“Ini mungkin pertemuan langsung pertama kami yang sesungguhnya, Komandan Tim Zhongzhou Zheng Zhuo, salam kenal.” Miyata Kuraki memandang Zheng Zhuo dengan sikap tidak merendah maupun sombong.
Zheng Zhuo juga menatap Miyata Kuraki. Pemuda yang memegang pedang Jepang ini, meskipun musuh, namun sikapnya selama masa pengawasan membuatnya tidak membenci pria ini. Bagaimanapun, seseorang yang memperlakukan tawanan dengan baik dan memiliki kehormatan sebagai prajurit, sejahat-jahatnya pasti ada batasnya. Meskipun dia orang Jepang, lagipula saat ini mereka masih membutuhkan bantuan pengendali kekuatan spiritual Tim Donghai. Maka dia mengangguk dan berkata tenang: "Salam, saya Zheng Zhuo komandan Tim Zhongzhou... Hanya kalian bertiga yang datang menghadapi saya?"
Jika orang lain mengucapkan kalimat ini, mungkin akan dianggap menghina atau sombong oleh Miyata Kuraki. Tapi hanya mereka yang tahu kemampuan Zheng Zhuo yang sesungguhnya memahami bahwa perkataannya ini benar-benar adil. Zheng Zhuo terlalu kuat. Kekuatan ini bahkan mencapai level perbedaan kelas antara makhluk rendah menghadapi entitas hidup tingkat tinggi. Saat dilihat dari jauh saja sudah terasa tak tertandingi, kini ketika bertiga berdiri di hadapannya, tekanan intimidatif itu menjadi sangat nyata. Bahkan membuat mereka berhalusinasi seolah ada gunung raksasa di depan mata. Pertanyaan Zheng Zhuo tentang "bertiga menghadapinya" sama sekali bukan sindiran, tapi fakta. Bukan cuma tiga orang, untuk melawannya... kirimkan satu pasukan militer saja!
"Maaf sekali, hanya ada dua rekan yang bisa berjuang berdampingan denganku. Sisanya... sisanya tidak layak menjadi temanku. Jadi, aku harus meminta Yang Mulia menerima sedikit kepahitan, menghadapi kami bertiga dengan kemampuanmu." Kata Miyata Kuraki dengan nada getir.
Zheng Zhuo merasakan desiran di hatinya, teringat pengawasan mereka sebelumnya. Miyata Kuraki jelas berbeda dengan mereka yang bicara dengan nada merendahkan. Begitu pula gadis bernama Aoi Sora. Meski tidak tahu perasaan sebenarnya dalam hati mereka, orang-orang ini mungkin tidak terlalu jahat.
"Apakah kalian sudah siap kehilangan nyawa? Medan perang tak kenal ampun. Jika ada wasiat terakhir, sampaikan sekarang." Zheng Zhuo menggertakkan jarinya, menatap ketiganya.
Miyata Kuraki juga menatap serius Zheng Zhuo, "Bisakah kita berdamai? Meski sekarang musuh. Konflik alur cerita kita tidak besar. Tidak... sama sekali tidak ada konflik alur. Dengan kemampuan Tim Zhongzhou, poin reward dan alur cabang lebih banyak pun tak akan memberi terobosan berarti dalam waktu singkat. Bisakah kita berdamai?"
Zheng Zhuo mengerutkan alisnya. Ia mengangguk lalu menggeleng, "Bisa berdamai, tapi bukan sekarang... Beberapa orang di Tim Donghai wajib mati!"
"Begitu?" Ekspresi Miyata Kuraki langsung suram. Ia salah paham, mengira Zheng Zhuo bermaksud membunuh beberapa orang karena Tim Zhongzhou hanya butuh sedikit poin reward dan alur cabang.
“Akhirnya saya ingin mengajukan satu pertanyaan……Zheng Zhuo-kun, sebagai orang Tiongkok, apakah Anda membenci kami orang Jepang?” Miyata Kuraki menggenggam erat pedang samurainya, ia bergumam mengajukan pertanyaan ini.
“Benci! Juga tidak benci!”
