Malam telah lama tiba, lampu neon berkedip di kedua sisi jalan, kota malam hari tetap memancarkan vitalitas tak terbatas. Gedung-gedung pencakar langit berjajar rapat, menjulang tinggi ke angkasa.
Tapi jika dilihat dari luar angkasa, semua ini tampak tak berarti, hanya sepetak tanah kecil.
Ini malam yang sangat tidak biasa, takdir yang sulit tenang. Di daratan, puluhan ruang pengawasan utama mengunci langit gelap gulita dengan sempurna.
Di alam semesta yang sunyi, sembilan mayat naga berkilauan dengan cahaya logam yang membekukan, seluruh tubuhnya tertutupi sisik hitam sebesar kipas dengan kilauan titik-titik hitam.
“Long (Naga), makhluk legenda yang seharusnya tidak ada di dunia, tapi saat ini justru terbaring nyata di langit.”
Gambar yang ditangkap dari kegelapan luar angkasa ini mengguncang jiwa dan menimbulkan rasa gentar. Tanduk raksasa yang bercabang seperti pohon purba memancarkan kekuatan sekaligus aura misterius. Tubuhnya sebesar pegunungan, kokoh dan penuh wibawa. Sisik-sisiknya tajam bagai pisau, memantulkan sinar dingin yang megah luar biasa.
Sembilan mayat raksasa tak bernyawa ini menjadi pukulan telak bagi pemahaman manusia, meruntuhkan sejumlah keyakinan yang selama ini dianggap mutlak.
……
“Ye Fan, bagaimana sebenarnya kehidupanmu selama tiga tahun terakhir?” Banyak yang menanyakan kabarnya dengan penuh perhatian.
“Biasa saja. Hidupku cukup monoton. Tidak ada hal spesial yang terjadi selama tiga tahun ini...”
Tiba-tiba, kelompok Liu Yunzhi datang memberikan toast. Setelah mengucapkan berbagai harapan baik, semua orang bersulang bersama dengan riuhnya.
Orang-orang yang sebelumnya mengancam akan menghukum Ye Fan tidak mencari untuk bersulang secara khusus. Hingga kemudian Lin Jia dan Wang Ziwen secara bergantian mendatangi , masing-masing minum satu gelas secara khusus dengannya.
Hingga akhirnya banyak yang mulai mabuk. Kemudian semua orang pergi berkaraoke, nyanyian mereka seolah membawa kembali kenangan masa sekolah yang canggung.
"Berapa banyak yang pernah memuja wajah muda Anda, tahukah siapa yang mau menahan perubahan zaman yang tak berperasaan, berapa banyak yang datang dan pergi di sisi Anda, tahukah seumur hidup ini aku akan menemanimu..."
Mungkin karena benar-benar mabuk, sepasang mantan kekasih di masa sekolah yang terpaksa berpisah setelah lulus saling berpandangan tanpa kata.
Dentuman lagu membuat siswi itu kehilangan kendali. Matanya berkaca-kaca lalu menangis histeris, semua orang berusaha menasihati.
Berbagai alasan membuat tak satu pun pasangan kekasih di antara teman sekelas bertahan setelah lulus. Meskipun pernah merawat cinta kampus dengan hati-hati, namun akhirnya tak berbuah.
Lulus berarti putus, ini mungkin sejenis kutukan, setiap tahun lulusan perguruan tinggi selalu menyaksikan tragedi yang sama.
Sayangnya, tragedi semacam ini kemungkinan besar akan berlanjut dalam waktu lama, terkait dengan impulsif masa muda, beban mencari kerja, realitas masyarakat... mungkin juga faktor lain.
Hampir semua orang memilih lagu-lagu tiga tahun lalu, beberapa menyanyikannya dengan penuh perasaan, menarik pikiran semua orang kembali ke tiga tahun silam, adegan-adegan masa sekolah masih jelas terbayang.
Akhirnya "Raja Mikrofon" muncul, teman yang mabuk mendominasi mikrofon terlalu lama, suaranya sungguh tidak bisa dipuji, bagai Langit runtuh dan bumi terbelah, hantu menangis dan dewa meratap, sambil menyiksa telinga semua orang juga menciptakan suasana riang yang membuat semua orang tertawa terbahak-bahak.
Hingga larut malam semua baru meninggalkan Shanghai Moon City, besok pagi masih ada kegiatan, akan mengunjungi kembali almamater.
Teman sekelas yang datang dari jauh hampir semua memesan kamar di hotel yang sama, sedangkan beberapa teman yang punya mobil akan bertanggung jawab mengantar mereka.
"Lin Jia, aku akan mengantarmu kembali ke hotel." Liu Yunzhi memarkir mobil Toyota di samping Lin Jia.
Teman lain ada yang ingin naik taksi, namun kursi di mobil-mobil yang ada sangat terbatas, membuat mereka malu untuk langsung naik ke mobil Liu Yunzhi dkk.
