Angin dingin menyapu daratan, melengkingkan suara 'Wu wu' di antara pegunungan tinggi dan jurang dalam, semakin mempertegas kesunyian.
Wilayah utara yang luas tak bertepi menjadikan kegersangan dan monoton sebagai tema abadi. Bunga bermekaran sulit ditemui, kicau burung jarang terdengar. Oasis seperti biji wijen yang berhamburan, serakan berkilauan yang tak berarti sama sekali.
Ye Fan berpindah melalui satu per satu daratan merah, akhirnya menemukan tujuan sesuai ingatannya - sebuah gunung unga menjulang di depan seperti pedang marah yang menyembur ke langit.
Di garis cakrawala, sembilan punggung bukit terbaring bagai sembilan Naga Sejati, memancarkan kesepian dan liku-liku zaman purba.
Tak diragukan lagi, dia tiba di Gunung Ungu, yang disebut makhluk purba sebagai Gunung Kaisar Purba, tempat Kaisar Wu Shi wafat dalam meditasi.
Sepanjang sejarah, siapakah yang bisa menyaingi keperkasaan Kaisar Wu Shi? Kekuatannya menakutkan sembilan langit dan sepuluh bumi, membuat semua zona terlarang kehidupan patuh tanpa perlawanan.
Sebenarnya, Kaisar Kejam juga pilihan yang baik. Kekejamannya tak tertandingi, seandainya hidup kembali niscaya para Leluhur Raja purba pun akan gemetar. Namun sang Kaisar Kejam telah hidup melalui tiga hingga empat reinkarnasi, sulit menentukan versi mana yang harus dicari.
"Gunung Ungu... Aku kembali." Ye Fan menghela nafas. Beberapa kali gagal memasuki tempat ini, kini terpaksa mempertaruhkan nyawa dalam keadaan terjepit.
Dahulu, para Tanah Suci berkali-kali menyerang Gunung Ungu demi mendapatkan warisan Kaisar Wu Shi. Namun begitu Lonceng Wu Shi berbunyi, bahkan mereka yang membawa senjata Kaisar ekstrim pun terpaksa mengasingkan diri.
Pada serangan terakhir, ketika para Tanah Suci bersekutu dengan Zhongzhou Shenchao, mereka akhirnya berhasil memasuki gunung itu. Bahkan ada yang mengaku melihat sosok Kaisar Wu Shi sedang duduk bersila di atas altar Jalan Kosong.
"Setelah bertahun-tahun berlalu, mengapa Lonceng Wu Shi bisa berbunyi sendiri tanpa operator? Kekuatan apa yang menguasainya, sampai senjata Kaisar lain pun tak mampu melawan?"
"Benarkah Kaisar Wu Shi sudah mati? Dengan kesombongan yang begitu perkasa, mungkin saja dia menyisakan tenaga cadangan."
"Seandainya Kaisar Wu Shi benar mati, tubuh fisiknya pasti masih utuh. Sebagai Keturunan Konstitusi Suci dan Jalan Tao Bawaan, sementara aku pemilik Konstitusi Suci, mungkin bisa merasakan resonansi dengannya. Jika bisa menguasai tubuhnya..."
Ye Fan bergumam sambil menetapkan tekad untuk memasuki Gunung Ungu. "Hidup atau mati, aku harus menemukan bukti fisik tentang Kaisar Wu Shi. Semua ini harus ada kepastian!"
Dengan langkah mantap, dia mendekati gunung ungu megah itu. Aura sakralnya memancarkan getaran yang membuat siapapun merasakan hormat bercampur takzim.
“Tempat ini menyimpan terlalu banyak rahasia, Dewa dalam hati suku purba—Kaisar Keabadian juga pernah dimakamkan di sini, awalnya bernama Gunung Kaisar Purba.”
“Bahkan Putra Langit pun berasal dari sini, dibawa sebagai batu legendaris oleh Master Sumber Langit 10.000 tahun yang lalu, kemudian diolah oleh Ye Fan di Yao Chi menjadi sebutir telur dewa.”
“Gunung Kaisar Purba adalah tempat ziarah bagi suku purba, memakamkan Kaisar Keabadian, dan akhirnya Kaisar Wu Shi juga memilih tempat ini.” Ye Fan bergumam.
