Di alam semesta yang luas tak bertepi, banyak ilmuwan menduga Bumi mungkin merupakan satu-satunya sumber kehidupan.
Dalam beberapa dekade terakhir, manusia telah melakukan spekulasi tak berujung dan meluncurkan berbagai detektor antariksa untuk mencari kehidupan di luar Bumi. Namun angkasa luar yang dalam dan alam semesta yang misterius bagaikan kuburan sunyi, dingin dan sepi dengan kegelapan abadi, sama sekali tidak mendeteksi sinyal kehidupan apapun.
Alam semesta benar-benar terlalu luas tanpa batas. Dengan teknologi saat ini, detektor antariksa yang diluncurkan manusia meski mampu melepaskan diri dari gaya gravitasi galaksi dan terus melaju tanpa henti selama jutaan bahkan puluhan juta tahun, tetap sulit mencapai ujung angkasa.
Mungkin hari ini sejarah eksplorasi angkasa bisa ditulis ulang. Ada manusia yang sampai di ujung galaksi, menempuh jarak puluhan hingga ratusan tahun cahaya, melewati batas perjalanan manusia.
Hanya saja semua ini sulit diketahui manusia di Bumi. Tidak akan ada yang percaya, apalagi bersorak-sorak atau merayakan.
Sembilan bangkai Long yang besar menarik peti mati perunggu kuno, tiba di seberang angkasa luar, menembus wilayah galaksi tempat Tujuh Bintang Biduk berada!
Tepat pada saat itu Ye Fan kembali sadar, tangan robotnya meninggalkan peti mati berlapis karat hijau di dalam peti, ratusan aksara kuno terukir dalam hatinya, rumit dan sulit dipahami, misterius tak terduga, seolah takkan pernah terhapus. Baru sekarang suara Dewa yang abstrak itu benar-benar menghilang.
Jalan Agung mengarah pada kesederhanaan, menghargai setiap kata bagai emas. Semua berakhir bagaikan kemakmuran yang runtuh, kembali ke keheningan yang murni.
Ye Fan termenung, bergumam: "Jalan Langit mengurangi kelebihan untuk menambah kekurangan..."
"Ye Fan, kau tidak apa-apa?" Pang Bo bertanya penuh perhatian.
"Aku tidak apa-apa."
Dalam proses ini peti perunggu raksasa terus-menerus berguncang hebat, semua orang merasa langit berputar dan bumi terbalik. Mereka tahu proses Sembilan Naga Menarik Peti Mati akhirnya akan segera mencapai titik akhir.
Saat ini, ukiran tembaga Zaman Purba di dinding peti memancarkan cahaya suci, membentuk tirai cahaya samar yang menetralkan daya hantam tak terbayangkan. Akhirnya Peti Perunggu Raksasa perlahan stabil.
Dengan guncangan terakhir yang bergemuruh, tutup Peti Mati Perunggu bergeser dari posisinya dan jatuh berat ke samping, membuat peti terbalik di tanah.
"Cahaya!"
"Aku melihat cahaya!"
"Ini dunia terang yang familiar!"
Di dalam Peti Perunggu Raksasa, banyak orang tak tahan berteriak. Di depan mata mereka bukan lagi kegelapan Planet Mars Kuno yang dipenuhi warna darah nan getir. Udara segar berhembus membawa aroma tanah dan harum bunga-bungaan, aura kehidupan alami mengelilingi mereka. Di luar terbentang dunia terang penuh vitalitas.
Semua orang berdiri serentak, berlari keluar dari peti raksasa. Pemandangan di hadapan memancarkan keindahan magis dan keelokan alam.
Saat ini, mereka sedang berdiri di puncak gunung yang tidak terlalu tinggi maupun rendah, dapat memandang pemandangan di depan.
Di kejauhan terhampar pegunungan indah yang berkelok-kelok, dipenuhi pepohonan rimbun. Di sekitar puncak terdapat batu karang berbentuk aneh dan pepohonan kuno yang perkasa, juga liana tua sebesar tong air yang melilit seperti naga berkulit sisik, ditambah hamparan rumput hijau dan bunga liar harum yang penuh vitalitas.
Dibandingkan dengan kegelapan dan kesunyian Mars, tempat ini tak diragukan lagi merupakan tanah suci yang damai.
"Luar biasa! Akhirnya kami terbebas dari kegelapan dan kekeringan, datang ke tanah dewa yang indah ini."
"Akhirnya tidak perlu lagi merasa cemas dan ketakutan!"
Banyak orang bersorak-sorai, beberapa bahkan menangis bahagia. Setelah menjalani serangkaian kematian dan kesulitan, akhirnya tiba di dunia yang penuh kehidupan dan alami.
"Mencium cahaya matahari, berbisik pada diri sendiri: harus hidup dengan baik..." Bahkan Lin Jia yang cerdik dan cantik mempesona sampai terharu dalam kondisi ini.
