"Apa yang dipikirkan Jiang Yichen? Berani-beraninya merebut Kendi Ibu Segala Makhluk?" Mata Li Heishui pun langsung berdiri tegak.
Kendi ini bernilai sebanding kota, karena itulah menimbulkan gelombang tak bertepi. Dalam arti tertentu, semua permusuhan Ye Fan dengan Para Tanah Suci sebelumnya berawal darinya.
Relik suci eksklusif Kaisar Kuno, bahkan kitab kuno pun sulit dipertukarkan. Siapa yang tidak tergoda? Ye Fan nyaris mati sembilan kali karena benda ini, berkali-kali hampir meregang nyawa.
Terdesak, barulah dia menitipkan kendi ini sementara pada Xiao Tingting, meminjam kewibawaan Raja Dewa legendaris untuk menjaganya. Tanpa itu, pondasi dasarnya takkan bertahan hidup.
Beberapa orang sama sekali tidak menyangka Jiang Yichen berani sejauh itu, memanfaatkan peluang ingin memilikinya sendiri. Sungguh kalkulasi licik!
Dulu, Para Tanah Suci pun iri melihatnya. Relik suci yang Ye Fan pertaruhkan nyawa untuk jaga ini, justru ingin dirampasnya terang-terangan. Api mengamuk di ubun-ubun mereka.
Meski Ye Fan, saat ini pun tak bisa menahan amarah. Kendi ini dipertaruhkan nyawanya, mana mungkin membiarkan orang lain berusaha merebutnya begini?
“Dia ini terlalu serakah, berani-beraninya merebut barang seperti ini!” Wu Zhongtian menyeringai sinis.
“Sialan, aku saja belum sempat menyentuh, mana mungkin giliran dia? Ayo kita gebukin!” Anjing hitam menunjukkan giginya. Sesuai karakternya yang menganggap segala sesuatu miliknya, dia jelas marah.
Tiba-tiba ekspresi Ye Fan berubah, “Jangan gegabah. Mungkin ini lebih rumit dari yang kita bayangkan. Jika orang-orang tua keluarga Jiang ingin merebutnya, ini akan jadi masalah besar.”
“Kakak...” Ting Ting menundukkan kepala dengan perasaan bersalah. Kehilangan relik suci sepenting ini akan membuatnya sangat gelisah.
“Tidak apa-apa, Ting Ting. Ini bukan salahmu.” Ye mengelus kepala gadis kecil itu sambil tersenyum.
“Kakak perempuan, harus ceria, tersenyum dong!” Xiao Nannan mengedipkan mata besarnya dari atas bangku batu, bersikap seperti orang dewasa kecil.
“Ayo, sekarang kita cari Jiang Yichen! Berani-beraninya merampas barang keponakanku, sialan! Nanti kita kupas kulitnya!” Jiang Huairen yang biasa dijuluki "Jiang si jahat" jelas bukan orang sembarangan.
“Gas, buruan cari si nak itu! Kalau keluarga Jiang mau melindunginya, kita minggat dulu. Nanti kita kepung di luar, kecuali dia mau sembunyi seumur hidup di wilayah utara!” Liu Kou berseru.
Sebenarnya, sebagai generasi penerus 13 begand besar, mereka semua berkarakter keras kepala. Dulu di wilayah utara bahkan berani mengepung Putra Suci Yao Guang dan santa wanita. Mereka adalah kawanan serigala berbahaya.
Mereka mengantar Kakek Jiang pulang terlebih dahulu. Lalu meminta Ting Ting menunjukkan jalan, karena pulau dewa dan gunung besar di sini sangat banyak. Tanpa pemandu, mustahil mereka bisa main serobot atau melacak Jiang Yichen.
“Kakak jangan khawatir ya~ Para kakak hebat-hebat loh! Pohon teh tua aja sampai kabur ketakutan…” Xiao Nannan jelas sedang membicarakan pohon teh kuno pencerahan.
Ini membuat beberapa orang merasa memalukan, karena terlalu rakus sampai-sampai pohon purba pun tidak tahan dengan mereka.
"Titik kecil, namamu siapa?" Ting Ting sangat menyukai Xiao Nannan. Melihatnya patut dan menggemaskan, dia menggandeng tangan kecilnya sambil berjalan.
