Langit di atas membentang biru kehijauan yang dalam dan misterius, Ye Fan tak bisa melihat apapun juga, mustahil membuat dugaan.
Di Lautan Penderitaan, teratai hijau berdiri tegak, vitalitas yang kuat seolah membentuk dunia hidup. Di sekelilingnya, kabut kekacauan meliuk-liuk, misterius dan samar.
Saat ini, Ye Fan telah tenang, hatinya kosong spiritual. Dengan pengamatan seksama: baru muncul dari air, cuma punya tiga helai daun hijau, memancarkan kearifan alamiah seakan menerangkan asal mula Langit-Bumi. Jalan melahirkan Yang Esa, satu jadi dua, dua jadi tiga, tiga melahirkan segalanya.
"Ada sesuatu yang terbentuk sebelum Langit-Bumi, sumber segala makhluk, lebih dulu dari segala bentuk." Ye Fan teringat kalimat kuno ini.
Teratai ini menyatu dengan Roda Lautan, memancarkan kharisma mistis bak jurang tak terukur. Tenang dan abadi, seolah bisa bertahan selamanya.
Ye Fan melintasi Lautan Penderitaan, menginjakkan kaki di tepian. Proses awal evolusi Roda Lautan ini terlalu mistis untuk dijelaskan.
Kendi setinggi tak sampai jengkal itu, di bawah langit biru, di atas teratai hijau, terus mengambang dan tenggelam dengan aura semakin megah.
Di dalam hati Ye Fan berdesir, dia yang sudah mencapai tingkat tepi sebagai cultivator, kekuatannya naik drastis. Saat ini dia mencoba memanggil kendinya.
"Swoosh!"
Kendi muncul di luar tubuh, diam membisu menggantung di depan dada. Masih terasa tekanan sebesar gunung, tapi kali ini bisa digerakkan.
"Bang!"
Kendi tanpa kilatan cahaya langsung terbang ke arah batu setinggi belasan meter di dekatnya. Saat bersentuhan, debu beterbangan memenuhi langit, batu raksasa itu punah tanpa suara.
Kendi bergetar halus, Hutan Batu ikut bergetar. Semua batu besar di sekeliling remuk jadi debu. Kekuatan kendi sungguh luar biasa!
Namun tubuh Ye Fan juga bergetar. Kendi yang belum memiliki pola energi ini sudah seperti lubang tanpa dasar. Konstitusi fisik kuatnya bahkan terkuras sepertiga kekuatan.
Artinya, saat ini dia hanya bisa memanggilnya tiga kali. Kendi ini memang kuat, tapi tak bisa dikendalikan seperti tangannya sendiri. Hatinya campur aduk antara senang dan mengerutkan dahi.
Ye Fan kembali menggerakkan kendi, yang membesar hingga satu meter - ini sudah mencapai ambang batas kemampuannya. Jika lebih besar lagi, dia takkan sanggup menahannya.
Kendi menggantung di langit bagaikan lubang tanpa dasar, seolah sanggup menelan langit. Seluruh Hutan Batu di depannya - batu-batu raksasa berbentuk sapi tidur hingga rebung hijau - tersedot masuk ke dalam kendi.
Ye Fan menarik kembali kendinya. Melihat ke dalam, dia menemukan tumpukan batu. Dengan getaran halus, semua isinya seketika berubah menjadi serbuk halus. Saat dibalik perlahan, abu beterbangan keluar hingga bagian dalamnya kembali bersih tak bernoda.
Meski kekuatan dewa hampir terkuras habis, dia sangat puas. Kendi ini sangat disukainya - kewibawaannya sungguh luar biasa. Tanpa gelombang energi atau kilatan sakti, kendi menghilang dalam senyap dan kembali ke Roda Lautannya.
Kini kendi telah selesai ditempa, ditambah pencapaian tingkat tepi. Keyakinannya bertambah. Setelah berbulan-bulan berkultivasi di tempat ini, dia sangat ingin mengetahui situasi di luar.
