Zheng Zhuo tersenyum getir sambil mengibaskan daging dan darah yang menempel di tangannya. Sebelum sempat berbicara lagi, ork yang tersisa sudah bersujud gemetaran di tanah, mulai berceloteh tentang segala yang diketahuinya.
"Tuan Penyihir mengendalikan Putri Raja Peri itu, ya, hanya penyihir yang bisa melawan penyihir, tidak, Tuan juga bisa......" Ork ini sudah ketakutan setengah mati, bicaranya tidak hanya gagap tapi juga terdengar tidak koheren.
Zheng Zhuo mengerutkan alis. Sebagai penonton film Kesatria Naga, dia tahu bahwa sang Magician itu adalah tangan kanan Baginda Raja Galbatorix - seorang penyihir yang mampu memanggil makhluk dari dunia iblis. Dalam film aslinya, karakter ini merupakan pengguna sihir tingkat tinggi yang bahkan lebih kuat daripada Ratu Peri Arya yang juga ahli sihir. Di fase akhir film, dia nyaris membunuh protagonis Eragon, menjadikannya salah satu antagonis terkuat dalam kisah Kesatria Naga.
"Baiklah, lebih baik langsung kita eliminasi dia..." Zheng Zhuo berpikir sejenak, lalu berkata pada ork itu: "Bawa aku ke tempat tinggal sang penyihir. Jangan coba-coba trik licik. Gangguan tadi pasti sudah menarik perhatian banyak penjaga. Aku bisa dengan mudah membuangmu dan mencari pemandu lain."
Ork itu mengangguk ketakutan. Dengan susah payah dia berdiri dari tanah, seluruh tubuhnya berguncang hebat. Entah dari mana datangnya tenaga, dia mulai berjalan menyusuri terowongan ini. Sepanjang jalan mereka bertemu banyak pasukan pengawal ork yang bergegas datang. Tentu saja kedatangan mereka hanya menambah tumpukan potongan daging di tanah. Seperti pernah dikatakan Chu Xuan sebelumnya, kekuatan Zheng Zhuo yang terlampau dahsyat kini benar-benar mampu mengabaikan konsep "momentum taktis" maupun "kecerdasan strategis"!
Kastil kerajaan ini terlihat megah dari luar. Bagaimanapun juga, kastil ini dibangun di lereng gunung dengan gaya seperti kastil besar Eropa Abad Pertengahan kuno, namun ukurannya tidak terlalu besar dan tidak bisa dibandingkan dengan kota-kota raksasa Tiongkok kuno. Namun ketika Zheng Zhuo memasuki kastil kerajaan ini, barulah mereka menyadari perkiraan sebelumnya salah total. Kastil ini ternyata jauh lebih besar dari yang mereka bayangkan. Sebab kastil ini menjorok ke bawah dalam-dalam, benar-benar memiliki atmosfer seperti kota bawah tanah. Bagian yang terlihat dari luar bahkan tidak mencapai sepersepuluh dari total luas keseluruhan.
“Oh? Kalian semua hanya pasukan penjaga di pinggiran kota? Makhluk hidup apa yang ada di bagian lebih dalam? Ngomong-ngomong, di mana Baginda Raja Gobalthar kalian?” Zheng Zhuo bertanya sambil terus berjalan, sementara ork penunjuk jalan tetap merupakan tawanan pertamanya. Setelah menyaksikan pembunuhan sepanjang perjalanan, ork ini telah lama meninggalkan niat melarikan diri - bagaimanapun dia menyaksikan langsung Zheng Zhuo membunuh ratusan ork dengan tangan kosong. Kekuatan seperti ini jelas bukanlah milik manusia biasa. Karena itu, manusia di hadapannya telah dia anggap sebagai iblis.
"Di film itu semuanya adalah makhluk dunia iblis yang dipanggil oleh Tuan Penyihir atau Kanjeng Raja. Batas maksimal yang bisa kami capai adalah lapisan negatif dua, di sana yang menjaga para prajurit adalah Ksatria Hitam. Adapun lebih jauh dari itu kami tidak tahu lagi. Tuan Penyihir tinggal di lapisan negatif tiga, sedangkan Baginda Raja tampaknya tinggal di lapisan terbawah kastil ini..." jawab ork dengan hati-hati.
