Raja Dewa Berjubah Putih tetap memancarkan kharisma. Saat dia bertindak, pembuluh darah semua orang seakan pecah, ikut meneriakkan sorak dengan darah panas bergelora.
Di langit, Tungku Suci berwarna darah memancarkan cahaya Wu-liang, dikelilingi semburan cahaya merah dan prinsip suci tak terhingga, dentuman Jalan Agung terus bergema.
“Enam Raja Purba melengkungkan punggung, menekuk lutut, tidak mampu menahan kekuatan suci. Kerja sama pun sia-sia. Setiap tulang di tubuh mereka berderak, hampir meledak.”
“Langit dan Bumi diselimuti cahaya. Prinsip-prinsip surgawi bertebaran. Dewa merah darah menjulang megah bagai gunung, menyinari cakrawala!”
“Semua orang tunduk. Enam Santo bekerja sama tetap tak berdaya. Tertekan di bawah, hampir bersujud. Jiwa dan raga mereka akan tercerai-berai.”
“Orang-orang terpana. Reputasi Santo Jubah Putih terbukti nyata. Metode pertempuran suci-nya tak tertandingi. Bahkan Tungku Kaisar Hengyu bisa diciptakan ulang. Apa lagi yang mustahil?”
“Ah…”
“Enam Santo menjerit. Darah muncrat deras dari mulut. Tubuh mereka semakin melengkung. Tak bersujud berarti kematian fisik dan spiritual.”
“Akhirnya, Raja Purba ketujuh bertindak. Dengan kekuatan dahsyat, ia berubah menjadi cahaya Wu-liang. Kabut putih bagai Bima Sakti runtuh, menyatu dengan Tao!”
“Ribuan era tak lapuk, puluhan ribu tribulasi tak rusak, Jalan Tao tak berbatas, membelah langit dan bumi!”
Raja Purba ini sangat kuat, seakan memperoleh keabadian dalam cahaya Wu-liang, tangan-tangannya menggenggam kapak suci raksasa menebas tajam ke bawah, hendak membelah tungku darah di ruang hampa, bagai sedang membelah langit, energi chaos menyembur keluar.
Harus diakui, pria ini luar biasa kuat, api bumi, air, angin bergilir menyapu, aura dunia baru menyerbu, dia membelah segala rintangan, cahaya kekacauan bergelora.
Bukan sekadar ilusi, ini adalah kekuatan Taichu sejati, aroma penciptaan segala makhluk menyebar, seolah kembali ke momen awal pembentukan Jalan.
“Braak!”
Menghadapi semua ini, Raja Dewa berjubah putih merapatkan tangannya membentuk segel, semburan cahaya merah menguap, Tungku Hengyu yang berkilauan terus naik, bahkan langsung menahan tebasan kapak itu.
Dari dalam tungku, sembilan Phoenix Suci menyembur keluar, disertai wujud matahari yang terpancar di tempat kejadian. Ini adalah aura Kaisar sejati, sama sekali tidak seperti hasil evolusi, seolah senjata Kaisar ekstrim yang sesungguhnya telah tiba.
Benturan yang menusuk, matahari itu bertabrakan dengan kapak suci, memancarkan kilatan cahaya abadi, langit dan bumi runtuh sepenuhnya.
"Braak!"
Pada detik ini, semua orang kehilangan pendengaran, tak ada yang bisa didengar. Suara benturan raksasa itu membuat darah mengalir deras dari telinga banyak orang.
Untung jarak cukup jauh, jika tidak semua akan mati, menjadi debu, bahkan noda darah pun tak tersisa.
Ini adalah gempuran mengerikan, matahari yang terukir pada Tungku Hengyu pecah berkeping, sementara kapak raksasa pembuka langit itu hancur menjadi kilatan cahaya.
Getaran dari benturan ini sungguh menyeramkan, seolah merobek Sembilan Langit. Ini adalah kehancuran besar! Beberapa tetua Yao Chi berteriak kaget, formasi di luar tanah suci hampir tersobek oleh kekuatan serangan tak tertandingi dalam pertempuran ini.
