Rawa-rawa itu juga memiliki beberapa pohon purba yang tumbuh jarang-jarang, namun menjulang tinggi hingga menembus awan, menciptakan area luas berbayang. Tempat ini sangat lembab dengan energi Yin yang sangat berat.
Sebuah teratai suci memancarkan kilauan magis, putih bersih seperti giok. Di atasnya duduk bersila seorang wanita berjubah putih tanpa cela, rambut hitamnya mengembang seperti awan, mulutnya tak henti melantunkan sutra Buddha, aura melampaui duniawi.
Si tua buta berdiri di samping teratai itu, melambaikan tangan ke arah mereka dengan gesit. Suara parau-nya menusuk telinga, "Mari bergabung! Kita keroyokan masuk ambil senjata suci Kaisar!" Terdengar jelas di seberang, tapi tak satu pun yang segera menyambut.
Duan De menyorotkan mata sinis, bergumam, "Latar belakang si tua ini apa? Sekilas kayak preman pasar, sama sekali nggak kelihatan orang baik."
"Masih lebih parah darimu? Peta warisan dewa itu kan dia yang jual." Ye Fan berbisik. Menurutnya, si tua buta masih lebih bisa dipercaya daripada Duan De.
Dongfang Ye terkejut, "Dia penjual peta warisan dewa itu?"
“Teman-teman, bagaimana kalau kita maju bersama-sama, banyak orang berarti kekuatan besar. Kitab kuno dibagi rata, senjata pusaka tergantung jodoh masing-masing.” Lao Xiazi melambaikan tangan, memanggil ketiga orang itu.
Akhirnya, Ye Fan, Dongfang Ye, dan Duan De berjalan maju bersama untuk bergabung dengan kedua orang tersebut. Tapi begitu mendekat, mereka langsung terkagum-kagum.
Sebelumnya sudah terlihat ada serangga aneh melilit di sini, tapi tak disangka begitu mengerikan. Setiap serangga seolah memakai baju zirah emas, sepanjang jari manusia, ternyata bisa menggerogoti kekuatan mengerikan.
Meski gadis itu sudah melebur puluhan serangga, masih tersisa tiga puluh ekor. Cahaya Buddha yang besar itu sudah digerogoti habis, tirai cahaya di sekitar Lao Xiazi juga jadi tidak rata seperti permukaan berlubang.
“Serangga apa ini?” Manusia Biadab itu terkejut. Meski bertahun-tahun tinggal di hutan purba nan gersang, belum pernah ia melihat yang seperti ini.
“Ini... jangan-jangan jenis ulat suci yang diceritakan orang-orang tua itu?” Duan De merinding, terlempar mundur beberapa langkah besar.
"Benar, ini adalah Serangga Pembunuh Dewa, tapi darahnya tidak murni, tidak semenakutkan dalam legenda." Si buta tua memanggil mereka untuk membantu melebur.
Serangga Pembunuh Dewa, konon bahkan bisa menggerogoti dewa-dewa. Hampir tak ada yang bisa menghalangi mereka, bisa menggigit segalanya, melahap apa saja.
"Ini makhluk spiritual yang menggetarkan dunia legenda, nilainya tidak kalah dengan kitab kuno. Jika dilatih ribuan tahun, mungkin benar-benar bisa melahirkan Serangga Pembunuh Dewa sejati." Si buta tua mendorong mereka untuk menangkap dan menjinakkan beberapa ekor.
"Lonte tua, kau benar-benar tidak tahu diri! Kecuali dilatih sejak telur, jenis serangga ini pasti akan memberi backlash energi. Tidak akan berakhir baik!" Duan De mengatupkan giginya.
"Si tua brengsek!" Dongfang Ye mendengar penjelasan ini ingin meninju si buta.
Untuk pertama kalinya Ye Fan merasa penipu tua ini lebih brengsek daripada Duan De - tipe orang yang pantas dihajar, brengsek yang bahkan anjing pun ingin menggigitnya dan angsa ingin mematuknya.
"Maksudku, segera bantu kami melebur Ulat Suci ini bersama-sama, lalu cari sarang ulat." Si Tua Buta melirik, berpura-pura tak bersalah.
"Criiiing!"
Manusia Biadab menghantamkan tongkatnya ke seekor Ulat Pembunuh Dewa, namun tetap tidak bisa dihancurkan. Dentuman logam bergema, menunjukkan betapa kerasnya tubuh makhluk itu.
