Laporan-laporan yang pernah dilihat Ye Fan di Bumi ternyata benar. Di Mars terdapat aliran sungai kuno, peneliti bahkan meyakini pernah ada danau besar dan lautan di sana - kini telah dikonfirmasi.
Di kutub utara ini terdapat mata air laut iblis yang luar biasa. Bahkan langit dan bumi yang runtuh pun dilahapnya. Pantas saja lautan hitam itu datang-pergi secara tiba-tiba.
Namun saat ini bukan waktu untuk termenung. Dari dasar mata air laut hitam raksasa itu, aura monster yang menggila dan pusaran aura darah sedang menyerbu, menggetarkan bintang dan menggoncangkan bulan.
“Siluman suci legendaris keluar! Dentuman raungannya meretakkan langit di atas, konstelasi bintang di angkasa seolah berguncang-guncang, bagai hendak runtuh.”
Ye Fan merinding. Betapa dahsyatnya siluman suci ini! Jika bukan karena tubuhnya Konstitusi Suci manusia dan pengalaman kultivasinya yang mendalam, pasti tubuhnya sudah hancur lebur menjadi bubur daging oleh raungan tadi.
“Braak!”
Aura mematikan menjulang ke langit. Mata air laut mistis hitam itu pecah berkeping-keping. Sebuah raksasa melesat ke udara, mengguncang sembilan langit dan sepuluh bumi!
Kabut mistis hitam bergulung-gulung. Tubuh siluman suci tak terlihat, hanya sepasang bola mata merah raksasa bagai lentera menyala yang semakin mendekat dengan cepat.
Jelas bahwa makhluk raksasa ini memiliki tubuh yang sanggup menghancurkan gunung-gunung prasejarah tak terhitung. Ye Fan merasa jiwanya hampir terpisah dari raga, ditarik oleh medan energi siluman suci yang mengerikan sampai tingkat ekstrem.
Aura monster menyembur ke langit, siluman suci ini seakan mampu meraih bintang dan bulan. Tubuhnya belum tiba, gelombang mengerikan seperti tsunami telah menyapu. Seluruh Planet Mars Kuno berguncang.
"Mengaum……"
Suara gemuruh berlapis-lapis bagai petir menggelegar, langit-bumi seketika runtuh. Aura monster bergolak, menerjang segala yang terlihat.
Kendi di kepala Ye Fan berdentang-dentang. Harta karun ibu segala makhluk menjuntai, setiap helainya sanggup menghancurkan gunung suci—material immortal termahal di alam semesta. Gelombang suara bagai pedang dewa yang nyata menghantam, membuatnya terlempar bersama Ye Fan.
Ye Fan memuntahkan darah emas yang menembus ruang hampa. Dengan susah payah ia mengunci posturnya di kejauhan, wajah penuh keterkejutan dan penyesalan.
Inilah siluman suci sejati yang tak bisa dilawan! Sakyamuni telah pergi jauh, siapa di Planet Kuno ini yang kini sanggup menghadapinya?
Bahkan di Wilayah Galaksi Biduk sekalipun, siapa yang sanggup menahan? Karena, Ye Fan merasakan darah dan qi siluman suci ini terlalu kuat, melebihi lautan hitam tadi, membanjiri seluruh langit dan bumi. Menurutnya, ini jauh lebih mengerikan daripada Leluhur Raja purba yang pernah ia temui!
Kabut hitam bergelora, menutupi langit dan matahari, luas tak bertepi, bergulung-gulung membumbung tinggi, memenuhi setiap inci ruang di antara langit dan bumi!
Seperti wilayah galaksi yang bergetar, atau galaksi Bima Sakti yang dihitamkan lalu terjatuh. Ini adalah energi Dewa yang tak terhingga.
Dalam aura siluman yang menggila, sosok raksasa berdiri tegak di depan, memandang sinis ke arah sini. Tak terlihat apa pun kecuali dua bola mata merah sebesar lentera yang menyala-nyala.
Namun, Ye Fan langsung tahu siapa dia sejak pertama kali merasakan kehadirannya.
Buaya Purba!
Persis seperti yang ia saksikan dahulu saat makhluk itu melepaskan diri dari kurungan. Kini, gelagatnya bahkan lebih dahsyat. Aura mematikan ini cukup untuk mengguncang dunia fana.