"Apakah anggota Keluarga Ji sudah pergi..." Setelah memulihkan kekuatan divine-nya, Ye Fan melangkah keluar.
Di luar wilayah api, permukaan tanah retak kering, tanah gosong membentang luas tak bertepi. Sudah lebih dari setahun berlalu, anggota keluarga Ji telah lama meninggalkan tempat ini.
"Ini justru baik. Mereka mengira aku sudah lenyap tanpa bekas. Nanti akan kukejutkan mereka!"
Ye Fan kembali ke wilayah api, bersiap memicu awan api lima warna di lantai tujuh untuk memurnikan kendi miliknya agar semakin terkristal.
Awan api lima warna lebih menyala-nyala daripada kabut ungu. Baru saja mendekati, belum memasuki, panas yang menyengat sudah terasa. Ini membuatnya merinding dalam hati - dan itu pun dengan memegang biji bodhi. Tanpa benih suci ini, mungkin dia bahkan tidak bisa mendekat.
"Api sekuat ini, bisakah aku kendalikan?" Hatinya dipenuhi keraguan.
Dengan hati-hati dia menyerap sehelai kabut pelangi. Seketika terdengar suara cis-cis, membakar habis segumpal energi divine-nya hingga lumer total.
Ye Fan menarik napas tajam, api jenis ini terlalu kuat, bisa membakar hidup-hidup orang penting. Abu berbentuk manusia di tanah membuktikan semua ini. Bagaimana cara menyerapnya ke Roda Lautan dengan aman untuk memurnikan kendi? Ia tak punya solusi yang baik.
Selama beberapa hari berikutnya, ia terus mencoba melakukannya dengan hati-hati, tanpa terburu-buru bertindak.
Tiba-tiba, ia mendengar suara-suara aneh berasal dari wilayah luar. Jika bukan karena kesadarannya yang kuat, mustahil bisa merasakan hal ini.
"Mungkinkah ada yang datang?" Ye Fan menyelinap diam-diam sambil menghilangkan jejak, bergerak ke arah luar.
Di lapisan keempat wilayah api, kobaran api neraka hitam menari-nari. Seorang pria paruh baya duduk bersila di atas batu raksasa bagai patung. Di atas kepalanya, menara kuno setinggi pinggang terapung-apung.
Kilau gelap api terus berkumpul ke tubuh menara, mengeluarkan dentang logam berirama. Perlahan menara kuno itu mulai berubah bentuk.
“Mengapa dia merakit senjata spiritual di luar tubuh? Tidak begitu menghargai senjatanya sendiri, lalu mengapa datang ke Domain Api?” Ye Fan merasa bingung.
Tiba-tiba ekspresinya berubah. Menara itu tidak asing baginya, pernah dia lihat sebelumnya!
Menara kuno lima lapis, seluruhnya berwarna perak. Meski memancarkan kilau cahaya, jejak usangnya menciptakan aura kuno yang kental.
“Pria paruh baya berpakaian rami!”
Ye Fan langsung teringat kelompok yang memburu dia dan Ji Ziyue. Di antara mereka ada seorang cultivator paruh baya berbaju rami, menggenggam menara lima lapis, nyaris membunuhnya.
Saat ini, pria itu mengenakan jubah hitam, duduk bersila dengan tenang. Namun menara perak di atas kepalanya terus berubah bentuk - dia berusaha melelehkan dan menempa ulang.
“Menara kuno lima lapis yang tergolong senjata kuat ini... Tak disangka dia mau melelehkannya...”
Saat seberkas energi Xuan Huang menerobos keluar dari menara, Ye Fan semakin yakin—pasti ini Perwira berbaju rami. Meski saat itu tidak melihat penampilan wajahnya, tapi menara ini sama persis.
"Dia takut Keluarga Ji bisa melacak jejak, ingin menghapus bukti terakhir!" Ye Fan sangat ingin menguak asal-usul orang ini. Musuh dalam bayangan benar-benar membuatnya tak tenang.
"Ternyata dia tidak terlalu memperhatikan senjata ini. Mungkin seperti kata Ji Ziyue, orang ini cuma boneka yang dikendalikan."
