Ye Fan dan Pang Bo tiba di Yuding Dongtian, sekte masa lalu Zhang Wenchang. Kedatangan mereka menimbulkan kepanikan.
Saat ini, siapa di seluruh Yan Di yang belum mendengar tentang Konstitusi Fisik Suci? Mereka yang pernah menghina Zhang Wenchang semuanya bergetar ketakutan, merasa kiamat telah tiba.
Banyak orang tahu Ye Fan pernah datang ke sini sebelumnya, sebagai sahabat karib Zhang Wenchang. Mereka semua mengira dia datang untuk membela "pria tua setengah pensiun" itu.
Pang Bo menyapu pandangan ke sekelompok pemuda, berniat menghabisi semua orang itu dengan sekali tampar, tapi akhirnya hanya mendengus dingin. Hasilnya suara "degup!" terus bergemuruh, sebaris orang langsung berjubel berlutut.
"Kami ingin tahu, apakah Liu Yiyi pernah kembali? Apakah kalian punya kabar tentangnya?" tanya Ye Fan.
Sama seperti Zhang Wenchang, Liu Yiyi juga bergabung dengan sekte ini. Kedatangan mereka ke Yuding Dongtian kali ini utamanya untuk mencari informasi tentang dirinya.
"Tidak pernah kembali sama sekali. Sayang sekali, dia adalah kandidat berbakat dalam kultivasi." jawab seorang tetua.
Keduanya mengangguk tanpa banyak bicara. Mereka berbalik dan terbang meninggalkan tempat, lenyap dari cakrawala dalam sekejap mata. Seluruh anggota Yuding Dongtian serentak menghela napas lega.
Kemudian mereka mengunjungi Yanxia Dongtian, Ziyang Dongtian, dan Jinxia Dongtian. Hasil yang didapat pun sama: Pangeran Zhou Wang Ziwen, Lin Jia, dan yang lain juga tidak pernah kembali.
"Dahulu kala, orang-orang dari Tiga Tanah Suci memaksa Ye Fan dan beberapa orang lainnya memasuki Zaman Purba Terlarang untuk memetik ramuan dewa. Ye Fan menciptakan kesempatan agar Zhou Yi, Lin Jia, Wang Ziwen, Li Xiaoman, Liu Yiyi, dan Zhang Ziling bisa kabur."
"Tiga tahun telah berlalu, hanya diketahui Li Xiaoman yang berhasil kabur dan memasuki Tai Xuan Men. Kabar tentang yang lain masih belum ada."
"Dulu ketika Ye Fan berada di Tai Xuan Men, dia pernah bertanya pada Li Xiaoman. Dia juga tidak tahu keberadaan mereka karena mereka kabur secara terpisah."
""Zhou Yi, Wang Ziwen, dan Lin Jia semua orang pintar. Secara alami mereka tidak akan kembali. Kalau tidak, orang-orang dari Tanah Suci pasti akan menemukan celah kelemahan." Ye Fan bergumam."
""Zhang Ziling juga tidak bodoh. Pasti dia pergi ke tempat aman. Aku yakin Yiyi pasti bersamanya." Pang Bo berkata."
"Selain itu, dua teman sekelas lainnya telah tewas. Satu bernama Ge Ming dibunuh saat berlatih mandiri, yang lain Xu Chuan terjebak sampai mati saat menjelajah reruntuhan bersama orang lain."
Ye Fan dan Pang Bo menaburkan tanah di makam mereka. Baru beberapa tahun berlalu, sudah tiga teman sekelas yang tewas di dunia ini. Entah berapa orang yang akan tersisa di akhir nanti.
Akhirnya, mereka tiba di Gua Suci Bulan Senja dan mendapat kabar tentang keberadaan bule Kaide.
Seorang biksu tua pengembara membawanya pergi, hanya karena melihat postur tubuhnya yang gagah, keunikan bawaan lahir, serta rambut pirangnya yang dianggap mirip dengan Dharmapala Vajra dalam legenda Buddhis.
"Si bule pirang itu malah jadi Dharmapala Vajra. Kalau gitu, aku harusnya bisa jadi Buddha dong?" Pang Bo terdiam sejenak terkejut.
"Apa yang dikatakan biksu tua itu?" Ye Fan bertanya detail.