"Yinghuo menjadi lautan penderitaan terbesar di alam semesta, seluruh planet sumber kehidupan berubah menjadi Makam Dewa. Semua reruntuhan istana telah tertelan ke dalam mata air laut iblis. Aku berjaga selama belasan tahun, hampir memasuki wilayah itu untuk mengambil warisan dewa yang akan kugunakan dalam pencapaian pencerahan. Tapi sekejap kau ganggu stabilitas, semuanya lenyap!"
Gemuruh kemarahan membelah cakrawala, bergemuruh di antara Langit dan Bumi bagai guntur, memekakkan telinga.
Meski marah, suara Buaya Purba tetap datar dan membekukan, menatap tajam ke arahnya dengan sepasang bola mata merah darah yang penuh kekejaman dan ketidaberperasaan.
"Buaya Hitam Besar, siluman tua!" Ye Fan juga berteriak, dendam membara dalam hatinya. Belum lagi peristiwa masa lalu, di tempat ini begitu banyak teman lama yang mati. Bahkan setelah kabur ke Wilayah Galaksi Biduk pun tak mendapat ketenangan, membuatnya dipenuhi kesedihan. Di antara mereka ada permusuhan besar yang tak terdamaikan.
"Akar sumber Harta Karun Ibu Segala Makhluk... Benar-benar berkah langit yang agung! Mungkinkah Langit sedang memberi kompensasi, mengirimkan material immortal paling berharga untukku?" Bola mata merah Buaya Purba beriak, lalu perlahan mencair, mengeluarkan tawa terbahak seperti gemuruh guntur.
Ye Fan menghadapi Siluman Suci ini, merasakan perasaan tak berdaya yang mendalam. Ingin membunuh tapi tak mampu, kepalannya terkepal erat.
"Melintasi sejauh itu lebih dari dua puluh tahun lalu, kau masih bisa kembali, benar-benar di luar perkiraanku." Buaya purba ini menyunggingkan senyum sinis yang mengerikan, menampakkan kontur samar dalam kabut hitam - tubuh fisik raksasa yang menyamai gunung.
"Siluman buaya, mengapa kau tega membunuh begitu banyak teman sekelasku?!" Ye Fan mengaum.
Buaya Purba memandangnya bagai melihat semut, tanpa fluktuasi emosi sedikitpun: "Tindakanku terhadap beberapa serangga, perlu dihitung? Hanya mengikuti alur semata."
“Apa yang dia katakan valid, dengan tingkat ini, mana mungkin dia memandang Orang Biasa masa lalu. Sesuai ucapannya, itu hanya tindakan spontan, bahkan memisahkan seberkas roh primordial untuk menaiki peti mati perunggu kuno juga demikian.”
Ye Fan merasa pahit, kematian banyak teman sekelas sama sekali tak dianggap oleh Buaya Purba. Dia hanya menganggapnya seperti menghancurkan beberapa semut dengan injakan kaki, tak berarti apa-apa, bahkan tak meninggalkan jejak dalam hati.
“Mengapa kau tak naik sendiri ke peti mati perunggu kuno itu?”
“Alasan pertama aku tak pergi adalah karena barang di dalam peti mati perunggu itu. Kedua, aku tahu Sakyamuni ada di jalan depan, aku tak ingin bertemu lagi dengannya. Ketiga, aku menunggu jodoh immortal dari mata air laut iblis di Planet Mars yang hanya terbuka sekali setiap ribuan tahun.”
Saat mengatakan ini, bola mata merah Buaya Purba kembali membeku. Ye Fan telah menggagalkan rencana besarnya, membuat aura pembunuhan tak bertepi menyelimuti.
Tiba-tiba, 100.000 pedang langit menyembur ke angkasa dengan getaran cring-cring berirama, mengacaukan langit dan bumi. Itu adalah sisik-sisik buaya yang berubah menjadi baju zirah di atas rawa-rawa hitam, berbunyi Criiiing.
Dalam gemeretak suara logam yang bergetar, sebuah zirah baja hitam menyelubungi tubuh Buaya Purba. Ia berubah wujud menjadi manusia dengan postur megak setinggi dua meter, turun dari langit.
