Di kejauhan tiba-tiba terjadi ledakan dahsyat, Imhotep yang berubah dari pasir berdiri di atas gedung tinggi. Ia menatap ke arah yang sangat jauh, tak tahu pertempuran seperti apa yang terjadi di sana hingga kilat terus menghujam ke tanah, terlihat sangat aneh dan mengerikan.
"Seharusnya orang itu lari ke arah sini, kan? Mengapa sama sekali tidak meninggalkan aura?"
Imhotep mengalihkan perhatian dari ledakan di kejauhan. Sebelumnya ia mengejar seorang individu hingga ke jalanan di area ini. Meski tak tahu kemampuan lawannya, namun orang yang berada di dekat replika Chu Xuan di saat seperti ini pasti bukan sembarangan. Jadi ia fokus mengejar satu orang ini saja, mengabaikan yang lain. Lagipula sihirnya kebanyakan serangan skala besar. Jika ada rekan tim di sekitarnya justru akan menghambat, sendirian ia bisa leluasa berubah menjadi pasir atau mengeluarkan mantra.
(Aku tak tahu bagaimana keadaan Anck-su-namun. Kemampuannya sangat lemah di dunia bereinkarnasi ini, apalagi tanpa kehadiranku... Cepatlah habisi target ini, lalu bantu mereka...)
Imhotep terus berpikir di dalam hatinya. Tiba-tiba, tekanan tak terlihat jatuh dari langit. Bagian atas gedung tempatnya berdiri langsung hancur sejauh beberapa meter, bersama dengan dirinya sendiri, batu dan bebatuan itu remuk menjadi pasir. Belum cukup sampai di situ, tekanan itu semakin membesar. Area lantai paling atas gedung yang berubah menjadi pasir juga perlahan meluas. Di saat yang sama, angin puyuh kecil muncul dari area tempat Imhotep hancur. Debu beterbangan mengikuti angin puyuh itu, perlahan membentuk wajah manusia dari pasir di udara.
"Imhotep, benar?"
Di jalan yang tidak jauh, seorang pria muda Asia berdiri di sana. Ternyata dia adalah Hao Tian yang pernah bergabung dengan Tim Zhongzhou. Dengan senyum getir dia berkata: "Tahu kenapa aku mengalihkanmu sejauh ini? Di sana adalah medan perang dua Chu Xuan! Aku sudah lihat data mu, imam abadi dari The Mummy kan? Kau mungkin tak bisa mati, tapi aku pasti tewas kalau ada di sana..."
Imhotep merasa agak kikuk. Masuk akal juga, satu Chu Xuan saja sudah cukup membuat orang gila. Apalagi kalau ada dua yang bertarung... Lebih baik menjauh dalam situasi seperti ini. Meski bisa berubah menjadi pasir, siapa yang bisa menjamin Chu Xuan si bajingan itu tidak punya jurus khusus? Seperti Meriam Magis versi genggam atau semacamnya...
"Cukup basa-basi. Cepat biarkan aku membunuhmu. Aku masih harus buru-buru..."
Wajah raksasa berpasir membuka mulut dan mengucapkan kata-kata di atas, kemudian seperti menghirup napas, dia menyedot semua debu yang runtuh di atap gedung ke dalam mulutnya, seluruh proses hanya memakan waktu beberapa detik. Saat membuka mulut untuk menyemburkan, debu-debu itu telah berubah menjadi badai pasir yang menyembur langsung ke arah Hao Tian, begitu padat hingga menutupi langit dan matahari.
"Oh-oh, benar-benar mirip adegan film ya..."
Hao Tian seolah terlahir dengan sifat santai, bahkan ketika dibunuh oleh Chu Xuan di Tim Zhongzhou pun dia menghadapinya dengan sikap itu. Kini menyaksikan badai pasir menghampiri, pria ini terkekeh ringan lalu menghentakkan kaki ke dinding gedung di sampingnya. Ajaibnya, tubuhnya seolah tanpa bobot melanggar aturan anti-gravitasi dengan berlari vertikal di dinding, kecepatannya luar biasa cepat. Sebelum badai pasir mencapainya, pria ini telah melesat hingga ketinggian lebih dari 10 lantai dan tak lama kemudian berdiri di puncak gedung.
"Sungguh merepotkan. Dari semua pilihan, kenapa harus memilih tubuh transformasi kekuatan pikiran? Serangan fisik sama sekali tak mempan, efek serangan spiritual berkurang setengah, hanya energi dan cahaya jiwa yang masih berpengaruh... Menyebalkan. Baru saja bisa mensimulasikan cahaya jiwa dari kunci genetik level empat, eh malah ketemu monster besar ini... Kayaknya setelah menang, tenaga untuk kabur pun sudah habis."
Hao Tian kembali tersenyum getir tanpa henti. Badai pasir itu sekali lagi membentuk sebuah muka manusia. Imhotep berteriak marah: "Lari? Lari ke mana, cepat biar aku bunuh kau!"
"Tentu saja lari ke tempat yang tidak terkena imbas pertempuran dua Chu Xuan. Dan juga menghindari jangkauan pertempuran gila dua Zheng Zhuo... Ah, ngapain aku bicara banyak denganmu? Bagaimana kalau kita bernegosiasi, kau biarkan aku kabur, aku kasih tahu lokasi pertempuran Zheng Zhuo?" Hao Tian memandang wajah pasir yang semakin mendekat sambil berkata pasrah.
"Apa-apaan..."
Sebelum wajah pasir raksasa itu selesai bicara, Hao Tian sudah melepaskan semburan cahaya keemasan menyilaukan. Wajah pasir itu seolah dipukul pentungan berat, langsung tercerai-berai. Ketika wajah pasir itu terbentuk kembali, sudah melayang di udara puluhan meter jauhnya.
"Sungguh menyebalkan, dulu kupikir tipe cahaya jiwa-ku akan menjadi psikokinesis paling hemat biaya dan praktis. Ternyata malah produk lanjutan dari psikokinesis ini. Meski daya hancurnya jauh lebih besar, tapi terlalu menguras tenaga. Sebelum mencapai level empat menengah, aku sama sekali tak bisa menggunakannya sepenuhnya... Cahaya Suci Jiwa, sesuatu yang dimiliki banyak orang disebut malaikat di zaman kuno..."
Hao Tian membuka kedua tangannya lebar-lebar. Dari tubuhnya memancar deras cahaya keemasan yang membentuk tembok kokoh menyelimutinya. Perlahan ia mulai melayang, berdiri tenang di tengah kekosongan seolah tak terjadi apa-apa.
