Di luar wilayah galaksi Bintang Kuno Ziwei, di altar lima warna yang mengorbit Istana Langit, lubang hitam perlahan menutup. Ye Fan, Li Tian, dan Yan Yixi yang hampir lenyap itu melayangkan pandangan terakhir ke arah pihak luar.
Yi Qingwu berdiri dengan postur anggun, tubuh ramping memesona. Kecantikannya legendaris dan sempurna tanpa cela. Wajah oval seputih giok tak menunjukkan riak emosi. Bola mata hitam bak permata tak berkedip, tahi lalat merah di tengah dahinya memancarkan kilau magis, memancarkan aura spiritual tak terbatas.
Dengan tatapan mantap, ia menyaksikan kepergian kelompok itu. Menggunakan kekuatan roh primordial, ia menghapus bayangan Ye Fan yang tertanam di hatinya. Mulai saat ini, kenangan itu akan terlupakan dalam perjalanannya menuju pencerahan sejati.
"Kelak, aku akan menjadi santa wanita! Jalan Kaisar akan kutapaki hingga ke Wilayah Galaksi Biduk untuk menyelesaikan segala karma!" Keyakinan kokoh ini menjadi prinsip pencerahannya.
"Aku tunggu kedatanganmu." Seolah menembus pikiran wanita itu, Ye Fan memperlihatkan deretan gigi putih pucat dengan senyum percaya diri.
Yi Qingwu tersentak mundur. Jejak kenangan yang telah dihapus justru muncul kembali lebih jelas, terukir permanen dalam sanubarinya. Tubuh dewinya gemetar hebat, roh primordialnya terkekang. "Ah, ternyata memang mustahil diputus..." desahnya putus asa.
Lubang hitam di ruang hampa akhirnya menghilang. Dari dalamnya terdengar ratapan terakhir Li Tian: "Sialan, akhirnya pergi juga. Masa depan takkan lagi tercela. Aku akan menjadi putra dewa yang paling suci. Yi Xiao Niu, kecantikan nomor satu di dunia, jika Ye Fan tak merindukanmu, sesekali aku akan merindukanmu untuknya. Rawatlah baik-baik janinmu. Jika lahir Xiao Yezi kelak, saat aku kembali nanti akan kupikirkan untuk menerimanya sebagai murid. Aku akan ajari dia menjadi pecundang nomor satu di dunia. Warisan Jalan Nafsu Manusia di wilayah galaksi Bintang Kuno Ziwei tak boleh punah. Tanggung jawab besar merebut kembali aliran Dao akan kuserahkan padanya."
Akhirnya, jalur ruang hampa menghilang. Ketiganya telah meninggalkan planet kuno ini untuk selamanya, menyisakan getaran kesadaran spiritual yang bergema di Istana Langit.
Yi Qingwu yang berjubah putih bagai salju, dengan keindahan magis yang mengagumkan sepanjang zaman, kini gemetar hebat oleh amarah. Kulitnya yang berkilauan memancarkan getaran halus. Hampir-hampir ia melemparkan Guanghan Que di tangannya untuk menghantam ruang hampa, memaksa ketiganya keluar kembali.
Kegelapan tak terbatas, kepahitan yang abadi. Di ujung jalur ini terasa aura mengerikan yang berasal dari sebuah planet kehidupan yang maha luas.
"Ini jenis jalur apa, Saudara Ye? Kau yakin kita sedang kembali ke Wilayah Galaksi Biduk?" Yan Yixi bertanya.
"Ya. Itu aura daratan yang kukenal. Tapi sepertinya ada ketidaktahuan dan bahaya tak terduga di gerbang keluar. Kita harus waspada." Ekspresi Ye Fan berkerut khawatir.
"Mengapa begitu aneh? Tanpa menginjak Altar Lima Warna, bisakah kita menyeberangi wilayah galaksi?" Li Tian tidak optimis buta, kali ini tidak terus memikirkan "gadis purba"nya.
Yan Yixi yang memesona seperti giok memang memiliki kedalaman untuk menjadi Putra Suci yang anggun. Sebagai pembaca kitab kuno yang luas, ia teringat beberapa catatan sejarah.
"Altar Lima Warna bukan satu-satunya jalan yang bisa menembus angkasa. Ada taktik lain, tapi sepertinya bukan milik ras manusia."