“Master Sumber Langit pernah mengatakan, tempat ini mengandung segala perubahan misterius Langit dan Bumi, membuat generasi penerus menghormatinya, yang akan membawa ikatan baik di masa depan.”
“Ye Fan yang kembali lagi tentu tidak melupakan menggunakan teknik sumber untuk menyelidiki secara menyeluruh, berharap hari ini bisa membuka rahasia ini—apa keunikan sebenarnya di tempat ini?”
“Mengapa Dewa dalam hati suku purba dan Kaisar manusia sama-sama memilih lokasi ini? Kedalaman kekuatan apa yang tersembunyi di sini?”
Ye Fan mengelilingi Gunung Ungu, mengukur setiap inci tanah, memandang sembilan aliran naga bumi di kejauhan, berusaha mengintip dan menghancurkan hukum langit.
Tiba-tiba, ketika dia berputar ke sisi lain, bertatapan langsung dengan seseorang. Kedua belah pihak saling melototi dengan mata besar.
"Duan De brengsek!"
"Si brengsek Konstitusi Suci, kau belum mati juga?!"
Keduanya hampir bersamaan membuka mulut, saling mengutuk dengan ekspresi tidak puas di wajah.
Di depan, seorang pria gemuk sama sekali tidak terlihat seperti orang baik. Mengenakan jubah Tao dan mahkota emas ungu - semua pakaiannya jelas harta karun. Inilah Pendeta Wu-liang.
"Si gemuk, berapa banyak lagi kuburan kau gali? Mahkota di kepalamu dan jubah sutera langit itu pasti baru dijarah dari makam!" Ye Fan menghina.
"Wah, kemampuan menilaimu meningkat. Ngomong-ngomong, sialan, kapan kau kembalikan senjataku yang kau rampok dulu?" Duan De geram.
“Si gemuk Duan, kau lari ke sini buat apa?” Ye Fan menunjukkan ekspresi terkejut, bertanya: “Jangan-jangan kau mengincar Kaisar Wu Shi juga, ingin menggali makamnya?”
“Jangan bicara sembarangan, apakah Kaisar Wu Shi benar-benar mati masih jadi perdebatan.” Duan De terlihat gelisah, menjawab: “Aku ke sini untuk mengagungi reruntuhan.”
“Kau berani mengucapkan itu? Orang yang setiap hari menggali kuburan leluhur orang, datang untuk 'mengagungi' sebuah makam besar, apa maksudmu sebenarnya?” Ye Fan menyeringai sinis.
“Goblok! Di tempat ini jangan bicara sembarangan!” Duan De langsung naik pitam.
“Kau juga bisa merasa takut? Kau percaya Kaisar Wu Shi belum mati?” Ye Fan bertanya penuh keheranan.
“Bahkan jika Wu Shi sudah mati, makamnya bukan sembarang orang bisa nodai. Bicara sembarangan bisa mendatangkan bencana besar.” Si gemuk Duan semakin tidak tenang.
“Bajingan yang setiap hari mencuri kuburan ini juga punya saat-saat ketakutan?” Ye Fan merasa lucu.
“Sialan, jangan samakan aku dengan bajingan-bajingan itu. Aku adalah peneliti sejarah dengan cita-cita luhur, semua ini demi mengungkap kebenaran sejarah.” Duan De berkata tanpa malu-malu.
Ye Fan menyeringai penuh ejekan: "Penjarah makam kok mengaku-ngaku sebagai arkeolog? Aku saja ikut malu mendengarnya. Daripada bicara kebenaran sejarah, kenapa tidak sekalian kau klaim sedang meneliti evolusi manusia dan sejarah ilmu bela diri?"
"Kurasa pilihan katamu cukup tepat, nak. Mulai sekarang sebut saja aku arkeolog. Jangan ada yang berani menyebutku penjarah makam lagi! Aku punya misi mulia untuk merekonstruksi sejarah umat manusia melalui penelitian kompleks bawah tanah." Duan De bersikap bak pahlawan.