Orang-orang Gua Suci Bulan Senja tak berani menyembunyikan apapun. Mereka sangat tahu ini adalah pembunuh mengerikan yang sisa hidupnya tak banyak, bahkan berani membunuh orang dari Tanah Suci. Tak mungkin mereka berani cari masalah.
"Biksu tua itu cuma bilang akan membawanya ke Barat, ke Gunung Sumeru. Tak ada penjelasan lebih lanjut."
Ye Fan dan Pang Bo saling pandang, Gunung Sumeru baik di ujung galaksi lain maupun di dunia ini, telah melahirkan terlalu banyak legenda.
"Hantu ini benar-benar punya keberuntungan besar, tak disangka bisa sampai ke Gunung Sumeru. Kalau nanti kami sampai ke Barat, harus suruh dia perkenalkan beberapa Bodhisattva perempuan!"
Seorang murid Xi Yue bahkan menirukan persis ucapan Kaide sebelum berangkat.
"Oh my god, Dasar brengsek Tuhan! Mulai sekarang aku cuma bisa memeluk Buddha, siapa suruh kau campakkan aku di tempat ini!"
Ye Fan dan Pang Bo saling memandang, lalu tak tahan tertawa terbahak.
Mereka tidak berlama-lama, setelah memahami semuanya langsung terbang pergi.
Sembilan Naga Menarik Peti Mati membawa mereka pergi. Dari rombongan awal, kini cuma tersisa sepuluh orang. Sepanjang perjalanan kedua orang ini terus mengeluh, tak tahu kapan bisa pulang melalui jalur kuno di angkasa.
Ye Fan dan Pang Bo kembali ke Yan Capital, beberapa Tanah Suci dan sekte tak tertandingi segera mengirim utusan. Formasi legendaris telah selesai diukir, mereka ingin Ye Fan ikut memanen ramuan ilahi.
Bagaimana mungkin Ye Fan mau masuk lagi? Kali ini tujuannya hanya menjebak Hua Yunfei. Dengan diplomatis ia menyatakan wilayah itu terlalu berbahaya, ia berniat melepas kesempatan ini dan beralih ke Gunung Keabadian di wilayah tengah Donghuang untuk mencoba peruntungan.
Para anggota sekte besar menggerutu dalam hati: Meski nama "Gunung Keabadian" mengandung kata 'tidak mati', kenyataannya wilayah itu terkenal dengan julukan "masuk tanpa keluar" - sekali memasuki area itu, jangan harap bisa keluar hidup-hidup.
"Sahabat Muda, kau yakin? Pegunungan itu bukan tempat aman. Dulu seorang Konstitusi Suci yang telah mencapai kesempurnaan hanya memotong tebing curam saja sudah memicu bencana besar, di masa senjanya tebing suci itu berlumuran darah."
"Senior, bisakah kau jelaskan lebih detail?" Hati Ye Fan berdesir.
"Ini sudah catatan paling lengkap yang ada, tak ada informasi lain," jawab seorang tetua tertinggi dari Tanah Suci.
Ye Fan terdiam, dia sama sekali tidak mau masuk ke Zaman Purba Terlarang lagi. Asalkan bisa menemukan Xiao Nannan, dia akan segera menjauhi wilayah selatan, tidak perlu tinggal lebih lama.
Meski anggota sekte tak tertandingi ingin mengkritiknya - belum pernah ada yang berani menipu mereka seperti ini - mereka tetap menahan api amarah, mengingat stempel Raja Dewa masih ada padanya.
Dalam beberapa hari berikutnya, Ye Fan hampir membalikkan seluruh Yan Di. Dia mengerahkan semua kekuatan untuk mencari, namun tetap tidak menemukan jejak Nannan.
Sementara itu, wilayah selatan gemuruh. Banyak ahli mencari keberadaan Hua Yunfei, tapi dia seperti menguap dari dunia fana, tak tersisa jejak.
Dua hari kemudian, Ye Huiling akhirnya muncul. Ye Fan yang sangat gembira langsung menjemputnya masuk ke penginapan.
Ini adalah penginapan besar dengan tata letak istimewa: pemandangan gunung-air dan halaman, khusus untuk cultivator yang menyukai ketenangan.
Saat ini, Pang Bo, Li Heishui, Tu Fei, bahkan termasuk anjing hitam besar sedang bertapa, perlahan-lahan melebur Buah Suci.
Di tengah hutan bambu ungu, Ye Fan sendiri menuangkan teh untuk Ye Huiling dan bertanya: "Mengapa Nona Ye menghilang begitu lama?"
