Semua orang menumpang helikopter besar menuju bandara. Di sana terparkir beberapa pesawat mewah, salah satunya adalah Air Force One milik Presiden AS. Sekitar dua menit setelah meninggalkan Gedung Putih, seluruh anggota tim telah masuk ke dalam Air Force One. Hingga tersisa sekitar 30 detik sebelum serangan meriam, pesawat tersebut telah lepas landas. Dengan perhitungan waktu seperti ini, meski hanya unggul 30 detik dari alur cerita, selisih waktu tersebut membuat pesawat telah jauh keluar dari jangkauan gelombang kejut serangan meriam utama. Mereka kini sepenuhnya aman.
"...Sekarang, mari kita saksikan rekaman serangan meriam utama itu." Chu Xuan yang selama ini diam tiba-tiba berbicara. Ia mengeluarkan bola kecil dari kantong dimensinya. Setelah menekan beberapa tombol, cahaya terpancar dari lubang di bola tersebut, membentuk gambar hologram di dinding pesawat.
"Dang... Kapan kau membuat ini? Ah, pertanyaan tentang cara pembuatannya kutahan dulu - aku sudah terbiasa. Tapi bisakah kau jelaskan mengapa gambarnya menunjukkan situasi di atas Gedung Putih?" Zheng Zhuo menggaruk kepalanya, bertanya dengan nada sudah tak terlalu heran.
"Fungsi teleportasi dan levitasi dari Petarung Perkasa Kuning, kemudian di atasnya..." Gumam Chu Xuan sambil menatap hologram.
"Tak perlu jelaskan! Aku sudah paham. Mari nonton saja, Dang..."
Pola dialog seperti ini sudah sangat familiar bagi anggota lama Tim Zhongzhou. Tentu saja, para wajah baru masih merasa takjub. Namun saat ini fokus semua orang tertuju pada gambar yang muncul di udara. Bagaimanapun juga, pemandangan moncong meriam benteng yang terus terbuka di layar itu benar-benar spektakuler. Bagian bawah benteng raksasa itu perlahan membuka, memancarkan cahaya biru tua dari dalamnya. Kilauannya terlihat begitu indah dan misterius. Tapi persis seperti hal indah yang seringkali mematikan, cahaya biru tua di bumi ini tidak sekadar mematikan - itu adalah warna Penghancur...
Di bawah tatapan semua orang. Bukaan biru tua itu semakin melebar, kemudian bagian dalam benteng mulai berputar-putar dengan dua berkas cahaya hitam dan putih yang terus bereinkarnasi. Dua berkas cahaya itu bertabrakan di moncong meriam, lalu memancarkan ribuan warna tak terkatakan. Seketika, berkas cahaya penuh warna itu melesat deras dari moncong meriam menghantam tanah...
"Meriam Magis!"
Mereka yang pernah menyaksikan proses peluncuran Meriam Magis - Wang Xia dan kawan-kawan - serentak bangkit berdiri. Dengan wajah penuh teror, mereka menjerit histeris. Sekejap kemudian, Zhang Heng yang sudah sadar berteriak: "Itu Meriam Magis! Ini sama sekali berbeda dengan alur cerita... Zheng Zhuo, tempat ini masih sangat berbahaya! Sangat berbahaya!"
Kekuatan penghancur Meriam Magis pernah disaksikan langsung oleh Zhang Heng dan yang lain. Senjata tingkat benua ini benar-benar mampu menghancurkan langit dan bumi. Melihat berkas cahaya Meriam Magis dari benteng ini, dua warna hitam-putih itu menunjukkan kekuatan yuan zhen dan kekuatan magis tidak serumit saat mereka menembakkannya di The Mummy. Bagaimanapun, Chu Xuan menggunakan karakteristik konversi energi Cincin Sihir. Namun ketebalan berkas cahaya ini sama sekali tidak bisa dibandingkan. Ketebalan berkas Meriam Magis di The Mummy paling-paling hanya satu persen dari berkas yang ditembakkan meriam utama ini. Jika perbedaan kekuatan penghancurnya mencapai seratus kali lipat... Untuk apa armada benteng udara sebanyak itu? Satu tembakan saja bisa membuat sebuah benua lenyap. Meski terbang secepat dan setinggi apapun, mereka sama sekali tidak bisa lolos. Benar-benar mati!