Di sini terdapat formasi Wu-liang yang khusus dibuat untuk para Santo, di bawah tanah terkubur batu-batu kuno, sebagian terukir oleh Xi Huang.
Saat Yao Chi berpindah tahun itu, barang-barang ini tidak semuanya bisa dipindahkan, namun bagian terpenting justru berhasil dibawa.
Inilah pertempuran para Santo——pemusnahan total, medan perang yang khusus disiapkan untuk mereka hampir tertembus, muncul sedikit kesalahan.
“Ah……”
Santo ketujuh menjerit keras, rambutnya berkibar-kibar, matanya melotak, namun tak sanggup menahan gempuran sembilan Phoenix Suci yang menekannya ke bawah.
“Braak!”
Di langit, tungku abadi merah darah melayang naik lalu menukik menekan dengan dahsyat, kali ini menaklukkan tujuh Raja Purba sekaligus.
Semua orang terdiam sejenak, betapa dahsyat kekuatan ini! Satu orang menekan tujuh Santo sekaligus, menunjukkan performa legenda yang mengagumkan!
Dari tujuh Raja Purba ini, empat belum mencapai kemajuan signifikan setelah memasuki tingkat ini. Tiga lainnya sangat kuat, terutama yang terakhir yang super mengerikan, namun tetap tak mampu melawan.
“Bangkitlah!”
Tujuh orang meneriakkan suara yang menggema ke awan, mengguncang langit hingga bergetar, suaranya terdengar hingga puluhan ribu li, bahkan Aturan Langit dan Bumi pun gemetar.
Bergabungnya Santo ketujuh membuat mereka semakin mengerikan, bahkan berusaha menyapu terbuka Tungku Suci berdarah itu dan meremukkannya di ruang hampa.
Pada detik ini, ubun-ubun setiap Santo memancarkan pilar darah yang hampir menembus langit-bumi. Mereka benar-benar serbu, menggunakan kekuatan puncak!
"Ah……"
Dengusan heroik yang membelah zaman, menerjang ruang, bergemuruh bagai pasukan raksasa berlari. "Memekakkan telinga" tak cukup menggambarkannya! Tujuh Santo mengaum, membelah dalam aliran waktu!
Tungku Suci berdarah mulai terangkat. Tujuh Santo melepaskan kekuatan tak tertandingi, rambut berdiri tegak, aura darah seperti sungai-sungai besar menyembur dari ubun-ubun.
Semua orang berteriak kaget. Di hadapan ini, manusia benar-benar takut: "Jika Dewa Jiang kalah, siapa yang bisa memblokir?"
Pada saat ini, Santo Berjubah Putih menjadi satu-satunya manusia suci yang bisa diandalkan umat manusia, pilar spiritual mereka!
Semua orang diliputi ketakutan, tubuh tak henti gemetar. Ras manusia benar-benar tak boleh kalah, jumlah Raja Purba sangat sedikit. Jika para Santo musnah, konsekuensinya tak terbayangkan.
"Langit memberkati Sang Raja Dewa!" Banyak orang berdoa dalam hati.
Jubah putih berkibar-kibar, Raja Dewa Jiang melolong panjang mengguncang enam penjuru dan delapan arah. Turun dari langit dengan seluruh tubuh memancarkan cahaya, menginjak Tungku Hengyu.
Ini menjadi gambaran abadi yang takkan terlupakan selama ribuan tahun, menunjukkan kharisma tak tertandingi Sang Raja Dewa legendaris.
Berjubah putih bagai salju, Raja Dewa Jiang Taixu turun menginjak Tungku Hengyu. Menekan ketujuh Santo terus turun tanpa bisa ditahan!
"Ah……"
Tujuh Santo mengaum, semuanya memuntahkan darah dari mulut, setiap keping tulang menunjukkan retakan. Mereka putus asa, Santo dari ras manusia ini benar-benar Raja Segala Santo!
