"Han Yishui, apa maksudmu ini?" Wajah Orang Tua Wu Qingfeng keruh bagai air tergenang.
“Kupikir sudah kujelaskan dengan cukup jelas.” Han Yishui berambut putih seperti salju, kulitnya putih bersih, matanya sipit, bibirnya tipis, memberikan kesan suram dan kejam. Ia mengangkat cangkir teh di meja batu, menyesapnya perlahan, berkata: "Tetua Wu, mengapa harus seperti ini?"
Tetua Wu Qingfeng melangkah maju beberapa langkah besar, suaranya berat: "Han Yishui, jangan keterlaluan!"
"Bukankah yang kukatakan ini fakta? Seseorang biasa seperti dia berani menuntut artefak spiritual di Lingxu Dongtian kami. Itu adalah pusaka murid kami Pang Bo yang telah menghilang, sama sekali tak ada hubungannya dengannya." Han Yishui tetap tenang tanpa riak sejak awal, menyeruput teh wangi sambil memandang dingin ke arah Ye Fan: "Pergi segera! Ini bukan tempat untukmu."
"Plak!"
Tetua Wu Qingfeng tak lagi bisa menahan diri, telapak tangannya memecahkan meja batu: "Han Yishui kau benar-benar melampaui batas! Jika kau tak mau bicara logika, mari kita selesaikan dengan kekuatan!"
Di samping itu duduk dua tetua lainnya, salah seorang segera mencoba mendamaikan: "Han Zhanglao, menurutku sudah cukup. Ini cuma beberapa perunggu rusak, tak ada yang perlu diteliti. Kembalikan saja pada anak itu."
Sedangkan tetua lainnya berpihak pada Han Yi Shui: "Pendapatmu keliru. Meski perunggu ini rusak, jelas ini adalah senjata mengerikan yang pernah menyimpan Dewa. Walau cacat, jika diteliti lebih lanjut, tetap bisa memberikan hasil."
Han Yi Shui dengan wajah muram memandangi Ye Fan: "Kau benar-benar menginginkan barang-barang ini?"
"Ini adalah hak milikku, mengapa tak boleh kuklaim?" Ye Fan tak gentar. Sebagai cultivator tingkat Jembatan Dewa, dia sama sekali tidak peduli dengan tatapan mengerikan Han Yi Shui.
"Haha..." Han Yi Shui tiba-tiba tertawa terbahak: "Bagus! Berani sekali. Kau mengingatkanku pada diriku di masa muda. Baik, takkan kusulitkan lagi. Xiao Tong, ambilkan semua barang itu dan berikan juga beberapa perhiasan padanya."
Tak jauh dari sana, Tongzi yang lain itu menyahut sepatah kata, lalu cepat-cepat menghilang di kedalaman lembah.
Saat ini, wajah Han Yishui terlihat tersenyum. Ia menangkupkan tangan ke arah Wu Qingfeng dan meminta maaf, "Kau pasti tahu sifatku yang selalu ingin meneliti pusaka spiritual sampai tuntas. Karena toh sulit menemukan sesuatu, lebih baik ku kembalikan saja. Sudah puluhan tahun kita bersahabat, tak perlu sampai berseteru."
Ekspresi Tetua Wu Qingfeng mulai melunak. Ia duduk di atas batu pemberat di sebelah, sementara seorang Tongzi mengangkat meja batu dan menyajikan teh kembali. Ketegangan tadi hilang tak berbekas.
Tak lama kemudian, seorang Tongzi membawa plakat tembaga "Gemuruh Dharma", lentera perunggu kuno, tasbih sarira, dan vajra. Selain itu ada beberapa pakaian serta hadiah berupa mutiara dan giok.
"Terima kasih, Tetua Han." Ye Fan menangkupkan tangannya.
“Wu pamit undur diri, lain hari akan datang mengganggu.” Tetua Wu Qingfeng berdiri, membawa Ye Fan menuju keluar lembah. Dua tetua lainnya juga berdiri berpamitan.