"Sial... Kalian sedang berbohong, kan? Meriam Magis... Yang satu tembakan bisa menenggelamkan Tokyo?" Zheng Zhuo juga berdiri tiba-tiba, teriakannya dipenuhi teror yang tak terkira.
Zhang Heng ragu-ragu sejenak. Ling Dian segera menyambung: "Berkas cahayanya memang terlihat kurang padat, tapi pola dan mode penembakan... Ini benar-benar Meriam Magis..."
Dalam suara itu, gelombang kejut ledakan dari cahaya itu telah menyebar dari kedalaman bumi. Dengan dentuman dahsyat, awan jamur raksasa setinggi ratusan meter membubung dari tempat masuknya sinar. Gelombang kejut menyembur gila-gilaan ke segala arah. Beberapa gedung pencakar langit yang berada di garis depan bahkan belum sempat disentuh gelombang, langsung berubah menjadi abu kehampaan dalam sekejap. Kecepatan gelombang kejut yang luar biasa itu mampu melintasi sepersepuluh jarak kota Washington dalam hitungan detik. Jika terus melaju dengan kecepatan ini, paling lama 20 detik lebih pesawat ini akan tertangkap dan tersobek menjadi serpihan.
Semua orang masih belum sadar kembali. Beberapa yang sudah sadar wajahnya pucat ketakutan. Kecepatan gelombang kejut itu jauh melampaui kecepatan suara. Hanya dalam beberapa detik, sebagian besar Washington telah hancur lebur menjadi abu. Baru saat itulah Zheng Zhuo tersadar. Tanpa basa-basi ia meneriakkan: "Kencangkan sabuk pengaman! Semua pegang erat-erat!"
Lalu, Zheng Zhuo menghentakkan kakinya dan menyambar ke ekor pesawat. Saat berlari, dia terus-menerus membuka kunci genetik. Hingga mencapai ekor pesawat, dia baru saja berpindah dari kunci genetik level dua ke Tingkat Tiga. Saat ini mustahil baginya untuk memasuki level empat kunci genetik secara perlahan. Dalam kondisi Tingkat Tiga, dia telah mengangkat kaki dan menendang dinding ekor pesawat. Suara besi yang terkoyak bergema, Zheng Zhuo seketika menerobos keluar melalui retakan tersebut.
Di luar pesawat, tepat di udara, Zheng Zhuo langsung terjun bebas ke bawah begitu melompat. Dalam sekejap, dia telah jatuh puluhan meter. Baru pada saat inilah dia beralih dari Tingkat Tiga ke kondisi level empat. Seluruh tubuhnya mendadak kaku total di udara, lalu bentuk badannya mulai membesar. Dari punggungnya tiba-tiba tumbuh dua sayap naga berdaging. Terlihat dia mengibaskan sayapnya sekali dengan keras di udara, sementara kakinya menggunakan "Langkah Bulan" dan "Soru". Di tengah udara ini, seluruh tubuhnya melesat dengan kecepatan tak terlihat oleh mata telanjang menuju Dimensi Nomor Satu.
"Ledakan!"
Saat Zheng Zhuo mendekati ekor Air Force One, awalnya dia berniat menggunakan kondisi "Penghancur". Namun kekuatan itu benar-benar terlalu mengerikan. Jangan pesawat biasa, bahkan lapisan baja raksasa kapal induk pun bisa ditembus dengan mudah! Jika maksudnya hanya mendorong pesawat maju, "ledakan" sudah merupakan kekuatan maksimal yang bisa dia gunakan!
Zheng Zhuo berlari ke ekor pesawat dan menendang keras dengan kakinya. Tendangan ini terlihat ganas, dengan kekuatan yang benar-benar dahsyat, namun menggunakan teknik cerdik. Di bawah kendali teknik "Ruwei"-nya, kekuatan tendangan tersebut terdistribusi merata ke seluruh badan pesawat. Tendangan yang seratus kali lebih kuat dari tenaga yang digunakan untuk menghancurkan dinding sebelumnya, hanya membuat permukaan baja pesawat sedikit penyok. Namun dengan kekuatan ini, pesawat tiba-tiba melesat maju dengan kecepatan tinggi. Demikianlah Zheng Zhuo terus menerus menendang-nendang bagian belakang pesawat dengan gila, membuat kecepatan pesawat semakin meningkat. Hingga mencapai kecepatan setara dengan kondisi "ledakan"-nya, badan pesawat mulai mengeluarkan suara desis. Material pesawat sudah hampir tak mampu menahan kecepatan ekstrim ini. Penumpang di dalamnya tertekan ke kursi hingga tak bisa bergerak. Perlahan, darah mulai merembes dari hidung dan telinga penumpang biasa - daya tahan mereka hampir mencapai batas maksimal.