“Pergilah!”
Hao Tian mengangkat satu tangannya, sebuah bola cahaya keemasan muncul di telapak tangannya. Dengan gerakan melempar ringan disusul tendangan keras ke arah wajah pasir, bola cahaya itu melesat dengan kecepatan maksimal. Sesaat sebelum menyentuh wajah pasir, bola itu meledak hebat. Cahaya keemasan menyembur setinggi ribuan zhang, menyilaukan mata hingga tak bisa dibuka. Samar-samar terdengar raungan marah dari wajah pasir itu. Saat cahaya meredup, wajah pasir tersebut telah lenyap tanpa jejak.
"Aku tahu kau tak apa-apa, Imhotep. Makhluk sepertimu sudah beberapa kali kuhadapi di Tim Iblis. Kau cuma salah satu senjata tempur hasil rekayasa orang suci kuno, itupun dengan kualitas menengah. Hanya kekuatan pikiran, alias cahaya jiwa yang abadi. Tubuh fisik dan benda luar hampir tak membatasi. Serangan tadi sama sekali tak melukai cahaya jiwamu. Jangan sembunyi, hadapilah aku secara terhormat! Aku sedang buru-buru..." Hao Tian berteriak tanpa pikir panjang.
Di sudut reruntuhan, Imhotep dengan wajah pucat kehijauan bersandar di dinding. Hatinya dipenuhi kekesalan. Tadinya dialah yang menantang berperang, tapi situasi berubah drastis. Kini justru dirinya yang harus bersembunyi.
Serangan cahaya keemasan sebelumnya benar-benar menyebabkan kerusakan besar padanya. Seketika, dia merasakan serangan itu hampir menyentuh jiwanya. Jika bukan karena keputusannya yang cepat untuk melepaskan perwujudan pasir, memanfaatkan perubahan bentuk untuk melesat ke sini, mungkin serangan itu benar-benar bisa membuatnya mengalami luka parah.
"Tidak ada pilihan lagi... Kita harus mempertaruhkan nyawa! Lagipula ini adalah Perang Dunia I akhir, mari kita habiskan segala daya!"
Jika berbicara tentang kemampuan Imhotep, bisa dikatakan dia adalah karakter spesial yang langsung memiliki kekuatan besar sejak memasuki dunia bereinkarnasi. Bagaimanapun juga dia adalah tokoh dari film, tentu tidak bisa dibandingkan dengan orang biasa di dunia nyata. Setelah melalui berbagai pertempuran bersama Tim Zhongzhou, meskipun sebagian besar poin reward dan alur cabang digunakan untuk Penguatan Anck-su-namun, dia masih berhasil menemukan beberapa teknik yang cocok untuknya. Walau baru dipelajari belum lama, sekarang dia terpaksa menggunakan teknik tersebut dengan mempertaruhkan segalanya.
"Buah Pasir..."
Saat Imhotep bersiap mengerahkan seluruh kemampuannya untuk pertarungan habis-habisan, di sisi lain Cheng Xiao justru sedang sibuk melarikan diri. Lawannya adalah seorang gadis muda berbusana mewah dengan kecantikan yang luar biasa. Meski posturnya agak mungil, wajah LOLI-nya yang manis justru membuatnya terlihat semakin menggemaskan - sosok sempurna yang baru saja keluar dari fase LOLI namun belum sepenuhnya masuk ke masa remaja.
"Ayo bertempur! Ngapain lari terus?"
Gadis muda berbusana mewah itu melompati gedung-gedung tinggi dengan gerakan sangat lincah. Dengan lompatan ringan, ia bisa melesat sejauh 100 meter. Namun Cheng Xiao justru menunjukkan ekspresi wajah yang memucat kehijauan. Sama sekali tidak menghiraukan gadis itu, ia terus berlari menuju jalan di depannya.
"Hei! Aku sedang bicara padamu, jangan-jangan kamu bisu?" Gadis itu akhirnya tidak bisa menahan diri. Dengan lompatan ringan, ia mendarat tepat di hadapan Cheng Xiao, menghalangi jalan pria itu. Dengan geram bercampur manja ia bertanya, ekspresinya penuh daya pikat terhadap lawan jenis.
Cheng Xiao memasang wajah dingin. Ia menatap gadis cantik di depannya: "Aku Cheng Xiao pernah bersumpah pada diri sendiri. Sama sekali tidak akan memukul wanita..."
"Tidak memukul wanita? Hehe. Kalau begitu, berdirilah di sini dan biarkan aku membunuhmu!" Gadis itu tertawa kecil. Tangannya diangkat seolah hendak menyerang.
"Bukan..." Cheng Xiao cepat-cepat menggelengkan kepala, "Aku sama sekali tidak akan melawan makhluk hidup selain wanita dan pria... Sial! Aku pantang bertarung dengan waria! Waria! Tidak belajar yang baik, malah berubah jadi manusia aneh!"
Seluruh tubuh gadis itu bergetar. Mata indahnya langsung dipenuhi air mata. Dengan kepahitan ia menunduk berbisik: "Ta...tapi hatiku adalah hati perempuan. Meski tubuh ini...kau tidak boleh menghinaku seperti ini. Lagipula bagaimana kau tahu?" Terlepas dari segalanya, penampilan gadis ini benar-benar kecantikan langka. Ditambah gerakan dan sikapnya yang memesona, meski masih muda tapi sudah menjadi kecantikan luar biasa...kecuali jenis kelaminnya.
Cheng Xiao mendengus dingin, ia menunjuk gadis muda ini... atau lebih tepatnya bocah lelaki 14-15 tahun itu: "Kau pikir siapa Cheng Xiao ini? Dari anak 8 tahun sampai nenek 80 tahun, cukup lihat sekilas dan dengar suaranya saja aku langsung tahu gender aslinya! Kalau tidak, menurutmu apa arti serigala? Orang sepertiku baru pantas disebut serigala!"
Gadis itu gemetar hebat seolah komputer yang mengalami hang, membeku di tempat seperti patung. Setelah cukup lama akhirnya dia berjongkok seperti pasukan yang kalah, bergumam terus-menerus: "Tidak mungkin... Ini mustahil..."
"Wahahaha, sekarang mengertilah? Harga diri serigala bumi melarangku bertarung dengan banci sepertimu! Maka enyahlah kau!" Cheng Xiao tertawa terbahak sambil melangkah menjauh ke kejauhan.