"Dipanggil Nannan." Si kecil menganggap panggilan penuh kasih ini sebagai nama aslinya dengan polosnya. Sebenarnya, dari masa lalunya, dia hanya mengingat dua aksara ini.
Ye Fan pernah melakukan analisis serius, pastinya si kecil memiliki masa lalu yang membekas dalam sehingga tidak melupakan dua aksara 'Nannan' ini.
Sebenarnya seperti apa asal-usulnya? Tak seorang pun yang tahu. Dia bisa mempertahankan masa muda, selamanya terlihat seperti anak dua tahunan. Memorinya bisa menjadi kosong kapan saja.
Di depan, sebuah pulau purba yang luas dengan pepohonan purba menjulang ke langit, air terjun perak bagai sutra, deretan gunung berdiri berdampingan - tempat yang penuh keanggunan mistis.
Terlihat jelas bahwa Jiang Yichen memiliki posisi istimewa di antara generasi muda keluarga Jiang. Hanya sedikit anggota muda yang mendapat hak istimewa memiliki kediaman seperti ini untuk kultivasi.
“Kakek buyutnya adalah seorang cultivator legendaris tingkat atas, dan dia memiliki hubungan dekat dengan garis keturunan kepala keluarga. Anak ini bisa mendapatkan apapun yang diinginkannya. Selain itu, sifatnya sendiri juga kejam, orang biasa benar-benar tidak berani cari masalah dengannya.”
Liu Kou dan kawan-kawan cukup memahami generasi muda wilayah utara, bahkan latar belakang Jiang Yichen pun mereka ketahui.
“Kalian siapa? Kenapa berani menerobos paksa ke Pulau Meteor?” Beberapa orang terbang keluar menghadang jalan mereka.
“Pulau Meteor? Lebih cocok disebut Pulau Sial!” Anjing hitam itu menunjukkan giginya.
Seketika wajah mereka berubah. Mereka mulai menebak identitas kelompok ini, terutama anjing hitam dan Ye Fan yang di mata mereka sudah terkenal jahat.
“Ini adalah lokasi penting keluarga Jiang! Kalian tidak boleh main serobot!” Beberapa orang itu berbaris rapat memblokir jalan, tidak mengizinkan mereka masuk ke pulau.
Wajah Jiang Huairen langsung berubah muram. Dia merasakan situasi sulit yang dialami Ting Ting. Meski secara nominal dia adalah putri kecil klan Jiang, tapi para bawahan ini bahkan tidak segera memberi salam penghormatan.
Dia teringat keadaan Ting Ting di masa lalu, di mana beberapa anggota keluarga Jiang memperlakukannya dengan tidak adil. Bahkan Kakek Jiang terpaksa membuka kedai minuman kecil di luar untuk menghidupi diri. Saat itu, amarahnya langsung meluap.
"Kalian semua minggir! Suruh Jiang Yichen segera pergi dari sini!" Emosi Jiang Huairen yang memang dikenal temperamental langsung meledak. Meski sebenarnya dia juga keturunan keluarga Jiang, sama sekali tidak peduli dengan hubungan kekerabatan.
Ye Fan juga teringat banyak kejadian masa lalu. Di musim dingin saat salju turun lebat, dia mengunjungi keluarga Jiang dan melihat Kakek Jiang diusik oleh anggota keluarga di tengah terpaan angin dingin. Jiang Yichen adalah dalang utama semua masalah itu.
Saat itu, karena tidak tahan melihat ketidakadilan, dia nekat bertindak di wilayah kekuasaan keluarga legenda Zaman Purba. Dia membunuh Jiang Yichen dan menewaskan banyak cultivator sebelum akhirnya menahannya. Baru ketika Raja Dewa legendaris memerintahkan pengampunan bagi semua murid Tanah Suci yang ditahan, Jiang Yichen dibebaskan.
“Beraninya, kalian tahu ini tempat apa? Meski bertamu di klan Jiang, tata krama tetap harus dijaga!” Salah seorang menghardik, berusaha menekan mereka.
“Butakah matamu? Lihat putri kecil klan Jiang di sini! Apa kalian sengaja mengabaikannya?” Jiang Huairen menggeram.
“Permisi Putri Kecil!” Beberapa orang itu segera memberi salam.
Dulu, mereka memang bisa mengabaikan Ting Ting - fisik Tai Yin yang diperkirakan takkan bertahan beberapa tahun, hanya anak "temuan" dari luar yang tak dianggap garis resmi.
