Segala pemandangan di antara Langit dan Bumi seakan menghilang, hanya tersisa sosok Raja Dewa berjubah putih sendiri yang menjadi berkas cahaya keperakan abadi, tak ternoda debu dunia.
Dia bagaikan Dewa sejati yang duduk bersila tak bergerak sama sekali, disertai resonansi Jalan Langit, pancaran keberuntungan memenuhi langit menjuntai ke bawah, semua bergerak untuknya, jejak Dao tak terbatas berkedip-kedip, seluruhnya bergema untuknya.
Tak seorangpun bisa mendekati, hanya rintik kelopak bunga yang menari-nari mengitarinya. Meski terluka parah terus memuntahkan darah dari mulut, semua Raja Purba pun berdebar-debar ketakutan.
Setelah waktu yang lama, barulah orang-orang sadar kembali. Berbagai suku klan kuno tampak ketakutan, tak tahu harus membayar harga sebesar apa untuk menghancurkan nyawa Raja Dewa berjubah putih ini.
Sementara cultivator manusia semuanya cemas, sempurna merasakan firasat buruk. Berbeda sama sekali dengan pemahaman spiritual klan kuno, nyawa Raja Dewa telah terkonsumsi parah, mungkin takkan sanggup menopang lama-lama.
"Kekuatannya seperti ini, harus mencari orang untuk menyingkirkannya. Jika tidak, di masa depan pasti menjadi penghalang terbesar di Jalan Pencerahanku. Karena dia memulai lebih dulu dariku, jika tidak disingkirkan sekarang akan terlambat." Putra Langit berkata dengan suara mengerikan.
"Dalam waktu singkat, apakah masih ada yang akan bertindak?" Yuan Gu bertanya. Mata kirinya bagaikan matahari hitam, mata kanannya seperti bulan darah, terlihat sangat menakutkan dan aneh.
"Tenang, ada satu keberadaan tertinggi yang akan segera datang. Sebenarnya banyak yang tidak percaya kalau Wu Shi masih hidup." Putra Langit berkata dengan datar.
Tak jauh dari sana, Ye Fan hampir tak tahan untuk menunjukkan kartu trufnya. Tapi setelah mendengar ini dengan telinga tajam, dia memaksa menahan diri. Perasaannya semakin berat.
Masih akan ada yang datang. Berapa banyak raja mengerikan yang dimiliki Suku Kuno? Ini sepertinya hanya sebagian. Dia merasa kartu truf harus digunakan pada momen kritis, baru bertindak di saat genting.
"Dulu, setelah Maharaja Perang Suci wafat dalam meditasi, dunia langsung kacau balau. Bahkan sosok tak tertandingi seperti Putri Ulat Dewa ditombak sampai mati. Bahkan monyet pertarungan itu dipaksa pergi ke barat. Berbagai suku... tidak kekurangan ahli perkasa, terutama di planet kuno ini!" Putra Langit bergumam.
"Sungguh sulit dibunuh." Di tengah medan perang, Ratu Kilat Darah berbicara. Pistol naga di tangannya memancarkan kilau darah yang mengerikan. Kuat sekalipun, dia tak berani gegabah bertindak.
“Mereka kembali mengepung musuh besar, namun tak satu pun Raja Purba yang gegabah bertindak. Semua takut terkena serangan terakhir Raja Dewa yang akan menembak mati mereka, semuanya berhati-hati.”
“Dengan tangan-tangan yang memainkan kecapi, gemericik musik terdengar. Raja Dewa pun tak memulai serangan. Kedua belah pihak saling mengimbangi dalam keseimbangan yang rumit.”
“Seorang diri menghadapi sekelompok Raja Purba. Kewibawaannya membuat semua terpana. Tak seorang pun berani melangkahi batas larangan, saling menaruh curiga.”
“Kalian takut? Bukankah kalian para leluhur suku yang telah melewati segala pusaran angin? Masih takut membunuh orang sekarat?” Ratu Petir Darah berseru. Tubuhnya memancarkan semburan cahaya merah, tombak naga menyemburkan darah yang menembus awan.
“Bunuh!”
Akhirnya para Raja kembali menyerang. Raja Dewa Berjubah Putih yang sisa hidupnya tak banyak tak boleh diberi waktu untuk bernapas. Ini peluang terbaik untuk menghabisinya.
Suara kecapi cring-cring, rintik kelopak bunga menari-nari, terburai semburan cahaya memesona, riak gelombang energi melesat, bagai kembang api yang mekar, keindahannya memuncak dalam sekejap.