Ye Fan mengamati lebih seksama. Benar, gerakan orang itu kaku, duduk bersila bagai batang kayu.
"Aku harus menangkapnya dan mengungkap semua misteri ini!"
Setelah berpikir sejenak, ia menyadari kekuatan lawan ini melampaui levelnya. Minimal cultivator tingkat Istana Dao.
"Harus dipastikan 100% sukses. Kalau gagal membunuhnya malah aku yang ketahuan, itu bakal bencana besar."
Ye Fan kembali tanpa suara ke Zona Api Keenam, memanggil kendi miliknya, membiarkannya menyedot api ungu seperti paus minum air, lalu segera duduk bermeditasi untuk memulihkan kekuatan dewa dengan cepat.
Setengah jam kemudian, ia kembali ke Zona Api Neraka Keempat, menunggu dengan tenang.
Dua shichen kemudian, pria berbaju hitam berhasil melelehkan menara perak sepenuhnya, membentuknya kembali perlahan menjadi lonceng perak. Saat lonceng itu hampir jadi di momen genting terakhir, Ye Fan akhirnya bertindak.
Saat ini, konsentrasi pria berbaju hitam mencapai puncaknya, seluruh pikirannya terbenam dalam proses penempaan akhir lonceng perak.
Kendi bergerak senyap mendekat, tiba-tiba membalikkan posisi. Gelombang api ungu yang masif menyapu turun, membakar dahsyat!
Suhu sepanas ini bahkan bisa membakar mati orang penting, apalagi cultivator dari level biasa.
Tapi tak disangka, pria ini sangat waspada. Rupanya ia telah mengukir pola energi di sekelilingnya yang memancarkan kilatan cahaya untuk menahan serangan api ungu.
Harta karun ahli terhormat pun tak mampu menahan api ungu, akan terpotong-potong. Meski ada pola energi di sini, tetap tak bisa menghalangi. Satu-satunya fungsi adalah memburu waktu bagi pria ini. Dengan kecepatan hantu, ia melesat ke samping.
"Cis!"
Ye Fan sudah bersiap. Halaman emas telah menanti lama, dipanggil tepat saat menyambut gerakannya.
"Brak!"
Kilau darah berkelebat! Pria berbaju hitam menderita luka parah! Posturnya seketika kaku. Bersamaan, semburan api ungu jatuh. Meski bergerak cepat, tetap tersentuh. Separuh tubuhnya langsung terbakar, bagian kiri seketika berubah jadi abu.
"Bzz!"
Langit bergetar halus. Kendi bermetamorfosis setinggi satu meter, seolah memiliki kekuatan menelan langit. Tubuh fisik pria paruh baya yang setengah hancur langsung terserap masuk, tertaklukkan di dalamnya.
Baru sekarang Ye Fan menarik napas lega. Botol Giok Jing dikeluarkan, ia menyeruput mata air suci dengan cepat. Kekuatan mengerikan pulih seketika. Lalu pandangannya beralih ke dalam kendi.
"Pria berbaju hitam" tubuh fisik setengah hancur, terus-menerus bergetar, meronta-raih duduk. Mendongak ke atas, saat melihat Ye Fan, seketika memperlihatkan ekspresi terkejut: "Kau... masih hidup?!"
Dalam hati Ye Fan berdesir. Teriakan kaget tanpa sadar lawan ini seolah sangat mengenalnya, lebih dari sekadar hubungan pemburu dan buruan. Ia tersenyum tipis: "Apa sebenarnya asal-usulmu?"
"Tak kusangka nyawamu sekeras ini..." Pria berbaju hitam menghela napas, tiba-tiba mengangkat kepala. Dari tengah dahinya melesat kilatan cahaya, berusaha kabur dari kendi, namun gagal melepaskan diri dari cengkeraman artefak ini.
"Tepat! Mayat hidup yang dikendalikan orang lain." Ye Fan mengulurkan kesadaran spiritualnya, bersiap mengunci tubuh lawan.