Sekarang berbeda. Dialah satu-satunya yang dibawa Raja Dewa legendaris untuk menjalani kultivasi selama setengah tahun lebih. Aksara 'Dou' dari Sembilan Rahasia yang tertinggi mungkin kini ada di tangan gadis kecil itu.
Ditambah dukungan Bandit Besar paman buyut, status Ting Ting kini sangat mulia. Tak ada yang berani memperlakukannya semena-mena seperti dulu.
Hanya saja, karena sikap masa lalu, mereka masih kesulitan beradaptasi dengan perubahan ini.
“Silakan tunggu sebentar, kami akan melapor.”
Seorang dengan cepat terbang masuk ke pulau, pergi melapor kepada Jiang Yichen, tak berani membuang waktu lagi.
Setelah waktu yang lama, orang itu baru terbang keluar, wajahnya penuh permintaan maaf, sangat sopan berkata: “Sungguh mohon maaf, Tuan Muda sedang bertapa, kami tidak bisa membangunkannya, lebih baik kalian kembali beberapa hari lagi.”
Wu Zhongtian seketika tersenyum sinis: “Tidak bertapa sebelumnya, tidak bertapa kemudian, kenapa harus sekarang?”
“Ini seperti kutu di kepala botak yang jelas terlihat, tetap menolak menemui kita. Bisakah dia bersembunyi selamanya?” Liu Kou menyeringai dingin.
“Kalau dia terlalu angkuh untuk menyambut, kita temui sendiri!” Jiang Huairen naik darah.
“Kalian tidak boleh masuk!” Beberapa orang itu menghadang.
“Mundurlah! Aku ingin menemui sepupuku, beranikah kalian menghalangi?” Ting Ting maju, meski masih anak sembilan tahun, tatapannya penuh kewibawaan saat serius.
Beberapa orang saling pandang, gadis kecil ini dulu biasa saja, tapi sekarang benar-benar tidak bisa diusik.
"Ini adalah wilayah keluarga Jiang, apakah kalian berani menghalangi? Apakah suatu hari nanti ketika Tuan Raja Dewa kembali, kalian juga akan melarangnya masuk pintu?" Suara Ting Ting yang jernih bergema keras.
"Ini..."
"Menyingkir!" Ting Ting langsung terbang maju.
Ye Fan dan yang lain menganggukkan kepala, bersama-sama terbang masuk ke pulau. Para penjaga itu tidak berani menghalangi.
Sepanjang perjalanan mereka tidak berhenti, langsung menuju pusat pulau kuno. Di sana beberapa gunung besar berdiri tegak, di puncaknya sulur-sulur purba menjulang kokoh, mata air spiritual mengalir deras, dikelilingi kabut dan awan yang dihiasi cahaya pelangi, megah namun indah.
"Jiang Yichen, keluarlah!" teriak Jiang Huairen.
Pulau suci itu sunyi sepi, tak ada jawaban. Hanya kawanan burung suci yang terbang panik ke langit.
"Jika tidak segera keluar, aku akan menindas semua gunung besar ini sekaligus dan menangkapmu bersama!"
Begitu kata-katanya keluar, langsung ada kegaduhan. Enam orang tua terbang keluar, salah satunya menghardik keras: "Siapa yang berisik di sini, tak peduli aturan suku, ingin dihukum berat?"
Beberapa orang tua ini semuanya adalah penguasa kuat tingkat Transformasi Naga, bukan orang kepercayaan keluarga Jiang, mereka bertugas melindungi Jiang Yichen.
Ting Ting melangkah maju: "Beberapa Paman, tolong undang sepupu saya keluar. Ada hal penting yang harus kusampaikan padanya."
Meskipun mereka memiliki status tinggi, namun melihat kedatangan Ting Ting, mereka pun kebingungan. Sungguh tak berani menghalangi putri kecil ini, situasi sekarang jauh berbeda dengan masa lalu.
"Tuan muda sedang bertapa, sungguh tidak memungkinkan untuk keluar," salah satu dari mereka mengelak.
"Sikap angkuh ini benar-benar melebihi batas kewajaran! Jika dia tak mau keluar, kami sendiri yang akan menemuinya!" Liu Kou berseru.