Seorang pria muda berusia 27-28 tahun memasuki gazebo, bertanya: “Bukankah Guru bilang perangkat tembaga rusak itu luar biasa, punya asal-usul tak biasa? Kenapa dikembalikan ke Orang Biasa itu?”
“Apakah kau ingin aku bertarung sekuat tenaga melawan Wu Qingfeng?” Tatapan Han Zhanglao menyapu dirinya, sambil meneguk teh dengan tenang: “Seperti katamu, dia cuma Orang Biasa.”
“Maksud Guru...” Kilatan tajam muncul di mata pria muda itu: “Aku paham. Akan kuserahkan ke Li Yun dan Li Lin untuk urusan ini. Tak akan ada jejak tertinggal. Pasti Tetua Wu Qingfeng tak tahu.”
Han Yishui tak berkomentar, ekspresinya datar. Ia terus menyesap teh sambil menikmati bunga-bunga langka dan tumbuhan ajaib di luar gazebo.
Pria muda itu memberikan hormat dengan sangat hormat, lalu berbalik dan pergi dengan langkah lebar. Namun tidak lama kemudian, pria ini kembali tergesa-gesa sambil membawa Li Yun dan Li Lin ke tempat ini.
"Guru, Orang Biasa itu bermasalah."
Han Yi Shui yang melihat wajah Li Yun yang bengkak dan wajah pucat Li Lin seketika menyadari sesuatu, bertanya: "Kalian berdua bertarung dengan seseorang?"
Wajah Li Lin dan Li Yun memerah karena malu, lalu dengan singkat menceritakan kejadian yang baru saja terjadi.
Setelah mendengar penjelasan mereka, Han Yi Shui berdiri dengan cepat sambil menggeretakkan gigi: "Dialah yang membunuh cucuku!"
"Dibunuh olehnya..." Ketiga orang di samping itu semua memperlihatkan ekspresi terkejut.
"Aku sudah mengumpulkan beberapa bukti. Satu-satunya hal yang belum kupahami adalah bagaimana Yu'er yang bersama beberapa cultivator tingkat Mata Air Kehidupan bisa dibunuh oleh orang biasa yang tak punya kekuatan ini." Han Yi Shui menghancurkan meja batu dengan tepukan Plak!, wajahnya gelap seperti air: "Sekarang aku mengerti! Pasti dia... pasti dia!"
Pria muda berusia 27-28 tahun di samping berseru: "Aku akan membalas dendam untuk Feiyu!"
Li Yun dan Li Lin menunjukkan ekspresi terkejut, mereka sama sekali tidak menyangka bahwa pembunuhan Han Feiyu dan empat cultivator tingkat Mata Air Kehidupan setahun lalu ternyata adalah perbuatan Ye Fan.
"Bunuh, pasti harus membunuhnya!" Wajah Han Yishui menjadi mengerikan dengan ekspresi menyeramkan.
"Dasar bocah ini benar-benar ahli menyembunyikan kemampuan." Li Yun merasakan punggung merinding. Li Lin juga tertegun dengan wajah pucat, merasakan ketakutan belakangan.
Han Yishui mondar-mandir beberapa putaran, lalu berhenti dan berkata pada pria muda 27-28 tahun itu: "Pergi undang seniormu, ajak yang lain juga. Tak perlu khawatir apapun! Begitu bocah itu meninggalkan Lingxu Dongtian, segera tembak mati dia!"
"Membunuhnya harus mengganggu senior? Aku cukup bawa beberapa orang untuk membunuhnya."
Han Zhanglao memandangnya dengan dingin, berkata: "Anak ini setahun lalu sudah bisa membunuh cultivator tingkat Mata Air Kehidupan. Kau belum berhasil masuk ke tingkat Jembatan Dewa. Tanpa saudara seperguruanmu yang senior berjaga di markas, hatiku takkan tenang."
"Sungguh sebegitu mengerikankah?"
