Dataran es membentang tak bertepi, kabut putih menusuk tulang, dingin dan menyeramkan.
Senyuman di wajah Ye Fan sangat berkilau, di tengah hujan salju yang memenuhi langit, bagai seberkas cahaya matahari yang hangat.
Namun di mata Jiang Yichen, ini terlihat sangat mengerikan. Batinnya dipenuhi ketakutan, meski berada di padang salju beku yang ekstrem, seluruh tubuhnya tetap mengucurkan keringat.
Lawan ingin menyingkirkannya. Di hamparan es yang sepi ini, pondasi dasarnya tak ada yang bisa menyelamatkannya, sekalipun identitasnya luar biasa, tetap tak berguna.
"Bzz!"
Ruang hampa terguncang hebat. Jiang Yichen memanggil Payung Tianluo yang mengembang bagai langit, menekan ke arah Ye Fan.
Ye Fan tetap santai, melangkah maju seolah tak melihat payung hitam iblis itu, terus memaksa mendekati Jiang Yichen.
"Pecah!"
Tepat saat Payung Tianluo hitam menyentuh tubuhnya, Ye Fan baru mengayunkan tangan emas raksasa menampar ke langit. Awan gelap berhamburan, payung iblis menjadi puing-puing.
Jiang Yichen berubah wajahnya, Tubuh Suci Zaman Purba ternyata sekuat ini, hanya dengan mengangkat tangan membuat kunci kemenangannya lenyap tanpa bekas. Bagaimana mungkin melawan ini?
Dulu, sebuah perintah sederhana darinya hampir membunuh Ye Fan. Kini lawannya memberi tekanan serupa, membuatnya merasakan siksaan mengerikan yang sama.
Lebih menyakitkan daripada dihancurkan menjadi bubur daging dalam sekejap. Saat ini, dia menahan siksaan ketakutan yang sangat ekstrem.
"Criiiing!"、"Criiiing!"、"Criiiing!"……
Ribuan pedang bergemerincing, puluhan ribu sinar pedang menerangi seluruh dataran es, berkilauan menyilaukan. Setiap sinar sepanjang puluhan meter, tebalnya sebesar gentong air.
Kilatan sakti yang menyala-nyala hampir menembus ruang hampa, menyapu ke depan Ye Fan dan menerjangnya.
Sayangnya, semua ini tetap sia-sia. Ye Fan sama sekali tidak menghalangi. Tubuh Suci Zaman Purba memancarkan cahaya emas, bagaikan matahari suci yang mempesona di tengah dunia es putih ini.
“chu”、“chu”、“chu”……
Puluhan ribu sinar pedang, hancur berkeping-keping di depan Ye Fan, sama sekali tak bisa mendekat dalam radius tiga chi.
Rambut hitamnya berkibar lembut, tatapan jernih memancarkan aura kebijaksanaan yang melampaui dunia fana. Diselimuti kilauan emas, ia bagaikan dewa yang berjalan di antara manusia.
"Kau…"
Jiang Yichen semakin dilanda ketakutan. Musuhnya melangkah di atas salju dengan penuh percaya diri, tak terhalangi. Bagi pemuda dari keluarga Jiang ini, ini adalah siksaan yang tak terucapkan.
Dengan gemetar, ia melemparkan Labu Emas-Ungu. Kabut ungu menyembur ke langit, mencelupkan hamparan salju menjadi keunguan. Labu itu membesar secepat kilat, bagai gunung raksasa yang menghunjam ke bawah.
Labu ajaib ini benar-benar luar biasa. Ditempa langsung oleh kakeknya, kekuatannya tak tertandingi. Ye Fan yang telah membaca "pintu gerbang" senjata ini tetap tenang, mengulurkan tangan emas raksasa untuk menghantam.
"Bang!"
"Labu Emas-Ungu yang sebesar gunung mengguncang seluruh dataran es, namun direbut dengan mudah oleh Ye Fan. Telapak tangan keemasannya mengusap, memancarkan kilatan ungu."
Jiang Yichen menjerit kesakitan. Kesadaran spiritualnya yang tertanam di labu dimusnahkan, membuat harta karun itu beralih kepemilikan.