Gadis muda itu terdiam cukup lama, tiba-tiba berteriak dengan suara manja: "Dasar serigala mati! Mulutmu tak henti menyebutku banci, kubilang hatiku adalah hati seorang gadis! Dan jika kubunuh kau, takkan ada lagi yang bisa melihat jati diriku! Guk guk..." Gadis kecil ini tiba-tiba tertawa riang, lalu dengan wajah santai mulai mengejar Cheng Xiao. Saat jarak mereka masih seribu meter, ia melambaikan tangannya - sebuah bilah angin tak kasatmata telah menyambar Cheng Xiao. Dentuman sobekan kain menggelegar, bilah angin sepanjang belasan meter itu menghujam deretan bangunan di jalannya tanpa kehilangan kekuatan sedikitpun. Saat Cheng Xiao hampir terbelah dua, pria ini tiba-tiba berputar di udara dan melompat. Dengan gerakan akrobatik yang aneh, ia berhasil menghindar tepat sebelum bilah angin itu melesat melewati posisinya semula.
"Oh-oh, rupanya kau bukan sembarang serigala. Pantas saja, anggota Tim Zhongzhou memang setara dengan Tim Iblis kami di dunia bereinkarnasi... Kemampuanmu lumayan..." Gadis itu tertawa kecil. Sambil berbicara, jemarinya memainkan helai rambutnya. Bagi pria awam, sikap manjanya sungguh memikat - persis siluman jelmaan.
Cheng Xiao diam-diam menatap gadis ini, tepatnya seorang (wei niang). Saat pertama bertemu, hatinya langsung berdebar kencang, terutama ketika melihat stoking hitam di bawah rok pendek dan kaki indahnya yang jenjang. Reaksi fisiologisnya bisa dimaklumi. Namun ketika menyadari gadis cantik ini ternyata crossdresser pria, nyaris saja dia mengalami impotensi seumur hidup. Tidak ada cara lain, untuk melarikan diri dari noda seumur hidup akibat reaksi tubuhnya tadi, dia langsung kabur tanpa melawan. Dari lubuk hatinya, dia juga tidak tega melukai si cantik jelmaan iblis ini. Bukan karena kasihan, tapi lebih ke naluri bawah sadar yang enggan merusak keindahan.
"Hehe. Menatapku begitu tajam, apa sedang mengagumi kakiku lagi? Ngomong-ngomong, di dalam aku pakai garter belt dan pakaian dalam seksi lho... Ehm, mau lihat?" itu melihat Cheng Xiao sedang melotot ke arahnya, lalu tersenyum genit sambil mengangkat tepi roknya dengan ujung jari. Kaki-kaki itu benar-benar ramping, panjang, dan proporsional, layak disebut kaki indah langka.
"Dasar (wei niang)... Kalau kupukuli sampai setengah mati, itu tidak termasuk berperang melawan waria kan?" Cheng Xiao menggeram marah sambil melangkah mendekati si . Sambil berjalan, dia terus-menerus membuka kunci genetiknya, seluruh fokusnya tertuju pada crossdresser berbaju mewah yang luar biasa cantik di hadapannya.
(wei niang) kembali tersenyum genit, dia mengangkat kedua tangannya lalu perlahan terbang dari tanah. Di sekeliling tubuhnya terlihat jelas angin puyuh kecil yang menyangga tubuhnya seperti lengan. Rok pendeknya pun langsung tertiup angin. Ternyata di balik roknya terdapat celana dalam semi-transparan yang seksi. Ada juga garter hitam yang melingkari pinggangnya. Andai bukan karena jenis kelaminnya, pemandangan ini pasti akan membuat Cheng Xiao melotot tak percaya.
Namun Cheng Xiao tiba-tiba meledak marah, "Jangan menghina pakaian dalam seksi dan stoking garter yang sakral dalam hatiku ini! Sialan, waria! Nantikanlah balasanku!"
(wei niang) pun tak berbasa-basi lagi. Berdiri setinggi 7-8 meter dari tanah, dia melambaikan tangan ke arah Cheng Xiao yang sedang menyergap dengan kecepatan tinggi. Bilah angin sebesar sebelumnya kembali menyambar. Dalam sekejap mata, serangan itu sudah menghantam posisi frontal Cheng Xiao. Tapi pria ini malah melompat sambil memutar tubuhnya secara aneh persis di tepi bilah angin, gerakannya mirip burung air yang menggeser permukaan danau. Saat mendarat kembali, bilah angin itu sudah melesat jauh ke belakangnya.
"Hebat... Sungguh luar biasa! Kakak?" Mata besar (wei niang) berbinar-binar, memandang Cheng Xiao dengan penuh kekaguman.
“Aku adalah leluhur yang bermain dengan angin, ingatlah burung air Nanku... Kenapa harus kuberitahu? Cepat pergi dariku, atau akan kulempar kau terbang, pilihlah!” Cheng Xiao tertawa kecil, lalu tiba-tiba tersadar dan membentak.
(wei niang) menyeringai dengan bibir mungilnya, bergumam: “Membosankan sekali, tadinya ingin menggoda Kakak... Sudah lama tak bertemu orang semenarik Kakak. Tapi sepertinya aku harus buru-buru, diperkirakan tempat ini segera akan menjadi medan perang Chu si bajingan itu. Jika masih di sini saat itu nanti...”
“Chu si bajingan...”
Cheng Xiao hampir seketika memahami maksud (wei niang) ini. Alasan utama dia buru-buru melarikan diri, selain sebagian karena tak ingin bertempur dengan (wei niang) secantik ini, sebagian besar justru untuk menghindari jangkauan medan perang Chu Xuan... Bagaimana dengan dua Chu Xuan? Tuhan tahu apakah akan muncul Meriam Magis, bom versi sederhana penghancur Bumi, atau pistol Penghancur Dunia. Julukan "Dang" bukan tanpa alasan. Saat satu Chu Xuan bertemu Chu Xuan lain, ini bukan sekadar penambahan 1+1=2, tapi persamaan 100 pangkat 100... Singkatnya, lebih baik dia segera kabur.
“Kakak, aku akan menggunakan kekuatan penuh. Oh ya, kemampuan dasarku adalah Buah Angin-Angin, ditambah gelang kristal energi ciptaan Chu Xuan. Jadi kemampuanku sangat kuat lho...”
“Apakah akan menggunakan kekuatan penuh? Tepat seperti keinginanku, selesaikan segera!”
