Ye Fan melangkah mantap meninggalkan batu meditasi. Banyak yang melirik, beberapa orang curiga menatap punggungnya yang terasa familiar.
"Siapa ini? Aura darahnya kuat sekali, seolah ada naga berkulit sisik dari zaman purba yang melilit tubuhnya," seseorang berbisik gemetar.
"Ye Fan pergi dengan langkah gagah seperti naga dan harimau, meninggalkan siluet tegap yang tak seorang pun menyangka bahwa dia telah kembali. Dunia ini terlalu luas, berapa banyak orang yang benar-benar pernah melihatnya?"
"Ayo, kita juga pergi melihat. Keluarga Wang benar-benar perkasa, punya hubungan erat dengan suku purba, berani datang ke Nanling untuk menghapus satu klan. Sungguh luar biasa kekuatannya."
"Baik, mari kita lihat. Di pegunungan kuno itu awan perang sudah menebal, pasti akan terjadi pertempuran hidup-mati."
……
Darah perang dalam hati Ye Fan mendidih, ingin segera menerjang ke garis depan. Dia sangat ingin memasuki Beiyuan dan mencabut Keluarga Wang sampai ke akarnya.
"Klan itu benar-benar mengira bisa menguasai dunia dengan satu tangan? Selama ada Dewa Li Tian seperti aku, mereka takkan pernah bisa berkuasa mutlak! Aliran Nafsu Manusia harus berkembang pesat di sini!" kata Li Tian. Dia menganggap pertempuran ini sebagai pertarungan pengukuhan namanya di planet kuno ini.
Niat membunuh dalam hati Ye Fan bergelombang seperti lautan. Tatapannya seolah menembus daratan, Nanling pun akan menjadi medan perhat yang menjadi jalan pulang terakhir bagi para penyerbu - berapa pun yang datang, semuanya akan ditembak.
"Apakah ada formasi teleportasi di sini?" Dia bertanya kepada orang-orang, khawatir tidak bisa mengejar waktu. Jika terlambat, itu akan sangat mengecewakan bangsaku Dongfang Ye.
Seorang tabib tua berusia lebih dari 60 tahun menjawab: "Di depan ada platform formasi, tapi kondisinya rusak parah. Sering terjadi masalah saat melintasi ruang. Tapi banyak yang tetap meminjam jalur ini, mengatakan akan ke bukit liar untuk menyaksikan pertarungan."
Ye Fan melesat dengan langkah lebar. Li Tian dan Yan Yixi mengikuti dengan erat di belakangnya, melesat seperti tiga kilat yang melampaui semua orang, lalu muncul di atas platform kuno.
Formasi ilahi ini memang terlihat lapuk. Jelas sudah berdiri puluhan ribu tahun. Meski masih bisa dipaksakan, saat aura kuat ketiganya memancar, tak ada yang berani bersaing.
"Kaisar Utara hidup kembali pun takkan berarti! Kali ini kita akan berikan mayat beku, hancurkan roh primordialnya, jadikan dia arwah sejati tanpa harapan kebangkitan."
Li Tian yang berdiri di platform formasi mengucapkan kata-kata ini, membuat semua orang di sekitarnya menghindar dalam ketegangan, menyaksikan siluet samar mereka menghilang.
Nanling, wilayah pegunungan terjal, dipenuhi aliran energi bumi, menjadi ajang kejayaan makhluk buas dan burung mistis. Situs kuno bertebaran, pegunungan diselimuti gas beracun, serta banyak suku primitif bermukim.
Bangsaku Dongfang Ye bersembunyi di Pegunungan Kuno. Saat ini musuh besar masih mengancam dengan aura pembunuh tak terbatas. Banyak ahli telah datang mengelilingi tempat ini.
Di langit, awan gelap bergulung-gulung, genderang perang menggelegar, bendera-bendera perang berkibar, deru kendaraan tempur kuno mengguncang angkasa, meruntuhkan langit. Sinar dingin memantul dari baju besi, tak terhitung jumlah penguasa kuat yang datang.
Ini adalah suku kecil yang bersembunyi di pegunungan purba, awalnya tak pernah terlibat konflik dunia. Tapi hari ini malapetaka besar menghampiri mereka.
Seorang orang tua terbang dari gunung, tiba di angkasa, bertubuh kurus dan kering. Pakaiannya bertambalan, sangat sederhana. Rambut putihnya kusut, bertanya: "Kalian ini siapa yang berani menyerang sukuku?"