Setiap ulat berukuran sebesar ibu jari, tubuhnya diselimuti sisik-sisik emas kecil yang membentuk pola mirip naga air mini, hanya saja tanpa tanduk.
"Makhluk jenis ini tak bisa dihancurkan fisik, harus menggunakan kekuatan spiritual untuk meleburnya. Kalau tidak, mana pantas disebut Ulat Pembunuh Dewa." Si Penipu Tua mengingatkan.
Ulat Suci ini darah leluhurnya sudah menipis, hampir punah. Dalam kondisi alamiah tanpa sentuhan peradaban, walau belum memiliki kecerdasan spiritual, kekuatan mereka tetap mengerikan.
"Seandainya bisa lahir beberapa Ulat Leuhur..." Mata Duan De berbinar-binar, tangannya terus menggosok-gosukkan telapak dengan gugup.
“Kalau bisa membiakkan beberapa Ulat Pembunuh Dewa sejati, kita bisa bertindak seenaknya di langit dan bumi!” Sayangnya ini hanya khayalannya saja, belum pernah ada yang berhasil.
Legenda mengatakan, di era kuno hanya seorang Santo yang berhasil memelihara beberapa ulat semi-dewa, bersamanya menghancurkan Ratu Purba yang baru bangun hingga hancur berkeping.
“Aku tak percaya kau sekeras ini!” Manusia Biadab itu ngotot, melempar tongkat bergiginya, menggapai seekor ulat emas dengan satu tangan dan mencoba menghancurkannya.
“Nak, jangan sembarangan!” Si penipu tua terkejut, berteriak memintanya segera melepaskan.
“Tubuh cultivator legendaris saja bisa ditembus gigitannya, jangan main-main.” Duan De juga ikut panik.
“Krek krek...” Manusia Biadab itu menggosok-gosokkan ulat emas di sela jarinya dengan keras, suara menusuk telinga.
“Brak!”
Akhirnya, dia benar-benar menghancurkan hidup-hidup seekor Ulat Pembunuh Dewa. Cahaya emas berhamburan, darah muncrat, membuat si tua buta itu melotot tak percaya.
“Dasar orang aneh!” Duan De bergumam.
Si Penipu Tua berkata: "Cepat bantu kami melebur, tak ada waktu untuk berlama-lama di sini. Meski tak menemukan kitab kuno, asal bisa menemukan sarang Ulat Suci itu sudah beruntung."
Duan De mulai membantu proses peleburan, sementara Dongfang Ye langsung memencet dengan tangan. Meski sulit, mereka perlahan-lahan membuat kemajuan.
Ye Fan juga meremukkan satu ekor di dalam lengan bajunya dengan suara "brak", membuat semua orang terbelalak seperti melihat hantu.
"Eh, aku cuma iseng mencoba saja."
"Kapan kita sparing?" Mata Manusia Biadab berbinar penuh semangat, tubuh fisiknya yang tak tertandingi selama ini belum pernah menemukan tandingan.
"Aku hanya jago memanah. Kalau kau jadi sasaran, pasti takkan luput dari panahku." Ye Fan tersenyum.
Dongfang Ye: "..."
Akhirnya puluhan Ulat Suci berhasil disingkirkan. Mereka mencari dengan cermat di rawa-rawa ini, tapi sama sekali tak menemukan bayangan sarang ulat.
"Kemungkinan besar berada di wilayah warisan dewa. Aku punya firasat yang sangat mengkhawatirkan. Jangan-jangan benar-benar telah lahir cacing leluhur darah murni? Perkiraanku jika itu terjadi, bahkan tulang Santo pun bisa dikunyah hancur!" Duan De bergumam.
"Kulihat aura Yin-mu sangat kental, pasti sering mondar-mandir di makam, benar tidak?" Si penipu tua melirik sambil bertanya.
"Lonte tua, kau terlalu banyak bicara!" Duan De sama sekali tidak menunjukkan sikap menghormati orang tua.
"Buddha maha pengasih, terima kasih atas bantuan para dermawan." Di atas podium teratai yang memancarkan kilau transparan, wanita berjubah putih itu tersenyum tipis membuka mulut.