Cheng Xiao menghela napas, mengeluarkan sarung tangan yang dibuat Chu Xuan dari dalam bajunya, perlahan mengenakannya di jari... Jurus Burung Air Nandou bukanlah teknik yang sangat kuat, tapi kekuatan suatu teknik ditentukan oleh penggunanya dan metode penggunaannya. Dalam pertempuran ini, tidak ada alasan untuk kalah! Dan dia tidak boleh kalah...
### Volume 15 Final Battle Biohazard (II) Bab 8 Tempur! Ledakan Total! (IV)
"Zhang Heng! Berhenti! Mati bersamaku!" Teriak Ming Yanwei yang terus bergema dari kejauhan di belakang. Gadis itu membawa busur panjang bercahaya raksasa mengejar di jalanan. Tidak hanya busurnya yang berpendar, seluruh tubuhnya juga diselimuti cahaya yang meningkatkan kecepatannya lebih dari sepuluh kali lipat, membuatnya terlihat seperti mobil balap formula manusia yang melesat di aspal.
Di ujung jalan yang jauh di depannya, Zhang Heng berlari sekuat tenaga. Berbeda dengan Ming Yanwei, tubuhnya memancarkan cahaya hijau samar - cara memanfaatkan energi peri yang telah dipelajarinya sejak dunia film horor Nightmare on Elm Street. Setelah latihan bertahun-tahun, akhirnya di Perang Pamungkas ini dia bisa menguasainya dengan lancar. Tapi berbeda dengan bayangannya tentang pertempuran heroik, penggunaan pertama energi peri ini justru untuk kabur.
“Sama sekali bukan kabur!” Zhang Heng berteriak sambil berlari: “Ini untuk menghindari medan perang dua Chu Xuan, tadi kamu lihat kan? Beberapa gedung di sana tiba-tiba ambruk sendiri, menurutmu masih bisa bertahan di situ?”
Ming Yanwei di kejauhan terdiam sejenak, lalu berteriak keras: “Kalau begitu mari mati bersama! Kita mati bersama! Kali ini tak akan kubiar kau mati sendirian!”
“Tapi kita bisa bertahan hidup bersama! Kenapa harus mati?” Zhang Heng membalas sambil terus berlari.
“Dasar, pengecut!”
Ming Yanwei sudah terlalu marah sampai tak bisa berkata-kata. Dengan cepat ia mengangkat busur dan melepaskan panah ke ujung jalan. Jarak mereka terpisah sekitar dua blok, dengan puluhan bangunan di antaranya. Tanpa kemampuan pemindaian spiritual atau skill observasi lain, panah ini terlihat seperti luapan amarah belaka. Tapi siapa sangka, panah bercahaya itu menembus lusinan gedung dan menghujam tanah tepat di depan Zhang Heng. Andai ia berlari beberapa meter lebih cepat, panah itu pasti akan menembus tubuhnya. Seolah Ming Yanwei memiliki kemampuan meramal, panahnya mengikuti takdir untuk mengenai musuh.
“Ramalan?” Zhang Heng menghela napas dan berhenti, tapi beberapa detik kemudian ia berlari lagi dengan kecepatan yang lebih dahsyat. Reaksi ini langsung memicu teriakan marah Ming Yanwei.
Zhang Heng terus berlari sambil tersenyum getir. Memang benar dia sedang melarikan diri, tapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi keselamatan Ming Yanwei. Pertama, untuk menjauhi medan perang dua bajingan Chu Xuan. Kedua, dalam pertempuran mereka—terutama dengan kondisi mental Ming Yanwei saat ini—pasti salah satu dari mereka akan mati. Atau bahkan keduanya!
（Jadi, lebih baik lari lebih cepat. Setelah sampai di tempat aman dan dia sedikit tenang, baru bicara padanya...）
Sayangnya, ini hanya prediksi pribadi Zhang Heng. Ming Yanwei justru semakin marah seiring langkahnya. Beberapa panah lagi melesat dari busurnya, bahkan yang terakhir nyaris mengenai ujung hidungnya. Akhirnya Zhang Heng berhenti. Lokasi ini sudah cukup jauh dari lokasi pertempuran Chu Xuan. Masalah terbesar adalah Ming Yanwei tampaknya sudah mencapai batas kesabarannya.
"Akhirnya berhenti? Dasar pengecut! Sekarang juga kita mati bersama!" Ming Yanwei menyusul dalam belasan detik. Tanpa basa-basi, dia mengarahkan busur panjangnya ke Zhang Heng, seolah panah maut itu akan segera melesat.
Zhang Heng tersenyum getir. Dia tahu, dengan firasat ajaibnya, Ming Yanwei tidak perlu dekat untuk membunuh. Panah takdir itu bisa memprediksi seluruh gerakan lawan, menembak tepat di posisi target berikutnya—puncak kemampuan pemanah dan sniper.
“Tidak bisa mati bersamamu, sekarang aku ingin bertahan hidup... Ming Yanwei. Mari kita bertahan hidup bersama!” Zhang Heng mengangkat bahu dengan pasrah. Kemudian ia berbicara serius pada Ming Yanwei.
“Kau, kau sedang menghinaku?” Ming Yanwei memerah wajahnya yang cantik sambil bertanya marah. Tanpa menunggu jawaban Zhang Heng, dia mengarahkan panah ke arah wajahnya, membuat Zhang Heng kaget dan menghindar. Namun kekuatan dan kecepatan panah ini tidak terlalu besar, sehingga mudah dihindarinya. Tampaknya Ming Yanwei tidak bermaksud membunuhnya sejak awal.
“Biarkan aku menyelesaikan perkataannya...”
Zhang Heng cepat-cepat mengibaskan tangannya: “Aku bukan diriku yang dulu lagi. Jika hanya sekadar mati, itu hanya pelarian. Kesalahan apa pun tak bisa diperbaiki, jadi lebih baik hidup untuk menebus kesalahan sendiri sampai hari aku mati tua... Boleh? Mari bertahan hidup bersamaku!”
Ming Yanwei seolah membeku. Perlahan dia menurunkan busur besar bercahaya, lalu tiba-tiba mengangkatnya lagi ke arah Zhang Heng: “Menurutmu masih mungkin kembali ke hubungan kita dulu? Tidak, sudah tidak mungkin... Saat kau melarikan diri itu, atau setelah kematian kita, semua yang terjadi di dunia bereinkarnasi ini... Zhang Heng, kita sudah tidak bisa kembali ke masa lalu. Jadi mari mati bersama! Jika mati semuanya akan tenang, tak ada lagi kecelakaan yang memisahkan kita. Segala kenangan masa lalu akan musnah, jadi mari mati bersama!”