"Brak!"
Sinar darah menyembur, kepala seorang Leluhur Raja terpenggal, roh primordialnya dihancurkan, mati mengenaskan.
"Mati, lagi-lagi seorang Raja Purba tewas!"
Di luar arena, kekacauan besar terjadi. Hari ini begitu banyak Raja Purba tewas di tangan satu orang, harga yang dibayar terlalu besar, membuat berbagai suku mustahil menahannya.
Tak terduga, wajah Dewa Jiang semakin pucat, darah dewa yang dimuntahkan semakin banyak, tubuhnya berguncang sejenak, kapan saja bisa roboh.
"Tinggal selangkah lagi dia binasa!" geram Raja Purba lain. Pertempuran sudah mencapai tahap ini, jika menghentikan serangan dan memberi waktu Raja Dewa berjubah putih untuk memulihkan diri, semua usaha akan sia-sia.
"Bunuh! Kali ini dia tak mampu melawan!" teriak yang lain. Prinsip suci dipanggil, gelombang serangan tajam kembali dilancarkan.
Kali ini, tidak ada suara kecapi yang terdengar, tidak ada riak yang menyebar, hanya sebuah desahan dari Raja Dewa berjubah putih, namun justru semakin memesona semangat.
"Ah…" Suara jerit panik menggema, tubuh seorang Raja Purba berubah menjadi cahaya, menghilang dengan cepat sebelum akhirnya lenyap sama sekali.
Desahan Dewa!
Langit dan bumi tiba-tiba hening, para Raja Purba ini serentak menghentikan langkah. Tulang punggung setiap orang merasakan hawa dingin, meski terbiasa dengan hidup-mati, namun belum pernah merasakan ketakutan sedahsyat hari ini.
Rival mereka sudah di ujung tanduk, namun tak kunjung mati. Berkali-kali menghabisi nyawa musuh. Jika terus begini, bukan Raja Dewa berjubah putih yang akan terkonsumsi, melainkan mereka sendiri.
Saat ini, Raja Dewa yang berlumuran darah ini hampir menjadikan jubah putihnya sebagai pakaian darah. Angin sepoi-sepoi pun bisa menjatuhkannya. Wajahnya pucat tak berdarah, nyawanya seperti akan mencapai titik akhir kapan saja.
Tapi dia bagai lubang tanpa dasar. Tak seorang pun tahu berapa banyak nyawa Leluhur Raja yang harus dikorbankan untuk mengisinya. Tak ada lagi yang berani mencoba.
“Kami yang begitu banyak... Jika terus begini, hampir semua akan dibunuhnya!” Seorang Raja Purba menggigil seluruh tubuhnya.
Seorang diri menghadapi para Raja, membunuh begitu banyak, darah merah menggenangi altar Jalan Kosong. Setetes darah ini saja cukup membunuh seorang cultivator legendaris!
Tempat ini telah berubah menjadi neraka hidup dewa asura. Yang dibunuh adalah "dewa" yang biasa kami sembah. Sungguh mengejutkan, sebelumnya tak pernah terbayangkan.
Saat ini, bahkan Ratu Petir Berdarah menghentikan serangan karena tak yakin. Meski merasa Raja Dewa akan terjepit sekejap lagi, tapi gagal berulang kali. Terus ada Raja Purba yang dihancurkan, menghilangkan keberanian mereka.
Ini pemandangan tak terlupakan: Seorang pria berjubah putih berlumuran darah duduk bersila di depan kecapi kuno, aura melampaui duniawi dikelilingi hujan bunga, mengendalikan gerombolan Raja Purba yang tak ada berani bergerak.
Langit-bumi sunyi senyap, tak ada yang berbicara. Hanya rintik kelopak bunga beterbangan menciptakan gemeresik, kilau transparannya berkedip-kedip.
Hasilnya ternyata seperti ini, tak seorang pun menyangka bahwa manusia hanya memiliki satu Santo, namun bisa berhadapan dengan begitu banyak Leluhur Raja!
"Mengapa bisa seperti ini?" protes anggota klan kuno dengan tidak rela, tetapi tak berani mendekat.
Sementara banyak cultivator manusia merasa gembira sekaligus gelisah, takut ini hanyalah mimpi kosong belaka. Semua ini berasal dari satu orang, mereka khawatir Sang Raja Dewa Berjubah Putih akan tumbang.