Ketika dia mengucapkan kata-kata ini, ekspresi Ye Fan semakin serius karena dia sudah lama memiliki firasat dan prediksi tertentu, menatap tajam Ratu Purba yang tersegel dalam Sumber Suci.
"Sembunyikan semua aura energi, jangan bocorkan sedikit pun. Di gerbang keluar pasti ada ahli perkasa. Jika tidak hati-hati, kita semua mungkin akan terjepit."
"Apa?! Sebegitu berbahayanya?!" Li Tian merinding, segera menyembunyikan senyumannya dan menunjukkan kesungguhan luar biasa.
"Lalu apa yang harus kami lakukan?" Yan Yixi juga merasakan situasi yang sangat genting. Meski bisa melintasi ke Wilayah Galaksi Kuno Beidou, belum tentu bisa bertahan hidup. Ada keberadaan mengerikan yang mungkin berjaga di pintu keluar.
"Saudara seperguruan, apa detail catatan yang pernah kau baca? Bisakah lebih rinci?" Li Tian bertanya sambil otaknya bekerja cepat. Dia bukan tipe yang mau dirugikan, dan pasti menolak hal bunuh diri.
"Keberadaan yang luar biasa kuat, setara dengan penguasa zaman purba. Sebuah altar suci yang diukir dengan mengumpulkan energi kehidupan, vitalitas, dan semangat seumur hidup, bisa memanggil kerabat darah untuk repatriasi..."
Pandangan ketiga pria menatap tajam pada Ratu Purba yang tersegel dalam Sumber Suci, wajah mereka berubah pucat. Tidak sulit membayangkan apa yang akan menanti di ujung lain wilayah galaksi tersebut.
"Ras manusia berkepala naga, tak diragukan lagi, sekilas terlihat sebagai suku yang perkasa," ujar Yan Yixi.
"Ini menimbulkan masalah besar," Li Tian mengangguk setuju, sama sekali tak terlihat aura jahatnya. Kini wajahnya dipenuhi kekhawatiran tersembunyi, seolah jalan depan adalah jalan buntu maut.
Ye Fan akhirnya menginjakkan kaki di Perjalanan Pulang, melihat secercah harapan. Namun seketika ia mencium aura kematian. Siapapun akan merasakan beban di dada—tak ada satu pun ras purba yang jinak, apalagi jika sekelompok keluarga kerajaan menanti di gerbang keluar.
"Sialan, mereka sedang berusaha memanggil kapal perang tembaga ungu yang membawa puluhan Raja Purba dan tiga Maha Santo!" Bahkan Ye Fan hampir tak bisa menahan diri untuk tidak mengumpat dalam hati.
Dia tahu kali ini masalahnya besar. Satu kapal penuh dewa purba setengah mati dan tiga Dewa Agung Purba mungkin sudah dihabisi pria tua gila di domain luar. Jika dia dipanggil kembali sekarang, suku-suku purba Donghuang pasti akan mengamuk. Ini konsekuensi yang tak tertahankan!
Utang darah ini pasti akan ditimpakan ke kepalanya. Bagaimanapun semua berawal darinya. Jika tidak, pria tua gila takkan tahu ada kapal suci kuno yang mendarat di Wilayah Bintang Ziwei.
Hasilnya pasti membuat bulu kuduk merinding. Mengulitinya hidup-hidup masih dianggap hukuman ringan. Menjadikannya lentera langit pun masih terhitung lembut. Begitu jatuh ke tangan klan purba itu, nasibnya akan jauh lebih buruk.
"Saudara Ye, wajahmu pucat sekali. Masalah seberapa besar sih? Paling-paling cuma urusan nyawa," kata Li Tian dengan santai.
"Nyawa segudang raja purba... Aku bahkan tak bisa mati dengan tenang," jawab Ye Fan.
Setelah memahami alur ceritanya, Li Tian menggesekkan giginya hingga berbunyi. Ia ikut merasakan sakit gigi Ye Fan: "Mau kubantu akhiri saja? Daripada hidup sengsara."
"Pergi cari angin sepoi-sepoi sana!"
“Mungkinkah tidak ada solusi sama sekali?” Yan Yixi bertanya.
“Bukan berarti tidak ada, tapi hampir sama saja dengan bunuh diri.” Ye Fan menjawab.