Zheng Zhuo menjawab langsung: “Saya membenci pemerintah kalian, membeni sayap kanan di negara kalian, juga membenci banyak hal yang telah kalian lakukan. Seperti memodifikasi buku pelajaran, menduduki paksa pulau kami, tidak menghormati sejarah, memutarbalikkan dan mengubah catatan sejarah……Semua ini yang saya benci. Tapi saya tidak membenci sebagian orang di Jepang, seperti mereka yang pernah menanam pohon skala besar di wilayah barat laut negara kami. Seperti mereka yang berlutut di Museum Peringatan Pembantaian Nanjing, seperti mereka yang selama tiga puluh tahun tak henti membantu pendidikan pedesaan di negara kami……Saya jelas membedakan dendam dan budi, yang pantas dibenci akan saya benci, yang tidak pantas tidak akan saya benci. Balas budi dengan budi, balas dendam dengan dendam. Tenang saja, bahkan jika Tim Zhongzhou kami memenangkan Perang Pamungkas, sekalipun kembali ke dunia nyata, kami tidak akan melakukan kekejaman seperti yang Anda bayangkan. Saya punya harga diri.”
“Terima kasih Zheng Zhuo-kun……Anda juga memiliki semangat bushido. Bisa bertarung dengan Anda adalah kehormatan bagi saya!”
Miyata Kuraki tiba-tiba tertawa terbahak-bahak penuh semangat. Ia menggenggam pedang Jepang dan menghentakkan langkah ke depan: "Atribut yang kukuasai bernama Pendekar Iblis, evolusi cabangnya adalah Ratapan Hantu yang berfokus pada penyembelihan jiwa... Bertarunglah! Para kesatria Zhongzhou! Perlihatkan padaku seberapa dahsyat kekuatan tempur terhebat di dunia bereinkarnasi ini!" Usai berkata demikian, ia menyabetkan pedang secara horizontal melukai lengannya sendiri, lalu mengoleskan darah ke tubuhnya dengan tangan.
Saat darah mulai membaluri tubuh Miyata Kuraki, simbol-simbol hitam di kulitnya semakin jelas terlihat. Permukaan tubuhnya seolah diselubungi kabut hitam. Dengan tawa menggelegar, ia mengangkat tinggi pedang Jepang dengan kedua tangan lalu menebas dari atas ke bawah.
"Tebasan Iblis!"
Zheng Zhuo tidak memulai serangan terlebih dahulu. Diam-diam ia memperhatikan Miyata Kuraki mengoleskan darah ke tubuhnya sendiri. Tiba-tiba tubuh pria itu memancarkan sinar hitam dan menghunjamkan pedangnya. Dari pedang itu melesat sinar hitam kabur yang membuat Zheng Zhuo terkejut. Dengan dorongan kaki kuat, ia melompat mundur. Namun sinar pedang hitam itu tiba-tiba menghilang. Sebaliknya, dari balik sinar itu muncul hantu raksasa setinggi beberapa meter yang langsung menghantam Zheng Zhuo dengan cakarnya. Tanpa sempat menghindar, Zheng Zhuo mencoba menahan serangan itu dengan satu tangan. Tapi tangannya malah menembus cakar hantu tersebut. Lengan yang masuk ke tubuh hantu itu langsung lenyap, disusul dada Zheng Zhuo yang tercabik cakar mengerikan hingga membentuk celah besar.
“……Tidak benar! Halusinasi?”
Zheng Zhuo masih terpana oleh kekuatan mengerikan serangan tadi. Tiba-tiba ia menyadari tidak ada kilatan cahaya pelindung di tubuhnya. Artinya, sistem pertahanannya sama sekali tidak aktif. Dengan teriakan keras, ia...
Seperti diduga, setelah terus-menerus membuka kunci genetik hingga mencapai Tingkat Tiga, hantu dan luka itu pun menghilang tanpa bekas. Di depan matanya hanya terlihat Miyata Kuraki yang terus menghujamkan sinar pedang. Dengan hentakan kaki, Zheng Zhuo kembali mundur. Pedang itu menghantam geladak kapal. Sinar pedang hitam seolah memiliki daya korosif, membuat geladak meleleh terus hingga kedalaman dua meter sebelum akhirnya lenyap.
"Pedang memenggal tubuh, hati memenggal jiwa. Pedangku masih membawa keraguan, hatiku belum cukup untuk memenggal jiwa... Zheng Zhuo-kun, jangan ragu untuk mengeluarkan semua kemampuanmu. Berikan aku rasa hormat yang selayaknya!" Miyata Kuraki menarik napas dalam-dalam lalu tertawa terbahak-bahak.
Zheng Zhuo juga menghela napas sambil tersenyum, "Sejujurnya, jurus ini sangat efektif untuk lawan di bawah kunci genetik Tingkat Tiga atau mereka yang memiliki celah pertahanan mental. Sayang, seharusnya masih ada tingkat yang lebih tinggi. Konsep 'hati memenggal jiwa' itu mungkin bisa menjadi jalan terangmu..."