Zheng Zhuo jelas merasakan guncangan dahsyat pada pesawat. Tingkat pemahaman Ruwei tidak hanya mengontrol kekuatan diri, tetapi juga mampu merasakan perubahan mikro di lingkungan sekitar. Beberapa komponen eksterior dan interior pesawat ini sudah berada di ambang kehancuran. Jika terus dipaksakan, tanpa perlu dihancurkan oleh gelombang kejut, pesawat ini pasti sudah hancur di tangannya sendiri.
（......Aku sudah berusaha maksimal, sisanya hanya bisa diserahkan pada nasib untuk ditentukan......）
Zheng Zhuo menghela napas dan menghentikan tendangannya. Ia tidak terbang masuk ke dalam pesawat, melainkan mengibaskan sayapnya lalu terbang ke lantai paling atas pesawat. Kemudian berbalik memandang gelombang kejut tak berujung di belakangnya.
Perubahan alur cerita asli: Benteng alien dalam film "The Day After Tomorrow" memiliki meriam utama dengan kekuatan penghancur sepuluh kali lipat lebih besar dari versi original. Daya hancurnya bahkan melampaui bom atom, setara dengan bom hidrogen. Meskipun telah dikonfirmasi bahwa kekuatannya masih jauh di bawah Meriam Magis milik Zheng Zhuo, ini tetap merupakan kekuatan mengerikan yang sangat menakutkan. Gelombang kejut yang mengejar saja telah menyapu seluruh Washington. Dari kejauhan terlihat seperti monster mengerikan yang biasanya muncul di akhir zaman, dengan gigi-gigi mengerikannya yang telah sepenuhnya terburai...
Kecepatan serbuan gelombang kejut perlahan melambat. Melalui gelombang kejut, terlihat awan jamur dan debu yang membumbung tinggi di belakangnya. Dari kejauhan, seluruh Washington telah dihapus sepenuhnya dari muka Bumi oleh tembakan meriam ini. Di bawah lokasi tembakan, terbentuk lubang sedalam beberapa ribu meter. Wilayah Washington dan daerah sekitarnya yang luasnya beberapa kali lipat dari kota tersebut telah rata sama sekali akibat terjangan gelombang kejut. Namun gelombang kejut yang telah menempuh jarak sejauh ini akhirnya kehabisan tenaga. Saat pesawat yang sempat melesat cepat akibat gaya inersia mulai kembali ke kecepatan normal, gelombang kejut tinggal menyisakan angin kencang yang membawa butiran pasir kecil, membuat seluruh tubuh Zheng Zhuo gatal-gatal sementara cangkang pesawat terus berderik halus...
"Kita sudah aman... Hampir saja mati di sini." Zheng Zhuo masuk ke kabin pesawat. Saat itu kondisi di dalam kabin sangat kacau dan sibuk, para personel berlarian ke mana-mana. Dorongan kecepatan tinggi sebelumnya telah menyebabkan banyak pejabat sipil lanjut usia mengalami syok dan tak sadarkan diri. Untungnya tidak ada korban jiwa. Mengingat Air Force One adalah pesawat kepresidenan AS, fasilitas dan personel di dalamnya telah dipersiapkan dengan baik sehingga kondisi syok dan pingsan segera ditangani. Baru pada saat itulah Presiden teringat pada sang penyelamat yang menggunakan cara begitu luar biasa untuk menyelamatkan mereka.
Saat orang Amerika sibuk, Zheng Zhuo sudah berbisik dengan anggota Tim Zhongzhou, membahas hubungan antara Meriam Magis dan meriam utama benteng alien. Sebelumnya, semua orang masih meremehkan dunia film horor ini. Setelah melewati begitu banyak bahaya dan dunia mengerikan, film seperti "The Day After Tomorrow" seharusnya tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Namun satu tembakan ini telah menghancurkan sama sekali rasa santai yang tersisa.
