"Kebetulan Zhao Yingkong yang mendengar suara itu langsung berlari ke dalam lorong. Karena Zheng Zhuo ragu-ragu saat berlari, kecepatannya justru yang tercepat di antara semua orang. Saat mencapai tikungan lorong, dia sudah keluar dari pandangan orang-orang. Tepat ketika hendak melanjutkan lari, tiba-tiba hatinya berdesir. Refleks dia menghunus Pedang Kemenangan dan Sumpah, menangkis pedang berat tak kasat mata itu di depan kerongkongannya. Begitu gerakan ini selesai, terdengar dentuman logam keras. Pedang tak kasat mata itu seakan menabrak sesuatu, memercikkan bunga api ke segala penjuru. Zhao Yingkong terpental beberapa langkah oleh tenaga dahsyat itu."
"Hehe, berhasil ditangkis? Terakhir kali mati oleh kawat logam ini, sekarang ternyata lebih berhati-hati dengan leher... Adik sepupu, seorang pembunuh bayaran tak boleh merasa takut. Begitu horor menguasai hati, kau tak layak lagi disebut pembunuh bayaran."
Suara itu bergema saat seorang pria berambut panjang melayang keluar dari kegelapan lorong. Pria berambut panjang itu menjentikkan kawat logam dengan ringan, lalu memandang Zhao Yingkong dengan senyum samar. Sosok itu tak lain adalah orang yang selama ini dikejar-kejar Zhao Yingkong - Zhao Zui Kong dari Tim Reinkarnasi Iblis.
Zhao Yingkong tidak seperti sebelumnya yang langsung menyerang Zhao Zui Kong begitu melihatnya. Pertama, kemampuan mereka terlalu berbeda sehingga mustahil untuk bertarung. Kedua, sifat waspada alaminya membuatnya segera menyadari keanehan di tempat ini. Setelah berhenti beberapa detik tanpa ada anggota tim lain yang menyusul, jelas ini tidak normal - mungkin dia sudah terjebak dalam serangan iblis Freddy dan terpisah dari yang lain di dimensi ruang berbeda. Alasan ketiga... keraguan mulai menggerogoti kebenciannya pada Zhao Zui Kong...
Zhao Zui Kong tersenyum sinis melihat Zhao Yingkong yang diam membeku. Dengan santai ia melangkah mendekat sampai berhadapan muka: "Benar-benar tidak mau bertarung? Apa kau pikir aku cuma bayangan ilusi ciptaan Freddy? Adik sepupu..."
Sorot mata dingin Zhao Yingkong mengawasi setiap langkahnya. Namun begitu kalimat terakhir terucap, tubuhnya langsung melompat mundur secara refleks. Aura pembunuhan mengerikan yang tiba-tiba memancar dari Zhao Zui Kong memaksanya bergerak berdasarkan insting. Tangan itu hampir menyentuh bahunya ketika dia berhasil menghindar.
"Benar, aku bukan sekadar bayangan ilusi belaka, Adik sepupu... Aku adalah perwujudan paling nyata dari hatimu, tidak, lebih tepatnya perwujudan ketakutan terdalammu. Apakah adikku menyukai 'kenyataan' seperti ini?" Zhao Zui Kong tersenyum tipis, langkahnya terus mendekati Zhao Yingkong.
Perwujudan ketakutan terdalam? Zhao Yingkong terkejut, baru menyadari celah besar dalam pertahanan mentalnya. Tanpa disadari, perasaannya terhadap Zhao Zui Kong telah berkembang melampaui kebencian - muncul harapan samar yang tak terungkap. Harapan bahwa Zhao Zui Kong memiliki alasan tertentu saat membunuh mantan rekannya. Harapan ini bertabrakan dengan kebencian lamanya, menciptakan kontradiksi yang semakin dalam. Di satu sisi berharap ada alasan tersembunyi, di sisi lain takut kenyataan bahwa dia benar-benar pembunuh tak berperasaan. Inilah yang membuatnya tetap tenang saat berhadapan dengannya.