"Sulit diungkapkan dengan kata-kata, aku sembilan mati satu hidup..."
Terakhir kali Ye Huiling bertempur dengan Wang Chongxiao, seseorang menyerang mereka berdua secara bersamaan. Keduanya terluka parah, lalu orang itu memburu Ye Huiling sepanjang perjalanan.
Akhirnya, meski beruntung bisa lolos, energi vitalnya terkuras habis dan hampir binasa. Ia baru pulih setelah beristirahat sampai hari ini. Setelah mendengar semua kejadian terkini, ia curiga itu mungkin penjaga jalan Hua Yunfei, karena kemiripan karakteristik keduanya.
"Selamat atas pemulihan luka Jalan Agungmu, Saudara Ye. Mulai sekarang jalanmu akan mulus, tak ada yang bisa menghalangimu lagi." Ye Huiling tersenyum tipis.
Ye Fan memenuhi janjinya, mengeluarkan sebutir Buah Suci matahari keemasan. Meski tersegel dalam kendi giok kecil, aroma harum tetap menyembur keluar menyegarkan hati. Dia mendorongnya ke depan.
"Jangan-jangan Saudara Ye ingin membungkamku?" Ye Huiling tersenyum tipis.
Rambut hitamnya berkibar ditiup angin, kulitnya seputih giok, alisnya seperti kabut pegunungan. Mata indahnya memancarkan aura spiritual, wajah ovalnya memberi kesan kekosongan spiritual seolah mampu menembus segala rahasia semesta.
"Mana mungkin. Aku percaya Nona Ye akan menjaga rahasiaku." Ye Fan tertawa.
"Aku yakin dengan integritas Saudara Ye." Sudut bibir Ye Huiling melengkung nakal, "Tapi harap Saudara Ye juga percaya padaku, tak satu aksara pun akan kuceletukan."
Ye Fan tersenyum mengangguk, mendorong kendi giok kecil itu dengan lembut hingga terbang melayang.
Baru saat itu Ye Huiling benar-benar mengulurkan tangan menerimanya. Mata besarnya yang jernih dipenuhi keceriaan, "Tenanglah Saudara Ye."
“Aku ingin tahu, apakah Nona Ye yang membawa pergi Xiao Nannan?”
Ye Huiling menggelengkan kepala, karena saat itu belum waktunya baginya untuk pergi. Ia masih sering bertarung melawan Wang Chongxiao, sehingga tidak sempat menjemput Xiao Nannan. Tak lama kemudian, ia sendiri malah diserang hingga terluka parah.
“Lalu siapa?!” Ye Fan sangat kecewa. Tanpa gadis kecil itu, dirinya pasti sudah mati. Jika tidak bisa menemukannya, hati nuraninya tidak akan tenang.
“Kurasa aku mulai menebak-nebak.” Ye Huiling membuka mulut.
“Apa? Kau tahu siapa pelakunya?” Ye Fan tiba-tiba menoleh tajam ke arahnya.
“Aku tidak yakin seratus persen, ini hanya prediksi saja.”
“Cepat bilang!”
Ye Huiling menduga Xiao Nannan mungkin dibawa orang dari Sekte Yin-Yang. Ia melihat santa wanita sekte tersebut sedang turun tangan langsung, berkelana mencari anak kecil berkonstitusi fisik istimewa dan aura spiritual.
“Apakah mereka masih di Yan Capital?!” Ye Fan berdiri mendadak. Ia terpaksa buru-buru - jika Nannan sudah dikirim ke Zhongzhou, mustahil mengejarnya lagi.
"Tidak di sini, saat ini wilayah Yan dilanda badai politik. Mereka berada di daerah Qingning lain yang saya ketahui merupakan salah satu markas mereka di Donghuang. Anak jenius itu seharusnya belum dikirim, karena untuk melintasi ke Zhongzhou membutuhkan sumber daya besar. Mereka mungkin akan menunggu urusan di Yan Capital selesai sebelum mundur bersama."
"Di mana? Ada ahli level apa saja di sana?" tanya Ye Fan.
Ye Huiling menjawab, "Di sekte bernama Qixia yang berjarak 50.000 li, itu adalah organisasi yang diangkat oleh Sekte Yin-Yang."