"...Bagaimanapun, target kita berikutnya tetap sama - mengikuti pemerintah Amerika ke Area 52, menggunakan piring terbang mereka untuk menyusup ke markas besar alien. Untuk pertempuran selanjutnya, belum perlu dipikirkan terlalu jauh... Chu Xuan, aku butuh pendapatmu." Zheng Zhuo berbicara ke anggota tim lainnya, lalu menatap serius Chu Xuan.
Chu Xuan sedang berulang kali menonton rekaman tembakan meriam itu. Mendengar pertanyaan itu, dia mengangkat kepala: "Banyak petunjuk masih belum lengkap. Sekarang aku punya dua keraguan terbesar. Pertama, seberapa besar perubahan alur cerita film horor ini? Hanya sebatas peningkatan kekuatan meriam utama? Atau ada perubahan lain? Ini pertanyaan pertama yang berhubungan dengan berbagai reaksi kita, seperti apakah kita tetap harus pergi ke Area 52 sesuai rencana... Kedua,..."
"Jika kita berada di pihak positif, yaitu di sisi manusia, lalu pihak negatif, Tim Xihai yang berada di pihak alien, dari mana datangnya bahaya mereka dalam film horor ini? Jika mereka adalah pihak yang memahami alur film asli, memiliki teknologi alien dan kekuatan absolut, mereka akan menjadi eksistensi tak terkalahkan dalam film ini. Tanpa bahaya, tanpa tanggung jawab. Yang perlu mereka lakukan hanyalah menunggu kita datang, lalu membunuh kita untuk menukar poin reward dan alur cabang..."
Chu Xuan mengangkat kacamatanya sambil berkata: "Mungkin titik bahaya mereka terletak pada... Jika benar demikian, mungkin tujuan 'Dewa Utama' adalah... Tapi jika benar seperti itu, maka inferensi kita tentang Perang Pamungkas akan menimbulkan kontradiksi besar, dan tujuan sebenarnya 'Dewa Utama' kemungkinan adalah..."
Saat Chu Xuan berbicara, Zheng Zhuo telah mengaktifkan kunci genetik tingkat tiga. Ia terus berpikir sambil mendengarkan penjelasan Chu Xuan, namun bagaimanapun caranya tidak bisa mengikuti lompatan kesadaran Chu Xuan. Bahkan penjelasan selanjutnya sama sekali tidak bisa dipahaminya...
Zheng Zhuo akhirnya tidak tahan bertanya: "Hei, jelaskan dengan jelas! Sebenarnya kamu menemukan apa? Mengapa satu detail dalam film horor ini bisa membuatmu menyimpulkan tujuan 'Dewa Utama'? Apa hubungannya dengan Perang Pamungkas? Tolonglah, kalau harus mati aku ingin mati sebagai hantu yang mengerti!"
Kali ini Chu Xuan tidak sengaja menyulitkannya. Pria itu menyimpan pemutar gambar, lalu berkata dengan datar: "'Sang Tuan' tidak mungkin mengirim satu tim ke dunia film horor untuk bersenang-senang, seperti mudah mendapatkan poin reward dan alur cabang. Hal seperti ini jangan harap bisa terjadi. Tapi melihat situasi saat ini, Tim Laut Barat kemungkinan besar akan menjadi keberadaan seperti ini. Mereka sama sekali tidak dalam bahaya di markas besar alien. Jika dalam alur asli dua orang naik piring terbang lalu mencoba mendatangi markas alien, mereka yang memahami alur sepenuhnya punya ribuan cara untuk menghancurkan piring terbang itu. Jadi mereka berdiri di puncak kemenangan. Dalam kontras seperti ini, di mana letak bahaya mereka dalam film horor ini? Jika 'Sang Tuan' tidak mengalami BUG, maka satu-satunya kemungkinan adalah batasan syarat bertahan tiga hari. Syarat kembali ke dimensi ruang 'Sang Tuan' mereka juga harus bertahan tiga hari. Meski berada di markas alien, mereka sama sekali tidak bisa mempengaruhi atau mengendalikan alien. Jadi sesuai perkembangan plot, mereka hanya bisa pasrah melihat senjata nuklir meledakkan markas alien, dan waktu pastinya masih dalam tiga hari. Inilah sumber bahaya mereka."