Getaran dalam hati seorang pembunuh bayaran memang merupakan luka yang mematikan. Namun dibandingkan emosi seperti kemarahan, ketakutan, atau kekagetan, kontradiksi batinlah yang paling berbahaya. Ketika muncul keraguan antara "ya" dan "tidak", pedang di tangan pembunuh akan kehilangan ketajamannya. Sebab senjata pun menjadi terombang-ambing dalam dilema menusuk atau tidak, persis seperti pemegangnya.
Zhao Yingkong menarik napas dalam. Dia mencoba menenangkan diri sambil berkata: "Ya, aku seharusnya tidak ragu... Apapun alasanmu. Tapi kenyataannya kau telah membunuh mereka semua. Jadi apapun prosesnya, hasil akhirnya haruslah aku yang membalaskan dendam padamu... Begitu kan? Zhao Zui Kong, hasil seperti inikah yang kau harapkan?" Saat mengucapkan ini, sudut mata Zhao Yingkong mulai berkaca-kaca, menunjukkan betapa emosionalnya dia saat ini.
Zhao Zui Kong justru tertawa: "Pada dasarnya benar, hanya saja hasilnya sedikit dimodifikasi. Bukan kau yang membalasku, tapi kau yang akan kupermainkan... Aku yang selalu mencintaimu dalam-dalam ini, benar-benar ingin memotong-motong tubuhmu sampai remuk. Tahukah kau bagaimana aku membunuh teman-teman bodoh itu? Aku mengiris-iris mereka sedikit demi sedikit dengan pedangku..."
Sambil berbicara, Zhao Zui Kong tiba-tiba mengeluarkan sebuah kepala manusia dari belakangnya. Dengan gerakan seperti pemahat patung, dia mulai menggores dan mengukir kepala itu menggunakan pisau belati. Daging dan darah terus berjatuhan ke tanah. Yang paling mengerikan, kepala itu mengeluarkan jeritan menggetarkan tulang belakang... Seolah masih memiliki nyawa.
Zhao Yingkong menggigit giginya erat menggenggam Pedang Kemenangan dan Sumpah, matanya yang dingin menatap Zhao Zui Kong di hadapannya. Sungguh ingin ia memotong-motong tubuhnya menjadi ribuan potongan, karena kepala manusia itu adalah bekas sahabatnya—seorang gadis yang cukup dekat dengannya. Meski sadar semua ini mungkin hanyalah halusinasi, amarah dalam hatinya tetap tak terbendung.
Namun Zhao Yingkong sejak kecil telah menjalani latihan pembunuh bayaran. Kalaupun bukan menghadapi Zhao Zui Kong, keteguhan hatinya bisa diibaratkan sekeras baja. Meski kemarahan menggelegak dalam dada, ia tak gegabah menyerang. Hanya berdiri di tempat sambil terus menggenggam pedangnya, menyaksikan kelanjutan drama halusinasi ini dengan tatapan dingin.
Zhao Zui Kong tetap asyik dengan kesenangannya sendiri, tak peduli pikiran atau tindakan Zhao Yingkong. Dengan gembira ia terus menyiksa kepala manusia itu. Tak lama kemudian, seluruh daging kepala telah terkelupas sempurna, menyisakan tengkorak putih di telapak tangannya. Anehnya tengkorak ini masih bisa bersuara, mengerang kesakitan di atas genggaman tangan pria itu.
"Adik sepupu, apakah rasanya sangat menyenangkan, melihat orang yang kita kenal dibunuh di tangan kita sendiri, terpotong-potong, dibunuh dengan kejam, atau bahkan lebih kejam lagi, memaksa kesadaran mereka hancur sepenuhnya sebelum mati, membuat mereka benar-benar menjadi orang gila dan idiot... Apakah perasaan ini... benar-benar luar biasa? Ha ha ha..." Zhao Zui Kong saat ini sama sekali tidak melihat tengkorak itu, melemparkannya dengan kasar ke tanah, lalu mengeluarkan kepala manusia lain dari punggungnya dan mengukirnya dengan teknik yang sama.
Tengkorak itu menggelinding di tanah menuju Zhao Yingkong. Meskipun tahu ini hanyalah halusinasi, realitas ilusi yang begitu nyata membuatnya tak bisa membedakan antara kenyataan dan khayalan. Saat tengkorak itu berguling mendekatinya, dia hendak menghindar tiba-tiba tengkorak itu mandek tepat di hadapannya. Dari mulut tengkorak itu terdengar suara seorang gadis.