"Apa lagi yang kau bicarakan? Tutup gunung, lebur dia hidup-hidup!" Teriak Li Heishui.
Ini tentu hanya ancaman serius untuk memaksa Jiang Yichen keluar. Bagaimanapun, mereka adalah generasi penerus Bandit Besar yang 'terkenal jahat', masyarakat umum pasti percaya mereka mampu melakukannya.
"Hmph!"
Dari kejauhan, terdengar suara dengusan dingin. Seorang pria muda keluar dari sekumpulan bangunan kuno yang megah, memandang dengan wajah dingin: "Berani sekali kalian berani membuat onar di keluarga Jiang! Barang brengsek tak tahu langit tinggi bumi rendah! Pengawas, bunyikan lonceng getaran suci langit, kumpulkan para ahli, tangkap mereka dan penggal di tempat!"
Jiang Yichen mengenakan jubah hijau, kedua tangan tergenggam di belakang punggung. Berdiri di puncak gunung dengan kesombongan yang menusuk, matanya menyapu kerumunan dengan tatapan beku. Senyum sinis mengering di sudut bibirnya.
"Bajingan kecil ini benar-benar kejam. Dia sengaja membuat alasan untuk membunuh kita semua. Tindakan lebih hina dari imajinasi terliar sekalipun," geram Liu Kou sambil mengatupkan gigi.
Mereka tak gentar. Sebagai keturunan 13 begand besar, meski benar-benar membuat masalah besar, eksekusi terhadap mereka tetap harus mempertimbangkan kemarahan para begand tua. Apalagi saat ini mereka tak melakukan kesalahan berat.
Beberapa orang tua di sampingnya benar-benar bergegas membunyikan lonceng getaran suci langit, memanggil para ahli keluarga Jiang untuk menghabisi mereka.
Jiang Huairen maju ke depan, menghardik: "Kalian ingin memberontak? Tidak lihat Putri kecil ada di sini? Dialah yang membawa kami. Siapa yang berani membunuh? Sudah berani mati?!"
Beberapa orang tua itu meski marah besar, tak berani terburu-buru mengambil tindakan.
"Kalian memaksa Putri Jiang kami, pantas dihukum mati! Segera bunyikan lonceng Tianyin, selamatkan Ting Ting, habisi mereka semua!" Jiang Yichen tersenyum sinis yang mengerikan, lalu berbisik: "Bikin masalah di wilayah kekuasaan keluarga Jiang, ini bunuh diri!"
Sambil tersenyum kejam, matanya menyapu pandangan ke semua orang, akhirnya menatap tajam Ye Fan. Kilatan tajam di matanya hilang sekejap. Tentu saja dia takkan melupakan masa lalu saat ditindas.
"Sialan, si brengsek ini terlalu Yin! Di wilayahnya, meski kita benar tak diberi kesempatan menjelaskan. Dia benar-benar ingin menghabisi kita!" Liu Kou merasakan situasi mengkhawatirkan, ingin melakukan sesuatu duluan.
Ye Fan seketika tersenyum, menepuk bahu Jiang Huairen sambil berkata: "Biarkan saja dia memukul Lonceng Getaran Suci Langit. Jangan lupa, kau siapa? Sesama anggota keluarga Jiang, keturunan Raja Dewa. Kau pamannya! Sekalipun kau tampar dia di depan orang banyak, tak ada yang berani protes!"
"Sial, aku hampir lupa! Sekarang sesepuh keluarga Jiang itu hampir setiap hari menemani kakekku, berusaha merayunya kembali ke keluarga. Bahkan memberikanku Papan Kayu Suci!"
Jiang Huairen tersadar, mengeluarkan Papan Kayu Suci dari pelukannya. Dengan benda inilah mereka sebelumnya bisa masuk ke wilayah keluarga Jiang tanpa halangan.
"Pergilah kalian pukul Lonceng Getaran Suci Langit itu! Panggil semua ahli bela diri, biarkan mereka menyaksikan aku menghajar bocah ini!" seru Jiang Huairen.
Melihat Papan Kayu Suci itu, para sesepuh langsung berubah wajah. Bahkan Jiang Yichen pun ekspresinya membeku, wajahnya pucat pasi.
"Hei bocah, kembalikan Kendi Ibu Segala Makhluk itu!" Wu Zhongtian menyeringai dingin.
