. Cheng Xiao melanjutkan pertanyaannya, "Siapa Ba Wang? Dan apa maksudmu 'keluar dari mimpimu'?"
Zheng Zhuo tidak menjawab pertanyaan Cheng Xiao. Dia malah mengamati ketiga mereka dengan saksama, lalu matanya jelalatan ke sekeliling seolah mencari sesuatu. Tapi setelah cukup lama tidak menemukan apapun, dia akhirnya menghela napas lagi, "Zhao Yingkong juga... sudah meninggalkan mimpiku."