"Sakit sekali, Kakak perempuan Yingkong. Seluruh tubuhku sakit. Mataku tak bisa melihat, telingaku tak bisa mendengar. Kakak, bunuhlah aku. Aku sangat menderita... Bunuhlah aku, Kakak Yingkong..."
Suara gadis ini terdengar seperti tangisan dan ratapan, seolah-olah seorang gadis kecil yang sangat memilukan sedang menangis memberitahu kakak perempuannya. Namun pemandangan di depan ini terlalu mengerikan dan menjijikkan - sebuah tengkorak tulang putih mengeluarkan suara seperti itu, sementara pria di kejauhan sedang mengukir kepala manusia yang mengerang. Sungguh pemandangan yang cukup untuk menakuti orang biasa sampai mati.
Air mata di mata Zhao Yingkong akhirnya tak tertahan lagi. Jika hanya menghadapi Zhao Zui Kong mungkin masih bisa ditahan, tapi harus berhadapan dengan sahabat-sahabat yang sudah mati, mendengar suara teman baik dalam ingatannya, pertahanan hatinya yang sudah mulai retak akhirnya benar-benar hancur. Dalam sekejap, sambil menangis ia mengayunkan Pedang Kemenangan dan Sumpah dengan sekuat tenaga. Pedang itu menghunjam, membelah tengkorak tulang putih menjadi serpihan. Kemudian dengan hentakan kaki, seluruh tubuhnya melesat gila-gilaan menyerbu Zhao Zui Kong, masuk ke dalam lorong, dan siluetnya pun menghilang dari pandangan...
Saat pertahanan mental Zhao Yingkong hancur, Zheng Zhuo hanya bisa membawa semua orang kembali ke aula dengan perasaan tak berdaya. Seperti yang terjadi sebelumnya, setelah Ba Wang dan Zhao Yingkong menghilang tanpa bekas, anggota lain yang kembali ke aula juga benar-benar melupakan mereka. Yang lebih mengerikan, nama mereka telah menghilang dari daftar nama anggota tim. Kedua orang ini seolah-olah lenyap ditelan bumi. Jika bukan karena Zheng Zhuo masih mengingat mereka, mereka benar-benar tidak pernah ada.
(Tersisa lima orang: aku, Chu Xuan, Cheng Xiao, Qi Tengyi, Liu Yu. Jika kesimpulanku benar, kita hampir sampai di akhir cerita. Hanya saja aku masih belum memahami sepenuhnya kata-kata terakhir Xiao Honglü. Bagaimana caranya menghilangkan mimpi buruk ini? Selain membangunkan orangnya, adakah cara lain untuk mengakhiri mimpi buruk ini?)
Zheng Zhuo duduk di aula sambil merenungkan semua ini. Pikiran tentang kemungkinan penderitaan yang dialami anggota tim, serta apakah mereka bisa bertahan dalam pertarungan mental itu, semuanya masih tanda tanya. Yang bisa dilakukannya sekarang hanyalah menunggu dengan sabar... menunggu hingga tekad kuatnya benar-benar hancur.
（……Jika dunia mimpi ini benar-benar dibangun berdasarkan kesadaranku, maka menghancurkan tekad kuatku - tekad untuk membuat semua sahabat bertahan hidup bersama - jika tekad itu runtuh, saat itulah Freddy akan menarikku ke dalam mimpi jurang. Segala hasil akhir ditentukan dalam sekejap itu... Tapi masih ada langkah terakhir yang belum kupahami. Meski akar mimpi buruk telah ditemukan, tekad kuatku telah diketahui, dan "kunci" itu juga telah jelas, bagaimana cara menghentikan mimpi buruk ini? Bagaimana cara melakukan langkah terakhir yang Xiao Honglü sebutkan?）
Memikirkan ini, Zheng Zhuo diam-diam memandangi semua orang di sekelilingnya. Ia menghela napas, lalu kembali memilin rambut di dahinya dengan gerakan refleks.
（Waktu hampir habis. Sebelum mereka masuk ke dalam mimpi jurang... Aku harus tahu apa yang harus dilakukan! Selain membangunkan orang, adakah cara lain untuk membuat mimpi buruk ini menghilang?）