"Cuma sekelompok orang primitif yang belum beradab. Malas berdebat lebih lama. Hari ini tak akan tersisa satu pun, kuhancurkan seluruh sukumu. Tak ada yang bisa pergi hidup-hidup."
Di udara, sebuah kapal perang perak raksasa berkilau dengan kilau logam yang dingin, memancarkan aura yang menakutkan. Di atasnya berdiri seorang pria paruh baya dengan tatapan dingin dan sikap percaya diri berlebihan.
Usai bicara, dia langsung menghujamkan satu pukulan yang memancarkan aura wibawa tak terbatas. Kekuatan tempurnya sungguh mengejutkan, kilatan sakti menembus matahari bagai gunung besar yang menggilas dari langit.
Pedalaman hutan runtuh, sebuah tinju termanifestasi langsung menghantam tubuh orang tua itu. Sama sekali tak diberi kesempatan menghindar, seluruh tubuhnya dipatahkan di tempat. Langit ternoda merah darah, jasadnya terhempas jatuh ke desa kuno di bawah.
Hanya selembar tambalan di baju tua berlumuran darah yang turun perlahan dari udara. Sungguh pemandangan yang tak tega dilihat, seorang kakek sederhana dipatahkan tubuhnya dengan cara demikian.
"Paman Keenam!" Dari dalam desa kuno, bergema seruan pilu. Kerumunan orang meluapkan kemarahan yang tak tertahankan.
"Lao Shisi terlalu emosional. Kenapa langsung bertindak keras tanpa interogasi dulu? Jika disiksa, mungkin bisa dapat informasi. Nanti baru membantai tempat ini juga belum terlambat." Di kapal perang emas lainnya, seorang pria paruh baya yang sedikit lebih tua berkata.
"Suku kita terlalu terhina beberapa tahun terakhir. Dibantai oleh konstitusi fisik suci tak dikenal, bahkan Teng'er sampai tumbang. Lao Shisi terus bertapa, setelah keluar sudah menahan amarah di perut." Orang di sampingnya menambahkan.
"Bajingan dari mana kalian?! Berani berbuat jahat di wilayah kami..." Seorang pria dua puluhan terbang ke langit dengan tubuh bagian atas telanjang, otot-otot menonjol berwarna kecokelatan, menggenggam kapak besar.
"Mati-matian! Biji-bijian kecil berani memancarkan kilauan. Cuma sekelompok manusia terbelakang." Di kapal perang perak, Lao Shisi dengan wajah kejam menggerakkan jari. Seberkas kilatan sakti melesat, sekejap menembus kepala pemuda itu.
"Brak!"
"Segumpal bunga darah memancar, seluruh tubuhnya seketika hancur separuh badan. Hanya tersisa kapak raksasa yang tercoreng darah masih utuh, terjatuh bersamanya dari ketinggian ekstrem, sungguh tragis."
"Kakak Quan!"
"Kakak Li Quan!"
Dari bawah desa, terdengar suara tangisan melengking. Beberapa bocah menangis dengan jeritan yang merobek hati dan paru-paru, mengepung pria yang sedang sekarat.
"Kubiarkan kau hidup separuh nyawa. Aku suka menikmati proses kematian, itu seperti aroma yang menggoda." Perwira ke-17 dari Keluarga Wang tertawa dingin.
"Menggoda bokap lo!" Seorang pria besar di desa mengaum, siap melompat ke udara sambil mengacung-acungkan batang besi besar.
"Kembali!" Tiba-tiba terdengar seruan pendek dari dalam desa. Seorang tua renta berjalan keluar sambil bertopang tongkat. Ia mengenakan pakaian kasar, tubuhnya kerempeng dengan rambut tipis.
“Paman Buyut Kelima...” Banyak orang berkerumun dengan suara gemetar menahan tangis. Di desa kuno itu, seorang tua dan seorang muda tubuhnya hancur, nyaris tak bernyawa, darah mengalir deras dalam kondisi sekarat. Semua orang diliputi kesedihan dan kemarahan yang mendalam.
“Bunyikan lonceng peringatan! Suruh Lao Qi dan Lao Jiu segera menyelesaikan retret mereka!” ujar orang tua itu dengan suara berat. Tubuhnya kemudian melayang ke angkasa, mencapai ketinggian ekstrem.