Dia memancarkan aura seakan melampaui tiga alam, bahkan dewa penjepit bunga pun tak ada apa-apanya. Keberadaannya seakan tak berada di dunia fana ini, mistis namun hidup.
Di tengah dahinya terdapat teratai emas yang kontras dengan kulit seputih giok, berkilau gemilang. Posturnya ramping, rambut hitam bak awan, memancarkan kecantikan jernih yang memesona.
"Apakah kau berasal dari 'Kesadaran Welas Asih' di Barat?" Dongfang Ye bertanya.
"Jue Youqing, ini adalah nama yang sangat unik, namun dalam agama Buddha Barat memiliki makna mendalam. Sejak zaman kuno, hampir tak ada yang berani menggunakan nama seperti ini."
"Nama tersebut merupakan makna lain dari Bodhisattva - mencakup pencerahan diri dan pencerahan orang lain. Menjadi insan yang tercerahkan sekaligus memikul tanggung jawab mencerahkan sesama, penuh welas asih dalam pencerahan."
"Sudah lama beredar kabar bahwa Jue Youqing suatu saat akan mencapai pencerahan sejati menjadi Bodhisattva. Dialah satu-satunya dalam sejarah Barat yang hampir menyamai Buddha, yang akan mencapai Jalan Agung."
"Jue Youqing menyimpan teratai kristalnya. Berdiri tegak di rawa-rawa, jubah putihnya berkibar. Permukaan kulitnya jernih bercahaya bagai kaca pelangi, memancarkan sinar Buddha yang ilusif bak mimpi."
"Dia tidak banyak bicara, mempertahankan aura kebuddhaan yang harmonis dan tenang. Hanya mengangguk dan tersenyum ramah pada para pengikutnya."
"Ah..."
"Dari kejauhan terdengar jerit kematian. Ikan-naga buas sepanjang 200 zhang itu bergerak liar di rawa dengan taktik gerilya yang tak terduga. Puluhan ahli bela diri tewas, bahkan lebih menakutkan daripada Santo Lord puncak."
"Grawk!"
Di luar belasan li, kodok setinggi ratusan zhang itu mengguncang pegunungan, menelan ratusan penguasa kuat dengan lebih berdarah, membuat seluruh rawa-rawa gemetar.
"Ini tidak bisa, dua roh jahat berjaga di sini, pondasi dasarnya tak bisa dilewati." Ye Fan mengerutkan kening.
"Tak apa, kami akan menunggu di tempat ini. Langit runtuh ada yang tinggi menopang." Si penipu tua bersikap tenang layaknya dewa, mengatakan lokasi ini bisa menghindari dua spesies langka zaman purba, sangat aman.
"Braak!"
Lumpur beterbangan membumbung tinggi, seorang Kaisar dan cultivator legendaris bertindak melawan ikan-naga buaya. Sebuah kuali raksasa jatuh dari langit menindaknya.
"Graaawrr..."
Ikan-naga buaya mengaum keras hingga awan-awan di cakrawala berhamburan. Tubuh buaya sepanjang 200 zhang itu menghantam kencang, menerbangkan kuali besar hingga menghantam deretan bukit di kejauhan.
"Braak!"
"Debu bergulung-gulung ke langit, batu-batu raksasa menembus langit. Tujuh delapan puncak gunung di pegunungan itu runtuh tertimpa, kuali besar jatuh ke tanah."
"Si brengsek!"
Sebuah stempel besar jatuh dari langit menekan ke bawah, berubah menjadi puncak giok hijau. Di atasnya tumbuhan subur, air terjun perak berhamburan, hewan dan burung beterbangan, terlihat sangat hidup dan megah.
"Braak!"
Stempel giok besar berubah menjadi gunung raksasa, menindas tubuh buaya ikan-naga dengan dahsyat. Seluruh rawa-rawa ambles ke dalam, namun aura mengerikan tiba-tiba menyembur ke langit.
"Bang!"
Buaya ikan-naga melawan stempel itu dengan keras, menghantamnya hingga terlempar. Sebuah bukit di kejauhan berhasil dihancurkan, berubah menjadi tanah gersang.
"Buaya ikan-naga spesies langka zaman purba ini benar-benar mengerikan!"
Ye Fan dan teman-temannya kaget. Seorang Kaisar dan cultivator legendaris bekerja sama pun tak bisa meredakannya. Tak lama kemudian seorang Santo Lord datang, mengeluarkan gunting naga-ular untuk menaklukkannya.