“Zheng Zhuo dan orang di sekitar terkejut mendengarnya. Zheng Zhuo mencabut sehelai rambut di dahinya, setelah berpikir cukup lama akhirnya berkata: ‘Maksudmu, mereka hanya bisa melewati sebagian besar waktu dengan aman, lalu menyaksikan senjata nuklir memasuki markas besar alien, lalu mati tak berdaya dalam batasan tiga hari. Atau mencoba mengubah pengaruh alien dengan merebut piring terbang dan meninggalkan markas besar alien. Namun sejak saat itu, mereka akan dianggap musuh oleh alien dan diserang?’”
“Benar.” Chu Xuan menjentikkan jarinya: “Tidak mungkin ada tim yang sepenuhnya tak terkalahkan, juga tidak ada 'momentum' yang mutlak... Tapi menurut inferensi ini, maksud 'Sang Tuan' mungkin adalah menyatukan kedua tim kita. Mereka memiliki 'momentum' berupa ingatan tentang medan markas alien dan posisi penting, plus piring terbang yang direbut. Sementara kita memiliki kekuatan tempur superior, lebih kuat dari Tim Xihai. Sang Tuan mungkin ingin kita bersatu mengalahkan alien. Inilah maksud sebenarnya dari dunia film horor ini.”
Wajah Zheng Zhuo berangsur-angsur menjadi pucat pasi: “Maksudmu, Tim Zhongzhou harus berjuang bersama para peternak ini?”
“Tidak.” Chu Xuan kembali menggelengkan kepala: "Ini tidak sesuai dengan tujuan awal kita. Meskipun dilakukan dengan cara ini akan lebih mudah mengatasi alien dan menyelesaikan dunia film horor ini, demi pengendali kekuatan spiritual mereka, kita sama sekali tidak boleh melakukan percobaan seperti ini. Maksudku adalah, jika inferensi ini benar, maka maksud 'Dewa Utama' menyatukan dua tim kita menjadi sangat menarik... Apakah 'Dewa Utama' mendukung Aliansi Malaikat? Apakah bermaksud membuat sebagian besar tim bereinkarnasi bersekutu untuk menghentikan replikamu? Atau mungkin... replikamu sudah berkembang hingga bisa mengancam 'Dewa Utama'?"
Inferensi seperti ini hanya bisa dihentikan di sini. Bagaimanapun Chu Xuan adalah manusia biasa, bukan dewa. Dengan informasi yang tersedia saat ini, ini sudah merupakan kesimpulan akhir. Kecuali ada informasi lebih konkret yang didapat, kebenaran inferensi ini masih perlu dipertanyakan.
(Tapi menurutku inferensi ini kemungkinan besar benar. Lagipula komandan Tim Laut Barat juga mengatakan langsung, replikaku mungkin telah menciptakan teknik khusus yang bisa melewati "Dewa Utama" untuk mengendalikan anggota tim reinkarnasi lain. Dengan demikian, replikaku sudah setara memiliki sebagian besar hak akses "Dewa Utama"...)
Zheng Zhuo menghela napas diam-diam. Dengan mata tertutup ia mengingat-ingat saat bertempur dengan replika di dimensi ruang "Dewa Utama". Jika replika saat itu bertarung melawannya sekarang, posisinya tetap berada dalam keadaan sangat lemah...
（Dia seperti ini... Replikaku telah berkembang hingga mencapai tingkat yang mengerikan seperti ini, apakah aku benar-benar bisa mengejarnya? Tidak, hanya mengejar saja sudah... Apakah aku benar-benar bisa melampauinya? Dia yang telah mengalami semua itu, hatinya telah berubah menjadi iblis... Bisakah aku melampauinya?）
Terlepas dari apa yang Zheng Zhuo pikirkan, pesawat terus melaju ke depan. Di Air Force One, Presiden AS bersama pejabat pemerintah Amerika telah merencanakan serangan balasan ke benteng alien. Angkatan Udara Amerika telah berkonsentrasi pasukan. Namun, tanpa mengetahui alur cerita, mereka sama sekali tidak menyadari bahwa serangan balasan ini akan sia-sia, dan militer manusia akan mengalami kekalahan telak dan binasa total...