Tujuh orang bersatu pun tak bisa menggoyahkan, justru ditekan di bawah Tungku Hengyu, muncul perasaan tak berdaya, kehilangan keberanian untuk bertempur.
"Apakah Santo yang mencapai pencerahan di Era Pasca-Purba semengerikan ini?" Kata Raja Purba terkuat yang kemauannya paling elastis, namun kini juga putus asa.
Seluruh tubuh mereka berderak, prinsip-prinsip alam terbalik, hampir menghancurkan tubuh fisik mereka sendiri. Dan persis di saat itu, tubuh tak sanggup menahan tekanan, mereka mulai bersujud dengan posisi terhina di kaki Raja Dewa Berjubah Putih.
"Raja Dewa Tak Tertandingi!"
Orang-orang meneriakkan dengan ekspresi kegembiraan, pemandangan kekalahan mengerikan itu tak muncul. Raja Dewa Berjubah Putih dengan keagungan legendarisnya, tak disangka bisa menaklukkan tujuh Santo sendirian!
"Raja Dewa Legendaris!"
Meskipun seharusnya disebut Santo Berjubah Putih, orang-orang lebih terbiasa menyapanya sebagai Raja Dewa Legendaris, karena ini lebih menunjukkan keunikan dirinya.
Jubah putih berkibar, Raja Dewa Jiang Taixu berdiri di atas Tungku Darah Merah Ilahi, menyinari cakrawala, bagaikan pendaki tunggal puncak tertinggi yang memandang rendah gunung-gunung kecil, tujuh orang suci tersungkur di bawah tungku ilahi di kakinya.
Ini adalah sikap heroik bak tebing langit dengan dirinya sebagai puncak, memandang sinis daratan luas tak bertepi, bahkan para santo pun tersungkur, hendak bersujud di bawah kakinya.
Potret keabadian ini, berapa pun tahun berlalu, tetap tertanam di hati manusia, tak mungkin terhapuskan.
"Ah..." Tujuh orang suci yang akan segera kalah binasa tak tahan menahan aura intimidatif ini, mendongak dan mengaum ke langit.
Namun, tepat di detik ini, Sang Raja Dewa Berjubah Putih tersenyum penuh percaya diri, menyembunyikan keagungannya, menghalau Tungku Kaisar Hengyu, menyamarkan seluruh aura energinya.
Dia berjubah putih bagai salju, berdiri sendiri di ruang hampa, tidak melakukan pembunuhan untuk menaklukkan tujuh Santo sampai mati, juga tidak memaksa mereka berlutut dalam-dalam dengan terhina.
Langit dan bumi hening, semua orang terdiam sejenak. Bahkan tujuh Santo pun bingung, tertegun di tempat, tak tahu harus berkata atau berbuat apa.
Tak seorang pun menyangka Raja Dewa berjubah putih menghentikan tindakan di momen kritis. Semua tahu, tadi dia pasti bisa menghabisi tujuh Santo. Bahkan bisa membuat mereka mati berlutut dengan terhina, mengorbankan reputasi seumur hidup untuk membangun aura wibawa tak tertandinginya.
Tapi dia tidak melakukannya. Dengan ekspresi tenang, dia berdiri anggun di bawah cahaya senja, memancarkan kharisma luar biasa.
Suku-suku purba wajahnya pucat. Tujuh Santo terkalahkan hanya oleh satu orang. Pesona mematikannya membuat banyak orang lemas di kaki.
"Mengapa tidak bertindak?" Seorang Raja Purba bertanya dengan suara rendah.
"Pembunuhan seperti ini takkan pernah usai. Ini perhelatan seluruh suku, bukan pertemuan pembantaian." Jawab Raja Dewa.
Tujuh Raja Purba terdiam, dalam hati mereka sulit tenang, ada kepahitan juga kekecewaan, seperti inilah kekalahan itu.
"Menunjukkan kekuatan tanpa menggunakan aura wibawa, inilah raja sejati. Jalan di masa depan pasti akan jauh lebih panjang daripada yang kami tempuh." Seorang Raja Purba menghela napas pelan.