Tiba-tiba sebuah mobil Mercedes berhenti di pinggir jalan. Ye Fan turun dari mobil dan mendekati teman perempuan yang terlihat lesu itu, "Aku akan mengantarmu pulang."
Ye Fan merasa iba pada teman perempuan ini. Saat kuliah dulu, dia adalah gadis ceria dan polos yang suka menyemangati teman di pinggir lapangan sepak bola, terkadang dengan agak malu-malu mengantarkan beberapa botol air mineral.
Tapi kehidupan yang tak memuaskan kini membuatnya terlihat sangat muram, wajah pucat dengan raut lesu, dan hampir tak bersuara sepanjang malam.
Saat ini tiba-tiba melihat Ye Fan memarkir mobil di pinggir jalan dan mengajaknya naik, seketika membuatnya merasa bersyukur sekaligus kehilangan arah. Sepanjang malam tidak ada yang memperhatikannya, kini seolah tidak terbiasa mendapat perhatian dari teman-teman sekelas di sekelilingnya.
Di sisi lain, Liu Yunzhi yang melihat Ye Fan datang dengan mobil menunjukkan ekspresi tertegun, lalu raut wajahnya langsung berubah penuh teka-teki.
Di sekeliling, ekspresi semua orang berbeda-beda - ada yang curiga dan bingung, ada pula yang terkejut dengan perasaan campur aduk.
Semua orang sengaja atau tidak sengaja melirik ke Liu Yunzhi, kenyataan yang terlihat di depan mata sama sekali berbeda dengan penjelasannya sebelumnya.
Pada detik ini, Liu Yunzhi merasa wajahnya perih membakar seolah baru ditampar keras.
Beberapa teman yang sebelumnya bersikap superior dengan "mengkhotbahi" Ye Fan juga merasa sangat canggung, ingin berkata sesuatu namun tak tahu bagaimana memulai.
Sebagian kecil orang juga menunjukkan ekspresi bermain-main dan aneh, terutama mereka yang pernah bersulang bersama Ye Fan di meja yang sama, seolah merasa adegan ini telah merusak muka kelompok kecil Liu Yunzhi itu.
Pada saat yang sama, dua orang lain mendekat, membuka pintu mobil lalu masuk. Mereka adalah teman sekelas Ye Fan yang sudah sangat akrab hingga tak bisa lebih dekat lagi.
Mobil Mercedes-Benz perlahan menjauh membawa beberapa orang, sementara banyak yang masih belum sadar sepenuhnya. Tubuh Liu Yunzhi kaku, menghadapi tatapan aneh dari semua orang, ia merasa seperti duri di punggung...
Saat ini, di Stasiun Luar Angkasa Internasional yang mengorbit Bumi di kejauhan, beberapa astronot terlihat tegang dengan saraf terus-menerus dalam kondisi waspada, bisa dikatakan sangat panik.
Di kegelapan dan dinginnya luar angkasa, sembilan mayat naga raksasa bagai abadi sejak zaman purba. Rantai besi sebesar mulut mangkuk membentang di udara, menyambung ke peti mati perunggu raksasa, menciptakan kesan kesepian dan kelamaan waktu yang tak berujung.
Lapisan pengambil keputusan di daratan telah memutuskan, jika terjadi perubahan besar, akan segera menghancurkan sembilan mayat naga dan peti mati perunggu kuno misterius itu.
Tapi tak ada yang berharap hal ini terjadi.
Sembilan naga menarik peti mati yang datang dari kegelapan dan kehampaan alam semesta, nilai dan maknanya terlalu besar untuk diperkirakan!
Tiba-tiba, ruang pengawasan utama di stasiun antariksa internasional menangkap sekelompok sinyal misterius - getaran tak biasa. Sumber target sangat dekat, tepat dari pola-pola kuno kabur di peti perunggu raksasa yang ditarik sembilan naga, memancarkan getaran misterius.
"Tidak bisa diretas..." Sinyal dikirim kembali ke daratan dan dianalisis dengan superkomputer tercanggih, tapi tetap tak menemukan titik terang.
Pola-pola kuno di peti perunggu raksasa tertutupi patina hijau, sulit dilihat seluruhnya.
“Berdasarkan analisis awal, pola ukiran perunggu itu berkaitan dengan legenda Tiongkok kuno.” Ruang pengawasan berbagai negara sepakat menyimpulkan: “Pola binatang pada peti mati perunggu raksasa memiliki kemiripan dengan binatang buas purba yang tercatat dalam《Shan Hai Jing》Tiongkok, sementara sosok manusia dalam pola perunggu tersebut diduga merupakan Dewa...”
Meski telah mengidentifikasi sebagian pola ukiran perunggu, sinyal misterius yang sangat lemah itu tetap tidak bisa dipecahkan, sama sekali tidak ada pondasi dasar untuk analisis lebih lanjut.
