Sang Leluhur Suci tak banyak bicara. Dari awal sampai akhir tak sepatah katapun keluar, kecuali saat menyantap daging buaya. Ye Fan punya banyak pertanyaan, tapi sang kakek seolah menganggap diam adalah emas.
"Syuush!"
Dari mata air laut iblis, gelombang hitam pekat menyembur. Sang Santo Purba membersihkan kulit suci buaya yang berkilau seperti baja hitam tempaan. Setiap kali dikibaskan, terdengar criiiing logam beradu. Pola energi saling menjalin, aura ilahi menyilaukan, esensi keberuntungan menguap ke angkasa.
Ini adalah bahan suci yang membuat para Santo pun tergoda. Menyimpan esensi murni siluman suci, tak tertembus pedang maupun api-air. Sulit didapatkan di seluruh dunia fana!
Kulit suci yang memancarkan kilau logam hitam ini memancarkan berbagai cahaya mistis, secara alami mendekati Jalan Agung. Meski belum dilebur, sudah dianggap sebagai harta karun! Kilau dinginnya yang berkedip-kedip membuat mustahil mendekat, memancarkan wibawa suci yang kuat.
Eksistensi level ini, satu tetes darahnya saja bisa membunuh cultivator legendaris, apalagi selembar kulit utuh sebesar ini!
Mata Ye Fan berbinar-binar, air liurnya hampir menetes. Kulit suku buaya ini paling berharga, jika dijadikan zirah akan menjadi barang kelas legendaris.
Terutama Buaya Purba, siluman suci prasejarah ini. Kulitnya telah memiliki sifat ketuhanan yang tak ternoda.
Sayangnya, Sang Leluhur Suci tak mempedulikannya. Melemparkan kulit binatang usang yang melekat di tubuhnya, ia langsung mengikatkan kulit buaya suci di pinggang. Dengan menggerakkan energi kehidupan yang mengerikan, dalam sekejap berubah menjadi pakaian primitif - meski jelas hanya untuk menutupi aurat.
Menyia-nyiakan anugerah!
Ye Fan sebenarnya sangat ingin meminta, tapi Santo Purba sudah memakainya, dia pun tersipu malu untuk meminta. Lagipula ini hasil buruan mereka.
Setelah itu, kakek manusia purba ini mulai menghajar sampai tulang terkelupas. Benar-benar tak ragu-ragu, menyuling semua barang bagus hingga tuntas.
Dengan air dari mata air laut iblis yang dijebaknya, ia membersihkan sisa-sisa. Urat suci Buaya Purba dijadikan ikat pinggang mewah di pinggangnya, membuat orang ingin mencabuti semua rambut karena iri.
Ye Fan memandang tulang buaya raksasa itu dengan penuh harap. Ini adalah rangkaian tulang pusaka yang putih bersih menyeluruh, berkilau cahaya suci, lebih bersinar daripada bintang di langit.
Kualitasnya tak perlu dijelaskan lagi—langka di berbagai langit. Sangat bisa dilebur menjadi senjata pusaka warisan. Tapi Kakek manusia purba itu sama sekali tak berniat menyempurnakannya. Ia langsung meletakkan tongkat tulang miliknya di atasnya.
Cahaya silau memancar, Ye Fan terpaksa mundur, getaran energi itu terlalu dahsyat, bahkan dengan Konstitusi Suci manusia-nya pun dia tidak mampu menahan. Jalan Agung bergemuruh, menghancurkan Qian Kun.
Potongan-potongan tulang buaya itu memudar kilaunya, cahaya magisnya lenyap, batang demi batang retak dan hancur total. Tulang belulang buaya purba yang mengerikan itu berubah menjadi serbuk halus, sifat ketuhanannya musnah.
Pada tongkat tulang Sang Leluhur Suci itu, kini muncul pola rune yang mirip naga dan buaya. Dapat dikatakan esensi murni tulang ilahi itu telah melebur sepenuhnya ke dalam senjata tulang tersebut.
Ye Fan mengamati dengan cermat tongkat tulang berkilau itu, menemukan banyak pola tertanam burung mistis dan makhluk buas. Tanpa sadar ia menarik napas dingin, "Mungkinkah semua pola ini dibuat dengan cara seperti tadi?"
Seandainya benar demikian, nilai tongkat tulang ini tak akan bisa diukur!
Ye Fan menatap dengan penuh harap, Sang Leluhur Suci benar-benar menyelesaikan semuanya. Segala sesuatu telah dilebur, bahkan sepotong tulang pun tak tersisa.