“……Kamu sama sekali tidak mendengarkan apa yang kukatakan.” Zhang Heng benar-benar frustasi, dia menggerakkan tangan dan kaki mencoba menjelaskan sesuatu. Sayangnya dia tidak memiliki kecerdasan seperti Chu Xuan atau Xiao Honglü, sehingga dalam panik malah tidak bisa menjelaskan apapun. Akhirnya dia hanya bisa mengucapkan kalimat itu dengan pasrah. Bersamaan itu, seluruh tubuhnya menggigil karena aura pembunuhan yang memancar dari Ming Yanwei - sesuatu yang tidak dirasakannya saat bertemu wanita itu di Resident Evil 2. Rupanya setelah pertempuran pertama, Ming Yanwei telah melewati banyak ujian hidup-mati. Hal ini juga membuktikan bahwa sejak melihatnya bunuh diri kala itu, kali ini Ming Yanwei benar-benar bertekad untuk mati bersamanya.
“Mengapa harus seperti ini, untuk apa...” Zhang Heng menggelengkan kepala, setelah menenangkan pikirannya segera berkata: “Aku sudah menghidupkan kembali versimu di Tim Zhongzhou, dia juga tidak memintaku mati bersamanya. Jadi kumohon...”
“Dia adalah dia, aku adalah aku. Kamu benar-benar mengira aku masih Ming Yanwei di hatimu? Tidak, semuanya sudah tidak bisa kembali. Jadi... mari mati bersama!”
Ming Yanwei sepertinya telah mengambil keputusan penting, atau mungkin merasa lega. Saat berbicara, matanya perlahan mulai terpejam. Tiba-tiba, dari tangannya melesat sebuah panah cahaya. Arah tembakan ini cukup aneh - bukan mengarah ke tubuh Zhang Heng, melainkan sedikit di atas kepalanya. Meski terlihat tak masuk akal, Zhang Heng langsung merasakan bahaya. Pengalaman ujian hidup-mati yang panjang membuat indranya sangat tajam. Tanpa pikir panjang, dia berguling menghindar. Benar saja, kurang dari satu detik setelah dia berguling, papan reklame besar di atasnya runtuh berantakan dengan dentang keras. Namun saat berguling, rasa sakit tajam menyengat di pahanya - sebuah panah cahaya telah menembus paha kirinya. Ming Yanwei telah menembakkan panah ke tempat yang akan dilalui guliran Zhang Heng, tepat mengenai betis kirinya saat dia berguling.
"Ini firasatmu?" Zhang Heng mengerang kesakitan. Setelah beberapa kali menarik napas dalam, dia berdiri perlahan dan menatap Ming Yanwei.
Ming Yanwei tetap diam. Dengan tangan berguncang, dia menarik busur cahaya. Sebuah panah cahaya yang telah terbentuk sempurna terpasang di tali busur. Jika panah ini dilepaskan, Zhang Heng pasti tewas. Di detik-detik terakhir ini, getaran kedua tangannya mengungkapkan gejolak emosi yang luar biasa dalam hatinya.
"Ming Yanwei... Mengerti. Ingin membawamu pergi tanpa bertarung, pemikiran seperti itu memang naif bagimu yang berada di Tim Iblis. Hukum rimba? Prinsip hukum rimba yang dianut Tim Iblis tidak bisa dikatakan salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Setidaknya dalam beberapa situasi tidak tepat. Ming Yanwei, aku akan mengalahkanmu dulu sebelum membawamu pergi. Tenang, hanya akan memukulmu sampai pingsan. Maaf, aku belum bisa mati bersamamu. Sudah berjanji pada versi lainmu untuk terus bertahan hidup. Teman-temanku juga masih bertempur. Aku harus membantu mereka..."
Zhang Heng menarik napas panjang dan menyelesaikan ucapannya. Kemudian ia mengangkat Busur Kuning "Sasmita Langit" yang baru ditukarnya, bukan busur logam perak itu. Meskipun dari segi kekuatan penghancur, Busur Kuning ini tak mungkin menandingi busur logam tersebut, tapi senjata ini memiliki makna khusus baginya. Pertempuran pertama, kematian pertama... Biarkan busur ini yang mengakhiri Perang Dunia I akhir ini. Ia wajib mempertaruhkan nyawa untuk menghadapi pertempuran melawannya...
Ming Yanwei memandang Zhang Heng dengan terkejut. Ketika Zhang Heng memegang Busur Kuning "Sasmita Langit" di tangannya, seluruh tubuhnya memancarkan aura yang menggentarkan. Aura seperti ini bahkan di Tim Iblis hanya dimiliki segelintir orang - aura yang lahir dari melewati ribuan ujian hidup-mati, ditempa dalam darah dan api. Bukan hanya itu, aura ini juga membutuhkan kesadaran untuk mengorbankan nyawa. Dalam ingatan Ming Yanwei, Zhang Heng memiliki sifat pengecut yang mengakar sejak masa kecilnya. Tapi mustahil seorang pengecut memiliki aura seperti ini... Tanpa disadari, pria ini telah tumbuh menjadi sosok yang pantas disebut "pria sejati"...
("Kekasihku, tapi sudah terlambat. Jika sejak awal kau memiliki kesadaran dan aura seperti ini... Jika kau tidak pernah membelakangiku dan lari... Sudah tidak ada 'jika' lagi, kekasihku. Mari kita bersama-sama ke neraka...")
("Kekasihku, aku belum bisa mati bersamamu. Setelah melewati begitu banyak hal, aku akhirnya mengerti bahwa kematian hanyalah pelarian. Keberanian sejati adalah menghadapi! Jadi, kekasihku, mari kita hidup dan hadapi bersama!")
Zhang Heng menjepit beberapa anak panah di tangannya, lalu menarik sepenuhnya Busur Penembak Serigala Langit yang melengkung itu. Busur itu diarahkan tepat ke Ming Yanwei. Matanya hanya tertuju pada wanita di hadapannya - pandangan agresif tanpa ruang untuk mundur... Pandangan seorang pria sejati!
“Yan Wei, aku tak punya firasatmu, juga tak secerdas Chu Xuan, apalagi sekuat Zheng Zhuo. Yang kumiliki hanyalah busur dan panah, serta kemampuan memanah yang terus kupahami. Ayo, kekasihku!”
“…Sudah terlambat, jadi ayo mati bersama!”
Keduanya melepas tali busur secara bersamaan. Di mata mereka hanya ada sosok satu sama lain, dan panah-panah yang saling mendekat...