"Aku juga berharap dia hanya seorang Orang Biasa. Tapi kenyataannya anak ini sangat tidak biasa. Jika bukan karena usianya yang masih muda, bahkan aku curiga dia mungkin sudah mencapai tingkat Jembatan Dewa."
Mendengar ini, ketiga orang di samping serentak menarik napas tajam.
Han Yishui dengan ekspresi tidak menentu akhirnya mengangkat kepala dengan keras: "Panggil juga kakak perempuan seperguruanmu yang kedua. Jangan biarkan dia terus bertapa."
"Apa?!" Pria muda berusia 27-28 tahun itu terkejut: "Senior seperguruanku yang pertama dan kedua sudah berada di tingkat Jembatan Dewa. Satu orang saja sudah cukup, tak perlu mengerahkan dua orang sekaligus!"
“Suruh dia bergerak bersama kakak seniormu. Hanya dengan dua penguasa tingkat Jembatan Dewa yang berjaga, aku bisa tenang. Tidak hanya itu, kali ini kalian sepuluh murid harus ikut!” Ekspresi Han Yishui gelap bagai awan petir, wajahnya menakutkan, “Jangan pernah meremehkan lawan! Singa pun mengerahkan seluruh tenaganya saat berburu kelinci. Kalau mau membunuh, harus tuntas! Jangan beri dia kesempatan lolos!”
“Kami sepuluh murid semua dikerahkan?” Pria muda itu benar-benar terkejut.
Han Yishui menyapu pandangannya. Pria muda itu buru-buru membungkuk memberi hormat lalu pergi menjemput senior-seniornya.
“Kalian berdua ikut untuk menambah pengalaman.” Han Yishui memandang Li Yun dan Li Lin beberapa saat, berkata datar.
Keduanya mengangguk patuh.
Tak lama, seorang pria berusia sekitar 50 tahun dan wanita 40-an tahun memimpin delapan cultivator berusia 30-an ke gazebo. Mereka memberi hormat serempak, “Salam Guru!”
“Kalian sudah tahu apa yang harus dilakukan, aku tidak ingin dia tetap hidup!” Han Zhanglao mengeluarkan aura yang mengerikan.
Di kediaman Tetua Wu Qingfeng, orang tua itu menasihati: "Nak, jangan pergi dulu. Beberapa hari lagi aku akan mengantarmu pergi sendiri. Aku merasa agak khawatir."
"Anda tidak perlu khawatir untukku, tidak akan ada masalah apa pun."
"Aku juga tidak ingin terjadi apa-apa, tapi..." Tetua Wu Qingfeng menggelengkan kepala, terlihat ragu-ragu namun tidak melanjutkan perkataannya.
Akhirnya, Ye Fan meninggalkan sepucuk surat untuk sang tetua, lalu pergi dengan anggun.
Ye Fan berjalan kaki keluar dari pegunungan, melirik ke belakang untuk terakhir kalinya, memutuskan untuk menjauh dari Negeri Yan.
"Tanah Suci Yao Chi, Tambang Kuno Taichu, Keluarga Jiang..." Pikiran Ye Fan telah melayang ke daratan jauh itu.
Tiba-tiba, dua belas kilatan cahaya suci menyapu datang, muncul di hadapannya dengan cepat dan memblokir jalannya.
"Li Lin, Li Yun, kalian berdua mencari sekutu untuk menyerangku?" Ye Fan dengan tenang menatap orang-orang di udara itu.
“Mereka berdua belum punya muka sebesar itu.” Seorang pria berusia sekitar lima puluh tahun di tepat di tengah sedang menatap tajam padanya。
Ye Fan seolah teringat sesuatu, kedua matanya memancarkan kilatan magis: "Han Yishui yang menyuruh kalian datang!"
"Kau memang tak bodoh." Di sampingnya, seorang wanita berusia empat puluhan menyeringai sinis: "Masih ada wasiat? Cepat ucapkan, kami akan antarmu jalan terakhir."
"Demi beberapa perunggu, dia berani mengirim orang untuk membunuhku, benar-benar kejam tanpa ampun." Ekspresi Ye Fan langsung membeku.
