Sembilan Rahasia dari Li Zhou berasal dari tempat misterius nun jauh di timur, menurut catatan pada kain brokat ini, tepatnya di wilayah tengah Donghuang yang berbatasan dengan daerah terpencil.
Tebing Suci, ini adalah nama kuno yang tertandai pada kain brokat ini, tepatnya tempat yang menyimpan Sembilan Rahasia.
Ye Fan merasa nama ini agak spesial, tak tahan bertanya pada anjing hitam besar: "Kaisar Hitam, kau pernah dengar Tebing Suci?"
Anjing hitam itu dadanya berdebar kencang: "Bagaimana kau tahu nama itu?"
"Aku sudah lempar gulungan kuno ke Duan De, menyimpan kain brokat ini. Di sini disebutkan Sembilan Rahasia tersembunyi di sana." Ye Fan tidak menyembunyikan apapun dari Kaisar Hitam.
"Tempat ini sangat tidak biasa. Seorang Kaisar pernah berkunjung ke sana, menghadapi tebing kuno, mendapat pencerahan batin, dan melakukan penghormatan di sana." Kaisar Hitam menjelaskan.
"Sebenarnya tempat seperti apa itu?" Ye Fan semakin penasaran.
"Ada kabar angin bahwa di sana pernah gugur seorang Tubuh Suci Zaman Purba yang telah mencapai kesempurnaan, darah merahnya membasahi tebing batu. Kaisar Kuno semuanya kesepian dan tak tertandingi, saat berkelana ke tebing kuno itu, mungkin menganggap jika Tubuh Suci itu masih hidup, layak untuk dihadapi."
“Tak disangka ada anekdot seperti ini……” Ye Fan mengusap dagunya. Ini tempat yang tidak biasa, Sembilan Rahasia tersembunyi di area tersebut, dia harus pergi ke sana.
Namun saat ini dia tak ingin pergi. Dengan kain sutra di tangan, Sembilan Rahasia takkan kabur. Nanti cukup ikuti petunjuknya. Saat ini yang paling dia butuhkan adalah meningkatkan level, bukan mencari teknik rahasia secara terburu-buru.
Selama hari-hari ini, dia telah menjelajahi puluhan kota, terus-menerus membeli bahan batuan, lalu membukanya di tempat sepi. Ditambah sumber yang dimiliki sebelumnya, total terkumpul lebih dari 10.000 kati sumber.
Kini dia sudah bisa menembus tribulasi tiga lapis Istana Dao. Tapi dia tidak puas, ingin naik ke gerbang keempat Istana Dao.
Hanya saja kesulitannya terlalu besar. Diperlukan 100.000 kati sumber! Ini angka yang membuat pusing. Hanya mengandalkan bertaruh batu sumber agak sulit.
"Mungkin sudah waktunya ke Kota Suci……" gumam Ye Fan.
Setengah bulan lebih berlalu, gelombang di Li Zhou tak kunjung reda, malah semakin menjadi-jadi. Sosok kontroversial lain hari itu... Duan De, jauh lebih kewalahan dibandingkan Ye Fan.
Pendeta licin ini memang layak disebut figur penting. Di tengah situasi kacau waktu itu, dia tetap menemukan celah dan sukses melarikan diri.
Namun hari-hari berikutnya sangat menyiksa baginya. Para Tanah Suci melakukan pencarian besar-besaran, Wu Dao dari 13 begand besar mengamuk memburunya, sementara yaojie juga tak mau melepaskannya.
Duan De terusir selama setengah bulan, nyaris muntah darah karena kelelahan. Hampir saja dikuliti hidup-hidup, akhirnya dia tak sanggup bertahan lagi dan melempar gulungan kuno itu.
Meski begitu, nasibnya tak membaik. Wu Dao dari 13 begand besar seolah mengunci targetnya, memburu tanpa henti siang malam.
Saksi mata melaporkan, dalam setengah bulan Duan De kurus kering, tubuhnya penuh noda darah. Tapi yang mengejutkan, dia masih terlihat segar bugar tanpa tanda-tanda kelelahan.
“Si gemuk ini nyawanya benar-benar bandel. Para Tanah Suci gagal membunuhnya, bahkan Wu Dao yang terpaksa sendiri bertindak masih belum bisa menangkapnya.” Ye Fan menggelengkan kepala.
Menurut kabar terbaru, Duan De diburu Wu Dao hingga tanpa jalan ke langit atau pintu ke bumi, akhirnya kabur menuju arah Zhongzhou.
Setelah gulungan kuno dilempar si pendeta licin, para penerus Tanah Suci terlibat pertempuran besar yang membuat orang-orang tua tertegun. Kekuatan tempur mereka benar-benar mengejutkan.
"Kami harus kembali ke Perkampungan Batu. Kebutuhan untuk memindahkan penduduk. Perkiraan dalam waktu dekat, persaingan gulungan kuno akan berakhir. Besar kemungkinan para Tanah Suci akan duduk berunding."