### VOLUME XV Final Battle Biohazard (II) BAB IX Pelengkapan yang Tak Sempurna (I)
Adam...
Apa itu masa kecil?
Berdiri di dalam penjara, menatap keluar melalui jeruji logam. Orang-orang berjubah putih itu terus memandangnya dengan tatapan penuh horor dan harap...
Membiuskannya di atas meja operasi, membelah tubuhnya untuk memasukkan instrumen, atau mengangkat sebagian kecil organ dalamnya...
Segudang buku dipaksakan masuk ke pikirannya. Jika tak bisa memahami dalam waktu yang ditentukan, akan disetrum. Menurutnya ini mirip eksperimen latihan orang utan makan pisang dalam data - sama-sama dikurung, diteliti, lalu disetrum...
Bunuh orang-orang ini? Tidak, bunuh semua manusia. Setiap makhluk hidup bernama manusia harus dimusnahkan... Jika ada kekuatan seperti itu, lebih baik semua dibunuh habis...
Masih ada subjek genetik bernama Chu Xuan itu, mengapa gennya dicuri ke negara ini? Mengapa gen ini dikloning dan dioptimasi? Dia bukan Chu Xuan, jadi dia memiliki perasaan, rasa sakit, pengecap, penciuman... Meski sangat lemah, tapi benar-benar memiliki sensasi-sensasi ini. Hanya kecerdasan super legendaris yang tidak dimilikinya, sehingga diperlakukan seperti ini? Sehingga dianggap sebagai produk gagal? Tidak, bukan seperti ini...
Kesempatan ditemukan. Password sistem penghancuran diri basis sudah diperoleh. Selanjutnya tinggal mengatur secara rasional... Mengatur jalan keluar dan masa depannya. Identitas baru yang bisa mencapai tujuan... Penghancur seluruh umat manusia. Selama makhluk itu disebut manusia, hancurkan semuanya. Begitu buruk, begitu kotor, begitu...
Selamat tinggal, Masa Kecil...
Oh ya. Nama, awal mula segalanya. Meski memiliki identitas dan fisik manusia, tapi harus melampaui manusia sekaligus menghancurkannya. Lebih baik disebut Adam saja. Manusia pertama... juga manusia terakhir...
Adam mengaktifkan cahaya jiwanya. Tubuhnya perlahan diselimuti lingkaran cahaya lembut. Entah mengapa, dalam hitungan detik ini, di pikirannya tiba-tiba muncul semua ingatan sejak memiliki kesadaran, terutama ingatan sebelum menghancurkan basis. Hal-hal yang terkubur paling dalam di otak... Apakah dia belum melupakannya? Padahal sudah lama tidak mengingatnya...
“Inikah ingatan seumur hidup yang muncul sebelum manusia menghadapi kematian? Sungguh ironis, yang hendak dihancurkan adalah manusia, tapi justru menyimpan ingatan manusia... Bagian sebagai manusia akan segera mati, sisanya adalah bagian sebagai makhluk hidup akhir. Ini bagus...”
Sejak berbagai kenangan melintas di pikiran Adam hingga cahaya jiwanya benar-benar menyentuh diagram formasi alkimia, semua ini hanya memakan hitungan detik. Orang di sekitarnya hanya melihat Adam seolah ragu sejenak, lalu mengembalikan tangannya. Dalam beberapa detik itu, beberapa orang tiba-tiba berguncang hebat, tubuh mereka merekah dan mengeluarkan ribuan tentakel kecil... Benar, mereka telah diam-diam digerogoti virus super sebelumnya, dan yang terlemah mulai bermutasi.
Adam kini memasuki tahap akhir Rencana Pelengkapan. Meski menyadari keanehan itu, ia tak bisa kehilangan fokus. Dengan cahaya jiwa membungkus Tombak Longinus, ia mengarahkan ujungnya ke dadanya. Saat orang-orang berguncang, ujung tombak perlahan menusuk masuk. Bukan rasa sakit yang menyapunya, melainkan sensasi memasuki dimensi baru - hamparan bumi para dewa, lapisan kehidupan yang lebih tinggi, atau... Jalan!
“Ternyata begitu. Dunia tempat kita berada ini, beserta bentuk kehidupan kita, hanyalah... Makhluk hidup yang sedang menciptakan dunia-dunia ini, sebentar lagi, kita akan segera bertemu...”
Tombak Longinus tertembus sepenuhnya menembus Adam. Cahaya jiwa asli dari perut bumi Adam seluruhnya berubah menjadi benang-benang cahaya, melayang di belakangnya seperti belasan pasang sayap. Benang cahaya yang terbentuk dari cahaya jiwa ini tidak melayang secara acak, melainkan mengarah ke belasan orang berkekuatan spiritual tinggi. Orang pertama yang tidak siap langsung terbelit benang ini, seketika ia meraung keras. Seluruh tubuhnya memancarkan gelombang kejut mirip cahaya jiwa yang mengalir melalui benang cahaya menuju Adam. Bersamaan dengan Adam menusukkan Tombak Longinus ke dadanya sendiri, diagram alkimia di tanah menyala terang membentuk struktur tiga dimensi raksasa. Sebuah formasi cahaya tiga dimensi menyapu seluruh gudang. Dari luar terlihat siluet diagram cahaya raksasa berkedip-kedip di atap gudang, kian menjadi jelas.
“Diagram cahaya itu...”
Orang-orang yang melakukan penyergapan di luar gudang mustahil tidak langsung melihat pola cahaya yang semakin membesar dan jelas. Pola ini terdiri dari simbol-simbol dan desain yang sangat rumit, di mana yang paling mencolok adalah tiga belas pola berbentuk mata. Setiap mata memiliki simbol khusus yang unik, dilengkapi sepasang sayap yang jelas terlihat di belakangnya. Selain lingkaran formasi yang ditempati oleh ketiga belas mata ini, di puncak tertinggi terdapat lingkaran raksasa. Secara struktural, bentuk keseluruhan formasi ini menyerupai akar pohon: bagian bawah memiliki banyak percabangan yang masing-masing berujung pada mata, sementara percabangan yang menyatu ke atas membentuk batang utama dengan lingkaran besar di pusatnya. Semua ini... adalah Pola Formasi Pohon Kehidupan.