"Bukan cuma urusan perunggu, hutang nyawa Han Feiyu yang kaubunuh juga harus dihitung."
"Aku ingin pergi dari Yan Di dengan tenang, tapi tampaknya takdir memaksaku mengobarkan badai."
"Hahaha..." Banyak orang di langit tertawa terbahak: "Kau pikir siapa dirimu? Sudah di ambang maut masih mengigau, sungguh menggelikan."
"Tak tahu mengapa Guru menyuruh kami semua datang. Sepuluh ahli mengepung satu bocah, ini benar-benar..."
“Senior atau kakak perempuan kedua cukup menekan titik dengan satu jari untuk membunuhnya. Untuk apa mengerahkan pasukan besar-besaran seperti ini? Guru benar-benar membesar-besarkan hal kecil.”
“Dua ahli tingkat Jembatan Dewa ditambah delapan cultivator tingkat Mata Air Kehidupan, sepuluh ahli datang memburuku. Sungguh penghormatan yang berlebihan.”
Sambil berkata demikian, Ye Fan memandangi Li Yun dan Li Lin di kejauhan: “Kalian berdua belum terhitung.”
“Jangan banyak bicara lagi. Segera habisi dia! Siapa yang mau mengeksekusinya?”
Di antara sepuluh murid Han Yishui, beberapa sangat meremehkan Ye Fan dengan ekspresi menghina, sama sekali tidak berniat turun tangan langsung.
“Adik keenam, kalian berangkat membunuhnya. Agar kita bisa cepat pulang.”
“Li Lin, Li Yun – kalian berdua maju untuk membantu.”
Pasangan pemimpin tingkat Jembatan Dewa itu memberi perintah, merasa tak perlu turun langsung.
Tiba-tiba Ye Fan bersuara: “Lebih baik kalian serang bersama.” Bersamaan dengan itu, tubuhnya perlahan melayang ke angkasa.
"Dia memang tidak sederhana, seperti yang dikatakan guru. Kalian semua harus hati-hati." Salah seorang mengingatkan.
Dua pria dan perempuan yang tingkat kultivasinya mencapai Jembatan Dewa itu masih tidak memperhatikan, memerintahkan yang lain untuk maju, tetap tidak bermaksud turun tangan.
Ye Fan menyapu pandangan ke semua orang, menghela napas, "Aku benar-benar tak rela membunuh..."
"Omong kosong!"
"Sudah di ambang maut masih berani mengeluarkan kata-kata sombong, benar-benar tidak tahu bagaimana menulis karakter 'mati'!"
Dengan senyuman tipis, Ye Fan menggelengkan kepala menasihati, "Lebih baik kalian pulang. Beritahu Han Yishui, jika dia begitu ingin membunuhku, lebih baik datang sendiri. Buat apa mengirim sepuluh muridnya jadi tumbal percuma."
"Kau...!" Bahkan dua cultivator tingkat Jembatan Dewa itu pun murka. Getaran energi kuat memancar dari tubuh mereka, perlahan maju mengancam. Senjata pusaka mereka mulai bersinar, siap bertindak sendiri untuk menghabisi Ye Fan.
“Tampaknya, apapun yang kukatakan takkan membuat kalian mundur. Kalau begitu, akan kuantarkan kalian semua memulai perjalanan terakhir.” Senyuman Ye Fan tetap tak pudar, namun aura keseluruhan dirinya berubah total.
“Serang dia bersama-sama!” Dua cultivator tingkat Jembatan Dewa merasakan sesuatu yang tak beres, memerintahkan dengan keras agar semua orang menyerang bersamaan.
“Terlambat, kalian semua takkan bisa kabur!” Saat itu juga, energi ilahi Ye Fan bergelora, api ilahi emas berkobar-kobar, membuatnya berkilau bagai matahari keemasan yang disertai gemuruh guntur dan deru tsunami.
Seolah mengenakan zirah emas para dewa, rambut hitam Ye Fan berkibar liar dikelilingi kilat, dengan kilau magis tak bertepi menyelimuti seluruh tubuhnya.
