Kitab Kuno Dewa, empat karakter ini begitu mencolok, menyedot hampir seluruh perhatian ketiga orang itu. Mereka terus-menerus menatapnya, tangan Li Tian bahkan bergetar tak terkendali.
Kertas kekuningan ini adalah kertas Jalan Langit khas Tao. Dibuat melalui proses rumit pencerahan batin, ritual persembahan, dan simulasi dengan metode kuno. Saat dibuka, riak kecil prinsip kosmik terpancar.
Pada kertas kuning itu hanya tertulis beberapa karakter. Tiap guratan menusuk kertas dengan kekuatan dahsyat, bagaikan naga melompati samudera. Beberapa orang itu tertegun, wajah mereka memperlihatkan ekspresi aneh.
Malam Bulan Purnama, Tebing Suci Yuhua.
Hanya delapan karakter ini di kertas kuning. Apakah ini mengungkap rahasia langit? Apakah Kitab Kuno Dewa akan muncul di sana? Dada mereka terguncang hebat, sulit menjaga ketenangan.
"Bisakah kami menemui Senior Tianji untuk terakhir kali?" Li Tian dengan langka menunjukkan ekspresi serius.
"Senior akan segera wafat. Tiga hari terakhir ini beliau tidak menerima tamu luar manapun, tidak membuat ramalan apapun. Jika tidak, akan mendatangkan bencana bagi Sekte Kuno kami." Jawab bocah pembantu dengan wajah berduka.
"Sekte Hukum Langit adalah Aliran Dao Kuno yang hidup dalam pengasingan diri. Selama bertahun-tahun mereka tetap rendah hati karena terlalu sering membongkar rahasia langit sehingga mengalami berbagai malapetaka."
"Sesepuh Hukum Langit dari setiap generasi akan mencapai pencerahan spiritual di akhir hayatnya, hampir menyamai kemampuan peramal dewa. Mereka dapat melihat banyak fragmen gambaran masa depan."
"Namun pada momen krusial ini mereka tak boleh mengungkapkannya, karena akan menimbulkan bencana besar bagi generasi penerus. Membocorkan hukum langit sampai mati mengenaskan mungkin masih bisa ditolerir, tapi yang lebih mengerikan adalah risiko terputusnya gerbang Dao selamanya."
"Masih tersisa dua ramalan Hadiah untuk Tiga orang. Silakan kembali setelah 20 tahun." Murid kecil itu mengucapkan hormat ala Tao sambil menyebut nama Mahadewa.
Perubahan tak terduga di Aliran Dao Kuno Hukum Langit ini membuat Ye Fan dan kawan-kawan memutuskan tak mengganggu. Mereka melakukan ritual penghormatan di luar Taiyuan sebelum akhirnya pergi.
"Sang Peramal Agung Dinasti Suci Ziwei menggunakan seluruh kekuatan Dao-nya sebelum wafat untuk meramalkan kebangkitan kerajaan. Dia memprediksi turunnya Bayi Dewa yang akan menjadi Penguasa Kuil. Tapi setelah ucapan itu, cucu bungsunya mati muda sedangkan putra sulungnya luka parah nyaris meregang nyawa. Sungguh tragis konsekuensi membocorkan hukum langit!" Yan Yixi menghela nafas dalam perjalanan pulang.
"Benarkah ada kekuatan gaib di dalam keadaan meditasi? Mengapa masa depan bisa diprediksi? Apa sebenarnya hukum langit dan Hukuman Langit ini?" Ye Fan bergumam.
"Konsep ini sangat abstrak. Mengingat berbagai fenomena luar biasa dari Aliran Dao Kuno, beberapa Santo kuno pernah meneliti khusus hal ini di zaman purba." Yan Yixi menjelaskan.
"Oh, ceritakanlah! Sebenarnya apa yang terjadi?" Ye Fan menunjukkan ketertarikan.
"Menurut para Santo kuno, tak ada takdir yang mutlak. Segalanya terus berubah, dan ramalan pun belum tentu akurat."
Para Santo purba ini memiliki kebijaksanaan agung. Dengan kekuatan Dao yang paling sederhana, mereka berhasil menjelaskan konsep ini dengan cara yang mudah dipahami orang biasa.
Menurut mereka, semua manusia, peristiwa, dan benda memiliki pola pergerakannya sendiri. Terkadang seseorang mendapat kilatan pencerahan yang menangkap pola ini - itulah yang disebut ramalan masa depan.
Seperti saat daun kuning mulai layu, pada detik ia terlepas dari ranting, orang bisa memprediksi bahwa ia akan jatuh ke tanah. Seperti saat tanggul sungai besar jebol seketika, orang dalam kepanikan tahu bahwa desa di hilir akan tersapu. Seperti saat angsa hutan tertembak merintih pilu, orang bisa memperkirakan bahwa ia akan terjatuh di daratan.
Hal-hal sederhana ini tidak dianggap istimewa oleh orang biasa, tidak dianggap sebagai ramalan. Tapi sebenarnya bisa dikaji lebih dalam. Jika proses-proses ini dikomplekskan, maka jadilah yang disebut deduksi hukum langit.