"Dunia ini... Untuk menciptakan sebuah dunia, pertama-tama harus membangun seluruh pandangan dunia, kemudian hirarki kekuatan, lalu sistem makhluk hidup... Yang terpenting adalah sejarah. Sebuah alam semesta biasa, makhluk hidupnya agak berbeda dengan realitas. Makhluk hidup paling awal memiliki kekuatan yang luar biasa, itu di awal terbentuknya Bumi, lebih awal dari dinosaurus, lebih awal dari serangga raksasa... Makhluk-makhluk ini sangat kuat, tetapi perlahan menghilang karena perubahan lingkungan Bumi. Sisanya ada yang tertidur, ada yang berevolusi. Ini adalah makhluk hidup terkuat. Hirarki evolusi makhluk hidup biasa sama dengan realitas. Oh ya, evolusi... Mari ubah sedikit hirarki kekuatan. Jadikan evolusi sebagai kekuatan utama. Kunci genetik pertama, kunci genetik kedua, total enam kunci genetik. Lapisan kelima adalah yang tertinggi. Lapisan keenam... Cukup tetapkan satu lapisan ini. Tidak mungkin ada makhluk hidup yang mencapainya, tapi bisa menarik pembaca. Biarkan mereka berimajinasi. Untuk setting, lapisan keenam dapat menembus sangkar dunia ini. Tentang kemana setelahnya... Belum terpikir untuk sementara."
"Kemudian sejarah. Pertama-tama makhluk-makhluk kuat itu ada yang menghilang, ada yang tertidur di bumi, berevolusi. Atau mengalami degenerasi. Begitulah. Dunia memasuki era dinosaurus. Lalu, muncul manusia pertama. Waktunya sekitar periode awal hingga pertengahan era dinosaurus..."
Bahasa ini muncul begitu tiba-tiba, seolah-olah telah ada di benak setiap orang sejak awal - tanpa suara. Hanya makna yang tersampaikan. Dalam sekejap, semua orang mendengar dan memahami perkataan ini. Namun semuanya berhenti sampai di situ. Saat menyebut frasa terakhir "periode awal hingga menengah", pesan itu menghilang sepenuhnya, bagaikan halusinasi sesaat yang dialami semua orang.
(Apa maksudnya! Bagaimana dengan pesan tadi? Apakah ini warisan Orang Suci? Tidak, dari nada bicaranya bukan berasal dari Orang Suci. Juga menyebut Penciptaan dunia dan sejarah... Mungkinkah! Mungkinkah ini pesan dari Pencipta Kotak? Mengapa Ia meninggalkan pesan ini? Apakah ada yang mendapatkan peninggalan Pencipta Kotak? Tidak, apakah Adam yang mendapatkannya?)
Mendengar informasi ini, Xiao Honglü merasakan debaran jantung yang keras. Jika ditanya tentang kekhawatiran terbesarnya selama merancang skenario sendirian, itu adalah kemungkinan Adam mendapatkan reruntuhan Orang Suci atau kultivator xiuzhen. Dalam hierarki kemampuan di dunia bereinkarnasi: Level terendah adalah kekuatan individu murni seperti orang biasa atau personel militer yang sedikit lebih terlatih. Level menengah adalah mereka yang memperkuat skill atau atribut dari "Sang Tuan". Lebih tinggi lagi mereka yang membuka Kunci Genetik sekaligus memperkuat skill. Level tertinggi adalah yang memiliki skill khusus hasil pemahaman diri, membuka Kunci Genetik level tinggi, seperti Zheng Zhuo dan replikanya.
Secara umum. Perbandingan kemampuan memang seperti itu. Namun ada pengecualian, yaitu para orang suci dan kultivator xiuzhen yang menciptakan dunia bereinkarnasi. Mereka meninggalkan reruntuhan unik di dunia ini yang berisi ciptaan atau teknik mereka, semuanya jauh lebih unggul dibanding pertukaran di "Dewa Utama". Seperti teknologi simbol xiuzhen tidak lengkap di tangan Chu Xuan, warisan sistem pengetahuan kuno-lah yang benar-benar penting, bukan produk dari pengetahuan itu sendiri.
Demikian pula, sebagai pencipta kotak, eksistensi yang melampaui imajinasi - alam semesta sebesar ini dan dunia yang begitu kompleks ternyata hanya buatan makhluk itu. Semua ini sudah tak bisa diukur dengan imajinasi manusia. Jika Adam benar-benar mendapatkan peninggalan pencipta kotak ini, meski bukan teknologi penting atau teknik, tetap akan jauh melampaui peninggalan para orang suci dan kultivator xiuzhen. Ini karena kedua pihak sudah tidak berada di lapisan eksistensi yang sama, seperti dunia manusia dan semut. Manusia bisa membuat sarang semut buatan, tapi semut tak bisa memahami pikiran atau tindakan manusia - inilah kesenjangan besar dalam tingkatan.
Xiao Honglü dilanda kecemasan. Skenarionya menggunakan perolehan reruntuhan orang suci/kultivator xiuzhen oleh Adam sebagai batas maksimal. Jika melebihi batas ini, misalnya Adam mencapai tingkat kemampuan Zheng Zhuo, skenarionya akan sepenuhnya tak berguna. Apalagi jika Adam mendapatkan peninggalan pencipta kotak.
（Semoga prediksinya salah, pencipta kotak sama sekali tidak punya alasan untuk meletakkan peninggalan apa pun di luar angkasa ini, jadi... mari kita pasrah pada takdir.）
Xiao Honglü menghela napas dalam hati, lalu memandang tajam ke arah formasi cahaya raksasa yang telah menjadi nyata bagai substansi.
Ucapan tiba-tiba itu muncul dan menghilang secara misterius, kemudian di pikiran semua orang tiba-tiba terdengar semacam musik - tidak, ini bukan musik biasa, melainkan suara dengan melodi indah yang mustahil diungkapkan dengan kata-kata ketika dicoba dideskripsikan. Ini adalah suara yang hanya muncul dari kedalaman jiwa, membawa serta kebencian, kecenderungan kekerasan, dan kesedihan...
Adam yang berada di dalam gudang, benang cahaya di belakangnya telah membelit tujuh delapan orang dengan kekuatan spiritual kuat. Tanpa terkecuali, tubuh mereka memancarkan cahaya jiwa yang bergelora yang mengalir melalui benang cahaya ke tubuh Adam. Hanya dalam hitungan detik, teriakan orang pertama yang terbelit mulai meredam lalu menghilang. Orang itu mencair bagai cairan berubah menjadi busa, sepenuhnya lenyap dari dunia ini, hanya meninggalkan busa basah di tanah sebagai bukti eksistensinya.