"Belum pernah kulihat orang yang tak tahu malu seperti ini..." Ye Fan tak kuasa menahan jijiknya.
"Itulah mengapa aku datang ke sini untuk melakukan penelitian arkeologi. Akan kusaksikan keajaiban Kaisar Kuno sebagai pelajaran berharga bagi generasi penerus. Ini adalah tonggak sejarah yang sangat penting!"
“Kau sok jagoan terus.” Ye Fan nyaris tak bisa berkata-kata padanya.
“Ngomong-ngomong, nak kok kau masih hidup? Sudah cari masalah dengan Lembah Dewa, menghina Suku Raja Purba, sekarang malah lari ke wilayah utara masih sehat-sehat? Kau kekenyangan atau bosan hidup?” Duan De memandangnya dengan wajah penuh keheranan.
“Bisakah kau bicara yang enak didengar? Aku cuma mau belajar arkeologi, boleh?” Ye Fan meliriknya sinis.
“Aku selalu tahu kita sama-sama saksi sejarah yang hebat! Teknik sumber energimu kalau digabung dengan ilmu feng shui-ku pasti tak terkalahkan di dunia.” Duan De terus mengoceh, tiba-tiba bertanya: “Benarkah kau meninggalkan dunia ini selama dua belas tahun? Ke mana saja? Lihat apa? Banyak kuburan di sana?”
“Pergilah ke tempat yang lebih sejuk dan mati di sana!” Ye Fan memilih mengabaikannya, lalu kembali fokus mengukur Gunung Ungu untuk mencari kejelasan.
Semakin diamati, semakin terasa aura mistisnya. Makin direnungkan, makin membuat kaget: Keajaiban apa sebenarnya yang tersembunyi di sini? Ternyata menyentuh konsep kehidupan dan kematian!
"Jika seorang Kaisar Kuno memilih tempat ini, maknanya sudah jelas. Mereka mengatur Yin-Yang, menghubungkan hidup dan mati. Ini terasa menakutkan, mungkinkah Wu Shi benar-benar masih hidup?"
"Bagaimana kau juga melihat ketidakbiasaan ini? Sebagai otoritas tertinggi di bidang arkeologi, tempat ini sialan teramat jahat!"
"Apa yang kau lihat?" Ye Fan bertanya padanya.
"Ini adalah makam raksasa, ditarik oleh sembilan aliran naga bumi, seolah hendak menghancurkan langit dalam pelarian." Duan De menjelaskan.
"Apa?!" Ye Fan menggigil kedinginan mendengar penjelasan bajingan ini, yang terdengar mirip legenda Sembilan Naga Menarik Peti Mati.
"Dengan kewibawaan sebagai pakar arkeologi, aku yakin makam ini bukan untuk arwah. Ini dibangun untuk makhluk hidup!" Duan De mengeluarkan pernyataan mengejutkan.
Keduanya menemukan kesamaan pandangan. Setelah berdiskusi intensif, mereka menarik kesimpulan mengejutkan: Medan energi kosmik di sini bisa menghubungkan Yin-Yang, membalikkan hidup-mati, menjadikannya tanah suci penciptaan.
“Mustahil, Kaisar Kuno seharusnya sudah punah semua. Jika Wu Shi masih hidup, Kaisar Hijau sama sekali mustahil muncul di dunia fana!”
“Saat serangan ke gunung ini sebelumnya, ada yang bilang benar-benar menyaksikan Kaisar Wu Shi duduk bersila di altar Jalan Kosong, hidup bagai manusia sesungguhnya seolah memiliki nyawa.”
……
Semakin mereka berdiskusi, semakin mereka merasakan keanehan. Tempat ini membuat bulu kuduk mereka merinding.
Kemudian, mereka teringat pada Kaisar Keabadian - sosok purba yang merupakan satu-satunya Dewa dalam hati seluruh suku purba. Awalnya Gunung Ungu adalah makamnya. Secara ketat, Kaisar Wu Shi telah mencaplok sarang burung gereja, baru kemudian menguasainya.
Tiba-tiba mereka teringat dunia Immortal Manor di Zhongzhou, tempat terdapat peti mati dari pohon teh kuno pencerahan yang menyimpan selembar kulit Kaisar Keabadian.