Pang Bo berdiri di puncak gunung dan meneriakkan ke kejauhan: "Akhirnya bisa melihat matahari lagi, meski bukan yang dulu, tapi aku tetap ingin berteriak bahwa aku telah mendapatkan kehidupan baru!"
"Dentang logam!"
Tiba-tiba, Peti Perunggu Raksasa di belakang kerumunan mengeluarkan suara getar logam, langsung menarik perhatian semua orang yang serentak menoleh untuk melihat.
Sembilan bangkai Long yang besar dengan sebagian besar tubuhnya menggantung di tebing, peti tembaga juga tidak jauh dari jurang. Saat ini sembilan bangkai yang sekuat Tembok Besar baja perlahan meluncur ke bawah tebing, peti tembaga ikut tergelincir perlahan.
"Gemuruh..."
Sembilan bangkai Long raksasa dan peti mati perunggu kuno itu bergemuruh saat meluncur dari puncak gunung, akhirnya mempercepat kecepatan dan terjatuh ke tebing vertikal yang curam!
Semua orang berkeringat dingin. Ternyata salah satu sisi puncak gunung adalah tebing terjal. Seandainya mereka tidak segera keluar saat tutup peti terbuka, konsekuensinya akan sangat mengerikan.
Setelah sembilan bangkai Long dan peti perunggu kuno jatuh dari tebing, lama tak terdengar suara apapun dari bawah. Hal ini membuat mereka saling pandang dengan wajah penuh keheranan.
Kini, tanpa halangan Peti Perunggu Raksasa, pemandangan di sisi tebing ini terlihat jelas.
"Apa kita sedang berdiri di atas kawah gunung berapi super besar?" Banyak yang menunjukkan ekspresi terkejut.
Pasalnya, yang disebut 'tebing terjal' itu ternyata adalah lubang raksasa dalam tak terlihat dasarnya.
"Bukan kawah gunung berapi. Mustahil ada gunung berapi dengan diameter sebesar ini."
Setelah diamati, terdapat sembilan gunung besar yang saling terhubung, membentuk lembah raksasa. Secara logis, seharusnya ini adalah lembah terbuka yang bisa dilihat sekilas sampai dasarnya, mengingat ketinggian sembilan gunung itu tidak menjulang tinggi ke awan.
Namun, saat menatap ke bawah hanya terlihat kegelapan pekat tanpa ujung, seolah langsung menembus Jalan Huangquan neraka, kedalaman yang tak tertembus.
Jurang yang dibentuk oleh sembilan tubuh gunung ini seperti tak berujung. Setelah sembilan bangkai Long yang besar dan peti mati perunggu kuno terjatuh ke dalamnya, sama sekali tidak terdengar suara apapun, seakan selamanya tak akan mencapai dasar.
"Seberapa dalamnya ini? Sungguh sulit dibayangkan!"
"Tempat apa ini? Bagaimana bisa ada jurang raksasa seperti ini di sini..."
Semua orang panik bercampur keraguan, samar-sadar merasa dunia ini tidak sedamai dan setenang yang terlihat di permukaan.
Setelah mengamati pemandangan sekitar, Ye Fan berkata: "Kalian tidak menyadari? Di sini tidak ada Altar Lima Warna. Kita seolah jatuh langsung dari langit ke sini, bukan muncul dari Pintu Angkasa Luar."
Mendengar perkataannya, semua orang terkejut, baru menyadari memang tidak ada Altar Lima Warna. Tapi puncak gunung yang luas tidak runtuh akibat hantaman peti tembaga, bahkan tidak ada lubang raksasa yang muncul, cuma beberapa retakan besar saja.
Seandainya benar-benar jatuh dari langit dan menghantam di sini, daya hantamnya pasti tak terbayangkan. Namun tubuh gunung sama sekali tidak menunjukkan jejak kerusakan berat. Hal ini benar-benar tidak wajar.
"Tanpa Altar Lima Warna, mengapa kita bisa muncul di sini? Mungkinkah ini seperti legenda kapal antariksa yang jangkarannya tersangkut di sini?" "Lelucon" ini sama sekali tidak lucu. Tak ada yang tersenyum, semua menyapu pandangan sekitar lalu merenung.
"Di sana ada prasasti batu yang patah..." Tiba-tiba Zhang Ziling berteriak.
Di puncak gunung terdapat tumpukan batu kacau, beberapa pohon tua perkasa, dan beberapa rotan tua sebesar tong air. Di antara jalinan sulur-sulur itu, tergeletak setengah prasasti batu patah dengan bekas pahatan buatan manusia yang jelas terlihat.
Semua orang cepat-cepat mendekat, menarik sulur kering, membersihkan ranting dan daun kering dari prasasti patah itu. Seketika mereka merasakan nuansa kuno yang kuat, terukir tiga aksara kuno di atasnya. Goresannya tebal, kokoh, dan berkelas seperti naga, mengalirkan aroma zaman yang tak terkira usianya.