“Solusi seperti apa?” Li Tian bertanya.
“Membuat mayat kuno ini menghilang.” Kata Ye Fan.
Li Tian tanpa banyak bicara langsung mengeluarkan Tungku Dewi, hendak menghancurkan jasad tersebut.
“Tunggu!” Ye Fan menghalanginya.
“Jika kita bertindak sekarang masih sempat. Aku sedang membuka jalur pelarian - dengan menghancurkan mumi ini, pihak dari ujung galaksi lain takkan bisa memanggilnya.”
“Jika dihancurkan sekarang, jalur ruang hampa akan segera menutup. Kita akan terperangkap selamanya dalam kegelapan abadi, dan tetap mati.” Jelas Ye Fan.
“Lebih baik mati dengan gagah daripada dipermalukan seperti dihabisi sekali tepuk. Prinsip hidupku tak pernah mengenal konsep 'mati di medan perang' - itu bukan gayaku!” Li Tian menggerutu, menggenggam erat Tungku Dewi sebesar kepalan tangan yang berkilauan transparan di telapaknya.
“Dalam perjalanan di jalur kuno di angkasa, jika tiba-tiba terputus, itu akan sangat mengerikan, mungkin langsung terjadi bencana mematikan.” Yan Yixi memperingatkan.
Saat jalur kuno terputus sekejap, mungkin akan terjadi pembuangan dalam kegelapan abadi, atau juga bisa langsung remuk ruang hampa udara, segalanya kembali ke kondisi alamiah, terjadi kehancuran besar.
Bayang-bayang mengimpit hati ketiga pria ini. Ini benar-benar jalan mematikan. Jika terus begini, tak lama lagi mereka akan terjepit. Suku Raja Purba yang menunggu di gerbang keluar pasti semua adalah lawan kejam.
“Aku Dewa Li Tian ini, menyeberangi ratus juta li dari wilayah galaksi Bintang Kuno Ziwei ke Beidou, mungkinkah hanya untuk tampil sekejap kilauan lalu ditampar sampai mati? Dilihat dari mana ini konyol! Bergegas datang mengantarkan nyawa, apa aku sampai tidak disukai Langit? Dasar brengsek!”
"Kemarahan Li Tian menjulang ke langit, dia meremas kepala sambil berpikir keras. Tiba-tiba seolah teringat sesuatu: 'Saudara seperguruan, leluhur brengsek kita sepertinya meninggalkan sebuah kitab yang membahas Jalan Agung Ruang. Meski isinya kacau-balau, mungkin ada hubungannya dengan masalah hidup-mati kita.'"
Mereka mengosongkan gua pertapaan Jalan Nafsu Manusia hingga ke dasar, bisa dikatakan melakukan migrasi total. Keduanya membongkar berbagai koleksi, lalu mengeluarkan Tongtong bersama tumpukan teks kuno.
Si kecil menunjukkan wajah kesal. Belum sempat bicara banyak, dia sudah dilempar kembali ke dalam sambil mengerutkan hidungnya marah-marah.
"Ketemu!"
Tiga pria itu berkerumun mempelajari sebuah kitab kuning yang lapuk. Hening mencekam menyelimuti mereka saat menganalisis dengan serius.
"Ini adalah Jalan Suci, mustahil kita memahaminya sepenuhnya. Tapi bagian paling dasar tentang pencarian titik nodal ruang bisa kita paksa aktifkan untuk membuka jalan hidup, memisahkan diri dari Jalur Kuno Angkasa Luar."
Melakukan ini juga berisiko, mungkin akan selamanya hanyut di kedalaman kegelapan alam semesta tanpa jalan depan yang jelas, tak tahu arah pulang. Tapi ini satu-satunya pilihan yang memungkinkan, kalau tidak pasti mati tanpa ampun.
"Dengan senjata pusaka zaman purba di tangan, menembus simpul ruang seharusnya tidak masalah. Tapi waktu hampir habis, kita harus cepat menemukan beberapa titik!"
Dalam waktu berikutnya, mereka terus-menerus menghitung, memusatkan energi kehidupan-vitalitas-semangat, menatap tajam jalur kuno ini. Akhirnya berhasil menemukan beberapa simpul secara bertahap.
