Kapal perang tempat Tim Zhongzhou berada terus melaju, hampir sama sekali mengabaikan posisi armada Tim Laut Timur. Mereka hanya menyesuaikan arah dan terus bergerak menuju Pulau Diaoyu. Sepanjang perjalanan, badai semakin mengganas. Cuaca seperti ini benar-benar langka terjadi seabad sekali. Gelombang setinggi langit, hujan lebat yang tiada henti mengguyur, kilat ungu menyambar-nyambar di angkasa. Bahkan beberapa fasilitas di atas destroyer terkena sambaran petir. Seluruh hamparan bumi seolah-olah hendak runtuh. Pemandangan seperti ini bukan hanya membuat anggota Tim Zhongzhou tertegun, bahkan para prajurit angkatan laut yang biasa berpatroli di laut pun gemetar. Sebuah destroyer yang berlayar di tengah kondisi seperti ini tak ubahnya seperti perahu kecil di tengah samudra.
“Sungguh mengerikan. Selama bertahun-tahun bertugas di kapal perang, belum pernah kulihat badai semengerikan ini. Ini benar-benar Perfect Storm!”
Setelah merundingkan rencana aksi berikutnya, Zheng Zhuo segera menuju ke ruang kemudi untuk menanyakan kondisi kapal perang. Dari situasi saat ini, kapal ini secara umum tidak memiliki masalah khusus. Bagaimanapun juga, ini adalah makhluk raksasa yang tidak bisa dibandingkan dengan kapal nelayan kecil. Bahkan dalam kondisi Perfect Storm yang ekstrim saat ini, kemungkinan destroyer sepenuhnya terbalik tetap kecil. Namun dalam hal kecepatan navigasi dan arah pelayaran, masalah yang muncul cukup signifikan.
Zheng Zhuo mengangguk dan berkata: "Kalau begitu, kami percayakan pada kalian semua. Tenang saja, kami sama sekali tidak akan membunuh kalian untuk menutup mulut. Hanya saja selama perjalanan mungkin akan terjadi pertempuran kecil, posisi kalian juga sangat berbahaya... Janjiku pasti kutepati. Saat berpisah nanti akan kuberikan berlian yang cukup. Jika ingin Emas juga bisa, hanya saja kalian mungkin tidak bisa membawa Emas dengan berat berlebihan. Singkatnya, ada bahaya juga ada keuntungan. Jika kita semua selamat kali ini, setelah kembali kalian bisa menikmati masa depan dengan nyaman."
Para prajurit di sekitar hanya diam-diam mengangguk. Sejak Tim Zhongzhou naik ke kapal perang, untuk menenangkan para prajurit, Zheng Zhuo telah membagikan banyak berlian dan Emas dari kantong dimensi-nya. Bagaimanapun juga, harga penukaran barang-barang ini di "Dewa Utama" sangat murah. Dengan populernya kantong dimensi, dia selalu membawa beberapa Emas dan berlian di tubuhnya. Dengan cara ini, jika menghadapi situasi yang membutuhkan harta benda ini, dia bisa langsung menggunakannya.
Para prajurit itu menghela napas dan merasa tak berdaya, namun sorot mata mereka juga penuh dengan makna khusus. Seperti pepatah risiko dan imbalan berjalan beriringan, keuntungan 300% sudah cukup membuat orang mengambil risiko digantung. Imbalan yang mereka dapatkan sekarang jauh melebihi 300%. Bisa dikatakan, jika mereka bisa bertahan hidup kali ini, setiap orang akan menjadi miliarder. Bagaimana tidak, masing-masing mendapat kantong penuh berlian top sebesar dua tiga ibu jari - berwarna maupun bening - yang setara dengan Gunung Cahaya milik Ratu Inggris, setiap batu adalah harta karun langka. Belum lagi emas yang menumpuk setengah ruangan... Mereka hanya perlu bertahan hidup lalu menikmati masa depan.
"Tuan..." Seorang perwira berpangkat letnan kolonel yang memimpin rombongan ragu-ragu sejenak sebelum bertanya: "Bolehkah kami tahu pertempuran apa lagi yang akan datang? Armada Ketujuh negara kami? Jujur saja, sekarang kita sudah berada di perahu yang sama. Salah menyebut kami pengkhianat, karena kami datang terpaksa. Lagipula kekuatan kalian terlalu superior, perlawanan kami sia-sia. Ditambah imbalan yang diberikan... Kami tidak berniat jahat. Tapi tolong beri tahu tentang pertempuran selanjutnya agar kami bisa memperkirakan mental. Jika harus menghindar, bagaimana caranya? Jika harus lari, ke mana? Mohon penjelasannya."
"Baik."
Zheng Zhuo mengangguk tanpa menyembunyikan apa pun. Dia tidak takut para prajurit ini memiliki pemikiran lain. Di hadapan kekuatan absolut, segala tipu muslihat dan konspirasi menjadi sia-sia. Kecuali orang yang menggunakan tipu daya itu memiliki tingkat kekuatan yang setara atau tidak terlalu jauh ketinggalan, semua itu hanyalah lelucon bagi yang lemah.
"Setidaknya kita akan menghadapi beberapa destroyer dan kapal penjelajah. Pesawat masih mustahil untuk sementara. Kemungkinan besar serangan misil antarkapal, juga kemungkinan munculnya kapal selam. Tapi dengan adanya Perfect Storm ini, setidaknya intensitas pertempuran akan berkurang. Saya yakin tidak akan menyebabkan kehancuran total destroyer... Tapi kalian harus siap mental, di depan bukan berarti tanpa bahaya sama sekali."
Di dalam ruangan ini kebanyakan adalah para perwira. Selain letnan kolonel sebagai pangkat tertinggi, ada juga perwira junior dan bintara. Mereka semua mengangguk diam-diam tanpa bertanya lebih lanjut, hanya menunggu dengan tenang di dalam ruangan.
Saat Zheng Zhuo meninggalkan ruangan dan naik ke geladak, dia langsung merasakan betapa dahsyatnya hujan badai di luar. Bukan lagi seperti hujan biasa, lebih mirip air langit yang ditumpahkan langsung. Tetesan hujan begitu rapat tanpa celah, sampai-sampai orang bisa tersedak air jika bernapas. Angin juga mengamuk, badai yang menderu seolah ingin menerbangkan manusia. Tapi ini hanya berlaku untuk orang biasa. Bagi anggota tim reinkarnasi, bahkan wajah baru seperti Lin Jun Tian yang kemampuan fisiknya dua tiga kali lipat orang normal, mustahil tertiup angin.
Zheng Zhuo menatap ke kegelapan yang membentang di kejauhan. Saat hendak kembali ke kabin kapal, tiba-tiba sebuah destroyer di dekatnya dilanda percikan air setinggi puluhan meter. Suara ledakan yang dahsyat jelas berasal dari bom. Karena lokasi ledakan sangat dekat dengan destroyer, seluruh kapal berguncang hebat. Sebelum percikan air menyentuh permukaan, Zheng Zhuo sudah melesat keluar geladak dan menerjang ke arah air.
"Torpedo! Kapal selam!"
Prajurit di destroyer langsung berteriak histeris. Mereka bergegas menuju posisi masing-masing, tapi baru beberapa langkah teringat bahwa mereka adalah prajurit Amerika yang sedang ditahan. Destroyer ini masih berada di bawah kendali Tim Zhongzhou. Artinya, kapal selam yang menyerang tadi seharusnya datang untuk menyelamatkan mereka.
"Bangsat pasukan penyelamat! Kalian masih belum sadar tipu muslihat politisi itu? Ingatkah kalian saat perampok ini menggunakan meriam besar di Pearl Harbor? Kekuatan penghancurnya bahkan seratus kali lipat lebih dahsyat dari senjata nuklir. Tim ini langsung menyerang tanpa permintaan apapun, meski tidak membombardir Pearl Harbor secara langsung, cukup untuk membuat para politisi itu ketakutan. Pasti mereka sudah dicap sebagai teroris. Nyawa mereka sendiri lebih berharga daripada apapun. Tentara seperti kita yang dijadikan sandera tidak penting - asal bisa menghancurkan tim ini, bahkan mengorbankan kita pun tidak masalah... Hanya bisa pasrah pada takdir, berharap masih ada masa depan untuk menikmati hidup."
Beberapa perwira yang mendengar ledakan itu terkejut. Pengalaman bertahun-tahun di armada membuat mereka paham arti suara itu, namun tak bisa berbuat apa-apa. Lawan mereka adalah Angkatan Laut Amerika. Bukan saja tidak boleh melawan, secara logika malah harus bekerja sama... Tapi kerja sama apa? Bantu mereka membunuh diri sendiri? Lagipula sudah menerima berlian dan emas dari Tim Zhongzhou, mereka tak punya kemampuan melawan Tim Zhongzhou. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah menunggu - menunggu hidup, atau menunggu mati...
Tidak perlu membahas konflik psikologis para prajurit ini, Zheng Zhuo tiba-tiba menerobos permukaan air dengan dahsyat, menciptakan percikan air setinggi hampir sepuluh meter. Seluruh tubuhnya melesat seperti peluru menembus air hingga jarak belasan meter. Kilau cahaya kembali berkerlap-kerlip di sekujur tubuhnya, kekuatan kultivasi dan energi magis bereaksi keras di lapisan kulit terluarnya. Kekuatan yang dihasilkan dikendalikan sempurna melalui penguasaan Ruwei, mengaduk aliran air di sekitarnya dengan gaya spiral seragam. Seketika tubuhnya diam mengambang di kedalaman sepuluh meter, tidak tenggelam maupun naik.
Kapal selam itu berada tak jauh dari ujung pandangan Zheng Zhuo. Lingkungan sekitar gelap gulita di kedalaman sepuluh meter ini membatasi jangkauan penglihatannya. Matanya terus menjelajah ke kiri-kanan namun tak kunjung menemukan keberadaan kapal selam. Tapi torpedo tak mungkin tercipta dari kehampaan. Dengan gigih ia terus membuka kunci genetik sambil memusatkan perhatian pada permukaan kulitnya. Di kedalaman berombak ini, ia menggunakan kemampuan Ruwei untuk merasakan getaran halus aliran air.
(Di mana? Di mana persisnya kapal selam itu? Mereka pasti akan meluncurkan torpedo lagi. Toh tujuannya menghancurkan destroyer ini terlebih dahulu. Begitu destroyer hancur, kami akan terkepung di Samudera Pasifik yang luas ini...)
Zheng Zhuo sangat paham: tanpa destroyer, di tengah samudera tak bertepi yang diterpa badai dahsyat ini, yang menanti Tim Zhongzhou bukanlah surga. Setidaknya separuh anggota tim akan tewas... Karena itu ia sama sekali tak boleh membiarkan torpedo mengenai destroyer!
（Datang, di sana!）
Zheng Zhuo berdiri melayang di atas perairan ini dengan mata terpejam. Ribuan pusaran kecil terkungkung oleh kekuatannya di sekeliling tubuhnya, membentuk keseimbangan yang mempertahankan posisinya. Saat gelombang air yang sangat lemah terdeteksi dari kejauhan, matanya tiba-tiba membuka lebar. Kilatan cahaya berkerlap di punggungnya mendorongnya dengan tenaga dahsyat menyongsong torpedo yang melesat. Pedang Tiger Soul telah muncul di tangan kanannya. Tanpa gerakan khusus, ia langsung menghadang torpedo tersebut.