"Seseorang sendiri menindak para Raja, jika kabar ini tersebar akan menjadi aib bagi semua ras. Apa yang kalian takuti?" Suara dingin bergema dari langit.
Lima berkas cahaya berkilauan turun dari angkasa. Yang mengejutkan, pemimpinnya ternyata adalah Raja Santo berambut ungu terurai, bertubuh tinggi, hampir identik dengan manusia.
Empat siluet di belakangnya adalah Raja Purba. Meski tak sebanding dengannya, kehadiran mereka tetap mengejutkan, terutama di saat genting ini.
"Itu Leluhur Raja Zi Lin! Mereka berasal dari Sarang Naga Sepuluh Ribu!"
Suku-suku purba terkejut, ini adalah kekuatan super dahsyat. Legenda mengatakan di Sarang Naga Sepuluh Ribu mungkin ada seorang Maha Santo kuno yang mampu menguasai seluruh planet purba!
Mereka melangkah selangkah demi selangkah. Pemimpin Santo Raja bernama Zi Lin, kewibawaan termasyhur di era purba. Banyak yang mengenalinya. Dengan wajah dingin, dia bersiap menyerang Raja Dewa berjubah putih.
"Braak!"
Pada detik ini, Menara Xi Huang di langit bergemuruh guntur. Pilar energi sebesar gunung berjatuhan satu per satu, seolah hendak menghancurkan semua Raja Purba.
Namun Zi Lin tetap tenang. Menatap langit, dia berkata: "Tanah Suci Yao Chi, berani kalian menyerang? Di luar ada dua senjata Kaisar purba yang telah mengarah ke sini!"
TKP membeku dalam keheningan. Situasi telah mencapai titik kritis. Senjata Kaisar Kuno pun telah disiagakan. Sedikit kesalahan, duel mengerikan mungkin terjadi.
Benturan semacam ini hampir setara dengan penghancuran dunia. Tak seorang pun bisa membayangkan konsekuensi mengerikan apa yang akan terjadi.
Pada era purba, setiap kali senjata Kaisar purba digunakan, selalu ada beberapa klan terkemuka yang musnah. Daya gentarnya sulit diungkapkan dengan kata-kata.
"Bukan hanya kalian manusia yang memiliki senjata Kaisar. Senjata Kaisar purba kami lebih kuno dan telah memperoleh sifat ilahi. Jika benar-benar bertempur, akhirnya sudah ditakdirkan." Empat siluet samar lagi jatuh dari langit, masing-masing dililit kobaran api spiritual.
Hati semua orang membeku. Dengan begitu banyak Santo dari klan purba yang menggerakkan senjata Kaisar purba, kekuatannya pasti berkali-kali lipat lebih besar dibanding cultivator legendaris manusia yang mengaktifkan senjata Kaisar.
"Benar-benar pahlawan sejati. Sendirian menahan serangan begitu banyak Leluhur Raja." Setelah ucapan itu, tiga Raja Purba lagi muncul dikelilingi kabut abu-abu menakutkan.
Cultivator pihak manusia merasa putus asa. Bagaimana mungkin melawan pasukan sebanyak ini? Raja Dewa berjubah putih sudah terluka parah, namun tiba-tiba muncul dua belas Raja Purba lagi termasuk seorang Santo Raja di antara mereka.
“Apakah Langit ingin memusnahkan Santo ras kita?” Seorang pemimpin manusia merintih pilu. Ini adalah keadaan yang membuat orang terdiam, perbedaan yang terlalu besar menciptakan rasa tak berdaya dalam hati dan kesedihan tanpa alasan jelas.
“Sungguh membosankan. Apakah manusia hanya punya satu Santo? Kalian yang banyak ini bahkan tak bisa menangkapnya. Sungguh aib!” Di ruang hampa muncul dua pria, setiap pori-pori kulitnya memancarkan cahaya yang sulit dipandang langsung.
“Mereka, Raja Kembar Leluhur!” Berbagai suku purba merinding. Kedua pria ini berwajah persis sama. Kewibawaan mereka termasyhur sejak zaman purba sebagai saudara kembar - yang mengerikan adalah keduanya merupakan Santo Raja.
Total empat belas Raja Purba telah datang, tiga di antaranya adalah Santo Raja. Situasi seperti ini telah mengisyaratkan akhir cerita, membuat manusia terdiam.