Banyak cultivator manusia bingung, mengapa tidak membunuh beberapa Santo? Itu akan mengurangi kelompok musuh mengerikan. Hanya sedikit yang memahami hati Sang Dewa.
"Kami kalah, terima kasih atas pengampunan nyawa!" Pada detik ini, ketujuh Santo tak disangka membungkuk memberi hormat bersama, membuat semua orang terkejut.
Baik klan kuno maupun para jago manusia, semua terdiam takjub. Leluhur Raja sekuat ini memiliki harga diri yang sulit dipatahkan - tidak menyembah langit, tidak sujud pada bumi, apalagi memberi hormat pada setingkat mereka.
Di antara Langit dan Bumi ini, kecuali Sang Kaisar Kuno hidup kembali, mereka takkan bersujud pada siapapun. Tapi pada detik ini justru menunduk pada Dewa.
Apa yang disebut raja sejati? Membuat musuh terbesar sepanjang masa harus memberikan penghormatan, menimbulkan rasa takjub bercampur gentar, serta kekaguman tak terhingga. Raja Dewa Berjubah Putih telah memberikan penjelasan terbaik!
Membuat Leluhur Raja membungkuk hormat, membuat Santo dari zaman purba memberi salam resmi - ini adalah kehormatan yang mustahil dibayangkan. Siapa di alam semesta ini yang sanggup melakukannya?
Dalam pertempuran ini, Raja Dewa Berjubah Putih tidak membunuh satupun lawan, jubahnya tetap suci tanpa noda darah. Namun takdir telah menetapkan reputasinya akan menggema ke seluruh dunia, menggentarkan seluruh suku, memaksa semua makhluk untuk tunduk.
"Kami telah meremehkan manusia. Kau adalah penguasa sejati." Tujuh Santo itu kembali memberi hormat kepada Raja Dewa, kemudian berbalik hendak pergi.
Semua yang hadir termangu. Sejak zaman kuno hingga kini, berapa banyak orang yang layak menerima protokoler penghormatan setinggi ini?
Setelah berpikir sejenak, orang-orang pun paham. Keputusan Raja Dewa untuk tidak membunuh adalah bijaksana. Tujuh orang ini bisa dihabisi kapan saja, namun pembunuhan itu akan memicu balas dendam gila-gilaan dari klan-klan purba yang tak mungkin ditahan manusia.
Menaklukkan tanpa pertumpahan darah, jauh lebih menggentarkan daripada pamer kekuatan militer atau aura wibawa yang meluap-luap!
“Beberapa orang sudah sampai di Yao Chi, mengapa tidak masuk dan duduk untuk berdiskusi dengan baik.” Raja Dewa membuka mulut untuk menyelamatkan.
Tujuh Leluhur Raja postur tubuh mereka berhenti sejenak, lalu ragu-ragu beberapa saat, akhirnya berbalik kembali, berjalan menuju tanah suci bersama Raja Dewa berjubah putih.
“Jangan meremehkan kami yang bertindak bersama, karena jika bahkan rintangan ini tidak bisa dilewati, manusia benar-benar tidak punya harapan. Bukan hanya kami yang tidak percaya Wu Shi masih hidup, masih ada orang-orang lebih kuat yang... besok seharusnya akan datang semua.”
Tujuh Raja Purba tidak merasa malu tentang kerja sama melawan musuh, mereka mengungkapkan kebenaran dengan jujur.
Tujuh orang ini kembali ke sikap kejam mereka, tidak seperti Raja Purba berkepala Naga yang gelisah, mereka hanya duduk berhadapan dengan Raja Dewa berjubah putih, sama sekali mengabaikan orang lain.
Ini ditakdirkan menjadi malam tanpa tidur, karena ketika matahari terbit sekejap, nasib tak dikenal akan menanti setiap orang. Mampukah Raja Dewa seorang diri melawan dunia?
Banyak orang yang memikirkan masalah ini merasa perasaan yang berat, sulit terlelap. Orang-orang merasa malam ini begitu panjang dan berharap ia akan berlangsung selamanya.