“Apakah Kaisar Keabadian kabur sendiri dalam keadaan hidup, ataukah dilempar keluar oleh Kaisar Wu Shi?”
Semakin mereka analisis, semakin terasa kejanggalan. Tempat ini jauh lebih kompleks dan mengerikan dari yang mereka bayangkan.
“Nak, masih mau masuk?” Duan De meliriknya sambil bertanya.
“Aku terpaksa masuk. Untuk menggentar-gentir suku purba, tak ada pilihan lain. Jika tidak, Lembah Dewa akan membuka gerbang pembantaian!” Ye Fan menghela napas, lalu bertanya apakah Duan De ikut masuk.
“Aku orang berintegritas tinggi. Untuk mengungkap kebenaran sejarah dan memecahkan misteri Lonceng Wu Shi yang berbunyi sendiri, aku memutuskan untuk menyelami lebih dalam.” Duan De berbicara penuh ketegasan. Intinya dia tetap ingin menggali makam, mengincar Lonceng Wu Shi.
Ye Fan senang dia ikut. Bajingan ini membawa separuh senjata Kaisar plus ahli ilmu fengshui makam, jelas jadi bantuan besar.
“Tak bisa masuk sembarangan! Dulu beberapa Tanah Suci dan Dinasti Abadi bawa beberapa senjata Kaisar ekstrim saja dihantam keluar, entah berapa si antik yang tewas. Dengan separuh senjata Kaisar, aku bisa dihantam jadi ampas!” Duan De bergumam. Dia memutuskan cari si tua buta untuk meminjam separuh Guci Penelan Langit yang lain.
"Bisa menemukannya?" Ye Fan curiga. Bertahun-tahun ini, 13 Bandit Besar wilayah utara mati yang mati, lenyap yang lenyap, mengalami cedera parah yang tak terbayangkan.
"Dulu, dia membawa setengah senjata Kaisar untuk menyelamatkan para bandit kecil itu. Tapi nyaris dibunuh oleh avatar Leluhur Raja purba. Aku yang datang tepat waktu, menyatukan Guci Penelan Langit, lalu menghancurkan avatar leluhur itu menjadi debu."
Ye Fan terkejut. Tak menyangka ada peristiwa seperti ini. Rupanya selama ini 13 Bandit Besar benar-benar menderita. Pantas si tua yang tak kunjung mati pergi memulai serangan. Mungkinkah dia hampir mencapai pencerahan dan menjadi suci?
"Mungkin di era ini, hanya Guci Penelan Langit yang menyatu bisa melindungi kami. Ia berbeda dari senjata Kaisar lainnya." Kata Duan De.
Saat terpisah, Guci Penelan Langit tidak menunjukkan kekuatan. Bahkan sulit diaktifkan. Tapi begitu menyatu, menjadi sangat misterius. Kadang terdengar suara helaan napas, seolah Kaisar Langit purba akan hidup kembali.
Ini adalah senjata orang kejam, ditempa dari tubuh fisiknya sendiri. Sangat berbeda dari senjata Kaisar lainnya.
Duan De telah pergi untuk mencari si tua buta. Sementara itu, Ye Fan juga meninggalkan Gunung Ungu dan mulai bersiap-siap.
Di tengah bukit-bukit tak dikenal, Ye Fan menyelam lebih dari seribu li ke bawah tanah, mengubur tubuh aslinya sementara roh primordialnya masuk ke dalam cangkang suci.
"Brengsek Duan De ada di wilayah ini. Bajingan ini jangan sampai mencuri tubuh asliku!" gumam Ye Fan sambil mengukir tak terhitung Pola Dewa Sumber Langit.
Dengan segala upaya, ia menghabiskan beberapa hari untuk mengeluarkan dua lempeng tembaga hijau dan memasukkannya ke dalam cangkang tubuh suci.
Setelah itu, Ye Fan membawa beberapa Giok Kaisar dan perlengkapan lain, lalu kembali ke Gunung Ungu.
"Sialan, ini tubuh Santo!" Duan De yang sudah lebih dulu tiba terbelalak, langsung memanggil Guci Penelan Langit.