Labu Emas-Ungu menyusut menjadi setinggi tiga inci, berpendar kristalin dengan cahaya ungu yang dinamis di telapak tangan Ye Fan.
"Tiga pertanyaan: Pertama, apakah ada anggota keluarga Jiang yang ingin mencelakai Xiao Tingting? Kedua, mampukah kakekmu seimbang dengan Santo Lord keluarga Jiang? Ketiga, apa sebenarnya kedalaman kekuatan yang ditaklukkan tungku Hengyu milik keluarga Jiang?"
Ye Fan memperlihatkan deretan gigi putih pucatnya sambil mengajukan tiga pertanyaan tersebut.
Seluruh tubuh Jiang Yichen basah kuyup oleh keringat. Dia tahu Ye Fan sengaja membuatnya merasakan ketakutan akan ancaman kematian yang sama.
Hanya beberapa tahun berlalu, orang itu telah berkembang sepenuhnya. Kini bukan lagi pemuda kere yang bisa diburu dan dipaksa kabur hanya dengan mengirim beberapa ksatria.
Saat ini Tubuh Suci Zaman Purba telah mencapai Istana Dao Langit Kelima. Berdiri kokoh di tengah badai salju, diselimuti cahaya emas, bagai Raja Dewa turun ke dunia, cukup untuk memandang sinis ke arahnya!
Jiang Yichen berubah wajah pucat, diam seribu bahasa. Dia tahu jika lawannya ingin membunuhnya, apapun jawabannya takkan luput dari hukuman mati.
Ye Fan melangkah maju satu demi satu, seolah bersatu dengan Langit dan Bumi, memancarkan irama alami yang mengerikan.
Setiap langkahnya mengguncang daratan. Jiang Yichen tertekan hingga hampir tercekat, akhirnya memuntahkan semburan darah deras dari mulutnya.
Pada detik ini, dia akhirnya kolaps. Seluruh tubuhnya lemas tak berdaya, terjatuh limbung ke tanah.
"Hahaha..." Ye Fan tertawa terbahak.
Jiang Yichen wajahnya pucat membiru, ia merasakan aib yang lebih menyakitkan daripada dibunuh. Pemuda yang dulu diremehkannya, kini justru menguasai hidup-matinya.
"Swoosh!"
Kilatan cahaya menyilaukan, Ye Fan menggunakan Labu Emas-Ungu milik Jiang Yichen sendiri untuk menyegelnya di dalam dengan erat.
Ia tak ingin berkonfrontasi total dengan keluarga Jiang. Kakek orang ini memiliki pengaruh besar, setara dengan Santo Lord, sehingga belum saatnya mengambil langkah ekstrem.
Khawatir para petinggi akan melacaknya dengan taktik khusus, ia memutuskan untuk menyimpan nyawanya sementara. Segalanya tergantung perkembangan selanjutnya.
Ye Fan menarik kembali kendinya yang berisi makhluk aneh bertanduk giok berwarna lima. Makhluk ini mampu mendeteksi keberadaan pusaka spiritual.
Spesies langka yang hampir punah ini sangat berharga. Alih-alih membunuhnya, ia menyegelnya juga ke dalam Labu Emas-Ungu untuk keperluan masa depan.
Beberapa cultivator paruh baya di level Empat Ekstrem, serta para pemuda dari wilayah kultivasi rahasia Istana Dao, tidak meninggalkan apapun. Baik kunci kemenangan maupun makhluk aneh, semuanya telah dihapus.
Setelah menangani semuanya, Ye Fan mengeluarkan Batu Giok Xuan dan langsung melintasi ruang hampa pergi. Tempat ini tidak layak untuk berlama-lama.
Di wilayah utara yang tak terbentang, 100.000 li daratan membeku, salju turun sejuta li. Terus melintasi ruang hampa, Ye Fan kembali ke Haozhou, lokasi Perkampungan Batu yang dibangun kembali oleh Kakek Zhang Wu dan warga.
Daratan diselimuti perak di mana-mana, termasuk di sini. Salju putih berkilauan, embusan asap putih dari nafas langsung membeku menjadi kristal es.
"Haha... Xiao Yezi akhirnya kau kembali! Aku sudah dengar tindakanmu di kota suci, benar-benar taruhan besar yang menggetarkan dunia!" teriak Tu Fei yang muncul secepat kilat.