Itu bukan Sembilan Rahasia, melainkan Peta mengerikan yang jika dipahami oleh sekte-sekte besar pasti akan menimbulkan riak besar. Bukan wilayah yang bisa dimonopoli satu pihak - tempat itu terlalu sulit ditaklukkan oleh satu Tanah Suci saja.
Dia tak rela penduduk Perkampungan Batu terkena gempuran. Ingin menempatkan mereka di lokasi aman terlebih dahulu, menjauhkan mereka dari gunung ungu.
“Jika Para Tanah Suci melakukan serangan besar-besaran ke Gunung Ungu, wilayah lain pasti kosong. Saat itu mungkin akan ada peluang emas, aku butuh Sumber!” Ye Fan dipenuhi ambisi.
Setengah bulan kemudian, Ye Fan dan Kaisar Hitam kembali ke Perkampungan Batu. Tempat ini masih sama seperti dulu, tidak banyak perubahan.
Tempat ini jauh dari kemakmuran dan keindahan. Benteng yang dibangun dari batu merah kecoklatan terlihat sepi, sedikit tumbuhan hijau. Ini hanyalah oasis kecil selebar belasan li.
Namun, semangat penduduk di sini sangat baik. Hidup dari menambang Sumber, kehidupan mereka cukup sejahtera. Mereka bisa pergi ke oasis yang lebih jauh untuk menukar perlengkapan hidup.
“Saudara Ye sudah kembali, dan si... Kaisar Hitam.” Penduduk Perkampungan Batu menyapa dengan hangat, hampir salah menyebut gelar anjing hitam besar itu.
Ketika mendengar rencana relokasi, banyak orang tua diam membisu. Mereka telah hidup turun-temurun di sini. Tiba-tiba harus pergi, siapapun pasti merasa sulit menerima.
“Terpaksa harus pindah, lain kali tempat ini takkan tenang lagi, akan ada badai dahsyat.” Ye Fan menjelaskan dengan sabar.
Akhirnya, dia tak punya solusi, mengundang Kakek Zhang Wu datang, menceritakan secara singkat situasi Gunung Ungu.
Mendengar para Tanah Suci akan datang, Kakek Zhang Wu berubah wajah, menghela napas: "Leluhur kami menyuruh kami berjaga di sini, mungkinkah saat ini kami harus mundur?"
Kaisar Hitam mengulurkan kepalanya yang besar, berkata: "Pindahlah, seluruh klan kalian akan mendapat berkah besar di masa depan."
Ye Fan pernah mendengar, leluhur Keluarga Zhang - Sang Master Sumber Langit pernah berpesan, berjaga di sini untuk menghormati Gunung Ungu, akan ada berkah besar nanti.
Bagi banyak orang, proses meninggalkan tempat ini secara total adalah hal yang menyedihkan. Ye Fan tidak mendesak mereka karena waktu masih cukup.
Gulungan kuno sekalipun jatuh ke tangan Para Tanah Suci, dalam waktu singkat sulit muncul hasil konkret. Berbagai pihak bernegosiasi, membutuhkan kompromi terus-menerus dan alokasi ulang kepentingan.
Namun, tepat pada saat itu, anjing hitam besar itu menemukan sesuatu. Saat berlari ke Gunung Ungu untuk mengamati, ia terkejut melihat sosok manusia—seseorang sudah datang!
"Kau yakin?" Ye Fan terkejut, ini terlalu cepat.
"Orang itu sangat mengerikan. Aku hanya melihat bayangan samar yang menghilang dalam sekejap." Anjing hitam besar itu berkata dengan suara berat.
Kaisar Hitam hanya sempat melihat sekilas sosok itu memakai jubah tao di puncak Gunung Ungu sebelum menghilang seketika, membuatnya hampir terjengkang.
"Memakai jubah tao... Jangan-jangan Si gemuk itu yang datang? Tapi bukannya dia dikejar menuju arah Zhongzhou?" Ye Fan mulai curiga.
"Pasti bukan si gemuk itu. Mustahil dia secepat itu. Aku ingat jelas semua orang yang pernah kugigit. Orang ini benar-benar menakutkan—baru berkedip, dia sudah raib tak berbekas."
Ye Fan merasa harus segera pergi. Tempat ini sudah tidak tenang lagi. Gelombang konflik ini datang lebih cepat dari yang ia bayangkan.
"Kau desak mereka segera membereskan, aku keluar berputar sebentar." Dia meninggalkan Perkampungan Batu, menuju Kota Pingyan untuk mencari kabar. Hasilnya diketahui Tanah Suci belum bertindak, gelombang gulungan kuno masih belum padam.
"Apa yang terjadi ini? Tanah Suci belum datang, tapi ada yang sudah sampai duluan. Pasti ahli tingkat tertinggi." Ye Fan berprediksi dalam hati, orang ini pasti sudah menonton gulungan kuno.
Ketika Ye Fan kembali, di tempat berjarak puluhan li dari perkampungan ia melihat anjing hitam, heran bertanya: "Kau di sini bagaimana?"
"Ada si hidung sapi datang, masuk ke Perkampungan Batu. Kaisar tak bisa kukurasi dia, takut dia berniat jahat pada Kaisar."