"Apa yang tertulis di sini?" Banyak yang tidak mengenali aksara tersebut.
Setelah mengamati lama, Ye Fan masih ragu, "Sepertini tiga karakter 'Huanggu Jin'."
"'Huanggu Jin'? Tidak ada arti yang jelas." Mereka tak bisa menangkap maknanya.
"Ini prasasti yang patah. Pasti ada karakter di bagian bawah, tapi pecahannya sudah tak bisa disusun kembali." Pang Bo menyibak sulur dan mencabut rumput liar, menemukan banyak batu pecah seolah dihantam kilat.
"Tiga aksara kuno itu mungkin nama jurang atau formasi gunung ini." Zhou Yi sambil berpikir berkata, "Kata yang bisa menyambung 'Jin' memang tak banyak. Kemungkinan besar diikuti karakter 'Di'."
"Bukankah jika disambung menjadi 'Zaman Purba Terlarang'?" Seorang teman sekelas menyambungkan empat karakter itu, begitu membacanya wajahnya langsung berubah pucat. Yang lain pun mengerutkan kening.
Nama ini benar-benar sulit memunculkan asosiasi positif. Banyak yang mulai merasakan kecemasan samar.
"Area sekitar jurang ini kemungkinan besar bukan tanah suci atau tempat sakral..." ucap seseorang.
Bukan sekadar bukan tanah suci, jika benar seperti yang tercatat pada prasasti, mungkin ini adalah tempat yang membahayakan.
"Kalian perhatikan tidak, sepertinya tidak ada burung atau hewan di sekitar sini. Terlalu sunyi!" Wang Ziwen yang lebih teliti merasakan keanehan.
"Memang benar!" Serentak semua mengangguk.
Di sini ada bunga, rumput, sulur, dan pepohonan yang terlihat penuh vitalitas di permukaan. Tapi setelah diamati lebih seksama, semuanya sangat aneh - sekitar tidak ada satupun hewan. Tubuh gunung yang luas ini tak terdengar kicau burung atau raungan hewan, tak terlihat jejak aktivitas semut atau serangga. Hening hingga hampir mati suri!
Di pepohonan kuno tak ada derik jangkrik, di hamparan rumput tak terlihat belalang, di langit tak ada burung terbang—yang ada hanyalah keheningan total.
Pang Bo bersikap optimis, "Bagaimanapun juga, di sini ada vegetasi subur. Lingkungan seperti ini cukup untuk menopang kehidupan kita. Lagipula ada prasasti di sini, pastinya ada manusia di planet ini. Aku tidak percaya dunia secantik ini bisa menjadi wilayah maut yang tandus."
"Siapa bilang tidak ada hewan? Siapa bilang langit kosong dari burung? Lihat itu..." Ye Fan tiba-tiba menemukan sesuatu baru, jarinya menunjuk ke arah cakrawala jauh.
Di kejauhan, tampak seekor elang jantan sedang berputar-putar. Sangat istimewa karena seluruh tubuhnya memancarkan kilauan keemasan. Meski terpisah jarak zong, kilauan spektakulernya masih terlihat jelas, seolah terbuat dari emas tuangan yang menyala-nyala.
Saat itu, elang jantan berwarna emas terbang menuju zona ini beberapa jarak, semakin jelas terlihat. Kemudian tiba-tiba ia menyambar ke arah pegunungan. Beberapa saat kemudian melesat ke langit, dengan cakar tajamnya yang kini telah mencengkeram mangsa, terbang menuju tebing curam di kejauhan.
"Aku... aku tidak salah lihat, kan?!" Melihat pemandangan ini, Pang Bo yang biasanya ceplas-ceplos langsung terbata-bata.
Yang lain juga membeku bagai patung batu, menatap kosong dalam keterkejutan, hampir tak percaya pada penglihatan mereka sendiri.
"Apa hanya aku yang merasa... di bawah cakar elang emas itu... sepertinya ada seekor gajah raksasa?" Li Changqing juga tergagap, tenggorokannya terasa kering.
"Bukan sepertinya, tapi memang benar!" Wang Ziwen menyambung ucapannya, "Mampu mencengkeram gajah raksasa, sungguh di luar akal sehat! Bayangkan seberapa besar elang emas itu..." Di sini ia tak bisa menahan decak kagum.
Jelas tadi penilaian semua orang keliru. Karena jaraknya terlalu jauh, kami salah memperkirakan volumenya. Itu pasti burung pemangsa super raksasa yang sangat aneh.
Ye Fan menatap ke kejauhan, "Mustahil ada elang sebesar itu! Seluruh tubuhnya berwarna emas, memancarkan cahaya keemasan, ukurannya luar biasa besar, sangat mirip dengan Roc bersayap emas dalam legenda mitos!"
Mendengar kata-kata ini, semua orang di ruangan itu kembali membeku bagai patung batu.