Ia memang berada di Perkampungan Batu, menerima kabar dari Li Heishui di Kota Suci. Tahu Ye Fan telah pergi lebih dari sebulan, ia terus menanti.
"Hahaha..." Ye Fan juga tertawa terbahak, merasakan kehangatan yang luar biasa.
“Ayo pergi, tak ada tempat bicara, hari ini tidak pulang sebelum mabuk.” Tu Fei tersenyum.
“Kaisar Hitam ke mana?” Ye Fan bertanya. Ia bisa tenang bertaruh besar di Kota Suci, umumnya karena Tu Fei menyamar sebagai dirinya dan bersama Kaisar Hitam merampok sumber daya di mana-mana, membantu dengan kontribusi besar.
“Anjing mati itu menghilang selama beberapa hari, terus menjarah sumber daya ke mana-mana. Entah sudah berapa orang yang digigitnya. Murid perempuan dari berbagai Tanah Suci berubah wajahnya mendengar kata 'anjing'.”
“Bajingan ini...” Ye Fan juga kehilangan kata-kata.
“Ayo, selagi anjing mati itu belum kembali, kita makan hotpot daging anjing hitam. Dingin membeku begini, daging anjing paling enak. Minum beberapa gelar arak tua, hidup seperti Dewa!”
Di ruangan yang dipenuhi uap panas, tungku api menyala terang. Tak lama aroma daging menggoda mulai mengepul. Ye Fan, Tu Fei, dan Kakek Zhang Wu duduk bersila di ranjang pemanas, terus bersulang sambil makan sampai berkeringat dingin.
Tidak lama kemudian, Wang Shu dan Er Lengzi juga datang, bersama-sama minum arak tua dan makan daging anjing, suasana sangat meriah.
Mereka terus-menerus mengangkat gelas, membahas peristiwa hari-hari ini. Ye Fan tidak menyembunyikan apapun, membuat beberapa orang yang mendengar terus terkesima.
"Kapan Saudara Ye akan mengajak kami ke Kota Suci untuk menambah wawasan?" Wang Shu dan Er Lengzi sangat kagum.
Tu Fei berkata: "Kota Suci beriklim sejuk sepanjang tahun, jauh lebih nyaman daripada hawa dingin di luar. Aku juga ingin menghabiskan musim dingin di sana."
Tiba-tiba, semua orang merasakan kejanggalan suasana. Aura pembunuhan menusuk tulang menyapu masuk.
"Kalian sedang makan daging apa?" Anjing Hitam tak diketahui sejak kapan telah kembali.
"Daging keledai!" jawab Tu Fei penuh keyakinan.
"Benar daging keledai, ada juga beberapa iris daging kambing," Er Lengzi berbisak-bisik menjelaskan di samping.
Anjing Hitam bermuka masam, menggeram dan menunjukkan gigi, memancarkan pandangan ingin membunuh.
"Aku ambil kayu bakar dulu, apinya sudah mulai redup." Kakek Zhang Wu yang pertama kali ingin kabur.
“Aku ingin mengiris daging kambing.” Wang Shu juga ingin kabur.
“Benar-benar daging keledai, kalau tidak percaya kau coba rasain.” Tu Fei mulai gelisah.
“Guk!”
Anjing hitam melompat ke kang tanah, ruangan langsung kacau balau. Gonggongan dan kutukan bersahutan.
Setelah penuh setengah shichen, semuanya akhirnya tertata kembali. Kali ini daging keledai asli yang dipakai, sekaligus memanggang empat kambing kuning khusus untuk anjing hitam, akhirnya berhasil menenangkannya.
“Kaisar ini sudah Lindungi-mu sambil bergerak di tengah badai, menderita susah payah. Apakah kalian tega mengkhianatiku?!”
Tu Fei menyeringai mendengarnya: “Anjing mati berani ngomong gitu! Secara nominal Lindungi Ye Fan, sebenarnya merampok Sumber untuk dirimu sendiri. Dasarnya perampok jalanan! Malah teriak-teriak mau menyimpan peliharaan manusia, tiap kali aku yang bersihin kotoranmu!”
“Guk!”
Manusia dan anjing ini hampir berkelahi lagi.