Pesawat tetap melaju ke depan. Seiring berjalannya waktu, malam semakin larut...
### Volume 11: Pembalasan Tian Sha (I) Bab 8: Alien yang Mendarat dan... Situasi Terkepung! (I)
Dari berbagai aspek, Amerika di era ini memang merupakan negara paling makmur di dunia. Bukan hanya ekonomi, bahkan kekuatan militer dan teknologinya juga berada di puncak peradaban manusia. Meskipun perang tidak bisa dimenangkan hanya dengan militer dan senjata teknologi tinggi, dari segi persenjataan saja, setelah alien melancarkan gelombang serangan pertama terhadap manusia, Amerika memang yang paling awal menyelesaikan persiapan serangan balasan. Jumlah persediaan pesawat mereka bahkan melebihi jumlah pilot. Hal ini menyebabkan setelah kekalahan telak pada serangan balasan pertama, sebagian besar pilot bersama pesawat mereka dihancurkan di udara. Saat serangan balasan kedua, muncul situasi memalukan di mana pesawat terlalu banyak tetapi tidak ada pilot yang bisa mengoperasikannya...
Pada pagi yang cerah, Air Force One terbang sendirian dalam cahaya keemasan fajar. Setelah istirahat semalaman, sebagian besar orang di pesawat ini telah kembali bersemangat, tidak lagi terlihat semrawut seperti saat baru melarikan diri kemarin. Namun, penampilan yang segar tidak menjamin ketenangan hati, terutama ketika mereka menerima laporan daya penghancur tiga tembakan meriam utama. Wajah setiap pejabat pemerintah Amerika terlihat pucat pasi.
Di wilayah udara Amerika, terdapat tiga benteng alien. Tiga tembakan meriam utama tidak hanya menghapuskan tiga kota besar secara total, tetapi juga klaster kota di sekitarnya, kota-kota kecil, jalur transportasi vital, dan segala sesuatu di sekitar - semuanya musnah total oleh kekuatan meriam utama. Kerugian langsung tak terhitung, dengan korban jiwa diperkirakan mencapai lebih dari sepuluh juta...
"Laporan, Komandan! Komando Pertahanan Udara telah siap siaga, bisa bergerak kapan saja."
Saat ini di ruang komando Air Force One, kecuali personel yang masih syok atau pingsan, serta mereka yang tidak berkepentingan, sebenarnya sebagian besar tidak tidur sama sekali. Sepanjang malam, selain melakukan kontak darurat dengan pasukan garnisun di berbagai daerah dan memanggil kembali prajurit Angkatan Udara yang sedang cuti, mereka juga harus merencanakan serangan balasan besar. Malam yang terasa sangat panjang ini berakhir ketika Bintang Timur sudah bersinar di puncak langit. Saat semua persiapan selesai, semua orang benar-benar kehabisan tenaga.
Setelah pelarian besar yang menegangkan kemarin, kredibilitas Zheng Zhuo dan kawan-kawannya di antara kelompok ini tiba-tiba meningkat. Rekaman kamera di luar cangkang Air Force One menunjukkan proses transformasi Zheng Zhuo, kekuatan dan kecepatannya setelah berubah, serta celah besar di cangkang pesawat dan jejak kaki di belakang ekor pesawat. Semua ini membuktikan bahwa kesimpulan Zheng Zhuo bukanlah inferensi normal manusia biasa. Dengan demikian, pernyataan mereka memiliki kemungkinan besar untuk benar. Namun justru karena ini, teknologi alien terasa semakin mengerikan - sudah mencapai bidang yang tak terbayangkan manusia. Jika berkembang lebih jauh, manusia bahkan akan menganggapnya sebagai mitos atau legenda. Contohnya, "kultivasi xiuzhen" berteknologi tinggi super memang diperlakukan demikian...
Presiden menatap orang-orang di sekitarnya dengan wajah lesu, baru menyadari bahwa semua orang di sekitar juga terlihat kelelahan. Ia batuk kecil lalu berkata: "Perintahkan Komando Pertahanan Udara untuk melancarkan serangan balasan gelombang pertama. Sekaligus perintahkan Angkatan Darat untuk mendekati tiga reruntuhan kota, evakuasi dan rawat pengungsi... jika masih ada yang selamat."