Ye Fan menunggu satu hari. Pang Bo dan yang lain menyelesaikan retret mereka, semuanya telah melalui transformasi pergantian darah dan pemurnian tulang, energi obat telah diserap hingga kesempurnaan.
Tanpa membuang waktu, mereka segera melintasi ruang hampa untuk menyerang lokasi 50.000 li itu. Ye Huiling juga ikut dalam misi ini.
Sekte Qixia terletak di antara pegunungan yang dipenuhi pepohonan sakura merah menyala seperti awan membara tak berujung, nama sekte ini memang selaras dengan lingkungannya.
Beberapa orang ini masing-masing tak terbantahkan, menyusup ke sekte menengah secara alami diam-diam, awalnya tidak ada penemuan apapun, bahkan Ye Fan sampai kecewa.
Hingga saat mereka berputar ke pegunungan belakang, barulah semangat mereka terpacu, melihat belasan bocah kecil, yang paling besar cuma lima tahun, terkecil baru dua tahun, semuanya seperti diukir dari giok dan marmer.
"Bagaimana caranya tidak ada Xiao Nannan?" Ye Fan mengerutkan kening, beberapa orang berpisah, melanjutkan pencarian.
Ia melewati satu per satu rumah besar megah yang megah, saat hampir mencapai ujung akhirnya memperlihatkan sukacita, ia merasakan aura Xiao Nannan, cepat-cepat menyambar ke sana.
Di sini juga ada beberapa anak kecil, masing-masing memakai baju baru yang berkilo-kilauan, kelihatannya manja dan berharga, hanya seorang gadis kecil sekitar tiga tahun, berpakaian usang dan rusak parah, bahkan sepatu kecilnya ada lubang jari.
Ye Fan sangat menyesali diri, sebelum memasuki Zaman Purba Terlarang ia terlalu sibuk, sama sekali tak sempat menjaga gadis kecil ini, terus-menerus tak memberinya ganti baju baru, sekarang terpikir membuatnya merasa bersalah tak terkira.
Xiao Nannan di sini jelas mendapat perlakuan diskriminatif. Mustahil dia diperlakukan seperti ini tanpa adanya penolakan. Perasaan marah tiba-tiba menyembur dalam hatinya.
"Ayo semua cepat berkumpul, waktunya memakan ramuan spiritual."
Seorang wanita paruh baya mendekat membawa nampan berisi enam tujuh mangkuk kecil. Aroma harum yang menyegarkan hati tercium, jelas ini adalah ramuan spiritual berkualitas tinggi.
Sekte Yin-Yang sangat royal dalam membina bakat jenius sejak kecil. Fondasi mereka dibangun melalui ramuan langka yang direbus dengan teknik khusus.
Seluruh bocah lain bergegas mendekat, hanya Xiao Nannan yang tetap di tempat. Mata besar yang berkilauannya menatap penuh harap ke arah mangkuk-mangkuk itu, namun tak berani mendekat.
"Si kecil linglung itu, lupakan saja! Awalnya kukira konstitusi fisikmu sangat langka, seorang jenius cilik. Tapi siapa sangka ingatanmu payah, cuma dalam beberapa hari semua terlupa!" Wanita paruh baya itu memandang dingin sambil menyapu pandangannya.
“Tapi, Nannan sangat lapar, dari pagi sampai siang belum makan apa-apa.” Suara Nannan terdengar memelas.
“Kalau masih membuat kesalahan, malam ini juga kau akan dihukum tidak boleh makan!” Suara wanita paruh baya itu membeku, melanjutkan: “Beberapa hari lagi Santo Perempuan akan datang. Setelah keputusan final dibuat, kau pasti akan dibuang!”
“Oh, Nannan mengerti!” Nannan menundukkan kepala, tak berani menatap wanita itu, matanya tertuju pada sepatu kecilnya yang sudah compang-camping.
Setelah wanita itu pergi, sekelompok bocah mulai menyeruput ramuan spiritual dari mangkuk kecil mereka. Beberapa anak bandel yang tak menyukai rasa ini diam-diam membuangnya.
Nannan menatap tajam mangkuk salah seorang anak, matanya berkilauan. Dengan suara lugu ia bertanya: “Apa bubur ramuan spiritual ini enak?”
“Tidak enak.” Jawab bocah itu yang telah membuang ramuan di mangkuknya.