Satu tebasan pedang. Ia hanya memasukkan kekuatan yuan zhen ke dalam pedang Tiger Soul. Kekuatan magis yang bisa melukai musuh dan diri sendiri sebaiknya jarang digunakan. Tebasan berwarna merah darah ini menyapu torpedo dengan sinar pedang bagai sikat raksasa. Ledakan dahsyat mengguncang, namun sinar pedang yang nyaris berwujud fisik itu merobek kobaran api ledakan dan mengurungnya di luar jangkauan. Kekuatan yuan zhen dan kekuatan magis di luar tubuh Zheng Zhuo kembali bereaksi. Kilatan cahaya menetralkan gelombang kejut ledakan. Dengan gagah berani ia menerobos area ledakan torpedo, melesat langsung ke arah kapal selam.
Tiba-tiba, meskipun Zheng Zhuo bergerak di bawah air, berkat fungsi kekuatan yuan zhen dan kekuatan magis, kecepatannya begitu dahsyat bagaikan peluru meriam yang ganas dan cepat. Dengan dentuman keras, Zheng Zhuo langsung menghujamkan pedangnya ke cangkang kapal selam. Kali ini dia sama sekali tidak menahan diri, memasukkan kekuatan magis ke dalam Pedang Tiger Soul dan menebas dengan sepenuh tenaga. Bagian kapal selam selebar belasan meter itu langsung menghilang tanpa bekas, dan area yang hilang terus meluas. Ketika seluruh kapal selam akhirnya meledak dahsyat, Zheng Zhuo telah menerobos permukaan air dan melayang kembali di udara.
"Masih ada satu hari satu malam... Masih ada satu armada lengkap dan satu tim reinkarnasi... Chu Xuan, Xiao Honglü, kuharap kalian benar-benar tidak salah. Pertempuran seperti ini... Tim Zhongzhou kita benar-benar bisa kehilangan anggota!"
### Trilogi ke-13 Pembuka Badai Bab 8 Serangan Balik Tim Donghai! (III)
"...Kapal selam sudah hancur. Dari ditemukannya destroyer oleh kapal selam, hingga peluncuran torpedo kedua, sebenarnya tidak lebih dari tiga menit. Rombongan penyelundup ini benar-benar kuat."
Di armada ketujuh Pasifik Amerika dan Tim Donghai yang sangat jauh di laut timur, di kapal induk, komandan armada sedang berbicara dengan beberapa anggota utama Tim Donghai. Karena Tim Donghai tidak melakukan tindakan apapun terhadap negara-negara, dan juga telah menunjukkan bukti teknologi masa depan yang cukup meyakinkan, terlepas dari apakah mereka berasal dari masa depan atau tidak, di hadapan musuh besar seperti Tim Zhongzhou, pemerintah Amerika hampir mempersatukan semua kekuatan yang bisa dipersatukan. Sangat penting untuk menghentikan Tim Zhongzhou sebelum mereka mendarat di daratan, meskipun sebenarnya Tim Donghai tidak bermaksud ke daratan sama sekali - hanya mereka yang tidak mengetahuinya.
Wajah beberapa anggota Tim Donghai juga terlihat muram. Sebagai anggota tim reinkarnasi, mereka tentu mengetahui batas maksimal tertentu dari tim reinkarnasi. Terhadap kapal selam yang bersembunyi di dasar laut, terutama dalam waktu singkat harus menghancurkan kapal selam ini, kemampuan semacam ini baik dari sisi teknologi maupun kekuatan pribadi sangat mengerikan. Dari sisi teknologi masih bisa dimaklumi, mengingat ada tak terhitung penukaran di Sang Tuan, beberapa teknologi memang bisa menghancurkan kapal selam dalam waktu singkat. Tapi jika itu kekuatan individu...
"Wajah Miyata Kuraki sedikit pucat, namun mengingat dia telah melalui pencucian dunia bereinkarnasi dan beberapa pertempuran hidup-mati, setelah beberapa detik hatinya mulai tenang. Dia berkata pada perwira di hadapannya: 'Benar, di dunia masa depan mereka adalah organisasi teroris global yang ditumpas, sekaligus penyelundup dimensi waktu. Setelah markas besar mereka di sana berhasil kami hancurkan, sisa personel menggunakan semua energi untuk pindah ke segmen waktu ini. Jadi mereka membawa banyak senjata berat masa depan, berencana membangun kembali organisasi mereka di dunia ini. Jika kali ini mereka berhasil melarikan diri, dunia ini akan berubah total.'"
Alis perwira jenderal itu berkedut halus. Dia berbisik pada seorang kapten di sampingnya, yang kemudian segera keluar dari ruangan. "Para Tuan dan Nyonya," katanya sambil menoleh ke arah semua orang, "Ada saran? Bagaimanapun kalianlah ahli di bidang ini."
"Tak ada cara. Karena kami tidak membawa senjata berat yang setara, kita harus mengandalkan kekuatan pasukan Anda dan regu penyusup kami. Selanjutnya, mohon armada lengkap Anda terus mengejar Tim Zhongzhou sambil menyerang mereka, sekaligus mengurangi persediaan senjata mereka. Semua senjata berat memiliki batasan energi. Menurutku seharusnya mereka tidak punya banyak energi sisa."
“Alis Yang Mulia Jenderal itu kembali berkedut. Informasi ini juga ia simpan dalam hati. Dibandingkan dengan pasukan polisi masa depan di hadapannya atau regu teroris kecil itu, ia tahu pihak atas lebih memperhatikan lokasi senjata dan peralatan militer tersebut. Ketika mendengar senjata-senjata ini membutuhkan energi untuk dipertahankan, hatinya sedikit merasa lega, namun seketika kembali tegang. Tuhan tahu berapa banyak kapal perang yang harus dikorbankan untuk mengisi kekurangan energi ini...”
“Tim Zhongzhou benar-benar kuat ya.”
Setelah keluar dari ruang rapat, seorang pria kurus tinggi dari senior Tim Donghai tiba-tiba menghela napas: “Mengeliminasi kapal selam dalam hitungan menit, bahkan kapal perang mereka masih utuh. Kekuatan tempur seperti ini sungguh mengerikan.”
“Bukan hanya kekuatan fisik yang menakutkan.” Gadis berbaju kimono di sampingnya menyela: “Kecerdasan mereka juga lebih mengerikan. Sejujurnya, langkah pertama Adam sudah sangat efektif. Dengan mengubah posisi kami dari tersembunyi menjadi terbuka, kami memperoleh 'momentum' yang besar. Bisa dikatakan kami berada dalam skenario siasat licin. Namun Tim Zhongzhou langsung mengubah strategi, mengabaikan kami dan menyerbu Kepulauan Senkaku... Haish.”
Beberapa orang di sekitar melihatnya menghela napas dan menjadi penasaran. Kuraki Miyata bertanya langsung: “Apa maksudnya? Bukankah Adam sudah memberikan instruksi langkah berikutnya? Bahkan semua langkah Tim Zhongzhou ini sudah ia perhitungkan. Menurutku Tim Zhongzhou tidak ada yang istimewa.”
“Kalian tidak mengerti.” Gadis kimono menggelengkan kepala dengan senyum getir tak henti-hentinya. Ia bergumam, "Kehebatan siasat licin terletak pada keterbukaan yang terang-terangan, apapun yang dilakukan lawan pasti ada cadangan untuk menghadapinya. Tapi ada dua kemungkinan yang membuat siasat licin tak berguna. Pertama, jika lawan memiliki keberanian besar untuk langsung meninggalkan dan mengabaikan tata letak siasat licin, maka siasat itu jadi tak berguna. Contohnya jika Tim Zhongzhou langsung memasuki Kepulauan Senkaku, maka skenario yang dirancang Adam akan sepenuhnya gagal..."
“Maksudmu Tim Zhongzhou mundur karena kesulitan?” Miyata Kuraki langsung bertanya dengan girang.
“Tidak, seharusnya masih sesuai dengan inferensi Adam. Tim Zhongzhou sombong karena mengandalkan kekuatan... Kemungkinan kedua, ketika lawan memiliki kekuatan yang jauh melampaui segalanya, baik siasat licin maupun konspirasi, semua strategi akan terasa seperti lelucon yang membosankan. Kurasa mereka mungkin bertahan di Kepulauan Senkaku menunggu kita...” Gadis kimono menghela napas panjang.
“Bukankah itu sudah selesai? Adam bahkan memprediksi langkah ini. Dia benar-benar jenius aneh, tidak, lebih mengerikan dari jenius aneh—seperti monster.” Pria botak di samping langsung tertawa terbahak, seolah-olah di bawah skenario Adam dia sudah bisa kembali dengan aman ke "Ruang Sang Tuan".
“Karena itulah aku bilang... Kalian benar-benar tidak mengerti.”
Gadis kimono menutup matanya dengan kesakitan, seolah telah melihat pemandangan berdarah yang akan segera tiba... Saat ini, armada hanya berjarak satu setengah hari pelayaran dari Pulau Diaoyu...
“Tidak ada kejadian yang perlu dilaporkan saat ini. Sejak serangan kapal selam itu, selama hampir sepanjang hari tidak ada serangan lagi yang muncul. Namun anggota Tim Zhongzhou masih merasa was-was, mengingat mereka berada di tengah lautan luas. Sang Tuan juga membatasi penggunaan pesawat pribadi, ditambah dengan badai Perfect Storm yang ekstrim ini. Jika destroyer hancur, situasi Tim Zhongzhou pasti akan sangat buruk.”
“Chu Xuan, adakah cara untuk memberikan peringatan dini terhadap serangan kapal selam? Jika terus begini, kita akan kelelahan total sebelum sempat bertempur.”
Pasca serangan kapal selam, Tim Zhongzhou terpaksa membentuk tim patroli. Setiap tim berpatroli selama dua jam, total dibagi menjadi empat tim yang bergiliran naik ke geladak. Dalam badai seperti ini, dua jam fokus penuh membuat bahkan anggota tim reinkarnasi pun kelelahan. Yang paling berbahaya adalah metode ini tidak sepenuhnya aman. Jika ada yang lengah, justru bisa terkena serangan mendadak karena personel yang terdispersi. Inilah kelemahan tim tanpa pengendali kekuatan spiritual - kekuatan tempur tim turun lebih dari tiga puluh persen.
Chu Xuan melirik Zheng Zhuo tanpa sepatah kata pun, tapi ekspresinya jelas menyiratkan kata "tidak ada".
Zheng Zhuo tidak marah. Ia terkekeh: “Dang, aku tahu pasti kau menyimpan trik. Bagaimana? Keluarkanlah barang bagusmu. Di mana kantong dimensimu?”