"Ini adalah serangan balasan pertama dari dua kali serangan besar umat manusia. Hasil yang didapat nyaris merupakan kehancuran total pasukan. Kecuali satu-satunya anggota beruntung yang berhasil menembak jatuh sebuah piring terbang dan selamat, hampir semua pilot tewas dalam pertempuran ini. Hasil ini langsung menyebabkan pada pertempuran terakhir, manusia kekurangan pilot yang cukup untuk mengoperasikan pesawat tempur meskipun jumlah pesawatnya memadai. Namun ini semua adalah rekayasa sutradara untuk menampilkan alur cerita mengharukan dan heroisme epik yang mati bersama musuh dalam film. Di dunia film horor yang sebenarnya ini, seharusnya pemerintah Amerika tidak akan berada dalam kondisi pontang-panting seperti itu."
"Zheng Zhuo dan yang lainnya tidak memberikan saran apapun di ruang rapat ini. Bukan berarti mereka tidak memiliki masukan bagus untuk alur cerita - misalnya mereka sepenuhnya tahu tentang kekalahan telak dalam serangan balasan pertama ini. Tapi ramalan saat ini tidak ada artinya, paling-paling hanya membuat pejabat Amerika waspada. Serangan balasan ini tetap harus direncanakan dan dilaksanakan, hasil akhirnya pun tidak akan banyak berubah. Dan untuk mencapai Area 52, kekalahan telak pasukan Amerika ini memang harus terjadi..."
"...Ada satu hal yang sangat menarik perhatianku. Saat kau menyelamatkan kami kemarin, apakah saat itu kau sudah mengerahkan semua kemampuanmu?" Presiden AS duduk di ruang istirahat sebelah ruang rapat. Hasil pertempuran balasan ini baru akan diketahui beberapa jam lagi. Di sela waktu tersebut, Presiden berniat berdiskusi serius dengan semua anggota Tim Zhongzhou.
Zheng Zhuo setelan merenung sebentar lalu berkata: "Tidak, tidak menggunakan kekuatan penuh. Saat itu jika saya tambahkan tenaga lagi, pesawat ini akan hancur di udara. Saya rasa hasil seperti ini juga tidak kamu inginkan, kan? Meski tidak maksimal, tapi kamu tidak berpikir kekuatan saya seorang diri cukup untuk mengalahkan benteng alien sebanyak ini, bukan?"
Presiden AS terkekeh-kekeh, dengan santai mengambil sebatang rokok dan menyerahkannya ke Zheng Zhuo, lalu melemparkan ke anggota pria lain di Tim Zhongzhou. Dia melanjutkan: "Bagaimana pendapatmu tentang pertempuran balasan ini?"
Zheng Zhuo belum sempat menjawab, Presiden sudah berbicara sendiri: "Kamu tidak perlu jawab pun aku tahu. Dengan teknologi tinggi alien seperti itu, prospek pertempuran ini benar-benar suram. Bahkan aku sudah siap mental menerima kabar kekalahan. Sejujurnya, kesenjangan teknologi kita dengan alien terlalu besar. Hampir tidak bisa ditutupi dengan jumlah personel, kondisi geografis, atau lingkungan. Perang ini mungkin akan menjadi penentu nasib umat manusia... Mungkin kalian merasa tidak masuk akal, tapi sejak kemarin menyaksikan kegaranganmu, satu-satunya ide di kepalaku adalah membentuk regu penyusup darimu. Naik roket langsung ke markas besar alien. Begitu menyusup masuk, dengan kekuatan yang kamu tunjukkan kemarin, alien tidak akan bisa mengalahkanmu kecuali menggunakan senjata berat skala besar. Tapi cara seperti ini..."
Presiden mempertimbangkan kata-katanya, dia menghela napas dan melanjutkan: "Tindakan seperti ini hampir sama dengan mencari kematian, satu-satunya harapan adalah jika dewi nasib tersenyum padamu, membuat roket terbang masuk ke markas besar alien yang teknologinya ratusan tahun lebih maju dari kita. Bahkan jika misi berhasil, kemungkinan kalian kembali hidup-hidup hampir mustahil. Karena itu aku sungguh tak tega mengatakannya..."