（Ternyata... Di istana ini benar-benar terdapat kekuatan yang melampaui alur cerita Kesatria Naga, tapi mengapa terdengar begitu familiar? Kesatria Naga, bawah tanah. Penyihir, Naga Raksasa, Ksatria Hitam... Bukankah ini murni Naga dan Bawah Tanah? Aturan yang tak terbatas, para dewa sebanyak anjing, Lich berjalan di mana-mana, dimensi ruang ini. Dunia iblis itu... Dimensi ruang? Benar! Dimensi ruang!)
Zheng Zhuo tiba-tiba hati berdesir, dia teringat konsep dimensi ruang dalam aturan Naga dan Bawah Tanah. Setiap dimensi ruang memiliki hukumnya sendiri, ruang dan ukurannya berbeda-beda, sementara luar angkasa dipenuhi dimensi ruang yang tak terhitung... Bukankah ini mirip dengan dunia bereinkarnasi? Setiap dunia memiliki perbedaan, ada yang didominasi kekuatan legenda dan sihir, ada yang dikuasai teknologi, bahkan ada monster dan makhluk hidup lain. Bukankah semua ini persis seperti yang ditampilkan dunia bereinkarnasi?
（Mungkinkan makna sebenarnya dari Kesatria Naga ini sebenarnya terletak di lapisan terbawah benteng kastil ini?）
Zheng Zhuo berjalan sambil berkontemplasi. Perlahan, saat dia dan ork kembali menuruni tangga spiral, tiba-tiba seluruh tubuhnya menggigil. Entah mengapa, begitu menginjakkan kaki di lantai ini, energi dalam dan Energi Vampir dalam tubuhnya tiba-tiba bergolak. Terutama energi dalam yang mengalir secara alami dalam tubuhnya, persis seperti saat dia mengerahkan tenaga.
Ork itu seluruh tubuhnya mulai gemetaran, terlihat bukan karena ketakutan, melainkan reaksi alami tubuhnya. Lapisan ini jelas lebih angker dibanding lantai atas, tepatnya seperti ada aura negatif yang membuat seluruh tubuh terasa dingin menggelitik.
"Dari sini, kami tidak diizinkan turun lagi. Hanya kadang ketika Tuan Penyihir perlu memindahkan barang berat, barulah kami diperintahkan mengangkat barang sampai lantai tiga..." ujar sang ork sambil menggigil.
(Jalur di bawah ini tidak dia kenal. Lebih baik tangkap seorang Ksatria Hitam. Entah makhluk seperti apa itu, sekalian mengukur kekuatan tempur mereka...)
Zheng Zhuo mengerutkan alis melihat ork bertangan patah di depannya. Ork itu sepertinya menangkap sesuatu, matanya memancarkan horor ke arah Zheng Zhuo. Setelah cukup lama, Zheng Zhuo akhirnya menghela napas: "Pergilah. Larilah sejauh mungkin. Aku takkan mengenalimu lagi. Jika bertemu lain kali, aku akan langsung menyerangmu. Mengerti? Selamatkan dirimu sendiri." Tanpa menunggu respon, Zheng Zhuo langsung berjalan menyusuri lorong gelap itu.
Kastil ini semakin ke bawah semakin luas, membentuk bawah tanah berbentuk corong terbalik. Kombinasi lantai batu kuno dan lorong-lorong angker memberi kesan mistis ala Naga dan Bawah Tanah. Tapi Zheng Zhuo tak punya waktu untuk turis disini. Mengikuti instingnya, dalam sekejap dia sudah memetakan medan sekeliling dengan jelas.
“Di sini adalah lantai dua bawah tanah, aku akan terus turun ke bawah. Zhao Yingkong, kamu terus jelajahi lantai atas, periksa apakah ada hal aneh. Imhotep, informasi berguna apa yang kamu dapat dari para pedagang di pasar itu?”
Zheng Zhuo mencari beberapa saat, akhirnya menemukan tangga spiral menurun. Berdiri di depan tangga, dia kembali membuka lempengan logam perak. Setelah menanyakan situasi kedua rekannya, dia mulai menjalankan tugas sebagai komandan tim.