Chu Xuan kali ini bahkan tidak mengangkat kepala: "Kau pikir ada perjamuan gratis di dunia ini? Tanpa pengorbanan takkan ada keuntungan... Sebelumnya kau juga setuju dengan skenario ini, dari awal sudah dijelaskan bahwa ini akan jadi pertempuran sengit. Sekarang baru permulaan. Armada Tim Laut Timur tidak jauh dari kita, bisa saja menyusul dari belakang kapan saja. Pertempuran sesungguhnya baru akan dimulai saat itu. Baru sekarang sudah mengeluh... Apakah karena merasa terlalu kuat jadi lengah? Atau karena merasa jauh lebih unggul dari Tim Laut Timur jadi jadi sombong?"
Zheng Zhuo membeku sejenak tanpa bicara. Cheng Xiao yang sedang membersihkan air hujan di sampingnya berkata: "Hei, Chu Xuan, jangan bicara seolah-olah punya legitimasi moral besar. Kau yang tidak patroli enak saja berbicara. Kami yang patroli sudah menderita sekali. Kenapa tidak kau lihat seberapa besar badai di luar? Jika punya barang bagus cepatan dikeluarkan. Jangan berkhotbah di sini. Sekalipun harus serius menghadapi Tim Laut Timur, kita baru bisa berhadapan setelah mereka muncul."
Chu Xuan hanya menyeringai dingin tanpa bicara. Akhirnya, yang lain hanya bisa menghela napas dan menggelengkan kepala lemah. Melihat pemandangan ini, Zheng Zhuo malah berdiri dan diam-diam pergi ke luar ruangan.
（Apakah kita terlalu bergantung pada Chu Xuan? Tidak, sebenarnya bukan bergantung, tapi lebih ke kebiasaan. Ya, terbiasa dengan skenarionya, terbiasa dengan barang-barang aneh yang sering dia keluarkan, atau teori-teori geografisnya yang tak biasa. Satu dua kali aneh masih bisa diterima, tapi ketika keanehan itu menjadi kebiasaan, saat benar-benar menghadapi masalah yang bahkan dia tak bisa selesaikan... mungkin kita akan mengalami kerugian besar...）
Zheng Zhuo menggelengkan kepala pelan. Dia menyimpan pikiran itu dalam hati. Bukan berarti ketergantungan ini hanya membawa sisi negatif. Bagaimanapun mereka berada dalam satu tim yang sama, ketergantungan ini juga bentuk kepercayaan. Ditambah dengan eksistensi khusus Chu Xuan, ketergantungan padanya mungkin juga merupakan ikatan hati. Bagi pria yang hampir tak memiliki ikatan emosional ini... ikatan seperti ini kemungkinan menjadi motivasi yang membuatnya bertahan hidup di momen-momen kritis.
"Baiklah, lelah sedikit tidak apa. Semua mengikuti skenario kalian... Jadi serangan diam-diam Tim Donghai seharusnya segera datang ya?"
"...Serangan diam-diam!"
Miyata Kuraki menatap serius semua orang di hadapannya. Dengan sungguh-sungguh dia berkata: "Benar, serangan diam-diam! Meskipun sudah ada skenario dari Adam sebelumnya, dan kita hanya perlu mengikuti langkah-langkahnya, kita tetap harus mencari jimat turun-temurun untuk diri sendiri. Adam juga pernah bilang, jika ada kesempatan cocok bisa menawan anggota Tim Zhongzhou untuk ancaman. Jadi serangan diam-diam ini wajib kita lakukan, dan momentumnya harus kita kuasai sepenuhnya!"
Sekitar tiga puluh menit yang lalu, destroyer tempat Tim Zhongzhou berada masuk ke dalam jangkauan eksplorasi kekuatan spiritual gadis yukata. Tepatnya, sebuah ruang karantina memasuki area deteksinya - ini merupakan tanda khas keberadaan pengendali kekuatan spiritual. Dengan kata lain, itulah lokasi Tim Zhongzhou. Namun karena alasan tak diketahui, kecepatan destroyer tersebut hanya sekitar setengah dari kecepatan maksimal. Artinya, armada lengkap akan menyusul Tim Zhongzhou dalam waktu sepuluh jam. Bahkan jika menggunakan kapal perang yang lebih lambat sekalipun, dengan mengerahkan destroyer atau kapal kecil berkecepatan sama, penyergapan terhadap Tim Zhongzhou bisa terjadi dalam satu hingga dua jam. Di saat bersamaan, gadis yukata tiba-tiba menyadari bahwa pengendali kekuatan spiritual Tim Zhongzhou sangat lemah, hanya mampu membungkus destroyer mereka dengan pas-pasan, dengan kekuatan spiritual yang tipis dan terdispersi. Singkatnya... dalam hal eksplorasi dan karantina kekuatan spiritual, Tim Zhongzhou seperti orang buta yang sama sekali tidak bisa melawan.
Setelah mengetahui situasi ini, Kuraki Miyata segera mengumpulkan beberapa anggota yang ahli dalam serangan diam-diam. Dipimpin olehnya dan gadis yukata, dengan pengawalan beberapa kapal perang serangan mendadak, mereka akan menyergap Tim Zhongzhou... Jika ada kesempatan, memberikan pukulan menghancurkan pada Tim Zhongzhou akan sangat baik. Jika tidak memungkinkan, dengan mengandalkan kecepatan kapal dan karantina total dari pengendali kekuatan spiritual, pelarian mereka tetap terjamin.
"Jadi... kami akan menyerang diam-diam!"
### Trilogi ke-13 Overture Badai Bab 8 Serangan Balik Tim Donghai! (IV)
“……Kekuatan Keyakinanku dapat mengaktifkan efek karantina kekuatan spiritual Lonceng Donghuang, tapi energinya terlalu lemah sehingga efek karantinanya juga sangat minim. Ini kebetulan sesuai dengan situasi saat ini, jadi mari kita kesampingkan dulu. Namun selama aktivasi, aku tidak bisa bergerak bebas. Batas waktu maksimal yang bisa dipertahankan adalah 24 jam. Dalam periode ini setidaknya satu orang dari kita harus tertangkap, dan orang itu sama sekali tidak boleh pingsan.”
Ini adalah perkataan Chu Xuan kepada anggota tim lainnya setelah dia dan Xiao Honglü menyusun skenario gabungan dan memutuskan rencana pertempuran ini.
Inti keseluruhan rencana sebenarnya hanya satu: membuat Tim Dewa mengira Tim Zhongzhou telah kalah. Baik dari sudut pandang probabilitas ala Chu Xuan, maupun reaksi anggota Tim Zhongzhou lainnya terhadap kejadian tak terduga, semua harus membuat Tim Dewa meremehkan Tim Zhongzhou. Dengan cara ini, Tim Dewa tidak akan tahu bahwa Tim Zhongzhou telah bertemu replika Zheng Zhuo.
“Ini sangat penting. Jangan sampai Tim Dewa tahu bahwa kemampuan mereka untuk melintasi dunia film horor telah bocor. Dengan demikian, baru bisa memainkan peran besar saat Perang Terakhir tiba.”
“Inilah alasan Tim Zhongzhou harus kalah di hadapan Tim Dewa. Berbicara tentang menunjukkan kelemahan dalam Perang Dunia I akhir, perkataan seperti itu hanyalah lelucon. Perang akhir pada dasarnya adalah pertarungan semua tim dengan mempertaruhkan nyawa, semakin lemah justru akan menarik lebih banyak musuh, termasuk Tim Dewa sekalipun. Mereka sama sekali tidak akan melepaskan Tim Zhongzhou karena khawatir pada Tim Iblis. Jadi, menunjukkan kelemahan hampir tidak ada artinya. Di mata Sage Bijak tingkat Adam, trik menunjukkan kelemahan hanya akan membuatnya mencemooh. Alasan sesungguhnya untuk kekalahan adalah ini: membuat Adam mengira dia menang, sementara Tim Zhongzhou kalah karena ketidaktahuan pada titik ini.”
“...Tapi aku merasa ada yang tidak beres. Oh ya! Meskipun kita tidak tahu Tim Dewa bisa melampaui dunia film horor, kita bisa mengalahkan Tim Donghai. Asalkan Tim Donghai tertangkap, bukankah kita bisa mengetahui hal ini dari mulut mereka?” Zheng Zhuo bertanya penasaran.
“Ahem.”
Xiao Honglü membersihkan tenggorokannya, lalu tersenyum: “Bagian ini biar kujawab. Secara akurat, meskipun kita mengetahui eksistensi Tim Dewa tidak masalah, tapi pengetahuan itu tidak boleh berasal dari diri kita sendiri. Harus berasal dari Tim Donghai. Inilah alasan mengapa kita harus kalah, dan juga alasan mengapa satu atau dua orang harus tertangkap.”
“Mengapa?” Beberapa orang bertanya serentak.
“Karena replika Zheng Zhuo sama sekali tidak muncul, setidaknya Tim Dewa tidak tahu mereka pernah muncul. Dengan begitu, selama kita membuat Adam yakin bahwa kita kalah, dia yang kekurangan informasi parah juga tidak akan tahu fakta bahwa Tim Iblis pernah menemui kita. Saat Perang Terakhir tiba, baru dari titik inilah kita bisa menyusun skenario, mencapai pertempuran frontal antara Tim Zhongzhou dan Tim Iblis dimana pemimpin lawan pemimpin, pasukan lawan pasukan. Sementara gangguan dari tim lain terhadap kita akan diminimalkan. Inilah alasannya.” Xiao Honglü mencabut sehelai rambut di dahinya, lalu tersenyum pada semua orang.
“Lalu mengapa harus jadi tawanan mereka? Jika alasannya begitu, kita hanya perlu menghadang di Pulau Diaoyu. Lalu bertempur habis-habisan dengan mereka.” Zheng Zhuo masih merasa bingung, sebenarnya ini juga detail skenario yang paling ditolaknya. Bagaimana mungkin nyawa anggota tim dijadikan umpan dengan gegabah?
Tuhan tahu seperti apa orang-orang Tim Timur itu. Jika ditangkap, apakah mereka akan membunuh tanpa ampun? Atau menggunakan skill lain untuk mengontrol? Zheng Zhuo sangat sulit menerima penggunaan sahabatnya sebagai umpan. Inilah sebenarnya titik pusat konfliknya dengan Chu Xuan saat pertama kali bertemu.
“Karena... kita butuh pengendali kekuatan spiritual mereka. Jika bertempur frontal, membunuh mereka sama sekali tidak masalah. Tapi untuk menangkap hidup-hidup pengendali kekuatan spiritual mereka dengan aman... tingkat kesulitannya sangat tinggi. Ingat, mereka juga tim reinkarnasi. Meremehkan lawan berarti meremehkan dirimu sendiri... Begitulah situasi dasarnya. Mereka akan melancarkan serangan diam-diam dalam beberapa jam.” Chu Xuan melirik Zheng Zhuo, bergumam pelan.
"Inilah rangkuman proses diskusi sebelumnya. Tim Zhongzhou yang sudah mengetahui rencana serangan diam-diam Tim Donghai, terpaksa tetap membagi pasukan menjadi beberapa regu patroli... Alasan utamanya justru untuk memancing serangan mereka. Sungguh ironis.