（Cairan ketuban? Kembali sepenuhnya ke awal kehidupan, di mana kehidupan itu sendiri menyatu menjadi satu...）
Song Tian memandang dingin semua ini, dia tidak takut mati. Yang ditakutkannya adalah perasaan rapuh kehidupan dan keputusasaan tidak mampu menguasai diri sendiri. Jika dibandingkan dengan kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian, lebih baik gugur di bawah pedang orang-orang kuat. Tapi gugur dalam perang bukanlah tujuannya, yang dia kejar adalah puncak Jalan Pedang, bisa dikatakan juga sebagai puncak kekuatan. Di dunia bereinkarnasi ini, dia termasuk orang kuat terkemuka. Seluruh dunia bereinkarnasi yang bisa setara dengannya secara kemampuan tidak lebih dari sepuluh orang. Tapi yang ingin dia capai adalah melampaui semua orang ini... Adam memberinya kesempatan ini, meski harus menukar nyawa, dia sama sekali tidak akan menyerah.
（Bagaimana batas pemahaman seperti itu? Melampaui segala yang dipikirkan manusia, mencapai batas "dewa", baik dalam kekuatan maupun pemikiran. Dan... Adam juga berkata, kehendak dan cahaya jiwa adalah wujud asli makhluk hidup ini. Jika kehendak dan cahaya jiwaku melampaui Adam dan semua orang, dengan kata lain aku mungkin...）
Song Tian menghela napas, dia tidak menghindar, malah berlari langsung menuju benang cahaya itu. Dia membiarkan benang cahaya melilit tubuhnya sementara cahaya jiwa-nya bersinar sepenuhnya, menyatu dengan kilatan benang cahaya.
Hingga saat ini. Orang di sekitar baru tersadar dari keterkejutan, mereka langsung berteriak ketakutan dan berlarian menghindar. Dalam kepanikan itu, beberapa orang lagi tersentuh dan terjerat oleh individu yang termutasi bertentakel itu. Seketika mereka dibungkus oleh gigi dan tentakel yang tiba-tiba muncul. Tentakel dan gigi itu tak hanya menggigit mereka, bahkan tubuh si termutasi pun ikut terkoyak. Seluruh pemandangan menjadi kacau balau, dalam waktu singkat belasan orang telah meregang nyawa.
Kuki Miyata awalnya berada di antara orang-orang terdekat Adam. Namun dia bukanlah pengendali kekuatan spiritual, melainkan ahli tempur jarak dekat sejati. Saat benang cahaya mulai menjalar, dia telah lebih dulu berhasil melarikan diri. Menyaksikan beberapa orang yang terjerat berubah menjadi busa cair dalam hitungan detik, dia langsung menerjang ke arah Aoi Sora yang baru saja terbelit benang cahaya. Sebelum tubuhnya sampai, pedang di tangannya telah terhunus.
Sayangnya. Seiring mengalirnya cahaya jiwa beberapa orang ke dalam Adam, perubahan pada tubuh mereka yang terbelit benang cahaya semakin cepat. Semakin lemah kemampuan seseorang, semakin cepat pula proses mutasinya. Saat Kuki Miyata masih berjarak 2-3 meter dari Aoi Sora, tubuh gadis itu mulai samar-samar. Dengan susah payah dia menolehkan kepala ke arah Kuki Miyata, bentuk bibirnya samar-samar membentuk kata "pergi". Ekspresi lembut masih terpancar di wajahnya, tenang namun penuh penyesalan, seolah sedang mengucapkan perpisahan terakhir... Kini dia takkan pernah bisa bersama pria itu lagi.
"Jangan!"
"Kuki Miyata seluruh tubuhnya berguncang hebat, ia langsung memeluk Aoi Sora, tapi yang terpeluk hanyalah sebongkah busa cairan. Gadis ini menghilang tanpa bekas dari pelukannya. Baru saat itu, benang-benang cahaya yang melilit gadis itu mulai menjeratnya kembali."
"Mataku belum buta, hatiku masih bisa melihat... Yang benar-benar mengkalkulasi dan membunuh kami adalah kau! Adam!"
Kuki Miyata juga tidak menghindar. Matanya merah menyala memandang Adam, lalu mengarahkan pedang panjangnya sambil berkata: "Pedang mengiris tubuh, hati membelah jiwa. Sebenarnya yang terakhir harus dipenggal adalah diri sendiri. Hari ini kurelakan diriku hancur, asal bisa memenggalmu bersama diriku ini!"
"Mata hati... Dai Ankoku Ten, sepuluh ribu kehancuran!"
Kuki Miyata mengayunkan pedangnya. Kulit dan otot di seluruh tubuhnya langsung hancur, daging dan darah yang tak terhitung jumlahnya beterbangan ke angkasa berubah menjadi mata-mata berdarah yang terlihat sangat mengerikan. Tiba-tiba, hanya beberapa detik setelah ayunan pedangnya, seluruh tubuhnya pun berubah menjadi busa.
Setelah mata darah itu muncul, mereka mulai membelah diri tanpa henti. Dalam sekejap, seluruh gudang terperangkap dalam dimensi ruang yang diubah oleh mata darah ini. Hanya dalam waktu tujuh hingga delapan detik sejak Miyata Kuki berubah menjadi busa, jumlah mata darah telah mencapai puluhan ribu dengan kepadatan yang luar biasa. Tiba-tiba, satu per satu mata darah pecah seperti kaca. Ruang di sekitar mata darah itu pun ikut retak bersamaan. Seluruh gudang terbelah seolah terbuat dari kaca yang pecah. Dentang keras terdengar, dan semua mata darah menghilang tanpa jejak. Gudang tetap utuh seperti tak terjadi apa-apa, seolah semua yang terjadi hanyalah halusinasi.
Ini bukan halusinasi. Setelah Adam menyerap cahaya jiwa beberapa orang, tubuhnya memancarkan cahaya dahsyat. Namun setelah ledakan mata darah tadi, cahaya itu tiba-tiba meredup. Lebih dari itu, semua orang dalam jangkauan ledakan mata darah terlihat bengong dengan ekspresi kosong.
Mulut Adam bergetar seolah ingin berkata sesuatu, namun tak ada suara yang keluar. Ia tak lagi mempedulikan orang-orang di gudang. Setelah menyerap cahaya jiwa Song Tian, tubuhnya menerobos atap gudang dan melayang di udara, memasuki pusat formasi cahaya raksasa. Ribuan benang cahaya berkumpul di punggungnya, membentuk belasan pasang sayap cahaya.