"Braak!"
Tubuh Ye Fan memancarkan getaran energi dahsyat. Tanpa memanggil senjata pusaka, dia menyerga dua cultivator tingkat Jembatan Dewa dengan tangan kosong. Gempuran mengerikan ini membuat semua orang terkejut pucat, memaksakan serangan habis-habisan.
Dua cultivator tingkat Jembatan Dewa merasa terkejut di dalam hati. Pria itu mengeluarkan pisau iblis berwarna darah yang merah segar seakan menetes, membelah langit dan memancarkan sinar darah tak terhingga bagai sungai merah mengalir deras, menghujam ke arah Ye Fan.
Ye Fan berlari mendekati dengan tangan kosong. Seluruh tubuhnya memancarkan kilau kristalin yang menyeluruh, cahaya suci bertebaran. Daging dan darahnya seolah dituang dari baja ilahi. Dengan kecepatan yang luar biasa, "Criiiing!" Tak disangka, dia menangkap pisau iblis berdarah itu dengan satu tangan, mencengkeram erat, lalu kedua tangannya bersama-sama mengerahkan tenaga.
"Braak!"
Di langit, sinar darah berhamburan. Dengan kekuatan mentah, dia mematahkan senjata yang dikeluarkan cultivator Jembatan Dewa. Seluruh tubuhnya dipenuhi cahaya emas, dalam sekejap melesat mendekat. Satu pukulan tinjunya menghujam, langit seolah diguncang ombak emas yang bergulung-gulung.
"Bang!"
Kecepatannya begitu tinggi, tubuh fisiknya mencapai tingkat kekuatan yang tak terbayangkan. Tinju emasnya langsung menghantam tubuh pria cultivator Jembatan Dewa itu hingga berkeping-keping, darah menyembur ke segala penjuru.
“Senior!” Semua orang berteriak kaget, merasakan tubuh mereka membeku.
Semua ini terjadi dalam sekejap mata, tak seorang pun bisa menahannya. Tubuh kultivasi Ye Fan yang kuat memancarkan kilau magis, kepalan emasnya yang mengerikan tak terbendung. Dia memiliki kecepatan dan kekuatan yang tak tertandingi.
“Cis!”
Wanita tingkat Jembatan Dewa itu mengeluarkan gunting naga perak, seperti dua naga perak yang bersatu, menyergap ke arah Ye Fan.
Pada detik ini, Ye Fan bagai dikelilingi lautan emas, pupil matanya berkilauan emas, kekuatan mengerikan bergelora. Sama sekali tidak menghindar, langsung mengayunkan kepalan emasnya untuk menghadapi.
“Braak!”
Seakan ada sungai emas yang mengalir deras, mengikuti ayunan tinjunya. Kepalan emas itu menghantam gunting naga perak, suara mengerikan terdengar. Gunting naga perak langsung pecah berkeping-keping, jatuh dari ketinggian.
“Bang!”
Pada saat yang sama, Ye Fan berubah menjadi kilatan emas yang melesat. Tinju emasnya meremukkan tubuh wanita itu sepenuhnya, hujan darah beterbangan ke segala arah.
Kejutan absolut, kekuatan tempur tak tertandingi. Ye Fan bagaikan dewa perang emas, menghancurkan dua cultivator tingkat Jembatan Dewa dengan tangan kosong.
Semua ini terjadi dalam sekejap, tak memberi waktu untuk respons. Senjata-senjata yang dilepaskan pasukan lain baru tiba, namun Ye Fan sudah berdiri tegak di angkasa lain, diselimuti cahaya emas seperti kembang api.
Dia telah mengonsumsi dua obat suci, mengalami transformasi total dua kali. Tubuhnya sempurna tanpa cela, berkilau kristalin, setara senjata legendaris. Kali ini dia ingin menguji sekuat apa tubuh daging-darahnya, hasilnya justru bisa mengimbangi pusaka spiritual dengan tangan kosong - ini memuaskannya.