"Lempengan logam perak ini sudah saya tempelkan di lapisan dasar jam tangan kalian. Selama tidak dikeluarkan dari jam, komunikasi akan efektif selama 12 jam. Karena ukurannya sangat kecil, setelah waktu itu kita tidak bisa menghubungi lagi. Dalam periode ini, kalian harus mengamati cara mereka berkomunikasi dengan Tim Dewa. Pertama, ingat siapa pengendali kekuatan spiritual mereka. Kedua, saat serangan balik dimulai, usahakan menangkap pengendali itu dari jarak terdekat. Begitu garis besar rencananya..."
Di benak Zheng Zhuo, ucapan Chu Xuan itu masih bergema. Ia menatap lempengan perak kecil di dasar jam tangannya. Meski kemungkinan ditawan musuh hampir nol—bahkan keberanian musuh untuk menawannya pun diragukan—ia tetap meminta pemasangan lempengan itu. Layaknya Xiao Dingdang, Chu Xuan memang selalu bisa menciptakan peralatan kecil yang berguna...
"Sebenarnya... Meriam Magis juga buatannya, kan?"
Selain Zheng Zhuo yang berdiri di geladak kapal sambil berpikir kacau, di permukaan laut yang sangat jauh dari destroyer, beberapa kapal serang telah bergerak cepat ke arah sini. Di antara kapal-kapal perang ini, Tim Donghai mengerahkan lima anggota untuk serangan mendadak ini. Selain komandan Miyata Kuraki, pengendali kekuatan spiritual gadis kimono, terdapat juga pria kurus tinggi, seorang kakek berusia lima puluh tahun dengan pakaian aneh, dan pria botak bermata jahat - total lima orang berdiri di geladak.
"Aoi Sora, bagaimana? Apakah ada perubahan pada Tim Zhongzhou?" Miyata Kuraki bertanya dengan suara rendah.
Gadis kimono bernama Aoi Sora menggelengkan kepala: "Tidak ada perubahan. Karantina kekuatan spiritual mereka masih terlihat lemah. Entah pengendali kekuatan spiritual mereka sangat lemah, atau mereka mengalami cedera mematikan, atau mungkin..."
Miyata Kuraki tersenyum getir menyambung perkataannya: "Atau mungkin jebakan sedang menunggu kita? Aku mengerti maksudmu. Serangan diam-diam ini memang sangat berisiko, tapi sebelumnya kita bahkan tidak punya kesempatan untuk mengambil risiko. Sulit mendapatkan peluang berisiko seperti ini - kita harus mengambilnya... Tim Zhongzhou orang China itu, mampukah kekuatan kita menyaingi mereka? Sebagai petarung, aku sangat ingin berhadapan frontal dengan orang kuat, tapi tahukah kamu mengapa aku menerima proposal dan skenario Adam?"
"Karena saya adalah komandan Tim Donghai, saya harus bertanggung jawab pada kalian. Selama masih ada sedikit kesempatan, jangan biarkan nasib yang memilihmu, tapi pilihlah jalanmu sendiri dengan tindakan... Kita harus melakukan serangan diam-diam! Bagaimana mungkin kita memiliki sedikit pun tawar-menawar untuk bernegosiasi dengan Tim Zhongzhou tanpa itu?"
Aoi Sora membeku sejenak, lalu buru-buru bertanya: "Komandan, maksudmu..."
"Ya! Jika dalam serangan diam-diam kali ini kita bisa menangkap salah satu anggota mereka, saya akan menghentikan konfrontasi frontal dan memilih negosiasi. Cukup dengan aman mengeluarkan Tim Donghai dari dunia film horor ini. Saya tidak naif mempercayai komandan tim lain, sekalipun dari aliansi yang sama. Hanya anggota tim sendiri yang saya percayai... Tenang, saya sama sekali tidak akan meninggalkan kalian!"
Kuraki Miyata mengatakannya dengan sungguh-sungguh sambil memejamkan mata. Tangannya yang satu erat menggenggam sarung katana, hingga buku-buku jarinya memutih. Terlihat jelas betapa emosinya pria itu.
Aoi Sora memandangnya dengan penuh perasaan dari sampingnya, lalu matanya kembali normal sambil berkata: "Mari kita bahas dulu tentang serangan diam-diam kali ini, Komandan, kalian semua. Pertama, pengendali kekuatan spiritual lawan terlihat sangat lemah. Entah itu jebakan atau bukan, karena kita akan melakukan serangan diam-diam, anggaplah dia memang lemah. Karantina kekuatan spiritual level ini tidak sulit untuk dihancurkan, tapi durasinya sangat singkat dan akan terdeteksi lawan. Jadi saya tidak berencana menghancurkan karantina kekuatan spiritual mereka. Di sisi lain, mengingat lawan begitu lemah, kita bisa menyusup ke kapal perang ini dengan metode berbeda - menyatu dalam karantina kekuatan spiritualnya sehingga dia sama sekali tidak merasakan keberadaan kita."
"Bisakah? Pengendali kekuatan spiritual punya teknik seperti ini?" Pria botak di samping segera bertanya, hanya saja saat bertanya matanya terus menatap dada Aoi Sora, bola mata penuh nafsu itu seolah ingin menembus kimono-nya.
Aoi Sora sedikit gelisah memutar separuh tubuhnya, barulah dia berkata: "Dalam situasi biasa mustahil bisa dilakukan, tapi jika kekuatan spiritual kita jauh lebih kuat dari lawan, kondisi seperti ini bisa tercapai. Hanya saja tidak bisa bertahan lama, dan ini bukanlah Teknik Siluman, hanya membuat pengendali kekuatan spiritual lawan tidak bisa merasakan keberadaan kita. Jika mereka melihat, mendengar, atau menggunakan cara lain untuk memindai, kita tetap akan terdeteksi. Jadi kemungkinan kegagalan serangan diam-diam kali ini masih sangat besar."
Miyata Kizuki menghela napas dan berkata: "Bagaimanapun, kita tidak boleh kalah oleh orang Shina... Yang Mulia, bagaimana dengan shikigami-mu?"
Orang tua berbaju aneh itu menggelengkan kepala: "Zenki sudah selesai dikembangkan, tapi Kouki masih jauh dari sempurna..."
"Sudah cukup! Apakah Zenki-mu adalah jenis Kamaitachi (Roh Cepat) yang dikembangkan?" Miyata Kizuki bertanya lagi.
Orang tua itu mengangguk. Miyata Kizuki kemudian melanjutkan: "Maka tugas evakuasi cepat kuserahkan padamu. Bawalah semua sahabat kita, bahkan jika Zenki harus dikorbankan. Setelah kembali, kita akan memasuki Perang Terakhir. Sebelum itu, tim kita pasti akan mengumpulkan cukup poin reward dan alur cabang untukmu mengembangkan Zenki dan Kouki..."
"Sahabat-sahabatku! Aku tidak akan meninggalkan satu pun rekan! Mari kita bertahan hidup bersama! Bersama!"
### Volume 13 Pembuka Badai Bab 8 Serangan Balik Tim Donghai! (5)
"Benar, strategi yang sudah disepakati adalah membiarkan 1-2 orang ditawan musuh, tapi..."
Zheng Zhuo bergumam pelan: "Tapi jika mereka terlalu lemah, membunuh beberapa orang sebagai bentuk intimidasi juga bisa menjadi cara untuk melindungi anggota tim. Lagipula sebelumnya aku tidak bilang akan menunjukkan belas kasihan. Biarkan 1-2 orang lolos saat kritis, sisanya harus tetap di sini."
"...Apakah kau kesal karena permainan kotor Chu Xuan dan Xiao Honglü?" Cheng Xiao di sampingnya menyeringit.
Zheng Zhuo tidak menjawab, hanya diam-diam mengeluarkan pedang Tiger Soul dan mengayun-ayunkannya di tangan. Dari raut wajaknya yang menahan emosi, jelas bahwa perkataan Cheng Xiao menyentuh hatinya. Dunia film horor kali ini sama sekali bukan panggungnya, melainkan medan pertempuran para Sage dari tiga tim. Baik dirinya, anggota Tim Zhongzhou lainnya, bahkan Tim Donghai maupun replikanya sendiri—mereka semua hanyalah bidak dalam permainan strategi tiga Sage ini. Seandainya hanya ini masalahnya mungkin masih bisa ditolerir, tapi...
"Tapi kenapa rencana Chu Xuan dan kawan-kawan justru seperti permainan kotor? Punya kemampuan tapi harus mengalah, membiarkan Tim Donghai menyerang, bahkan harus menyerahkan anggota tim sebagai tawanan. Benar-benar..." Zheng Zhuo akhirnya tidak tahan mengeluh, meski suaranya lirih, Cheng Xiao di sampingnya mendengar jelas.
Cheng Xiao terkekeh, hendak membuka mulut untuk berbicara tapi dihalangi gerakan tangan halus Zheng Zhuo.
"...Datang." Tanpa bersuara, Zheng Zhuo berkomunikasi dengan Cheng Xiao melalui lempengan logam perak di jam tangannya.
Dengan ekspresi genit yang tetap melekat, Cheng Xiao masih berdiri santai di belakang Zheng Zhuo. Keduanya tetap tenang mengamati permukaan laut di kejauhan.
"Cepat sekali mereka datang, Zheng Zhuo..." gumam Cheng Xiao pelan.
Jurus Burung Air Nandou Cheng Xiao pada dasarnya adalah ilmu bela diri yang mengandalkan penguasaan angin untuk membunuh musuh. Dalam hal merasakan aliran angin, jurus ini memiliki keunikan tersendiri. Meskipun kondisi fisiknya jauh di bawah Zheng Zhuo, dalam hal mendengar angin untuk menentukan posisi, dia tidak terlalu kalah jauh dari Zheng Zhuo.
Zheng Zhuo mengangguk halus. Dia bahkan tidak berbicara dan menyimpan pedang Tiger Soul-nya. Dengan membelakangi arah serangan Tim Donghai, dia berdiri diam di tengah badai...
Beberapa kapal Tim Donghai sudah sangat mendekati destroyer ini. Tentu saja, dengan mata telanjang masih belum terlihat karena badai ini merupakan penghalang terbaik. Orang biasa yang bisa melihat sejauh 100 meter saja sudah sangat hebat, kecuali anggota tim reinkarnasi.
"Di sini saja. Kapal-kapal perang ini tidak layak untuk pertempuran tim reinkarnasi. Jika dikerahkan untuk menyerang justru akan dihancurkan seluruhnya oleh Tim Zhongzhou. Kita masih membutuhkan mereka untuk pulang, jadi jangan kirim kapal-kapal ini." Aoi Sora berkata pada semua orang.
Dia melirik cepat Miyata Kuraki sebelum mengalihkan pandangan: "Lagipula ini bukan serangan mendadak tapi serangan diam-diam. Kita harus menguasai batasannya. Karena kemampuan kita jauh di bawah Tim Zhongzhou - baik dalam tempur frontal maupun kejutan - begitu mereka sadar, bahkan separuh anggota tim mereka pun cukup kuat untuk membunuh kelima kita. Jadi kita hanya bisa menyelinap, bukan menyerbu langsung. Biarkan kapal-kapal ini berhenti di sini. Hanya kita yang pergi."