Ini adalah pria paruh baya berperawakan tegap dengan aura menggentarkan layaknya iblis. Langkahnya mantap mengarah ke depan, kabut hitam melilit seperti pita di sekujur tubuhnya, menciptakan tekanan yang membuat sesak napas.
Berbeda dengan buaya suci yang pernah terlihat di Wilayah Galaksi Biduk, seluruh zirahnya berwarna hitam berkilauan logam dingin. Hanya rambut hitam lebat dan bola mata merahnya yang tak tertutupi.
Jubah Suci Warisan!
Makhluk yang mampu menciptakan Jubah Suci Warisan sungguh mengerikan, apalagi siluman suci kelas ini yang jelas bisa menyeberangi galaksi. Di Biduk sekalipun, sulit menemukan yang sanggup menaklukkannya!
"Mengapa kau ditekan di sini? Apakah kau berasal dari planet biru air di wilayah galaksi ini?" Tanya Ye Fan sambil menahan kebencian yang mendalam, disertai segudang pertanyaan.
"2.000 tahun silam, aku bersusah payah melintasi angkasa luar menuju planet biru air itu untuk mencari Xian kuno, namun tak disangka justru ditaklukkan oleh Sakyamuni."
Buaya Purba menyebut peristiwa masa lampau, bola matanya semakin membeku, meski suaranya tetap datar. Dia tak berperasaan dan kejam.
"Kau tahu mengapa planet biru air itu kini tak lagi memiliki praktisi kultivasi?" Meski Ye Fan ingin sekali menyantap dagingnya dan menyeruput darahnya, dia lebih ingin mengetahui lebih banyak rahasia prasejarah.
"Aku menemukan segmen jalur kuno di angkasa, berjalan melawan arus Xian, mengejar rahasia Xian hingga ke sini, namun malah ditaklukkan." Aura pembunuhan di mata Buaya Purba meningkat drastis, muncul bayangan lautan mayat dan genangan darah yang berhamburan darah segar. Sekilas terlihat jelas, selama ribuan tahun dia telah membunuh makhluk hidup tak terhitung jumlahnya.
"Kau tahu rahasia peti mati perunggu kuno yang ditarik sembilan naga itu?" Ye Fan jarang bertemu siluman suci prasejarah yang begitu dekat dengan Bumi, sangat ingin mengetahui semua rahasia.
"Nak, kau terlalu banyak bicara. Lebih baik kugiring ke perjalanan terakhir. Sudah cukup banyak pertanyaanmu kujawab." Aura Buaya Purba memenuhi langit, tubuh fisiknya bergetar ringan—Langit runtuh dan bumi terbelah!
"Tunggu! Kau tahu bagaimana caraku berbalik arah? Aku tahu semua rahasia Sakyamuni. Beritahu aku rahasia itu, maka akan kuberitahukan hal-hal di ujung galaksi lain." Ye Fan menjerit keras, demi memuaskan rasa ingin tahu sekaligus mengulur waktu.
"Sembilan Naga Menarik Peti Mati—misterius dan jauh. Seumur hidupku hanya kusaksikan dua kali. Yang pertama 5.000 tahun lalu di planet sumber kehidupan yang hancur di kedalaman galaksi. Kukira itu kesempatan besar, ingin kubuka, tapi nyaris merusak pengalaman kultivasi seumur hidupku. Sembilan kali nyaris mati baru bisa lolos." Buaya purba ini bergumam penuh renungan.
"Seberapa kuno sebenarnya..." Ye Fan bergumam, hati bergetar oleh informasi rahasia.
Bukan hanya Sembilan Naga Menarik Peti Mati, umur panjang Buaya Purba saja sudah menakutkan—5.000 tahun sudah bertahan di alam semesta! Padahal seluruh sejarah Tiongkok kuno yang tercatat dalam teks pun tak mencapai angka sejauh itu!
Tentu saja, periode yang telah lenyap itu tidak dihitung. Hingga kini, tanpa perlu dijelaskan siapapun, dia sudah paham bahwa di Bumi pasti pernah ada era Dewa-Iblis.
"Sebenarnya darimana kau berasal? Berapa planet sumber kehidupan yang ada di alam semesta yang mati rasa ini? Apa hubungannya semua itu? Di mana ujung jalur kuno di angkasa? Apakah ada Xian di dunia fana..."