Di dunia ini, ada beberapa "sebab", dan beberapa "akibat" terkadang bisa diprediksi. Inilah yang disebut mengintip dan menghancurkan hukum langit.
Baik manusia, objek, maupun peristiwa, semuanya memiliki pola pergerakan sendiri. Jika kita melihat separuh perjalanan awalnya, terkadang kita bisa memperkirakan pola selanjutnya.
Tentu saja, segala makhluk terus berubah, tak ada yang bisa benar-benar memastikan masa depan. Seperti daun kuning yang layu belum tentu jatuh ke tanah, mungkin tertiup angin kencang masuk ke lubang pohon. Seperti sungai yang meluap mungkin berubah aliran, tak selalu menghancurkan desa di hilir. Seperti burung hong yang tertembak panah mungkin bisa kabur jauh meski terluka, tak selalu jatuh ke bumi.
Ye Fan mengangguk paham. Penjelasan sederhana dari beberapa suci zaman purba ini membuat semuanya menjadi jelas baginya.
"Kalau begitu, dua kertas ramalan dari Tianji Laoren sebelum beliau wafat dalam meditasi mungkin berubah? Tidak tentu akurat?" Li Tian bertanya.
Meski manusia, peristiwa, dan benda memiliki pola pergerakan masing-masing, tetap ada faktor tak terduga yang bisa mengubah segalanya.
Tapi mereka tak terlalu khawatir. Jalan depan memang penuh ketidakpastian. Tianji Laoren sendiri hanya memberi empat karakter petunjuk: "domain luar bisa dilalui".
"Lalu apa itu Hukuman Langit?" Ye Fan bertanya lagi.
“Menurut para suci zaman purba, itu hanyalah kekuatan Dao.” Yan Yixi berkata.
Ketika seseorang tiba-tiba mendapat kilatan magis, kesadarannya melampaui batas diri, menguasai polanya sendiri, melihat jalan depan, memahami "masa depan"—dalam proses ini ia juga memicu kekuatan "pola asli".
Kekuatan pola semacam ini sangat mengerikan. Saat memahami masa depan, kau justru mengganggu pola ini, getarannya pasti akan memberikan pengaruh padamu.
“Sangat masuk akal.” Ye Fan mengangguk, para suci zaman purba memang luar biasa, hampir menjelaskan semua misteri ini secara tuntas.
“Aku berdiri di gunung ini melihat jalan depan, apakah ini berarti aku mengintip suatu pola dan ada kekuatan Dao yang berpengaruh?” Li Tian bertanya.
“Benar, tapi pengaruhnya sangat kecil. Ini hal mendasar yang menjadi milik setiap orang setiap saat—kekuatan pola yang terus kita hadapi.”
“Ngapain ribet-ribet! Jalani hidupku, tempuh jalanku. Apa pun polanya, kekuatan Dao-nya, kuhancurkan semua! Siapa yang halangi jalanku, Hancur!”
Beberapa orang berdiskusi sambil menjauhi Taiyuan.
Tebing Suci Yuhua terletak di timur jauh Shenzhou, berbatasan dengan lautan biru tak bertepi. Tempat ini menyimpan banyak legenda.
Kisah tentang dewa tetap menjadi topik abadi. Baik di Wilayah Galaksi Biduk maupun planet kuno ini, misterinya tak pernah terungkap.
Ada yang bilang, Kaisar Kuno mencapai pencerahan di sini lalu meninggalkan dunia fana. Makanya tak ada lagi rahasia kekaisaran atau senjata ekstrim tersisa.
Versi lain menyebutkan, ini adalah pecahan dinding batu yang jatuh dari dunia dewa. Di zaman purba, Sage Agung umat manusia menyaksikan langsung peristiwa itu.
Yang ekstrem berpendapat: Dewa tanpa nama, tapi tempat ini memang gerbang transformasi. Semua yang mencapai tingkat Xian pasti melewati sini.
Bagaimanapun, catatan teks kuno menyebutkan Kaisar Tai Yin dan Yang menghilang dari lokasi ini. Meski tanpa bukti, banyak yang mempercayainya.
"Kitab Kuno Dewa, Malam Bulan Purnama, Tebing Suci Yuhua, periode waktu ini..."
Jika tidak pergi melihat, Ye Fan dan kawan-kawan benar-benar tak bisa melepaskan diri. Namun, ini berbenturan dengan waktu penyerangan Istana Delapan Pemandangan, pilihan yang membuat pasrah.
"Bagaimanapun juga, kita ke Tebing Suci Yuhua dulu. Setelah itu baru bergegas ke Istana Delapan Pemandangan. Jika benar-benar terlambat, kita tunggu bulan purnama berikutnya."
Dahai Wu-liang, riak air membentang ratus juta hektar, pasang surut ombak, luas tak bertepi.
Kekuatan satu orang sekalipun, saat menghadapi pemandangan seperti ini akan merasakan kehinaan diri. Dibandingkan lautan megah, dibandingkan alam semesta luas, individu manusia sungguh tak berarti.