Zheng Zhuo bergumam "roket", ia tersenyum getir: "Jika menggunakan 'roket', maka dengan sangat menyesal aku sama sekali tidak mungkin mengorbankan nyawa sahabat-sahabatku. Menurutmu roket bisa masuk ke markas besar alien? Ini hal yang sama sekali tidak mungkin... Tentu saja, jika kita bisa menembak jatuh piring terbang alien dan masih bisa menerbangkannya, aku dan anggota timku mungkin bisa berperan sebagai alien, menyusup diam-diam ke markas besar mereka..."
Presiden juga tersenyum getir, ia pun tidak bisa membayangkan roket biasa bisa memasuki markas besar alien di antariksa itu. Kecuali Zheng Zhuo dan kawan-kawan seperti manusia super dalam film yang bisa bertahan hidup tanpa bernapas, terbang di antariksa dengan kecepatan luar biasa, ditambah tubuh fisik yang luar biasa kuat sehingga semua senjata tak mampu melukainya - persis sosok manusia super.
"Jika yang ditembak jatuh adalah piring terbang alien... Ah, mari kita tunggu hasil serangan balasan pertama ini. Mungkin ada pesawat alien yang masih utuh tersisa..."
(Pesawat alien yang masih utuh? Tentu saja utuh, bahkan satu pun piring terbang tidak bisa ditembak jatuh...)
Meskipun alur cerita telah berubah, perubahan ini justru mengarah ke situasi yang semakin merugikan umat manusia. Setelah berdiskusi dengan Presiden dan Zheng Zhuo, sang pemimpin segera menuju ruang komando. Di sana ia menunggu dengan tenang hingga armada pesawat tempur mencapai tujuan. Tak lama kemudian, kabar yang bisa dibilang tak terduga namun masih dalam batas logika pun tiba... Pasukan alien dalam jumlah besar muncul. Bukan pasukan udara, melainkan formasi darat raksasa berkaki enam yang menyerupai laba-laba. Setiap laba-laba raksasa ini memiliki panjang belasan meter dengan tinggi mencapai 7-8 meter. Setiap benteng udara menjatuhkan sekitar seribu unit makhluk ini. Terlepas dari daya tempurnya, hanya dari ukuran dan penampilannya saja, para laba-laba raksasa ini sudah cukup untuk mengejek kemampuan pasukan darat manusia.
Kabar buruk pertama ini diikuti gelombang kedua: Laba-laba raksasa tersebut mulai menyebar dari reruntuhan kota, melakukan penggeledahan dan menangkap banyak pengungsi. Beruntung belum terjadi pembantaian, meski pengungsi yang membawa senjata api diserang. Pada saat yang sama, berbagai formasi kolom pesawat tempur yang dikirim untuk balas dendam akhirnya tiba di target masing-masing. Kontak tempur diperkirakan terjadi dalam dua menit lagi.
"...Formasi Washington dan New York telah mengunci target."
Seorang perwira yang berdiri di platform penerima informasi menolehkan kepala. Di belakangnya, seorang jenderal berusia lima puluhan berkata: "Buka tembakan sewenang-wenang."
"Buka tembakan sewenang-wenang!"
"Buka tembakan sewenang-wenang..."
Beberapa operator penerima berteriak serentak ke mikrofon mereka, dan orang di ujung sinyal lainnya meneruskan perintah ini ke pilot di garis depan. Di tempat yang tak terlihat mata orang-orang, perang brutal pun dimulai. Sementara mereka di ruang komando hanya bisa menatap layar radar sambil mencoba menganalisis situasi pertempuran. Tak lama kemudian, wajah para operator ini memucat. Dari sinyal pesawat tempur yang mereka terima, satu per satu pesawat terus dihancurkan. Informasi dari pilot menunjukkan serangan mereka sama sekali tidak mampu melukai benteng alien. Saat rudal menyentuh benteng alien, lapisan pelindung energi yang terlihat mata telanjang muncul di permukaannya. Pelindung inilah yang menahan semua serangan. Kemudian, dari benteng raksasa itu muncul ribuan piring terbang berukuran dua hingga tiga kali lipat pesawat tempur biasa—semuanya juga dilapisi pelindung energi. Tanpa bisa menghancurkan satu pun pesawat musuh, formasi kolom pesawat tempur manusia kehilangan 70% kekuatan dalam beberapa menit, dan angka ini terus bertambah...
"Mundur... Kita sudah kalah."