"Sederhana saja kalau bicara," pria botak itu menyeringai dingin dan bergumam, "Tapi tanpa dukungan serangan pesawat-pesawat ini, begitu ketahuan kita langsung terjebak pertempuran sengit, bahkan lari pun tak bisa. Apa otakmu karatan? Pesawat-pesawat ini memang sengaja dikirim sebagai barang yang bisa dikorbankan untuk mengalihkan perhatian. Jangankan kau, bahkan komandan armada pun paham betul. Kalau tidak, kenapa cuma beberapa kapal perang cepat yang dikirim?"
"Atau... kau adalah mata-mata dari orang China? Ini juga menjelaskan kenapa selama ini kau selalu memperlakukan baik babi-babi China itu!"
Wajakura Aoi mendadak berubah hijau dan putih bergantian. Ia buru-buru menoleh ke Miya Tana Kuraki. Tapi yang dilihatnya justru tatapan menenangkan dari Miya Tana Kuraki. Hati gadis ini sedikit lega, tapi kemudian kemarahannya meledak - tentu saja ditujukan pada pria botak yang bicara seenaknya tadi.
"...Selama ini kau mengintip-intip aku diam-diam sudah kubolehkan, meski tatapanmu menjijikkan dan hina. Tapi kau tidak boleh sembarangan menuduhku!"
Sorot mata Wajakura Aoi perlahan berubah dari hitam menjadi perak keperakan, seluruh bola matanya memancarkan cahaya putih yang sungguh mengerikan. Pria botak yang awalnya bersikap acuh tak acuh - mungkin mengira Kapten Miya Tana Kuraki akan menghentikan Wajakura Aoi - ternyata salah besar. Tatapan Wajakura sudah sepenuhnya putih menyilaukan, tapi Miya Tana Kuraki tetap bungkam. Keringat dingin mulai merembes deras di tubuh pria botak itu.
"Aku... aku hanya membicarakan fakta saja. Dan aku tidak bilang kamu pasti termasuk babi Tiongkok itu. Hanya saja tidak puas dengan performamu selama ini. Kenapa kamu selalu bilang babi Tiongkok itu orang China?" Pria botak itu meski mulai melunak, masih bersikap keras kepala.
Aoi Sora tidak bicara. Dia menggigit gigi menatap dingin pria botak itu. Perlahan, antara mereka muncul distorsi ruang yang membuat cahaya tak bisa menembus. Melihat ini, pria botak akhirnya berteriak. Otot-otot di seluruh tubuhnya mengeras, bersiap untuk pertaruhan nyawa.
"Cukup!"
Miyata Kuraki tiba-tiba menghunus pedang di antara mereka. Distorsi ruang itu lenyap ditembus momentum pedangnya. Pria botak buru-buru menghentikan aksinya dan melompat mundur beberapa meter. Baru sekarang keringat dinginnya mengalir. Aoi Sora yang matanya sudah kembali normal memandang Miyata Kuraki dengan air mata penuh kepahitan.
Miyata Kuraki batuk-batuk kaku. Dia menatap tajam ke pria botak: "Diam! Selalu bicara sembarangan, Koinu Masao! Kau pikir aku takkan menghukummu?"
Koinu Masao bergumam pelan, lalu menunduk diam di tempat. Tampaknya sampai sekarang dia masih ketakutan dan belum sepenuhnya sadar.
"Miyata Kuraki menatap Aoi Sora, dia batuk tidak natural lagi, kemudian berkata: 'Aoi Sora, usulanmu benar-benar terlalu berisiko. Jika ketahuan, kita tidak akan bisa kabur. Tapi kita juga tidak bisa mengerahkan semua kapal untuk menyerang. Begini saja, biarkan dua kapal perang tetap di posisi, kapal-kapal lain mengikuti di belakang kita untuk melancarkan serangan. Saat kekacauan terjadi, kita bisa menyelinap kabur. Bagaimana menurutmu?'"
Aoi Sora membuka mulut ingin mengatakan sesuatu, tapi ketika melihat ekspresi agak pasrah di wajah Miyata Kuraki, akhirnya menelan kata-katanya. Dalam hati dia mengerti: Sang komandan ini sempurna dalam segala hal, hanya terlalu mementingkan nyawa anggota tim. Seringkali ragu-ragu saat harus mengambil keputusan tegas, seperti kasus Inu Masao... Apakah dia pantas diperlakukan istimewa seperti itu?
Miyata Kuraki sama sekali tidak tahu isi hati Aoi Sora, sambil memandang ke kejauhan berkata: "Mari mulai operasi! Aoi Sora, lakukan scan ke seluruh destroyer. Berikan informasi dan peta posisi personel musuh tanpa membobol karantina kekuatan spiritual mereka. Juga lindungi Yang Mulia Jingu dengan baik."
"Inu Masao, kau bertugas bergerak bersamaku. Saat menemui musuh, koordinasi denganku untuk menaklukkan mereka secepatnya. Daya ledak tempur jarak dekatmu cukup mengesankan, dengan serangan mendadak bisa menangkap 1-2 orang... Mitsui Michi, kau bertugas menghadapi penyerang jarak jauh mereka dan mengalihkan perhatian pasukan penyelamat. Ciptakan waktu aman yang cukup untuk kita."
“Miyata Kuraki kembali menatap Mitsui Michi yang kurus tinggi itu. Mitsui Michi mengangguk, menandakan dia sudah mengerti.”
“Setelah semua pengakuan selesai, Miyata Kuraki menarik napas dalam-dalam lalu berkata pada orang tua di sampingnya: 'Yang Mulia Jingū, mohon bantuannya. Mari kita mulai!'”
“Orang tua itu mengangguk. Kedua tangannya mulai membuat gerakan melingkar di udara sambil bergumam. Seiring gerakannya, muncul area gelap seluas sekitar lima meter persegi di tanah depan. Cairan hitam bergerak-gerak di dalamnya. Tiba-tiba cakar raksasa menyembul dari bawah, diikuti monster besar berwarna hitam legam yang mirip burung tapi bukan burung. Bentuknya menyerupai elang raksasa sepanjang 4-5 meter dengan sayap yang bisa melebar hingga lebih dari 10 meter. Wajahnya yang mengerikan benar-benar seperti hantu.”
“Ayo pergi!”
"Miyata Kuraki，，Aoi SoraMiyata Kuraki，，Miyata Kuraki："，Zhongzhou，Yang Mulia Jinguu，，Oni，......"，Aoi Sora，，dentuman logam，，belasan meter，secepat angin。
"......'Dewa Utama'pesawat，skillterbang，terbang......Zhongzhouterbang？"Aoi Sora，terdiam membekupara prajurit，："kolonel，，kapal perang，kapal perangdestroyer......！"
### Trilogi Ketiga BAB IX Tawanan（I）
Elang raksasa yang dipanggil Tim Laut Timur benar-benar secepat angin. Meski menggendong empat orang, kecepatannya masih luar biasa. Dalam sekejap mata, mereka telah menjauh lebih dari seratus meter. Namun elang ini jelas terganggu badai, tidak berani terbang tinggi, hanya melayang sekitar sepuluh meter di atas permukaan laut. Tenaga penembus anginnya bahkan membelah jalur gelombang air di atas laut.
Semua orang diam-diam mengagumi kekuatan Zenki. Serangan mendadak elang raksasa yang besar dan cepat seperti ini sulit dihindari. Cukup dengan satu cakaran atau sentuhan, orang biasa pasti akan hancur menjadi daging cincang. Bahkan anggota tim reinkarnasi pun jarang yang berani menghadapi elang ini secara frontal. Jika Goki juga dikembangkan, kombinasi dua shikigami - satu terang satu gelap, satu keras satu lentur - serangan mereka hampir tak tertandingi.
(Tim Laut Timur masih punya masa depan cerah. Keahlian budaya dan teknik suku Yamato juga tak kalah hebat. Sayangnya mantan komandan kami pindah ke Tim Dewa. Kunci genetikku tidak bisa ditingkatkan lebih lanjut, hanya bertahan di level dua, bahkan belum mencapai tingkat tiga. Andai saja... pasti situasi Tim Laut Timur akan berbeda... Sungguh disayangkan, waktu tak berpihak, pahlawan tak punya tempat untuk menggunakan kekuatannya.)
"Sejak Miyata Kuraki menjadi komandan Tim Laut Timur, ambisinya selalu membara. Ia ingin mengubah Tim Laut Timur menjadi unit elit, bahkan pernah mengalahkan tim lawan bernama Tim India. Namun ketika berhadapan dengan Tim Dewa, mereka mengalami kekalahan telak. Beruntung Tim Dewa tidak melakukan pemusnahan total, malah membentuk aliansi dengan Tim Laut Timur. Kegagalan ini membuat ambisi Miyata Kuraki terpendam lebih dalam, tapi justru semakin mengkristal."
Rentetan pikiran ini sebenarnya hanya berlangsung beberapa detik. Elang Raksasa itu melesat dengan kecepatan luar biasa. Dalam sekejap mata, ia telah terbang jauh. Di tengah deburan ombak di kejauhan, siluet destroyer raksasa mulai terlihat. Tinggal sekitar sepuluh detik lagi, elang ini akan mencapai udara di atas kapal perang itu.
"Mitsui Michi! Gunakan Bayang Lenyap, bungkus kami dan elang ini!" perintah Miyata Kuraki lewat telepati. Keberadaan pengendali kekuatan spiritual dalam tim memungkinkan komunikasi mental semacam ini.
Pria tinggi kurus itu mengangguk pelan. Dari dalam bajunya ia mengeluarkan gulungan kertas yang langsung digigit di mulutnya. Kedua tangannya sibuk membentuk rangkaian mantra. Saat elang tinggal sepuluh meter dari destroyer, ia meneriakkan mantera. Asap hitam menyembur dari tubuhnya, menyelimuti elang dan seluruh tim. Saat asap menghilang, mereka semua telah lenyap tanpa jejak.
"Cara yang hebat."
Zheng Zhuo terus menggunakan pendengarannya untuk melacak posisi dari kejauhan. Meskipun pendengaran agak terganggu dalam badai seperti ini, bagaimana mungkin dia tidak mendengar desisan angin dahsyat dari elang raksasa itu? Namun ketika elang itu hanya berjarak beberapa meter dari destroyer, tiba-tiba menghilang tanpa bekas. Situasi ini sama sekali bukan sekadar karantina kekuatan spiritual biasa, melainkan skill tingkat tinggi. Bagaimanapun juga, kemampuan Tim Donghai ternyata tidak terlalu lemah.
"Kalian semua waspada! Tim Donghai sudah sampai di geladak kapal. Posisi pastinya tidak jelas karena mereka menggunakan Teknik Siluman. Utamakan kewaspadaan diri... Saat bertempur, jangan ragu-ragu! Pertama, jangan sampai mereka menyadari kita sengaja membiarkan diri ditangkap. Kedua, keraguan dalam pertempuran bisa menyebabkan serangan sembarangan. Bunuh jika memungkinkan, jika benar-benar kalah langsung menyerah total... Chu Xuan, awasi baik-baik para wajah baru itu!"