"Aku juga akan mulai serius bertempur, Komandan Tim Donghai. Untuk kalian berdua, jangan sungkan menggunakan kekuatan tempur maksimal. Karena mulai sekarang kalian akan menghadapi pertarungan jauh di atas level kalian... Aku akan terus meningkatkan kekuatan..."
"Pertama-tama... Ledakan!"
Saat Zheng Zhuo tiba di kapal induk, Aoi Sora masih terus berdoa di dalam kamar. Perasaannya terhadap Miyata Kuraki begitu tulus. Bagaimanapun juga dia ingin pria itu bertahan hidup, tapi sekarang... Dia sudah tidak tahu cara menyelamatkannya lagi.
Tiba-tiba, pintu besar kabin bergemuruh hebat. Braak! Suara itu seperti pukulan keras pada pintu. Aoi Sora merasakan getaran spiritual - melalui kekuatan mentalnya dia mengetahui bahwa Koinu Matanao dan anggota Tim Donghai lainnya berdiri di depan pintu dengan wajah mengerikan. Koinu Matanao bahkan mengembangkan ototnya sambil terus menghantam pintu.
“Aoi Sora! Serahkan anggota Tim Zhongzhou itu kepada kami! Kami akan menyerahkannya ke komandan Tim Zhongzhou! Dengan begitu kita bisa bertahan hidup!” Seorang pria paruh baya berteriak keras.
Matao Inukai bahkan semakin histeris berkoar: "Bukan menyerahkan! Ini untuk dijadikan sandera! Begitu kita menangkapnya. Tim Zhongzhou pasti buru-buru datang merebut, dia pasti sangat penting. Kurasa dia kekasih monster di atas sana, sudah pasti! Menggunakan dia sebagai sandera adalah opsi terbaik, kita pasti bisa bertahan hidup!"
Aoi Sora berkata dengan dingin: "Kalian semua minggir! Kalian sudah bukan rekan aku dan Kuraki lagi. Kami juga tidak punya rekan seperti kalian, lebih baik jauhi aku. Aku tidak mau melihat sampah masyarakat seperti kalian!"
Orang-orang di luar terkejut, kemudian semakin mengamuk. Matao Inukai bahkan otot-ototnya terus berubah hingga berubah menjadi raksasa kecil. Dengan kasar ia memukuli pintu besar sambil berteriak: "Sialan komandan! Aku juga tidak mau ikut lagi! Aku cuma ingin bertahan hidup! Berbalik muka karena seekor babi Cina! Aku tidak punya sahabat seperti kalian! Cepat berikan dia padaku, atau aku bunuh kau juga!"
Hati Aoi Sora semakin membeku. Ia tidak berkata apa-apa, hanya menyeringai dingin sambil perlahan berdiri. Sorot matanya mulai berubah warna, sementara ruang di sekitarnya perlahan terdistorsi. Dari penampilannya, selain sebagai pengendali kekuatan spiritual, tampaknya ia memiliki kekuatan lain.
"Dengan suara menghujam keras, pintu besar itu akhirnya hancur oleh pukulan Koinu Mao. Dia kemudian menendang pintu rusak itu ke arah Aoi Sora. Pintu itu meluncur dengan kekuatan dahsyat, namun berhenti tepat satu meter di depan Aoi Sora. Koinu Mao sadar tak boleh membiarkan Aoi Sora menggunakan kekuatan penuh. Dengan teriakan menggelegar, dia menerjang ke depan dan menghujamkan pukulan-pukulan mematikan sambil berteriak: "Ayo kita bunuh pengkhianat negara ini bersama-sama! Hanya dengan membunuhnya kita bisa selamat!"
Orang-orang di luar terpaku, baru sadar ketika melihat Zhao Yingkong terbaring di tempat tidur. Pandangan semua langsung berubah mengerikan. Sekelompok orang menyergap masuk ke dalam kamar. Selain satu dua orang yang berusaha merebut Zhao Yingkong, sebagian besar menggunakan skill dan kekuatan mereka untuk menyerang Aoi Sora. Untuk sementara Aoi Sora terpaksa bertahan, sementara distorsi ruang di sekitarnya semakin menyusut.
"Hehe, perlu bantuanku?"
Para pejuang tertegun memandang ke arah sumber suara. Zhao Yingkong yang seharusnya tertidur kini berdiri dengan senyum manis. Dua orang yang mencoba menangkapnya terpelintir tubuhnya dengan cara yang sangat tidak wajar, mengerang kesakitan. Gadis kecil itu hanya tersenyum polos, seolah sama sekali tidak terlibat.
"Mau kubantu membunuh sampah-sampah ini? Hehe..."