"Tenangkan diri! Jangan bertindak dulu. Tunggu sampai mendekati Wilayah Galaksi Biduk baru kita tembus. Kalau tidak, kita akan dibuang ke kedalaman kosmos - tidak ada desa di depan maupun belakang, selamanya kehilangan planet kehidupan kuno." Ye Fan mengingatkan. Pengalaman tujuh tahun mengapung sendirian di kegelapan angkasa membuatnya trauma.
Akhirnya, setelah melalui masa-masa sulit lagi, pikiran Ye Fan bergetar: "Aku merasakan aura energi Donghuang! Itu pasti Wilayah Galaksi Biduk!"
"Benar, aku juga mendeteksi planet kehidupan besar." Yan Yixi mengangguk.
Li Tian memegang Tungku Dewi, mengguncang mumi kering itu. Seberkas cahaya suci redup melesat masuk ke dalam senjata pusaka zaman purba, menghisap habis sisa vitalitas dalam tubuhnya.
"Node ruang telah muncul, saat ini juga!"
Mereka bagai penyelundup yang nekat melompat dari kapal. Bertiga mereka menggerakkan tungku kristal sebesar kepalan tangan, BRAK! Menembus sebuah node ruang dan menerobos keluar.
Di Lembah Dewa wilayah utara, para petarung suku purba berkumpul. Bahkan seorang leluhur kuno yang memerintah di sini tiba-tiba mengernyitkan alis.
"Apa yang terjadi? Tadi altar suci Kaisar Purba bergetar."
Namun mereka tak memikirkannya lebih jauh karena diliputi kegembiraan: sebentar lagi akan menyaksikan kembalinya seorang legenda ke kampung halamannya, mengungkap banyak kebenaran yang selama ini tersembunyi.
Di luar angkasa, Ye Fan dan kawan-kawan telah keluar dari hyperspace. Di depan mereka, getaran vital sebuah planet kehidupan kuno terasa jelas di tengah dinginnya kegelapan kosmos.
“Bagus, tidak terlalu jauh, kita bisa menggunakan senjata pusaka zaman purba untuk melintasi ruang angkasa ke sana!”
Ye Fan merasa hatinya tak tenang, dengan susah payah melewati sembilan mati satu hidup, ingin kembali ke kampung halaman. Tak disangka setelah mengembara dua belas tahun, akhirnya kembali ke planet kehidupan kuno ini.
“Dewa Li Tian telah turun, gemetarlah wahai makhluk hidup!” Li Tian berteriak kegirangan dengan suara serak.
“Akhirnya kami bisa menguasai nasib sendiri, memecahkan situasi mematikan.” Yan Yixi mengusap keringat dinginnya. Pengalaman tadi meski singkat tapi sangat berbahaya.
Sepanjang perjalanan ini seperti selangkah demi selangkah menuju kematian. Akhirnya di saat-saat genting terakhir, mereka berhasil melepaskan diri dari belenggu nasib. Kini mereka semua menghela napas lega.
“Aku kembali……” Ye Fan menatap planet kehidupan kuno di depannya. Dia teringat pada momen-momen silam: raut wajah sahabat lama, fragmen gambaran pertempuran, semangat darah panas, keguncangan rohani saat perpisahan. Siluet samar Pang Bo, Li Heishui, Ji Ziyue, Xiao Nannan, anjing hitam besar, dan lainnya muncul satu per satu.
“Aku kembali lagi!”
“Ah……”
Di wilayah galaksi Bintang Kuno Ziwei, Yin Tiande melolong panjang dengan rambut hitamnya berkibar liar. Dia seperti kerasukan kegilaan, tatapannya tajam seperti kilat menembus cakrawala puluhan li.
Pada hari itu, kabut ungu bergelombang mengarah sejauh 10.000 li, menekan Kegersangan hingga membuat banyak makhluk buas kuat gemetar ketakutan dan bersujud di tanah.
"Kitab Dewa Batu Darah Phoenix di tangan Yin Tiande memancarkan kabut berkilauan, mewarnai langit merah darah. Seluruh kulitnya memerah, ia menatap langit dengan tatapan mantap lalu berkata lantang: 'Planet kuno yang bahkan Kaisar Kuno sekalipun harus datangi, aku akan turun ke sana! Kubantai kalian semua untuk membuktikan Jalan-Ku!'"