Zheng Zhuo langsung melompat setelah berkata demikian. Tubuhnya terpental dari geladak hingga beberapa meter di udara. Sayap di punggungnya mengepak tak henti, membuatnya melayang di udara sebelum menerjang ke arah lokasi menghilangnya Tim Donghai.
Di sisi lain destroyer, anggota tim Zhongzhou saling memandang sekeliling. Karena pembagian tim sebelumnya, beberapa regu tetap berkumpul dengan anggota masing-masing. Setelah peringatan Zheng Zhuo, semua orang meningkatkan kewaspadaan, siap menyerang begitu Tim Donghai muncul. Namun skill siluman sempurna yang dimiliki musuh ini memang layak diacungi jempol.
Zheng Zhuo juga memiliki pemikiran yang sama. Karena di "Sang Tuan" terdapat terlalu banyak skill tukaran, meskipun ada hak istimewa komandan yang memudahkan pencarian, namun energi individu sangat terbatas. Tidak mungkin menguasai semua skill tukaran, barang-barang, dan atribut dengan sempurna. Oleh karena itu, kebanyakan penukaran dilakukan berdasarkan keahlian pribadi atau kekhasan suku tertentu. Dengan demikian, tim-tim yang ada memiliki ciri khas suku atau daerah masing-masing.
(Laut Timur, Laut Timur... Apakah mereka berasal dari Jepang-Korea? Kalau begitu, skill yang menghilang itu ninjutsu? Jika memang ninjutsu, skill ini sangat cocok untuk serangan diam-diam.)
Zheng Zhuo berdiri di atap destroyer. Setiap ada suara atau teriakan dari destroyer, dia siap memberikan bantuan. Meskipun strategi skala besar sebelumnya memutuskan untuk sementara melepaskan Tim Laut Timur, tapi kita tidak boleh membiarkan mereka seenak sekarang beraksi. Paling tidak harus memberi tekanan besar, membuat mereka paham bahwa anggota Tim Zhongzhou tidak boleh dibunuh. Jika tidak, tawanan yang diambil akan menderita, bahkan nyawa bisa terancam.
"...Benar, saya sangat setuju dengan ide Anda."
Suara Xiao Honglü terdengar melalui lempengan logam perak: "Berdasarkan situasi saat ini, serangan diam-diam Tim Laut Timur bertujuan menciptakan kesetaraan formal. Paling tidak mereka ingin mendapatkan kesempatan dialog setara dengan tim kita. Jika tidak, serangan diam-diam sudah berubah jadi serangan mendadak... Jika kemampuan kita terlalu lemah, mereka akan meremehkan. Anggota yang tertangkap akan berada dalam bahaya besar. Saya yakin Anda tidak bisa menerima ini, kan?"
"Benar!"
Masih ada satu hal yang tidak diungkapkan Zheng Zhuo, yaitu keinginannya untuk mencoba teknik baru yang baru saja dipelajari, tabrakan antara kekuatan yuan zhen dan kekuatan magis. Teknik ini dikembangkan untuk menyaingi api hitam dari replika, pertahanannya cukup baik namun daya serangnya agak kurang. Meskipun kemampuan aslinya bisa menutupi kelemahan ini, itu semua bergantung pada pertahanan ekstra kuat dari skill ini. Jadi menggunakan Tim Timur Laut sebagai batu ujian juga menjadi salah satu alasan dia maju bertarung.
Di sisi lain, Tim Timur Laut muncul di sebuah ruang penyimpanan dalam destroyer. Begitu materialisasi selesai, wajah Mitsui Michi langsung pucat pasi. Miyata Kuramaki yang berdiri di sampingnya segera menyangga tubuhnya: "Kekuatan magismu terkikis berlebihan? Soalnya harus membawa kami bertiga sekaligus. Istirahatlah dulu, setelah kekuatanmu kembali seperti semula baru menyelinap keluar. Aku dan Koinu Masao akan mulai bergerak. Yang Mulia Jingu, tetaplah bersama dia. Aku yakin teknik ninja bayangan Mitsui bisa melindungmu."
Sebenarnya bukan hanya Mitsui yang wajahnya pucat. Dari keempat orang yang hadir, selain Miyata Kuramaki yang masih terlihat tenang, ketiga anggota lainnya menunjukkan ekspresi tidak nyaman. Terutama Koinu Masao yang wajahnya berubah hijau pucat ketika tahu harus bergerak bersama Miyata. Jika diperhatikan lebih seksama, kedua kakinya bahkan sedikit bergetar.
Miyata Kuramaki menghela napas tipis. Dengan keras dia menghantam bahu Koinu Masao: "Tunjukkan aura pria Osaka-mu!" Setelah berkata demikian, dia menarik napas dalam-dalam lalu membuka pintu besar itu. Pada saat yang sama, pikirannya mulai memanggil Aoi Sora.
“……Komandan, ini peta distribusi personel di dalam destroyer. Karena karantina kekuatan spiritual, kami hanya bisa merasakan keberadaan satu makhluk hidup, tapi tidak bisa membedakan jenis kelamin atau penampilannya. Jadi mungkin itu prajurit angkatan laut yang dipaksa Tim Zhongzhou, atau anggota Tim Zhongzhou sendiri. Kalian harus hati-hati.”
Miyata Kuraki mengangguk, ia langsung membuka pintu besar, menarik Koinu Masao dan berlari keluar. Dalam beberapa langkah, mereka sudah menghilang di ujung lorong.
Ini sebenarnya metode pertempuran koordinasi yang lama dipakai Tim Donghai. Miyata Kuraki dan Koinu Masao bertipe tempur jarak dekat, cocok untuk serangan frontal. Mitsui Dō menukar ninjutsu elemen bayangan yang cocok untuk serangan diam-diam dan dukungan. Ditambah shikigami milik Jingū, kontrol kekuatan spiritual Aoi Sora, serta skill anggota tim lainnya. Cara bertempur ini membuat mereka menang melawan Tim India. Kini, metode yang sama mereka terapkan pada Tim Zhongzhou...
"Ketemu!"
Dua orang di Tim Zhongzhou jantungnya berdebar. Saat mendapat peringatan dari Zheng Zhuo, beberapa anggota tim memusatkan perhatian. Kunci genetik mulai diaktifkan. Selain Zheng Zhuo, Zhao Yingkong dan Zhang Heng juga mendeteksi gerakan di kabin kapal. Zhang Heng masih diam, tapi Zhao Yingkong diam-diam bangkit dari kursinya, membuka pintu kamar sambil menggenggam sesuatu dengan satu tangan — mungkin Pedang Kemenangan dan Sumpah, senjatanya.
Pada saat yang sama, Zheng Zhuo turun dari langit dan langsung masuk ke dalam kabin kapal. Dia kemudian berlari ke arah lokasi Tim Laut Timur. Ditambah dengan Zhao Yingkong yang mendekat dari bawah kabin, kedua orang dari atas dan bawah ini menjepit Tim Laut Timur di tengah, lalu mulai bergerak cepat ke arah tujuan mereka.
Di pikiran Kuki Kuraki dan Koinu Masao terpampang peta pemindaian kekuatan spiritual. Saat melihat dua orang mendekat dari atas dan bawah, Koinu Masao langsung panik. Namun Kuki Kuraki dengan tenang berkata: "Jangan panik! Mereka cuma dua orang, dan datang dari arah berbeda. Belum tentu Tim Zhongzhou menemukan kita. Mari serang orang yang datang dari bawah, dia paling dekat. Setelah menyerang, kita bisa lanjutkan pencarian ke bawah... Mitsui Michi, carilah ruangan yang penuh orang! Dengan jurus ninja bayanganmu, selunduplah diam-diam. Jika menemukan orang yang bukan prajurit angkatan laut - terutama yang lemah atau pengendali kekuatan spiritual yang terluka - tangkap segera! Lalu kita harus pergi!" Setelah berkata demikian, Kuki Kuraki menarik Koinu Masao dan berlari ke arah Zhao Yingkong.
Jarak antara kedua pihak hanya terpaut dua lorong...
### Trilogi Ketiga Belas: Pembuka Badai BAB IX Tawanan (II)
Pertempuran kecil ini secara keseluruhan dimenangkan oleh Tim Laut Timur yang berhasil merebut inisiatif. Dengan adanya Sang Pengendali Kekuatan Spiritual, setidaknya mereka tidak akan disergap dalam pergerakan. Selain itu, persiapan mental dan fisik telah dilakukan sebelum pertempuran. Jika perbedaan kemampuan tidak terlalu besar dan situasinya dua lawan satu, pihak tanpa pengendali kekuatan spiritual hampir pasti kalah.
Namun, syarat utamanya adalah perbedaan kemampuan tidak terlalu besar...
Zhao Yingkong tidak berlari terlalu cepat, hanya berlari-lari kecil sambil memegang postur pedang. Seluruh penampilannya terlihat sangat santai. Ketika jaraknya dengan Tim Laut Timur hanya tersisa sebuah lorong, tiba-tiba dia mengayunkan kedua tangannya. Pedang berat transparan di tangannya telah menyambar keluar lorong.
Suara "srrrt" terdengar. Pedang transparan ini menyobek baja seperti kain lapuk, merobek tepi lorong secara horizontal. Bilah pedang menerobos dinding dan menyambar kedua orang di luar lorong.
Koenuma Masao masih belum bereaksi, tapi Miyata Kuraki langsung berubah pucat. Dia menyergap Koenuma Masao ke lantai sembari mencabut katana dengan tangan satunya. Dengan dentuman logam keras, katana Miyata Kuraki hampir terlepas dari genggaman. Dorongan tenaga ini membuat mereka berdua meluncur beberapa meter hingga membentur dinding.
"Kuat sekali..."
Miyata Kuraki terpental dari tanah, tangannya yang menggenggam katana mengeras, bibirnya berucap pelan kalimat ini, kemudian segera berkata dalam pikirannya: "Koinu Masao! Cepat berubah wujud! Ini jagoan super! Nasib kita bergantung pada detik-detik ini..."
Saat suaranya menghilang, seorang gadis bertubuh mungil muncul dari pinggir koridor. Langkahnya ringan, tangannya sama sekali tidak membawa senjata, hanya kedua telapak tangan yang menggenggam udara seolah memegang senjata khusus, tampaknya tidak mengeluarkan aura yang mengerikan.
Koinu Masao yang awalnya tegang langsung melompat dari tanah sambil berteriak: "Kuraki, ini yang kau bilang kuat? Jangan bercanda..."
"Idiot..." Miyata Kuraki sama sekali tidak berani menatap Koinu Masao. Ia bergumam pelan: "Niat membunuhnya seperti gelombang pasang... Pertama kali aku melihat orang dengan keinginan membunuh seintens ini, kau benar-benar tidak merasakannya?"
Jelas terlihat. Koinu Masao memang tidak merasakannya, kesenjangan kemampuan terlalu besar. Ia bahkan tidak bisa merasakan tingkat kemampuan Zhao Yingkong. Tapi ia masih mematuhi perintah Miyata Kuraki. Saat menerima perintah, tubuhnya mengeras berteriak, otot di seluruh tubuhnya mengembang satu per satu seolah memiliki kehidupan sendiri. Hingga ototnya mengalami keratinisasi, tubuhnya membengkak lebih dari lima fen secara tiba-tiba, bahkan mencapai tinggi lebih dari dua meter, terlihat seperti raksasa kecil.