"Jadi, kau kabur keluar?" Ye Fan kaget, ia mulai khawatir pada warga perkampungan.
"Tenang, kemampuan bela diri sampai tingkat segitu pasti tak akan menyusahkan orang biasa. Hanya Kaisar tak tahu kenapa dia masuk perkampungan."
"Kau bilang pendeta Tao ini, mungkinkah yang terlihat di puncak Gunung Ungu tadi?"
“Pasti si hidung sapi itu, kalau tidak, bagaimana mungkin ada dua ahli tingkat tertinggi di zona yang sama.” Anjing hitam itu merenung sejenak, berkata: “Kau periksa, apa yang dia lakukan?”
Ye Fan berpikir sebentar, mengubah penampilan wajahnya menyamar sebagai Wang Shu, bahkan aura fundamentalnya hampir identik.
Saat ini, menjelang keberangkatan dari sini, Wang Shu tidak ada di Perkampungan Batu, sedang membeli persediaan di Kota Pingyan.
Dengan menyamar sebagai Wang Shu, dia kembali ke perkampungan. Begitu tiba, langsung melihat banyak orang berkerumun, para warga sedang berbisik-bisik.
“Apa yang terjadi?” tanya Ye Fan.
“Ada seorang Taois tua aneh, tertarik dengan batu penggiling milik Kakek Zhang Wu, juga menyukai batu penggiling milik Er Lengzi, sedang berencana membelinya.”
“Penilaian Taois tua ini terlalu buruk. Bahkan aku bisa melihat bahwa batu penggiling itu jelas tidak mengandung sumber energi, tapi dia malah ingin membayar harga tinggi. Benar-benar tidak tahu cara berpikirnya.”
Di hati Ye Fan berdesir, ia segera berjalan maju. Di tengah kerumunan terdapat seorang tua berjubah tao kuno yang terlihat sudah sangat lama, hingga warnanya memucat.
"Pakaian seperti ini tidak umum di zaman sekarang..." Hati Ye Fan bergejolak. Gaya jubah itu benar-benar kuno.
Ekspresinya tenang, namun dalam hati merasakan bulu kuduk merinding. Indra keenamnya sekejap membuatnya merasa seperti berhadapan dengan Naga Buas Zaman Purba yang sedang tertidur.
Namun indra itu lenyap secepat datangnya. Ia tetap tak menunjukkan gelombang emosi, tak ada perubahan raut wajah.
Tua berjubah itu berambut putih terurai, usianya sekitar 60-70 tahun, penuh semangat. Ia sedang mengamati batu penggiling milik Er Lengzi dengan saksama.
"Kuberi kalian sepuluh jin Sumber untuk batu penggiling ini," kata tua itu kepada orang tua Er Lengzi.
"Sepuluh jin?!" Orang-orang di sekeliling terkagum-kagum.
Bahkan Ye Fan pun bingung. Ia juga mengamati batu itu, namun tak menemukan keanehan apa pun.
Akhirnya, praktisi Dao itu membeli batu penggiling ini dan mulai membelah batu di hadapan semua orang.
Serpihan batu beterbangan, dia bekerja sangat hati-hati seolah takut merusak harta karun tersembunyi. Batu dikupas lapis demi lapis tanpa ada tebasan kasar yang dilakukan.
Namun setelah batu penggiling berubah menjadi tumpukan serpihan, tak ada apa-apa yang ditemukan. Praktisi Dao itu mengerutkan alis lalu berdiri, menunjuk ke batu penggiling di depan rumah Kakek Zhang Wu: "Untuk yang ini, aku tawar dua puluh jin sumber."
"Ini..." Warga Perkampungan Batu tertegun.
"Kakek, ada apa dengan batu penggiling dan batu asah ini?" Ye Fan berbisik pada Kakek Zhang Wu.
"Tak pernah dengar ada latar belakang khusus..." Kakek Zhang Wu mengernyit sambil berpikir lama, "Sudah turun-temurun digunakan, tak ada yang istimewa. Setahuku tak ada sumber di dalamnya."
Tiba-tiba, ekspresi Kakek Zhang Wu berubah. Dia bertatapan dengan Ye Fan. Keduanya memikirkan kemungkinan yang sama: Jangan-jangan batu giling dan rol raksasa ini sengaja ditinggalkan oleh nenek moyang?
Perlu diketahui, leluhur Keluarga Zhang bukanlah orang biasa. Mereka adalah orang-orang unik dari generasinya.
Seandainya memang sengaja ditinggalkan oleh nenek moyang, pasti ini sesuatu yang luar biasa. Dengan kemampuan mata mereka, tak ada sedikitpun keunikan yang terlihat.
"Apa banyak peralatan batu seperti ini di benteng?" tanya Ye Fan.
"Secara spesifik... belum pernah dihitung." Jari-jari Kakek Zhang Wu mulai gemetar.
Mungkinkah hadiah yang ditinggalkan sang leluhur untuk keturunannya justru batu pemberat, batu giling, dan rol raksasa biasa? Hati Ye Fan bergetar hebat.