“Sudah lama terdengar kabar bahwa beberapa suku primitif menyimpan ahli-ahli luar biasa. Ternyata rumor itu benar. Desa kecil seperti ini ternyata memiliki cultivator sekuat dirimu, bahkan masih ada dua orang lagi yang sedang bertapa. Pasti kalian mendapatkan warisan kuno— mungkin bahkan Kitab Suci Orang Suci. Jika kami membantai desa ini, hasil jarahan kami pasti luar biasa.” Lao Shiqi dari Keluarga Wang menyeringai dingin.
“Lao Shiqi, serahkan orang ini pada Kakak Ketiga Belas. Sudah lama aku tidak turun tangan.” Seorang pria paruh baya lain melompat keluar dari kapal perang.
“Bukannya masih ada dua yang akan keluar dari retret? Ayo kita berlomba melihat siapa yang membunuh lebih banyak dan lebih cepat!” Lao Shiqi tertawa keji.
“Watakmu ini harus diubah. Dulu Sang Leluhur pernah berkata, kau terlalu haus darah. Bertapa bertahun-tahun pun tak bisa menghilangkannya.” Pria paruh baya lain menggelengkan kepala.
"Tuan-tuan, kami hidup damai tanpa pernah berseteru dengan dunia luar. Selama ini menyepi di pedalaman tanpa permusuhan. Mengapa kalian membantai bangsaku dan menghancurkan rumah kami?" Suara Tetua Kelima dari desa bergema.
"Apakah Keluarga Wang dari Beiyuan perlu memberi alasan untuk membunuh?" Lao Shixi dari Keluarga Wang menyeringai sinis. Kedua tangannya tergenggam di belakang punggung, rambut hitamnya berkibar-kibar dengan ketenangan yang membekukan.
Orang tua itu menghela nafas: "Bangsaku selalu hidup jujur. Tak pernah ada intrik licik, perhitungan keji, atau aksi bunuh-rampok. Tindakan kalian membantai desa ini sungguh melampaui batas."
"Lalu apa yang akan kalian lakukan?" Lao Shixi menjawab dengan dingin, sama sekali tak ambil pusing.
Wang Jia Lao Shisan berkata: "Sudahlah, biar kalian menjadi hantu yang mengerti. Dongfang Ye yang berasal dari sini telah mengusik orang yang tak pantas, bersekutu dengan konstitusi fisik suci, dan memusuhi ras kami. Seluruh penduduk desa harus menebus dosa dengan darah."
"Bahkan jika Ye bermusuhan dengan kalian, tak seharusnya kemarahan itu ditimpakan pada seluruh desa. Banyak yang tak bersalah, anak-anak beberapa tahun itu tahu apa? Apakah kalian ingin membantai sampai habis?" kata Paman Buyut Kelima desa.
"Serahkan kitab suci kalian, kami akan biarkan jenazah utuh. Jika tidak, tak akan tersisa tulang-belulang, hanya siksaan tiada akhir." Suara dingin yang mengerikan bergema dari kapal perang terbesar di langit.
"Suku kecil seperti kami yang tak pernah terlibat konflik, tinggal di hutan gersang bertahun-tahun, akhirnya juga tertimpa bencana besar. Tampaknya zaman benar-benar kacau." Paman Buyut Kelima desa menghela nafas, tatapannya tiba-tiba menjadi tajam bagai pedang: "Semua orang pasti mati, ras kami akan membuktikan tekad dengan darah! Tak ada pengecut di sini, paling-paling semuanya gugur di medan perang!"
"Serang, meski harus mati semua, serbu mereka!" Di bawah, di desa kuno, baik pria, wanita, tua muda semua meneriakkan pekikan. Bahkan anak kecil tiga tahun pun mengacung-acungkan tongkat kayu kecil, sorot mata penuh keteguhan.
"Ucapan yang bagus! Di suku kami tak ada satu pun pengecut. Paling-paling mati semua dalam pertempuran, serbu mereka!" Dari kejauhan, di antara tebing curam, dua orang tua melesat ke langit dan terbang mendekat dengan cepat.
"Pegunungan tandus dan air jahat melahirkan rakyat buas. Tepat sekali! Hanya di daerah belum beradab begini, adat istiadat masyarakatnya bisa segarang ini." Lao Shisan dari Keluarga Wang menyeringai dingin.