"Aah!"
Otot-otot di tubuh Shinxiao Quan telah mengembang sepenuhnya. Dengan raungan keras, dia menerjang ke arah Zhao Yingkong. Miyata Kuraki yang menyadari bahaya segera menyambar pedang Jepangnya dan mengikuti gerakan raksasa ini. Tekanan yang dihasilkan dari serbuan frontal raksasa ini jelas jauh melebihi gadis mungil yang berdiri tanpa senjata di depannya.
Zhao Yingkong tetap tenang. Menghadapi dua penyerang yang mendekat, dia mengangkat Pedang Kemenangan dan Sumpah lalu menebasnya di udara. Bilah pedang berat itu dengan mudah menyambar otot-otot Shinxiao Quan, namun hanya menembus tiga fen ke dalam. Otot sekeras baja itu langsung mengerut saat terluka, membuat pedang tertanam di permukaan ototnya. Shinxiao Quan yang mengaum garang telah menubruk tubuh Zhao Yingkong secara frontal.
Penguatan atribut bumi pada Koinaru Masao ini seharusnya mirip bahkan sama dengan anggota Tim India sebelumnya. Jika Zhao Yingkong menghadapi serangan setara di masa lalu, belum tentu bisa menghindar. Bahkan jika berhasil, mungkin akan mengalami luka ringan. Namun setelah sekian lama memasuki dunia bereinkarnasi, terutama dengan kebangkitan kepribadian utamanya, peningkatan kemampuannya bukan main-main. Saat Koinaru Masao menubruk tubuhnya, gadis kecil itu telah menempelkan satu tangan di dada lawannya, mendorong dengan kaki lalu melompat. Seolah Koinaru Masao adalah dinding, dia melompati kepala lawan sambil mengaitkan tenggorokannya dengan kedua kaki. Gerakan ini bermaksud memuntir tenggorokan hingga patah dengan tenaga lompatannya.
Tapi di sini bukan hanya Koinaru Masao. Miyata Kuraki menyusul dari belakang tanpa bicara. Katana di tangannya menyambar leher Zhao Yingkong bagai kilat, tanpa jejak pergerakan. Teknik pedang Miyata sudah matang, memaksa Zhao Yingkong membatalkan serangan ke Koinaru Masao. Dia terpaksa mengangkat Pedang Kemenangan dan Sumpah untuk menahan serangan langsung. Dentuman Dang! terdengar saat Zhao Yingkong melompat mundur beberapa meter dengan memanfaatkan tenaga benturan.
（Tidak bisa, jarak dengannya masih begitu besar...）
Zhao Yingkong dalam hati menghela napas tipis. Andai kejadian tadi dihadapi oleh kepribadian utamanya, pastilah Kojima Masao sudah menjadi mayat dengan kepala terpuntir di sana. Perbedaan kemampuan ini begitu mencolok, meski dirinya telah mengalami kemajuan pesat, tetap saja jurang perbedaannya masih sangat lebar.
"Ulangi!"
Zhao Yingkong berseru lantang, mengacungkan Pedang Kemenangan dan Sumpah lalu menyergap lagi. Sasaran utama adalah Kojima Masao. Pria besar ini sebelumnya sampai berkeringat dingin, lehernya sedikit terkilir yang masih terasa nyeri. Melihat Zhao Yingkong menyerang lagi, ia meraung dan meninju dengan tekanan dahsyat dari tinju kanannya. Namun baru separuh tenaganya terkumpul, Zhao Yingkong tiba-tiba merapatkan kedua tangan mencengkeram pergelangannya, lalu mengikuti tenaga lawan sambil menyentak ke belakang. Seketika pergelangan tangan itu patah dengan suara 'krak'!
Kojima Masao langsung menjerit kesakitan. Refleks ia menendang Zhao Yingkong yang justru menggunakan tangan sebelahnya menyangga tendangan itu untuk melompat mundur, persis menghindari sabetan pedang yang nyaris mengenai rambutnya. Baru setelah mundur beberapa meter, beberapa helai rambut Zhao Yingkong perlahan terurai. Kali ini bahkan keringat dingin membasahi dahinya.
（Terlalu dipaksakan, kekuatan 'diriku yang lain' itu entah sudah melalui berapa kali latihan, ditambah dengan bantuan tingkat pemahaman Ruwei level empat, barulah bisa mencapai ketangguhan jarak dekat yang terkesan mudah. Kemampuanku tetap jauh di bawahnya...)
Zhao Yingkong merasakan kepahitan di hati. Namun dengan watak kerasnya yang tak mau mengaku kalah, dia berteriak lirih: "Lagi!" Setelah itu, dia kembali menyerbu kedua orang itu. Ekspresinya seolah merasa dirugikan, padahal sebenarnya sikap mentalnya tak jauh berbeda dengan Zheng Zhuo - sama-sama menggunakan kedua lawan ini sebagai bahan uji coba jurus baru.
"Shinzo! Kerahkan semua kemampuan! Gadis ini sangat kuat, jika kita terus dihambat berdua, bisa mati di sini!"
Di dalam pikirannya, Miyata Kuraki berteriak keras pada Koinu Shinzo. Secara bersamaan, dia mengayunkan tangan ke belakang melukai lengannya sendiri, lalu mulai mengoleskan darahnya ke sekujur tubuh. Pada kulit dan wajahnya tertera simbol-simbol aneh yang mulai memancarkan cahaya hitam seiring dioleskannya darah. Dalam sekejap, seluruh tubuh Miyata Kuraki telah terbungkus lapisan sinar hitam redup.
"Prajurit Tim Zhongzhou, tindakan kami berdua melawanmu satu orang sudah melanggar semangat bushido. Jika bukan karena kami berada dalam tim reinkarnasi, sungguh aku ingin bertarung secara adil denganmu... Atribut penguatanku bernama Pendekar Iblis, meminjam kekuatan dewa hantu untuk mencapai kekuatan langit. Rekanku memperkuat 90% fisik dengan penguatan otot Huyu. Kami memikul aib melawan 2 lawan 1, memikul nyawa seluruh anggota Tim Donghai... Hari ini kami harus menangkapmu!"
"Tebasan Iblis!"
Zheng Zhuo turun dari geladak ke kabin kapal. Saat berlari hendak menjepit Tim Donghai bersama Zhao Yingkong, tiba-tiba telinganya menangkap dentuman pistol Gauss yang sangat dikenalnya. Hatinya berdebar, kakinya mendorong kuat menuju ruangan tempat Chu Xuan berada. Di sana bukan hanya ada Chu Xuan yang mengendalikan Lonceng Donghuang, tapi juga anggota tim yang tertidur dan beberapa wajah baru. Jika mereka ditangkap Tim Donghai... akan sangat sulit bagi mereka untuk kabur sendiri.
Melewati beberapa jalur, Zheng Zhuo menyelinap masuk ke ruangan. Saat hendak menyerang orang asing, ia justru melihat semua orang duduk selamat. Hanya ada mayat pria kurus tinggi dengan puluhan luka jarum di tubuhnya. Bekas tembakan pistol Gauss ini terlihat jelas di lantai.
"Chu Xuan! Bukankah kau bilang tidak bisa bergerak bebas? Bahkan patroli saja tidak ikut, bagaimana bisa membunuh anggota Tim Laut Timur ini? Jangan bilang kau menipuku lagi!" Zheng Zhuo mengurungkan niat menyerang Tim Laut Timur. Setelah buru-buru datang hanya menemukan mayat, ia langsung melontarkan pertanyaan pada Chu Xuan.
"Hm, memang tidak bisa berkeliling. Tapi menggerakkan tangan masih bisa." Chu Xuan tetap menunduk sambil membalas sambil terus membaca dokumen.
"Kau..."
Zheng Zhuo belum sempat melanjutkan, tiba-tiba ledakan dahsyat menggema dari kejauhan. Seluruh destroyer bergetar hebat. Beberapa ledakan susulan terdengar. Zheng Zhuo tak sempat berdebat lagi. Seluruh tubuhnya berpendar terang, melesat secepat kilat menuju sumber suara.
Kecepatan Zheng Zhuo luar biasa. Dalam sekejap mata, ia telah melintasi beberapa jalur. Bekas sepatunya tercetak dalam di lantai. Saat tiba di lokasi, seluruh jalur sudah ambruk. Gelombang semangat menyengat wajahnya, besi-besi telah mencair. Tapi tak ada siapa-siapa di sana. Tanpa ragu, ia berbalik arah menyembur keluar kabin.
Semua ini terjadi dalam belasan detik. Saat keluar kabin, ia melihat tiga pria dan Zhao Yingkong yang pingsan. Mereka sedang menunggangi elang raksasa berlebar sayap sepuluh meter. Dengan kibasan sayap, elang itu membawa keempatnya menerobos angin, kecepatannya cukup mengesankan.
Teknik "Soru" Zheng Zhuo tentu bisa mengejar ketiga orang itu. Namun ketika melihat Zhao Yingkong tidak terluka sama sekali, hanya tak sadarkan diri, akhirnya dia memperlambat langkah dan berhenti di geladak. Ketiganya menoleh ke arahnya, terutama seorang pria botak berotot yang tertawa terbahak-bahak sambil menjulurkan tangan ke leher Zhao Yingkong untuk mengangkatnya.
“...Mau mati?”
Sorot mata Zheng Zhuo menjadi tajam. Dengan suara menggelegar dia berteriak. Ketiganya jelas mendengar teriakan itu. Sebelum sempat bereaksi, mereka melihat Zheng Zhuo merenggut tiang besi pagar pembatas di sebelahnya. Dengan mudahnya dia mematahkan setengah bagian tiang itu. Tanpa gerakan khusus, hanya dengan lemparan penuh tenaga – dentang keras! Sebelum mereka sadar, tiang besi itu sudah menancap di lengan pria botak yang mencengkeram leher Zhao Yingkong. Dengan sentakan keras, lengan sang botak terbelah dua. Saat itu, jarak elang raksasa dan destroyer sudah lebih dari ratusan meter. Perlahan, ketiga orang dan elang itu menghilang dalam gulita malam...
### Trilogi ke-13 Pembuka Badai Bab 10 Serangan Balik! Serangan Mendadak Tim Zhongzhou! (I)
“...Apakah itu seluruh proses pertempuran kalian? Salah satu personel Tim Zhongzhou tertawan olehmu? Namanya Zhao Yingkong?”
Di kapal induk Armada Ketujuh Pasifik Amerika, Tim Donghai telah mengaktifkan artefak komunikasi dengan Tim Dewa. Dalam situasi serangan diam-diam yang hampir sempurna ini, kini tibalah momen yang menentukan nasib mereka. Apakah akan menggunakan satu personel untuk berdamai dengan Tim Zhongzhou, atau melanjutkan sesuai rencana Adam – mereka harus segera membuat keputusan final.