"Criiiing!", "Cring!"...
"Mars，lumpur menggila，tiga tokoh puncak bertempur melawan ikan-naga buaya，pertempuran menggelapkan langit dan bumi，tak terhentikan，sangat memilukan."
Di sisi lain，tiga pemimpin sekte tak tertandingi bersama-sama bertindak，sedang menaklukkan kodok itu. Makhluk itu juga mengerikan，membawa sembilan garis emas di punggungnya，meluncurkan sembilan anak panah suci yang hampir menembus kepala seorang pemimpin hingga tewas.
"Wilayah warisan dewa ini benar-benar menakutkan! Segala penjuru dijaga oleh Raja Binatang purba setingkat Santo Lord. Hanya di rawa-rawa ini saja sudah muncul dua spesies langka zaman purba. Masuk ke dalam nanti belum tahu akan melihat apa lagi!"
"Ini saatnya，kami harus cepat pergi!" Si penipu tua memanggil beberapa orang，pertama kali menerjang ke arah area Tongtian.
Di tempat ini，selain cultivator legendaris，yang lain tidak bisa terbang，hanya bisa berjalan kaki.
Kali ini，mereka selamat tanpa cedera，tidak bertemu makhluk aneh apapun，langsung tiba di area Tongtian. Tebing-tebing suci membentang maha luas，kabut ungu mengepul.
"Di sini, tumbuhan tidak banyak, namun tidak kekurangan vitalitas. Semua rerumputan yang tumbuh bukanlah tanaman biasa—ada anggrek langka, rumput naga, atau pohon ajaib. Tak satupun yang termasuk produk kelas biasa."
"Di tebing, ramuan spiritual 10.000 tahun mengeluarkan kuncup, menyebarkan aroma samar. Depan gua kuno, sulur-sulur ilahi menjalin, bunga-bunga berkilau, beberapa bahkan menghasilkan buah-buahan mistis."
"Banyak cultivator telah lebih dulu masuk, mencari kitab kuno Kaisar di wilayah berkabut ungu ini. Tempat ini dipenuhi esensi Jalan yang misterius, namun telah dihancurkan oleh kerumunan orang."
"Ah……"
"Konflik pecah di antara cultivator manusia sendiri. Seseorang menemukan gua pertapaan, lalu kerumunan berhamburan masuk. Pertempuran sengit terjadi, dalam sekejap belasan nyawa telah melayang secara mengenaskan."
"Lihatlah! Hari ini kuota kematian tidak bisa diprediksi. Ini baru mantra pedang biasa. Seandainya kitab kuno Kaisar benar-benar muncul, bahkan kaisar legendaris pun akan terlibat duel pamungkas." Ucap Si Buta tua sambil membuka mulut.
"Ada penemuan apa nggak?" Ye Fan menyikut Duan De. Bajingan ini memang jagonya menjarah makam, pasti punya perspektif berbeda tentang tempat ini.
Si gemuk Duan tetap tenang, membawa kedua tangan di belakang punggung. Ia mondar-mandir di sekitar Tebing Suci sambil terus mengukur, menghitung dan menganalisis dengan cermat.
Setelah lama, dia menghela napas: "Tempat ini terlalu luas. Tebingnya tak berujung, energi spiritualnya berlimpah. Kalau harus kuhitung satu per satu, setengah tahun pun belum tentu selesai."
"Akan kulihat medan energinya." Ye Fan bergumam. Dengan sihir dewa Sumber Langit, ia mengamati area Makam Suci secara menyeluruh. Mata Dewanya memancarkan kilatan listrik, menyapu pandangan ke delapan penjuru.
Hanya beberapa saat kemudian, hatinya berguncang. Tempat ini benar-benar abstrak, seolah ada dewa yang tidur miring di sini dalam keadaan terlelap, sungguh aneh tak terkira.
Ye Fan mengukir garis di tanah. Ia menandai medan energi kosmik besar dan titik-titik berkekuatan spiritual tertinggi, sekaligus mengidentifikasi beberapa Long (Naga) mati yang mematikan.
"Bagus, bisa melihat medan energi kosmik besar seperti ini. Jika kami bekerja sama, tak ada kuburan leluhur kuno di dunia ini yang tak bisa kami masuki. Bahkan tempat wafat dalam meditasi Kaisar pun bisa kami terjang." Mata Duan De memancarkan kilatan magis.