"Luar biasa! Desa kecil begini punya tiga cultivator legendaris. Bikin merinding! Untung persiapan kami matang, kalau tidak mungkin kami bisa kecolongan. Gasak! Jangan sisakan satu pun. Bantai habis desa ini. Untuk kitab suci Santo, cukup ambil roh primordial si tua yang tak kunjung mati saja."
Akhirnya, pasukan Keluarga Wang mulai bertindak. Langit bergemuruh bagai guntur. Selain tujuh kapal perang, puluhan kendaraan tempur berisi cultivator memenuhi angkasa.
Di sela-sela ruang kosong itu, masih banyak penguasa kuat yang melayang diam. Langit dipenuhi sosok-sosok manusia yang rapat dan padat di segala penjuru.
Awan gelap bergulung-gulung, genderang perang memekakkan telinga. Langit seakan hendak retak. Bendera-bendera perang berkibar, makhluk buas meraung-raung, baju besi berkilatan. Seperti 100.000 pasukan surgawi turun dari langit.
Sebuah aura megah bergelora. Aura menyapu segala penjuru seluas samudra, menerjang seluruh pegunungan kuno.
Di langit jauh, para cultivator yang menyaksikan pertarungan semua kaget. Keluarga Wang dari Beiyuan ternyata membentuk formasi tempur sebesar ini - benar-benar berniat memusnahkan seluruh suku hingga tak menyisakan seorang pun.
Tujuh kapal perang menandakan tujuh anggota Keluarga Wang dari Beiyuan dengan identitas yang menakutkan telah tiba di sini. Setidaknya mereka adalah cultivator legendaris yang sangat kuat.
Mobilisasi pasukan sebesar ini, mengerahkan begitu banyak kendaraan tempur dan penguasa kuat hanya untuk menghancurkan suku kecil, merupakan gerakan langka dalam beberapa tahun terakhir.
"Ah……"
Di desa kuno, Paman Buyut Kelima yang berambut putih berlumuran darah di langit. Setelah diserang dua kapal perang cukup lama, ia memuntahkan darah dari mulut. Pakaian kasar bertambalnya berubah menjadi abu beterbangan. Ia pun terjatuh.
"Paman Buyut!" Teriak pilu banyak warga desa. Bahkan anak-anak kecil berusia dua-tiga tahun mengepalkan tinju erat, mata mereka dipenuhi air mata.
"Bang!"
Paman Buyut Kesembilan desa juga menderita luka parah. Dijatuhkan oleh dua kapal perang, tubuhnya hampir tertembus. Tak hanya diserang sihir mengerikan dari dua orang penting, tapi juga formasi mematikan dari kapal-kapal perang.
Darah segar menodai langit. Orang tua berambut putih ini pun jatuh sambil batuk berdarah. Meski memiliki kekuatan tempur luar biasa, langit yang diblokade membentuk sangkar. Dengan banyaknya ahli di sekitar, tiga orang tua ini tak mampu melawan.
Hanya Paman Buyut Ketujuh yang masih bertahan, beberapa kali menerima pukulan berat. Namun, tubuhnya mengenakan Jubah Giok Benang Dewa yang sangat elastis, mampu menahan serangan sehingga tak tertembus.
"Serbu! Serbu mereka!"
Seluruh desa kuno, pria-wanita-tua-muda berteriak histeris. Ekspresi kemarahan terpancar jelas sambil mengangkat kedua orang tua yang roboh dalam genangan darah. Mereka yang bisa terbang membawa mereka melakukan terobosan.
Bahkan anak-anak kecil yang digendong di punggung orang dewasa pun menangis: "Serbu mereka! Balas dendam untuk Kakek Buyut!"
"Wu wu... serbu mereka!" Beberapa gadis kecil juga menggenggam senjata, menangis di gendongan orang tua mereka.
Seluruh penduduk desa kuno ini menunjukkan keteguhan, siap menghabiskan nyawa bersama-sama. Mereka serentak menyerbu langit.
Satu hati, siap menghadapi maut. Semua tanpa rasa takut, penuh heroisme. Meski seluruh desa gugur, tak satu pun yang menyerah atau memohon ampun.
“Sekelompok orang primitif yang belum beradab, benar-benar tidak tahu mati-matian! Kalian ingin mati, biar kurencanakan!” Wang Jia Lao Shisi tersenyum sinis, tangannya yang satu menekan ke bawah untuk meremukkan semua orang.
"Bang!"