“Sebenarnya kau sudah menyimpan berapa peliharaan manusia?” Ye Fan bertanya ke Anjing Hitam.
“Dari beberapa Tanah Suci kutangkap tujuh delapan orang, mereka terlalu lemah, akhirnya semua mentalnya runtuh, kualitas psikologi benar-benar payah.” Anjing Hitam menggelengkan kepala dengan ekspresi meremehkan.
“Aku...” Ye Fan antara ingin tertawa dan menangis, anjing mati ini keterlaluan, orang bermental baja sekalipun pasti akan kolaps jika dijadiin peliharaan sama anjing hitam.
“Anjing sialan ini udah bikin segudang masalah...” Tu Fei menambahkan penjelasan detail di samping.
“Guk!”
Akhirnya, Ye Fan mengeluarkan sepotong Sumber Suci sebesar kepalan tangan dan melemparkannya ke Anjing Hitam. Matanya langsung melotot, air liur hampir menetes.
Sumber Suci yang menyegel peri kecil emas tersisa tiga keping, masing-masing sebesar kepalan tangan. Satu diberikan ke Xiao Tingting, yang kedua ke Anjing Hitam.
Kemudian, Ye Fan memberikan potongan terakhir ke Tu Fei. Sumber Suci yang langka di dunia fana ini punya berbagai kegunaan magis, membuat berbagai Tanah Suci sangat berambisi memilikinya.
“Guk!”
Anjing Hitam yang serakah itu menyimpan bagiannya sendiri, lalu mulai merebut bagian Tu Fei.
"Anjing mati kau berani menggigit aku……"
Pertempuran manusia vs anjing kembali pecah, hampir saja meja di atas kang dan atap rumah terbang terhempas, baru bisa dipisahkan oleh Ye Fan setelah susah payah, meski ia sendiri terkena dua gigitan.
"Aku dapatkan binatang roh." Ye Fan melepaskan tungangan Jiang Yichen.
"Kaisar mau ini!" Anjing Hitam langsung menerjang sambil ngiler tak karuan.
"Kau bisa menaikinya?" Ye Fan bermaksud memberikannya ke Tu Fei, tapi malah membuat si anjing bersemangat.
"Binatang langka pencari harta karun bukan untuk ditunggangi, tapi untuk mencari harta."
"Ini tungangan murid penting keluarga Jiang, tak boleh terpapar." Ye Fan memberi peringatan.
"Untuk sementara kubesarkan dulu. Kalau belum punya peliharaan manusia, pelihara binatang dulu."
Ye Fan akhirnya paham: jangan perlihatkan barang bagus di depan Anjing Hitam yang serakah, nanti pasti direbut paksa.
Kemudian, Tu Fei mengatakan suatu hal, akhir-akhir ini muncul seorang penguasa muda misterius yang sedang memburu murid Tanah Suci, membuat para Putra Suci sangat memantau.
"Kaisar tahu siapa itu, dua hari lalu aku melihatnya." Anjing Hitam berbicara.
"Kau melihatnya? Siapa?" Ye Fan terkejut.
"Brengsek yang sama sepertimu, tidak memperlihatkan wajah asli, memukul orang dari belakang dengan tongkat. Untung hidung Kaisar tajam, masih ingat aromanya."
"Anjing mati, cepat katakan!"
"Beri satu keping Sumber Suci lagi, Kaisar akan memberitahumu."
"Kau terlalu serakah, anjing mati!" Ye Fan bertindak, mencoba menangkapnya.
"Istana Dao Langit Kelima!" Meski sudah ada persiapan mental, Tu Fei tetap tertegun, berkata: "Seperti Naga Buas yang bangun, darah dan qi-nya begitu kuat sampai membuat hati berguncang."
"Baiklah, Kuberitahu, itu waria—Pang Bo."
"Apa? Pang Bo? Dia keluar?!" Ye Fan campur kejutan dan kegembiraan.
Tiba di dunia ini, keduanya hanya bersama kurang dari setahun sebelum berpisah. Hingga hari ini, akhirnya akan bersatu kembali.
"Di mana dia?" Ye Fan bertanya.