"Benar, namanya Zhao Yingkong. Pengendali kekuatan spiritual kami bisa menyelami lapisan kesadaran luarnya. Data personal sederhana seperti ini mudah dikonfirmasi." Kyouki Kuramaki mengangguk diam-diam, berkata dengan suara lemah.
Simbol hitam di tubuh pria itu telah menghilang sebagian besar. Sisa-sisa simbol yang masih ada warnanya memudar ekstrim, wajahnya juga terlihat sangat buruk – bahkan lebih parah dari Shinxiao Inuzuka di sampingnya yang tangannya patah sebelah.
"Aku penasaran. Dari data yang kuperoleh, gadis bernama Zhao Yingkong ini adalah anggota penting Tim Zhongzhou. Sebelumnya dia disebut-sebut sebagai jenius dari keluarga terhormat pembunuh bayaran. Maaf terlebih dahulu, tapi dengan kemampuan tim kalian saat ini, sulit percaya kalian bisa menangkapnya – apalagi hanya dengan dua orang…" Suara Adam terdengar lembut, namun kata-katanya membuat wajah seluruh anggota Tim Donghai memucat hijau pucat.
Miyata Kuraki ragu-ragu sejenak, baru kemudian menghela napas: "Oni Kenshi memiliki dua cabang Penguatan. Yang kukuasai adalah 'Hati'. Seperti kata pepatah, pedang mengiris tubuh, hati membelah jiwa. Kekuatan khususku adalah jurus pedang yang menyerang jiwa. Bahkan jika lawan yang membuka kunci genetik lebih tinggi dariku terburu-buru, jiwanya akan terguncang. Jika jiwanya memang lemah atau bermasalah... membuat mereka pusing bukan hal mustahil. Atau maksudmu ini Jebakan Tim Zhongzhou?"
"Sementara kita kesampingkan soal jebakan. Pertama-tama, apa rencanamu menangani anggota Tim Zhongzhou ini?" tiba-tiba Adam bertanya.
Miyata Kuraki melirik sekeliling, pandangannya khusus tertuju pada Aoi Sora. Gadis itu mengangguk tegas padanya. Barulah ia perlahan berkata: "Kami berniat berdamai dengan Tim Zhongzhou. Meski kehilangan satu anggota, poin reward sebelumnya cukup untuk mengimbangi nilai negatif ini. Untuk Perang Akhir, Tim Laut Timur telah mempersiapkan diri lama. Dengan sandera anggota mereka, kami bisa mengancam..."
"Naif sekali kau!" suara Adam menyela. "Kau pikir ada tim yang mau melepas puluhan ribu poin reward dan alur cabang level S? Kalaupun mau, hanya jika kekuatan kedua belah pihak seimbang. Menurutmu tim reinkarnasi tanpa kekuatan intimidasi... pantas dihormati?"
“Miyata Kuraki seketika diam, tidak hanya dia. Anggota Tim Donghai lainnya juga wajah pucat pasi, hanya pria botak yang sudah kehilangan satu lengan itu yang semakin gelisah. Dengan suara menggelegar dia berkata: "Aku ingat kau pernah bilang, Tim Zhongzhou dari tiga kuat dunia bereinkarnasi, mereka sangat munafik. Bahkan demi menjaga muka, tak mungkin membuang rekan mereka sendiri, kan?"
"Benar, aku memang pernah mengatakan itu." Adam tersenyum: "Tapi... dengan wawasan dan kecerdasanmu, kau hanya bisa mengulang ucapanku. Kemunafikan itu tergantung pada jenis musuh yang dihadapi. Menurutmu, bisakah Tim Zhongzhou tetap munafik saat berhadapan dengan Tim Donghai kalian?"
"Apa maksudmu?" Koinu Mao bertanya dengan wajah terkejut.
"Orang Jepang suka menyebut orang Tiongkok sebagai... shinajin, bukan?" Adam tetap menjaga senyum lembutnya: "Aku tidak tahu pendidikan macam apa yang kalian terima sejak kecil, atau lingkungan seperti apa yang membentuk kalian. Tapi menghormati musuh berarti menghormati diri sendiri. Saat kalian terus meneriakkan shinajin, lalu ketika dalam posisi lemah malah memohon kemunafikan mereka untuk melepaskan kalian, bukankah ini tindakan yang tak tahu malu?"
"Baiklah, mari kita lewati topik ketidaksopanan. Sama seperti kekuatan adalah aksi timbal balik dari dua pihak, begitu pula kebencian. Ketika kalian meneriakkan hinaan seperti 'orang Cina' ke arah mereka, menurutmu Tim Zhongzhou akan punya kesan baik tentang kalian? Kebencian turun-temurun ini sering terlihat konyol di mata orang luar. Kalian hanya orang bodoh yang terperangkap dalam lingkaran kebencian! Jika tak bisa melepaskan kebencian ini, kau pikir Tim Zhongzhou akan memperlakukan kalian seperti tim biasa? Kalian adalah musuh abadi! Bahkan dengan dalih legitimasi moral, Tim Zhongzhou pasti akan melakukan pemusnahan total terhadap kalian!"
Kobuto Masao seketika wajahnya pucat pasi. Terutama saat rasa sakit di lengannya terus mengingatkannya bahwa komandan Tim Zhongzhou adalah monster, horor kematian langsung menyergap hatinya. Erangan kesakitannya semakin nyaring terdengar.
Aoi Sora, gadis kecil itu, juga terlihat pucat. Setelah cukup lama, dia akhirnya berkata: "Lalu... bagaimana dengan Chu Xuan dari Tim Zhongzhou itu? Dia juga punya kecerdasan sepertimu, kan? Tidakkah dia akan menganalisis situasi? Kehilangan anggota tempur utama, plus kemungkinan korban dalam pertempuran melawan kita – bukankah dia seharusnya mempertimbangkan semua ini? Lagipula Perang Akhir sudah di depan mata..."
Adam langsung memotong pembicaraannya: "Sangat sederhana. Jika mengikuti pola pikir pria tanpa persepsi, emosi, atau jiwa itu, dia mungkin akan langsung merancang metode pertempuran tanpa korban jiwa yang bisa memusnahkan tim kalian sepenuhnya. Jika kalian masih berkhayal ingin berdamai dengan Tim Zhongzhou... lebih baik tumpahkan dulu semua darah dalam tubuhmu. Hentikan aliran darah keturunan suku Yamato Jepang! Baru mungkin para anggota Tiongkok di Tim Zhongzhou itu akan mengampuni kalian seperti mengasihani anjing..."
"Diamlah!"
Miyata Kuraki berdiri dengan dingin. Ia menghunus pedang Jepang ke arah alat komunikasi di dinding, lalu berkata perlahan: "Kau bisa membunuh kami, merancang jebakan atau apapun. Tapi jangan hinakan jiwa kami... Mungkin bagi orang asing seperti kalian ini terlihat aneh, bahkan menganggap pemikiran kami sakit. Tapi... di hatiku selalu ada jiwa Yamato! Lebih baik mati daripada menerima penghinaan!"
Suara Adam terus melanjutkan tanpa jeda: "Benar, jiwa Yamato? Kebetulan, musuh bebuyutan kalian juga memiliki hati Tiongkok di dada mereka. Menurutmu, apakah mereka akan melepaskan kalian?"
Miyata Kuraki memejamkan mata. Ia menarik napas dalam sebelum berkata: "Adam... masa depan Tim Donghai tidak bisa kuserahkan padamu. Jika kami selamat, kuharap bisa bekerja sama denganmu di Aliansi Malaikat - kerja sama sejati, bukan sekadar menjadi tombak di tanganmu." Pedang Jepang di tangannya menyambar cepat, memotong alat komunikasi menjadi dua bagian.
Sebagian besar anggota Tim Donghai terdiam, hanya pria botak dan beberapa orang lain yang terkejut. Xiaoquan Zhenxiong langsung berteriak, "Miyata Kuraki! Kau gila? Alat komunikasi Adam sudah kau rusak, bagaimana kita bisa memprediksi situasi Tim Zhongzhou sekarang? Kau ingin membunuh kita semua?"
"...Atau mungkin benar-benar akan mati."
Miyata Kuraki menoleh ke arah semua orang, "Saudara-saudara, tekadku sudah bulat! Jika Tim Zhongzhou ingin damai, kita berdamai. Jika mereka ingin berperang, kita lawan! Sekalipun mati, janganlah merengek seperti anjing. Ini satu-satunya permintaanku pada kalian. Jika tidak," matanya berkilat, "akan kutebas leher kalian setelah kalian melakukan seppuku (tradisi Jepang: setelah bunuh diri dengan merobek perut, kepala harus dipenggal)."
"Aku sama sekali tidak akan meninggalkan kalian! Mari kita bertempur sampai titik darah penghabisan, sekalipun harus mati!"
Di saat yang sama, di dimensi tempat Adam berada, ia tersenyum mendengar desisan statis dari instrumen di hadapannya. Setelah lama terdiam, jarinya menekan tombol untuk mematikan suara itu.
"Adam, rencanamu memanipulasi Tim Donghai dari belakang sudah terbaca oleh Chu Xuan?" Song Tian yang duduk di sampingnya bertanya dengan mata tetap terpejam.
"Belum... Tidak, mungkin sudah terbaca, tapi mungkin juga belum. Sungguh luar biasa," Adam menggeleng getir, "dengan hanya mengorbankan satu anggota tim menjadi tawanan, seluruh kalkulasiku langsung lumpuh. Sekarang aku sama sekali tidak bisa membaca pikirannya. Setidaknya tidak tahu apakah dia sudah menyadari keberadaanku."
"Mengapa?" Song Tian penasaran.
"Karena tawanan Tim Donghai adalah orang yang seharusnya tidak bisa ditawan, melihat kemampuan Zhao Yingkong yang kita ketahui, terlalu banyak detail kesengajaan dalam penangkapan ini. Tapi justru karena itu, aku tidak mengerti apa yang dipikirkan Chu Xuan. Apakah dia tahu tentang keberadaanku? Kapan dia mengetahuinya? Saat Tim Donghai menggunakan siasat licin? Atau saat mereka melakukan serangan diam-diam? Atau mungkin sama sekali tidak tahu, hanya mengatur permainan ini berdasarkan gaya inersia?"
Song Tian membuka matanya. Dia memandang Adam sebelum berkata: "Kalau begitu biarkan saja. Tim Zhongzhou tetaplah Tim Zhongzhou. Kita akan mengerahkan seluruh kemampuan saat Perang Terakhir nanti. Bagaimanapun kamu sudah berusaha maksimal, bahkan berhasil membangkitkan sentimen nasional Tim Donghai. Mereka pasti akan bertempur sampai mati. Aku terlalu mengenal orang-orang Jepang itu, pemikiran militerisme sakit mereka memang seperti itu!"
"...Aku merasa ada detail penting yang terlewat." Adam tersenyum getir terus-menerus. Dia berdiri dan menatap langit. Setelah cukup lama baru berkata pada Song Tian: "Kalian orang Tiongkok punya pepatah seperti ini kan?"
"Mengapa harus ada Zhou Yu jika sudah ada Zhuge Liang..."