Xiao Nannan melihat gadis kecil lain juga hendak menuangkan, kilatan harapan kembali muncul di matanya yang berkilauan, mengulang pertanyaan yang sama: "Apa ramuan spiritual ini enak?" Perutnya sudah sangat lapar karena dihukum tidak boleh makan, kali ini ia tidak tahan menelan air liur.
"Tidak enak, Nannan kamu lapar ya? Ini untukmu." Gadis kecil itu menyodorkan mangkuk kecilnya.
"Benarkah untukku?" tanya Xiao Nannan dengan serius, matanya tiba-tiba berbinar, tangan mungilnya sudah ingin meraih.
"Benar, cepat makanlah." Gadis itu mengulurkan mangkuknya.
"Terima kasih, Nannan benar-benar lapar." Xiao Nannan mengulurkan tangannya.
Tiba-tiba wanita paruh baya itu kembali, suaranya membeku: "Apa yang kalian rencanakan?!"
"Pecah!"
Xiao Nannan tergigil ketakutan, mangkuk kecil di tangannya jatuh ke lantai, ekspresi ketakutan terpancar jelas.
“Tidak hanya malam ini dilarang makan, besok juga jangan makan! Cepat kembali ke ruanganmu, ini bukan tempat yang pantas untukmu!”
“Oh, Nannan tahu.” Kepala Xiao Nannan merunduk hingga ke dada, mata besar yang dipenuhi air mata berjalan menuju ruangan pelayan di kejauhan.
Ye Fan akhirnya mengerti keadaan Xiao Nannan di tempat ini, perasaan pilu di dada membuat air matanya hampir tumpah. Dengan langkah mantap ia keluar dari persembunyian sambil menghardik wanita paruh baya itu: “Kau berani membentaknya?!”
“Siapa kau? Bagaimana bisa masuk ke sini!” Wanita paruh baya itu terkejut bukan main.
“Nannan, kemarilah.” Ye Fan melambai-lambaikan tangan pada Xiao Nannan.
“Kakak, siapa namamu? Kok Nannan merasa familiar ya?” Mata besar Xiao Nannan mengedip-ngedip penuh tanya.
“Kusuruh kau kembali ke ruangan, mengapa belum juga pergi!” teriak wanita paruh baya itu dengan nada dingin.
Xiao Nannan segera menundukkan kepala, tak berani lagi menoleh.
“Plak!”
Ye Fan menampar wanita paruh baya di wajah. Meski kecepatannya tinggi, dia tetap tak bisa menghindar dan terlempar belasan zhang.
Ye Fan membiarkannya hidup karena punya banyak pertanyaan. Kekuatan Tubuh Suci Zaman Purba-nya sebenarnya cukup menghancurkannya. Dia melangkah mantap, menggendong Xiao Nannan, lalu kembali menghadapi mereka.
"Kau ini siapa, apa hubunganmu dengannya?" wanita paruh baya itu bertanya dengan suara gemetar.
"Siapakah aku tidak penting! Yang penting, santa wanita kalian pun tak lebih berharga darinya! Berani-beraninya kalian memperlakukannya seperti ini!" Ye Fan sudah melampaui batas kemarahan, "Bilang! Di mana santa wanita kalian?!"
"Kau...kau ini siapa? Berani menghina santa wanita kami?!" wanita paruh baya itu terkejut.
Beberapa orang kuat menyapu masuk ke halaman, semuanya menghardik dan menantang identitas Ye Fan.
“Nyawa santa wanita dan Putra Suci kalian ditambahkan pun tak cukup untuk menghapus kesedihan Xiao Nannan!” Ye Fan mengangkat Pedang Roh Suci Baja Hitam Berpola Naga dengan suara Criiiing.
“Brak!”
Sinar darah muncrat, beberapa orang yang mendekat langsung ditebasnya menjadi beberapa bagian. Ia melanjutkan interogasi: “Bilang, di mana santa wanita kalian?!”
Pada saat yang sama, Pang Bo dan yang lain mendengar keributan dan bergegas mendekat.
“Siapa berani menista Sekte Yin-Yang kami?!” Suara mengerikan menggema, beberapa sesepuh tingkat Transformasi Naga terbang mendekat dengan nada menusuk: “Apakah kalian sudah tak sabar mati?”
“Kalianlah yang hidup tak sabar!” teriak Ye Fan sambil mengacungkan pedangnya ke langit.
“Beraninya kau! Siapa yang berani meremehkan Sekte Yin-Yang kami?!”