Saat ini, Si Hitam sedang menatap tajam tangan emas raksasanya sambil ngiler: "Begitu Konstitusi Fisik Suci memasuki level Empat Ekstrem, darahmu bahkan bisa jadi ramuan spiritual. Nanti..."
"Anjing mati, berani-beraninya mengincar ideku!" Ye Fan menamparnya: "Cepat bilang, di mana Pang Bo?"
"Aku melihatnya kemarin lusa, sedang memburu calon Putra Suci Yao Guang." Si Hitam menjawab.
Tu Fei memuji: "Orang hebat seperti ini harus dijalin hubungan baik."
Hati Ye Fan berdebar kencang. Pang Bo akhirnya menyelesaikan perjalanan kultivasinya dan keluar. Ia yakin pertemuan akan segera terjadi, tahu persis Pang Bo bertindak untuknya.
"Kakek Zhang Wu, kali ini aku akan memotong beberapa batu untuk menyelamatkan..." Ye Fan berkata pada sang kakek, harapannya tertuju pada harta karun dewa warisan Master Sumber Langit.
"Dia sangat hormat pada sesepuh. Bisa mencapai level sekarang ini sepenuhnya berkat Kitab Langit Sumber keluarga sesepuh. Kalau tidak, kultivasinya mustahil berkembang seinci pun."
"Dia tidak memberikan Sumber Suci pada Kakek Zhang Wu karena tidak berguna untuk orang tua itu. Tapi memberinya banyak sumber spesies langka yang cukup membuat seluruh warga Perkampungan Batu hidup makmur selama puluhan generasi."
"“Potonglah, aku juga ingin melihat apa sebenarnya isinya.” Kakek Zhang Wu mengangguk."
"“Masih mau memotong? Jangan sampai mengeluarkan buah beracun lagi,” si Anjing Hitam menyela."
"“Dasar anjing mati! Masih berani menyebut kejadian lalu. Kau tahu itu apa? Kau menggigit langsung buah senilai puluhan ribu kati sumber - itu Buah Manusia!”"
"“Guk!” Anjing Hitam langsung melompat terkejut, ekspresinya membeku seperti patung."
"“Dasar pemboros!” Tu Fei yang mendengar kabar ini langsung mencibir."
"Anjing Hitam terdiam takjub: “Kau bilang buah yang bulan lalu meracuniku sampai setengah mati, mulut berbusa, kejang-kejang selama setengah bulan itu... adalah Buah Manusia yang bisa memperpanjang umur tokoh setingkat Santo Lord?”"
"“Benar, buah jenis itulah,” jawab Ye Fan."
"Anjing Hitam mendengar jawaban pasti, tanpa banyak bicara langsung berbalik dan lari, menerjang ke tumpukan bahan batuan di tengah salju."
"Kejar, sialan! Anjing mati ini benar-benar luar biasa, mau merebut lagi!"
Urat di dahi Ye Fan berdenyut-denyut, ia segera mengejar. Tu Fei dan yang lain mengikuti dari belakang.
"Guk! Jadi orang harus santai, harta karun dewa segini harusnya dibagi setengah untukku." kata Anjing Hitam.
"Tumpukan ini semua untukmu." Ye Fan menunjuk gunungan batu setinggi bukit.
"Kaisar hanya mau tumpukan perangkat batu ini, tidak yang lain." Anjing Hitam mengibaskan ekor botaknya, tatapan penuh nafsu tertuju pada rol raksasa dan batu giling.
"Pergilah ke tempat yang sejuk dan diam di sana!"
"Jadilah orang yang santai!"
"Kau ini anjing mati yang memang tidak pernah santai." Ye Fan mendorongnya ke samping.
Sekumpulan perangkat batu itu tampak biasa saja, tanpa keunikan. Sulit dibayangkan ini adalah peninggalan seorang Master Sumber Langit.
“Berharap bisa mengolah sesuatu yang berbeda dari yang lain.” Ye Fan bergumam.
Dia tidak terburu-buru bertindak. Baru saja menguasai indra penglihatan sumber langit, ia merasa saat ini seharusnya bisa mengamati sesuatu.
"Ini adalah harta karun dewa Master Sumber Langit, pasti lebih berharga daripada batu-batu unik berharga selangit di toko-toko batu para Tanah Suci!" Harapannya membuncah dalam hati.