Namun dengan ketegasan luar biasa, kilatan cahaya dari pria itu tiba-tiba memancar bagai kembang api yang mekar, remuk sendiri. Hanya menyisakan titik-titik cahaya yang akhirnya menghilang di dalam kendi.
Ye Fan wajahnya berubah pucat, namun sudah tak sempat mencegah. Di tempat ini ia menyisir dengan cermat, tubuh pria berbaju hitam itu kosong sama sekali. Kecuali lonceng perak yang sudah hancur terbakar api ungu, tak ada yang tersisa.
Ia melemparkan mayat setengah hancur itu ke dalam api neraka, sekejap berubah menjadi abu. Bergumam sendiri: "Sebenarnya siapa, sepertinya orang yang sudah kenal lama."
Ye Fan membersihkan jejak di TKP, Mundur ke dalam lapisan kelima api emas untuk bersembunyi. Menunggu dengan tenang, berusaha mengamati apakah ada yang muncul.
Hingga tiga hari kemudian, baru seorang orang tua bertubuh tinggi muncul di sini. Mengamati tumpukan abu itu beberapa saat, bergumam: "Tak disangka mati di tempat ini..."
"Siapa tua-tua mati ini? Tak pernah kulihat sebelumnya." Dalam hati Ye Fan merasa curiga.
"Swoosh!"
Bayangan cahaya berkilat, orang tua itu melesat keluar dari domain api. Tak lama kemudian menghilang di kejauhan.
Dua hari kemudian, Ye Fan memasuki lantai ketujuh kawasan api. Meski dilindungi biji bodhi, tubuhnya tetap merasakan sensasi terbakar yang menusuk. Suhu kobaran api lima warna benar-benar di luar bayangan.
Energi spiritual yang diolah dengan susah payah oleh cultivator bisa langsung terbakar. Kobaran api lima warna ini seolah memiliki sifat iblis yang bisa melahap segala sesuatu.
Meski Ye Fan berhasil masuk ke dalam, ia justru bingung bagaimana cara memasukkan kobaran api ke tubuhnya. Kobaran api berwarna-warni itu terlalu mengerikan.
Beberapa hari kemudian, teriakan manusia dan lolongan makhluk buas bergema bak pasukan raksasa yang menyerbu. Daratan bergetar hebat, tak terhitung makhluk aneh menyerbu ke kawasan api.
Di antara mereka, beberapa makhluk buas kuat mengaum begitu keras hingga suaranya terdengar puluhan li. Kesadaran spiritual Ye Fan yang tajam langsung menangkap gangguan ini.
Ia segera mengamati, lalu wajahnya berubah pucat, "Keluarga Ji datang!"
Di luar domain api, terdapat lebih dari seratus makhluk buas. Setiap kendaraan mereka yang luar biasa menginjak langit dengan gemuruh, membuat daratan dan langit bergetar. Semua ksatria mengenakan baju besi hitam yang memancarkan aura mencekam.
Sebuah panji besar berkibar-kibar ditiup angin, tertulis karakter 'Ji' di atasnya.
Ye Fan melihat Ji Hui, Ji Biyue, serta beberapa ahli terhormat lainnya. Selain itu ada sebuah kereta kencana yang ditarik oleh sembilan Hou Emas, tergantung di tepi domain api.
Raungan Hou Emas menggelegar. Setiap makhluk sebesar gajah dengan sisik yang menyeramkan memancarkan tekanan kuat. Kereta itu berkilauan kristal, memancarkan aura keberuntungan - jelas ada figur penting dari Keluarga Ji yang datang.
"Jangan-jangan mereka mencariku? Tapi tidak mungkin, sudah setengah tahun berlalu... Urusan apa yang membuat mereka datang?" Ye Fan panik bercampur keraguan.
Seorang tua keluar dari kereta. Ji Hui segera melangkah maju dengan sikap sangat hormat, membantunya turun.
"Dasar kakek!"
Ye Fan tak berani mengintip lagi, langsung menyelinap ke kedalaman area api.