Paman Buyut Ketujuh dari desa kuno meneriakkan amarah, terbang mendekat sambil menahan serangan di punggungnya, lalu menangkis telapak tangan lawan.
"Braak!"
Tiga kapal perang seketika menindak. Ini bukan hanya serangan tiga orang penting mengerikan, tapi juga energi Dewa dari kapal purba yang kekuatannya bertumpuk.
Paman Buyut Ketujuh akhirnya jatuh dengan tubuh berlumuran darah, terluka parah. Rambutnya berdiri tegak penuh kebencian saat terhempas dari langit.
"Paman Buyut!"
"Kakek Buyut!"
Seluruh warga desa berteriak pilu. Pria-wanita tua-muda yang bisa terbang melesat ke langit bagai ngengat menuju api, meneriakkan pekik heroik.
Anggota Keluarga Wang dari Beiyuan bersikap kejam dan tak berperasaan. Beberapa orang penting beserta banyak cultivator di kendaraan tempur, ditambah pasukan ahli yang memenuhi langit, semua bertindak serentak menekan ke bawah untuk membantai desa kuno dan menghabisi semua penghuninya.
"Ah…"
Paman Buyut Kelima, Ketujuh, dan Kesembilan mendongak dan mengaum dengan darah mengalir dari sudut mata. Mereka melompati bangsanya sendiri, menggunakan tubuh terluka untuk menerjang ke atas. Dengan menopang tirai cahaya, mereka berhasil memblokir serangan menghancurkan itu.
"Daerah terpencil melahirkan biadab! Kalian manusia purba ini benar-benar tak takut mati. Akan kupenuhi permintaanmu - hari ini kubersihkan dengan darah! Mulai sekarang wilayah ini akan menjadi tandus!" Perwira ke-17 Wang dari Beiyuan mengucapkan dengan kekejaman.
"Bzz!"
Di langit, delapan kapal perang, puluhan kendaraan tempur, serta pasukan Wang yang memenuhi angkasa dengan baju besi bersinar dingin, mulai menekan ke bawah.
Tirai cahaya yang ditopang tiga orang tua desa kuno dengan membakar umur panjang mereka takkan bisa bertahan. Hampir retak. Air mata memenuhi mata pria-wanita-tua-muda, namun tekad mereka tetap membara.
“Matilah kalian semua.” Orang-orang Keluarga Wang menyeringai sinis.
Orang-orang di bawah dipenuhi keputusasaan, dengan ketidakrelaan dan keteguhan hati. Mereka sangat ingin membawa beberapa musuh kehancuran bersama, namun tak mampu, penuh penyesalan.
“Kakak Long akan membalas dendam untuk kita…” Beberapa anak kecil berteriak sambil menangis.
“Hancurlah kalian keluarga Wang dari Beiyuan!”
Tiba-tiba, dari langit jauh terdengar gemuruh dahsyat. Teriakan ini meremukkan sebuah pegunungan. Sebuah sosok manusia dengan aura darah keemasan memenuhi langit menerjang mendekat dengan kecepatan luar biasa.
Para pengamat di kejauhan serentak merinding, mundur secepat mungkin dalam refleks penyelamatan diri, terbang menjauh seolah nyawa taruhan.
Kedatangan sosok ini sungguh mengerikan. Seluruh tubuhnya memancarkan aura darah keemasan seluas samudra yang membanjiri pegunungan, bergulung-gulung mendekat bagai lautan.
“Ah...”
lolongan panjang menggema, kedatangannya yang kilat membuat bulu kuduk merinding.
“Braak!”
Di langit, sebuah kaki emas raksasa langsung menginjak remuk kapal perang Wang Lao Shixi. Kemudian tangan emas raksasa menjulur ke bawah, mencengkeram lehernya dengan satu tangan seperti menangkap anak ayam, lalu mengangkatnya ke langit tinggi.
"Pihak Wang, kalian semua harus mati!"
Teriakan sang pendatang mengguncang langit. Tak terhitung ahli keluarga Wang di udara hancur berkeping-keping oleh teriakan itu, menyisakan kabut darah yang bertumpuk-tumpuk.
Satu teriakan menghancurkan gunung-sungai!
"Plak!"
Ye Fan tidak langsung membunuh Wang Lao Shixi. Ia lebih dulu menampar wajahnya hingga dagu sang korban terlempar keluar dari tubuh, hancur menjadi debu di udara.