"Tidak ada informasi penting. Tapi mereka tampak takut membahas tentang Raja Peri Putri Eya... Oh ya, ada informasi menarik. Aku dengar mereka berbicara tentang mitos dunia ini. Konon pada zaman dahulu kala, manusia dan Klan Naga tidak pernah bertempur bersama, juga belum ada Kesatria Naga. Sampai akhirnya iblis menyerbu dunia ini. Klan Naga dan manusia yang terpisah tak mampu melawan iblis-iblis itu. Akhirnya mereka bersatu membentuk kombinasi tempur bernama Kesatria Naga. Setelah pertempuran panjang, mereka memukul mundur iblis ke neraka. Tempat penyegelan pintu masuk neraka... berada di bawah ibu kota kerajaan ini. Bagaimana pendapatmu?" jawab Imhotep.
"Pintu masuk neraka? Ini informasi yang cukup penting. Aku sekarang berada di pintu masuk bawah tanah ini, entah ada apa di bawah sana. Untuk keamanan, biar aku yang periksa dulu. Begitu saja, masing-masing selesaikan tugasnya. Chu Xuan, perhatikan situasi Ling Dian dan kawan-kawannya. Laporkan apa pun padaku segera, mengerti?" Zheng Zhuo berkata serius pada Chu Xuan. Hasilnya tentu saja keheningan, Chu Xuan si brengsek ini kembali tenggelam dalam teknik kultivasi xiuzhen-nya.
"Sudahlah, jangan hiraukan si idiot ini. Mari kita selesaikan tugas masing-masing."
Sambil berbicara, Zheng Zhuo menutup lempengan logam perak itu. Ia mengusap kepalanya lalu berjalan menuju lantai tiga bawah tanah.
Kondisi medan lantai tiga bawah tanah tak berbeda dengan lantai dua. Hanya saja aura dingin yang menusuk semakin pekat. Dengan keberaniannya yang legendaris, Zheng Zhuo sama sekali tidak takut akan jebakan atau makhluk hidup lain. Ia melengos masuk ke jalur itu. Baru satu dua menit berjalan, gemerincing plat armor terdengar dari kejauhan. Saat Zheng Zhuo melewati tikungan, terlihatlah sekumpulan penjaga berbaju zirah hitam.
Prajurit berbaju zirah hitam ini seluruh tubuhnya tertutup rapat oleh armor. Dari sela-sela zirahnya terus menguap kabut abu-abu kehitaman. Penampilan mereka agak mirip dengan sembilan Roh Cincin dari film The Lord of The Rings, hanya saja armor mereka tidak semenakjubkan dan semewah milik para Nazgûl.
“Ksatria Hitam? Tampaknya cukup mengerikan.” Zheng Zhuo melihat sekelompok Ksatria Hitam yang berada lebih dari dua puluh meter darinya. Sekitar dua puluh lebih Ksatria Hitam ini berbaris rapi sambil berjalan maju. Ketika melihat kehadiran Zheng Zhuo, hampir serentak mereka menghunus pedang besar dua tangan di pinggang dengan kecepatan dan sikap yang sama persis. Jika bukan karena formasi barisan depan-belakang, penampilan mereka mirip seperti bayangan di cermin.
Lebar lorong sekitar tiga meter. Jika menggunakan pedang berat dua tangan, hanya dua Ksatria Hitam yang bisa menyerangnya sekaligus. Tapi ini sudah cukup. Ksatria Hitam ini memiliki kekuatan luar biasa. Yang paling depan mengayunkan pedang beratnya dari jarak beberapa meter, bahkan menghasilkan bilah angin yang menyambar ke arahnya. Meski daya hancurnya tidak terlalu besar, bagi orang biasa pasti akan menyebabkan luka berdarah.
Zheng Zhuo mengerutkan alis. Dengan dorongan kaki, ia menerjang Ksatria Hitam itu. Memanfaatkan momentum sebelum pedang berat dua tangannya ditarik kembali, ia menghantamkan tinju tepat ke dada sang Ksatria Hitam. Suara benturan logam yang keras terdengar. Yang mengejutkan, dada Ksatria Hitam itu hanya cekung terkena pukulan, terdorong bersama beberapa Ksatria di belakangnya hingga mundur beberapa meter. Namun kemudian, dengan santai ia kembali maju.