Semua orang terpaku, dua cultivator tingkat Jembatan Dewa tewas di tangan kosong Ye Fan. Sisa semangat bertarung mereka langsung lenyap digantikan ketakutan maut. Seketika mereka semua melesat kabur berusaha menyelamatkan diri.
Ye Fan mengeluarkan cermin tembaga ungu. Kabut ungu menyelimuti, seketika permukaan cermin memancarkan kilauan menyilaukan bagai matahari terik, menyapu seluruh area dengan cahaya ungu ilahi.
"Cis cis cis......"
Asap tipis mengepul, mayat-mayat berjatuhan dari langit.
"Aaa——!"
Jerit kematian bergema beruntun. Tak satu pun bisa melarikan diri. Jurang pemisah antara tingkat Mata Air Kehidupan dan Jembatan Dewa bagai langit dan bumi. Dua ahli Jembatan Dewa saja hancur oleh kepalan emas Ye Fan, apalagi mereka yang jelas takkan sanggup menahan serangan cermin tembaga ungu.
Termasuk Li Lin dan Li Yun, dua belas cultivator itu tak ada yang selamat. Semua tewas di tempat ini.
“Cermin bagua tembaga ungu yang ditempa oleh penguasa kuat yang melampaui tepi memang luar biasa...” Ye Fan bergumam, menyimpan tembaga ungu. Api ilahi emas di tubuhnya menghilang cepat, tinju emas dan kulit kristalin berkilau kembali ke warna normal, aura perkasa akhirnya terkandung sepenuhnya.
Ia kembali menjadi pemuda tampan, seperti anak tetangga biasa, dengan ekspresi yang tak berbahaya sama sekali.
"Han Yishui, kau mengirim sepuluh murid terbaikmu. Kekuatan mereka tak bisa diremehkan. Bagi orang lain pasti mematikan, sayang mereka menghadapiku." Ye Fan bergumam, "Kalau kau ingin membunuhku, aku tak perlu lagi menahan diri."
Ye Fan tak membuang waktu, langsung menerjang ke arah Lingxu Dongtian. Tak lama ia tiba di gerbang utama, lalu melangkah masuk tanpa ragu. Penjaga gerbang yang mengenalinya sama sekali tak menghalangi.
"Tidak mencari masalah, bukan berarti aku takut. Awalnya aku ingin meninggalkan Yan Di dengan tenang, Han Yishui. Karena kau ingin membunuhku, hari ini aku datang sendiri ke sini."
Saat ini, Han Yishui diliputi kegelisahan. Ia terus merasa ada sesuatu yang terjadi. Setelah menunggu lama tapi murid-muridnya tak kunjung kembali, kegelisahannya semakin menjadi. Tiba-tiba ia merasakan kejanggalan - seolah ada sebuah aura khusus yang muncul di lembah. Dengan reflek ia menengadah keras ke depan.
Di depan gazebo, tanpa disadari telah berdiri seorang pemuda sekitar 14 tahun. Dengan senyum manis yang memperlihatkan gigi putih pucat, ia menatap Han Yishui.
"Kau..." Han Yishui mundur terhuyung beberapa langkah. Ia sadar rencana besar-nya telah gagal. Pemuda di hadapannya ini jauh lebih berbahaya dari perkiraannya.
"Bagaimana dengan mereka?" Han Yishui bertanya dengan penuh ketidakrelaan.
"Maksudmu 10 murid andalanmu? Sudah kuantarkan mereka pada perjalanan terakhir."
"Kau...!" Urat-urat hijau di dahi Han Yishui berdenyut keras.
"Aku akan mengantarmu ke perjalanan terakhir untuk bersatu dengan mereka," ujar Ye Fan dengan senyuman lebar.
Pada detik ini, aura Ye Fan mengalami perubahan drastis. Seolah lautan emas menyelimuti tubuhnya, disertai kilatan listrik tak terhitung. Kilau magis memancar kuat, gelombang energi mengerikan mengguncang sekeliling.