"Hmph, kalian benar-benar punya nyali! Kendi Ibu Segala Makhluk adalah milik Ting Ting. Sebagai anggota keluarga Jiang, itu otomatis menjadi relik suci marga kami. Berani-beraninya kalian menuntut di sini!" Jiang Yichen menyunggingkan senyum sinis.
"Perkataan seperti itu kau berani keluarkan?!" Jiang Huairen langsung berubah marah.
Bola mata Ye Fan tiba-tiba membeku. Dulu saat memberikan kendi ini kepada Xiao Tingting, dia sudah terang-terangan menyatakan di depan semua orang bahwa ini hanya pinjaman sementara dan akan diambil kembali suatu hari nanti.
Perkataan Jiang Yichen ini jelas-jelas menunjukkan niat untuk memonopoli relik tersebut tanpa berniat mengembalikan, namun dibungkus dengan ekspresi penuh ketegasan seolah itu memang hak keluarga Jiang.
"Aku belum pernah melihat orang yang tak tahu malu seperti ini!" Anjing hitam itu menggeram sambil memperlihatkan giginya, hampir berdiri dengan dua kaki siap menghantam dengan cakar besarnya.
"Kak Yichen, kau sudah meminjam Kendi Ibu Segala Makhluk cukup lama. Sudah saatnya mengembalikannya padaku." Ting Ting melangkah maju dengan suara jernih menuntut haknya.
"Ting Ting, kamu harus paham, hati manusia itu berbahaya. Itu adalah relik suci keluarga Jiang. Kalau sekarang kukembalikan padamu, pasti akan direbut oleh orang-orang sampah." Ekspresi Jiang Yichen membeku.
"Kau berani mati ya, Nak? Berani mengeluarkan omongan tak tahu malu! Bagaimana cara Kendi Ibu Segala Makhluk sampai ke keluarga Jiang, kau pasti tahu. Dengan levelmu mau menguasai relik suci ini? Belum pantas!" Li Heishui menyeringai.
Ye Fan melambaikan tangan, "Saat ini, berdebat dengannya percuma. Dia ngotot itu relik suci keluarga Jiang, takkan dikeluarkan. Giliranmu, Orang-orang jahat."
Jiang Huairen langsung paham maksudnya, tertawa terbahak, "Bagus! Jiang Yichen, meski aku malu punya keponakan sepertimu, hari ini terpaksa kuakui statusmu!"
Ia berbalik ke para pengikutnya, "Bantu aku menahannya. Sebagai paman, aku akan menjalankan hukum keluarga dan memberikan pelajaran setimpal!"
"Jika bicara tentang tingkatan generasi, dia adalah Paman Ting Ting, dan memang bisa menjadi paman Jiang Yichen, meski usianya hampir sama."
"Swoosh!"
Ye Fan, Li Heishui, Wu Zhongtian mengepung dari segala penjuru, semua menyeringai dingin.
"Kalian mau apa?" Wajah Jiang Yichen berubah pucat.
"Aku pamamu, akan menjalankan hukuman keluarga, menghajar mulutmu dengan keras." Jiang Huairen menyeringai jahat.
"Beraninya kau!" Jiang Yichen meledak marah.
"Apa yang tidak berani? Hari ini mereka orang luar, tak bisa bertindak di wilayah Jiang, tapi aku punya hak ini." Jiang Huairen mencemooh, "Panggil aku Paman, baru akan kuhajar baik-baik."
"Kau... bunuh diri!" Wajah Jiang Yichen muram.
"Swoosh!"
Ruang hampa terkunci oleh Ye Fan dan kawan-kawan.
"Plak!"
Jiang Huairen menggenggam kayu suci, bergerak seperti hantu, menampar keras pipi Jiang Yichen.
“Cepat, bunyikan Lonceng Getaran Suci Langit!” Jiang Yichen mendapati tubuhnya terbelenggu di ruang hampa, panik berteriak.
“Sebagai kakakmu, kau berani melanggar hukum, bahkan ingin membunuhku! Hari ini kuhancurkan semua gigimu!” Jiang Huairen menjatuhkan hukuman, lalu mengayunkan tamparan telapak tangan besar.
“Plak!”
Suara tamparan yang nyaring bergema.
“Segera keluarkan Kendi Ibu Segala Makhluk, atau kuhancurkan mulutmu hari ini!”