Terutama Raja Kembar yang datang belakangan, mereka justru lebih ditakuti. Ucapan mereka sebelumnya sempat membuat beberapa Raja Purba berubah wajah pucat, namun tak terjadi konflik setelah mengetahui identitas mereka.
“Apakah orang yang kau maksud adalah Ayah mereka?” Yuan Gu berbisik bertanya.
“Bagus, itu adalah keberadaan yang diharapkan bisa menjadi Maha Santo—Raja Leluhur Duo Tian!” Putra Langit mengangguk.
“Di era purba, berapa banyak Maha Santo yang ada? Sungguh terlalu sulit mencapai pencerahan. Aku sudah tahu ini tentang Raja Duo Tian, sudah lama ada kabar bahwa dia berpeluang sukses.” Yuan Gu menghela napas.
“Bergemuruh...”
Di ujung cakrawala, sembilan makhluk purba mengerikan berlari mendekat. Setiap ekor adalah raja yang mencapai kesempurnaan, mengerikan tak bertepi, semuanya binatang buas dari zaman purba.
Mereka menarik sebuah kendaraan tempur kuno, menginjak-injak langit tinggi bagaikan genderang Dewa Petir di Istana Langit yang ditabuh, gemuruhnya menggema di awan, menggentarkan jiwa.
Sembilan binatang buas purba tingkat raja kesempurnaan hanya digunakan untuk menarik kereta! Penampilan seperti ini sangat mengejutkan, membuat bulu kuduk semua orang merinding.
“Braak!”
Sembilan binatang buas purba itu berdiam, kendaraan tempur kuno berhenti. Sebuah aura yang menggila menyebar keluar saat sosok mengerikan melangkah keluar dari kendaraan itu.
Asap melilit, kabur/samar, menerjangnya, bahkan dengan mata Langit tak bisa kukurasi, hanya sorot mata hijau yang memperlihatkan cahaya menakutkan, samar-samar terlihat sosok tinggi besar bagaikan iblis!
"Memberi salam Raja Dewa Jatuh!"
Para Raja Purba yang hadir di lokasi, meski sangat percaya diri dan punya harga diri, namun setelah melihat leluhur kuno ini, tetap melangkah maju memberi penghormatan, menunjukkan betapa tinggi identitas dan mengerikannya kualitasnya.
Sampai tahap ini, cultivator manusia akhirnya putus asa, bagaimana mungkin melawan? Dengan kemunculan Raja Dewa Jatuh ini, Raja Dewa berjubah putih yang melawan Langit pun takkan berguna.
Dua puluh lebih Raja Purba, ditambah Raja Dewa Jatuh yang berpotensi menjadi Maha Santo ini, bagaimana caranya bertempur?
“Seseorang bertarung sendirian melawan sekelompok Raja Purba, berhasil membunuh tiga Santo Raja. Prestasi seperti ini sungguh mengejutkan, layak disebut Para Jenderal.” Leluhur Raja Penghancur Langit berdiri di atas kendaraan tempur kuno, memandang sinis ke bawah. Matanya yang menyala dalam kabut hitam terlihat semakin mengerikan, bagaikan dua lampu dewa. Tubuh gagahnya hanya terlihat samar-samar sebagai kerangka bayangan.
Raja Dewa berjubah putih perlahan berdiri. Seorang diri menghadapi banyak Raja Purba, lalu menatap ke arah Raja Penghancur Langit dengan ekspresi tenang yang tak berubah sedetik pun.
"Aku bersedia mengangkatmu sebagai anak angkat. Maukah kau bergabung dengan ras kami? Di masa depan, kau akan menjadi Maha Santo yang dihormati seluruh suku." Ucapan menggemparkan dari Raja Penghancur Langit ini bagai batu menghujam langit.
Semua orang terdiam sejenak. Para Raja Purba pun terkejut, bahkan putra kandungnya sang Raja Kembar juga terperangah, menatap sosok mengerikan di atas kendaraan tempur kuno itu.
"Hmph"
Untuk pertama kalinya, Raja Dewa berjubah putih mengeluarkan dengus dingin: "Yang ingin kuketahui, berapa banyak lagi Raja Purba yang akan datang?"
“Sejak aku sudah datang, yang lain tidak akan bertindak.” Kata Raja Jatuh dengan datar, namun membuat orang bergidik, merasakan aura wibawa "penguasa tunggal" yang memancar!
Pada saat yang bersamaan, di zona tak berpenghuni, gunung-gunung besar berdiri tegak, sebuah gulungan suci berkilauan melesat ke langit menuju Yao Chi!