Namun, pilihan lokasi yang tersedia masih terlalu banyak, membuat mereka sulit mengambil keputusan akhir saat ini.
"Biarkan aku mencoba meramal." Lao Xiazi mengambil puluhan keping tempurung kura-kura kuno, bergumam mantra lalu melemparkannya ke tanah.
"Apa?! Sembilan Tempat Mematikan, pasti mati!" Tubuh Lao Xiazi gemetar ketakutan setelah melihat hasil ramalan di tanah.
"Maksudnya apa?" Manusia Biadab bertanya.
"Ramalan menunjukkan tempat ini mematikan Langit, mematikan Bumi, mematikan manusia, mematikan hantu, mematikan Xian... Singkatnya, apapun yang masuk pasti punah." Suara Lao Xiazi terdengar dipaksakan.
"Bukankah ini tempat wafat dalam meditasi Kaisar Kuno? Bagaimana bisa berubah menjadi Sembilan Tempat Mematikan?" Duan De curiga dan bingung.
Ye Fan berdiri, kembali menggunakan sihir dewa Sumber Langit untuk mengamati. Hasilnya semakin ia perhatikan, semakin hatinya berguncang. Tebing suci ini benar-benar menyerupai sosok dewa yang berbaring miring di tempat ini.
Namun setelah diamati dengan cermat, dadanya bergemuruh. Dewa ini bukan sedang tertidur, melainkan seperti terkunci dan dikuburkan di sini.
"Ini benar-benar layak disebut Makam Dewa..." gumamnya sambil menggambar ukiran sosok tersebut di tanah. Yang lain pun terkejut dan menyesal.
Orang buta tua menyimpan puluhan keping tempurung kura-kura, terus mengocoknya untuk ramalan kedua. Dengan suara Syuush, benda-benda itu berhamburan di tanah, kali ini tepat menindih gambar Makam Dewa yang dibuat Ye Fan.
"Tempat ini menyimpan harta karun ilahi. Kemungkinan besar terdapat senjata pusaka Kaisar Kuno, bahkan jasadnya. Tapi ini adalah Tanah Sembilan Kepunahan." Orang buta tua itu kembali melakukan deduksi ramalan.
"Apakah ramalanmu akurat?" Dongfang Ye sangat curiga pada lonte tua ini, menganggapnya bukan orang baik.
Si buta tua berkata: "Tidak mungkin salah, ini pasti lokasi pemakaman para dewa yang mematikan. Namun masih ada seberkas vitalitas. Asalkan kita temukan senjata pusaka Kaisar atau kitab kuno, jalan hidup pasti akan terlihat."
"Ah..." Jerit kematian terus bergema dari kejauhan.
Tebing-tebing batu berjejer bagai tembok raksasa, kabut ungu melayang, Awan Membara Mega Berkilau. Tak terhitung cultivator yang berdatangan - berebut ramuan spiritual berusia 10.000 tahun, bertarung mati-matian demi gua bertuliskan aksara magis.
Baru permulaan, sudah 60-70 nyawa melayang. Tebing batu kini berlumuran darah segar.
"Maju! Ramalan menunjukkan satu-satunya vitalitas ada di sektor ini. Kita harus cari harta karun ilahi!" Si buta tua mengarahkan jarinya ke sebuah koordinat.
Meski panik, tak satu pun yang mundur. Setelah melewati beberapa tebing, mereka menemukan banyak noda darah dan mayat bergelimpangan.
Di area ini banyak sosok-sosok berpengaruh berkeliaran. Meski mereka tokoh-tokoh puncak, belum ada yang memulai pembantaian besar-besaran.
"Bahaya!" Pada detik ini, bulu kuduk Duan De seluruh tubuhnya berdiri tegak. Ia menatap tajam ke sudut tebing di depan, "Tadi kalian melihat sesuatu tidak?"
"Sepertinya ada seseorang yang menghilang sekejap." Dongfang Ye juga menatap ke arah sana.
"Itu bukan manusia. Tak kusangka di dunia ini benar-benar ada barang semacam itu. Sudah 20 tahun aku masuk-keluar makam kuno bawah tanah, belum pernah mengalami. Tak disangka hari ini bertemu." Wajah Duan De memucat.