"Setiap kali begini, aku selalu merasa tak berdaya. Berapa pun gadis cantik yang ada, takkan bisa mengimbangi banyaknya air ini." Li Tian berkata.
"Paman, apakah mata penjahat cabul hanya melihat gadis cantik? Aku benar-benar tak ingin jadi begitu." Tongtong menyela di saat tepat.
"Pergilah ke tempat yang sejuk dan diam di sana!"
“Apa kehormatan dan penghinaan, apa sumpah heroik, semua hal pribadi tak berarti. Setiap kali menghadapi samudera maha luas ini, hati manusia akan lapang dan melupakan segalanya.” Yan Yixi berkata.
Di permukaan laut biru, siluet samar bagai ilusi dalam mimpi melangkah di atas riak air. Dari kejauhan, sinarnya menyilaukan bagai semburat fajar. Dari dekat, kemilaunya memesona laksana teratai muncul dari riak jernih.
Postur tubuh ramping, proporsi sempurna, helai rambut indah yang berkibar-kibar, kulit seputih giok yang memancarkan kilau mutiara. Wajah oval sucinya memancarkan kilau spiritual, dengan bola mata bagai permata hitam yang menyimpan keindahan spiritual terpancar dari dalam, mendekat dengan gerakan ringan nan anggun.
Janji pertemuan Ye Fan dengan Yi Qingwu di malam ini mungkin akan menjadi pertempuran besar, atau mungkin juga kesempatan besar mengingat terkait Kitab Kuno Dewa.
Angin laut berhembus, cuaca perlahan memudar. Ketika kilau keemasan terakhir di permukaan laut yang berkilauan menghilang, sinar matahari senja pun akhirnya lenyap.
Yuhua Xianya berdiri menjulang di pesisir, tidak terlalu tinggi namun tampak megah di balik kelam malam, bagaikan Gunung Dewa dari zaman purba yang menaklukkan luasnya Laut Timur.
Ye Fan dan yang lain telah lama menyamar, menunggu dengan tenang untuk mengetahui apa yang akan terjadi di sini.
Seiring waktu, bulan purnama tergantung tinggi membentangkan hamparan cahaya putih lembut, lautan seolah diselimuti tabir kabur yang samar namun putih bersih.
Tebing Suci Yuhua memperlihatkan keistimewaannya, bagaikan platform immortal kristalin yang menyedot esensi Langit dan Bumi, beresonansi dengan gemintang di angkasa, membuat orang berkhayal bisa mencapai asensi dengan berdiri di atasnya.
Dalam malam bulan purnama ini, hening bagai kaca membeku bahkan lautan biru pun diam memantulkan cahaya piring giok di langit laksana cermin raksasa.
"Datang!" bisik Li Tian.
Di langit jauh, delapan belas kapal perang terbang bagaikan delapan belas awan-awan, memblokir cahaya bulan dan memproyeksikan bayang-bayang area luas ke bumi, menciptakan tekanan dalam hati.
"Ini adalah kapal perang Kuil Raja Manusia, kemewahan yang hanya dimiliki oleh beberapa sosok paling mulia mereka saat bepergian." Suara Yi Qingwu memiliki magnetisme yang menggetarkan hati, bagaikan suara surgawi.
Di sisi lain, Yan Yixi berbisik, "Lagi-lagi ada yang datang."
Lautan biru tak bertepi bagai permata raksasa, tak ada riak kecil, memantulkan cahaya keperakan bulan. Saat ini, sebuah kelenteng kuno yang megah melintas di atasnya dengan senyap.
"Ini adalah Kelenteng Panjang Umur prasejarah dari Ming Ling. Bangunan kuno ini telah menjulang di sana selama puluhan ribu tahun, tetap abadi. Tak disangka hari ini tercabut dari tanah dan tiba di sini." Yi Qingwu berbisik.
Beberapa orang terkejut. Aliran Dao Kuno ini sangat rendah hati, setiap generasi hanya memiliki beberapa anggota, namun masing-masing luar biasa kuat, seperti Daoist San Que di era sekarang yang memiliki kedalaman yang tak tertembus.
"Jelas terlihat, Kuil Raja Manusia dan Kuil Panjang Umur akan menukar Kitab Kuno Dewa. Kali ini dengan mobilisasi besar-besaran seperti ini, pasti serius, tidak seperti beberapa kali sebelumnya yang berakhir tanpa hasil!"
Kitab kuno peninggalan dewa hanya tersisa satu halaman, dirobek menjadi dua bagian atas-bawah, penuh misteri. Sejak zaman purba hingga kini, tak terhitung banyaknya orang yang terobsesi padanya.
Legenda tentangnya hanya memiliki dua aksara: Keabadian.
Karena alasan inilah kitab itu dianggap sebagai kitab Xian. Konon jika mendapatkan halaman utuh dan berhasil menguasainya, sulit untuk mati meski ingin sekalipun!
"Pada Malam Bulan Purnama, pasti akan terjadi tribulasi besar. Kalian yang tahu, pasti ada orang lain yang juga memahami. Raja kesempurnaan yang diduga telah wafat dalam meditasi mungkin akan 'hidup' kembali beberapa orang..." Yi Qingwu menghela napas pelan.