Ye Fan memiliki terlalu banyak pertanyaan yang ingin diajukan. Namun Buaya Purba justru tersenyum sinis: "Nak, pertanyaanmu terlalu banyak. Lebih baik aku hancurkan roh primordialmu dan menyuling memorimu. Semua tentang Sakyamuni dan jalan depan akan kuketahui. Tak ada waktu mendengar ocehanmu."
Sambil berkata demikian, dia mengulurkan tangan hitam raksasa ke depan. "Braak!" Langit runtuh bergetar, tangan hitam itu menyapu angkasa dalam skala masif!
Wajah Ye Fan berubah pucat. Ini adalah siluman suci. Seratus bahkan seribu dirinya sekalipun takkan berguna. Perbedaan levelnya terlalu jauh, bahkan janin Xian pun takkan berarti.
Dengan cepat dia mengguncang kendinya. Harta karun ibu segala makhluk menjuntai rapat, membentuk perlindungan sempurna. Sekaligus mempersiapkan serangan mengerikan yang akan dilepaskan.
"Tangan hitam raksasa itu jelas bertujuan merebut kendi." Menghadapi material immortal tak tertandingi ini, bahkan Kaisar Kuno pun akan memperlihatkan wajah terkejut, apalagi Buaya Purba. Dia sudah hampir tak bisa menahan diri.
Tiba-tiba, pancaran cahaya berkilauan menyembur. Api sembilan warna menggila, langsung menyelimuti tangan hitam besar itu dalam kobaran api yang berkobar-kobar.
Dengusan tertahan terdengar. Tangan hitam Buaya Purba berubah menjadi obor raksasa yang tak bisa dipadamkan, hampir mengeringkan rawa-rawa di sekitar mata air laut hitam.
Ye Fan langsung memanggil Batu Giok Xuan, berusaha kabur dengan melintasi ruang hampa. Tapi platform formasi itu remuk di tempat, berubah menjadi serbuk halus.
"Manusia kecil... Tak disangka bisa melukaiku..." Suara Buaya Purba menggetarkan tulang. Tangannya terluka parah. Setelah terus-menerus menggunakan prinsip Tao, akhirnya dia berhasil menghancurkan kobaran api di tangannya dengan susah payah.
"Kau sudah membunuh begitu banyak teman lamaku! Hari ini akan kubereskan semua hitungan!" Ye Fan pun rela mengeluarkan senjata pamungkas.
“Kalian di mataku tak lebih dari sekumpulan serangga, aku cuma iseng menyisakan tenaga dengan mengirimkan satu wujud roh primordial ke Beidou. Sejujurnya, aku tak pernah menganggap kalian sebagai apa-apa. Rakyat hina seperti kalian, satu tanganku bisa membunuh ratusan juta.” Buaya Purba menyelipkan nada merendahkan.
“Suatu hari nanti, kau juga akan diinjak-injak bagai semut di telapak kaki!” Ye Fan bersuara dingin. Dia ingin mengeluarkan senjata pamungkas, namun hari masih gelap, fajar belum tiba. Mungkin nyawanya sendiri akan terjepit karenanya.
“Konstitusi fisikmu sangat spesial, takdirmu juga luar biasa. Bahkan mampu menemukan akar sumber Harta Karun Ibu Segala Makhluk yang membuat para Kaisar Kuno matanya bersinar. Hari ini kubunuh dirimu, kurampas seluruh pondasi Jalan Kemanusiaan yang dimiliki semut hina sepertimu.” Buaya Purba menggeram mengerikan.
"Nyanyian ritual Buddhis bergema bertalu-talu, seolah Bodhisattva dari berbagai langit dan patung Buddha kuni sedang melantunkan kitab. Tulisan rune magis bertebaran rapat dan padat, cahaya emas tak terhingga mengalir ke tempat ini. Kapal purba berwarna emas yang berputar-putar di mata air laut iblis pun bergerak mendekat."
"Lima ratus Arahat Tubuh Emas semuanya hanya kulit membungkus tulang, namun pancaran energi suci menyelimuti seluruh tubuh. Semula dikira mereka telah wafat dalam meditasi, namun tak disangka seorang biksu suci kini membuka matanya."
"Kau adalah patung Buddha kuno dari Kuil Thunder itu, ternyata masih hidup!" teriak Buaya Purba.