Kakek manusia purba merasakan pandangannya, menoleh lalu mengulurkan tangan besar. Gunungan daging itu dibelah menjadi dua bagian, salah satunya seberat 10.000 kati diberikan padanya.
Ye Fan buru-buru mundur. Bagi seseorang di levelnya, seorang Santo benar-benar berdiri megah di balik awan, kuat bak dewa-dewa.
Satu tetes darah, sebatang tulang - jatuh saja bisa memancung cultivator legendaris. Blok daging suci sebesar ini yang menyimpan prinsip-prinsip mengerikan, jelas merupakan senjata pemusnah massal.
Sang Leluhur Suci tampak tersadar. Setelah berpikir, api Dao kembali dikobarkan. Daging itu dibagi menjadi ratusan hingga ribuan bagian, mengeluarkan aroma wangi di tengah kobaran api.
Dalam proses ini, kakek manusia purba menggunakan kekuatan dahsyatnya menyedot darah murni buaya suci. Kilatan merah itu berubah menjadi kabut energi yang mengepul.
Ye Fan merinding, setiap tetes darah murni ini memiliki daya penghancur yang mengerikan. Jika benar-benar dikeluarkan, bahkan Raja penakluk Dao pasti akan tumbang.
Sang Leluhur Suci ternyata sedang mengolah obat. Dengan cara yang sangat alamiah, ia menyuling esensi murni dari darah siluman suci. Baik yang ada dalam daging maupun genangan darah yang sebelumnya tumpah ke daratan, semuanya mengalir seperti sungai ke telapak tangannya.
Memasukkan Gunung Sumeru ke dalam biji sawi!
Genangan darah seluas danau kecil itu terkumpul seluruhnya di telapak tangan Sang Leluhur Suci. Setelah Seribu Tempaan, aura lenyap, prinsip alam terpangkas, hanya menyisakan kilauan sifat ketuhanan.
Akhirnya, SYUUSH! Darah kotor mengalir deras seperti air terjun dari telapak tangannya, membentuk lautan merah yang jatuh ke mata air laut iblis.
Di telapak tangannya, semburan cahaya merah menyala-nyala dikelilingi aura keberuntungan. Pada akhirnya hanya tersisa enam butir pil merah sebesar mata naga yang berkilauan bak embun kristal, transparan seperti akik merah.
Sang Leluhur Suci menyerahkan empat butir di antaranya kepada Ye Fan, aroma harum memenuhi hidung, membuat orang seakan ingin asensi dengan sinar pelangi, pori-pori kulit mengembang seperti dimandikan cahaya Xian.
Ye Fan tahu, pil berharga jenis ini sulit didapat di dunia, hanya Sang Leluhur Suci yang bisa meleburnya secara melawan Langit. Benar-benar tak tahu apa kegunaannya yang tak terbatas, dia hati-hati menyimpannya ke dalam guci giok.
Saat ini, puluhan ribu kati daging buaya suci telah dipanggang matang, kandungan prinsip dan lainnya telah dimurnikan. Sang Leluhur Suci menyerahkannya. Ye Fan seperti dalam mimpi - ini adalah siluman suci! Kini menjadi makanannya, nutrisi sehebat ini jika tersiar pasti akan menakuti arwah!
Banyak pertanyaan ingin diajukan, tapi Sang Leluhur Suci tetap diam, hampir tak mengucapkan sepatah kata pun. Mengitari mata air laut iblis dua putaran, menatap langit dengan pandangan terpaku.
Melihat kondisi ini, Ye Fan merasa tak enak mengganggu. Tampaknya sang leluhur sedang merenungkan rencana besar yang sangat penting.
Tepat saat matahari di ubun-ubun, Sang Leluhur Suci akhirnya bergerak. Beliau justru meminjam kendinya untuk merebus hati dan jantung buaya suci dengan api Dao menjadi semangkuk sup, lalu mengajaknya makan bersama.
Ye Fan termangu. Sungguh tragis nasib buaya purba legendaris ini, jasadnya malah diolah menjadi sup lezat tanpa tersisa sedikitpun.
Sang Leluhur Suci ini benar-benar ahli menikmati hidangan. Jika kabar santapan ini tersiar, pasti akan membuat bola mata mereka copot dan menakuti semua pemimpin sekte serta cultivator legendaris.
Kendinya yang berhias harta karun ibu segala makhluk itu kini berubah menjadi panci sup yang tak biasa, asap wangi kaldu ilahi menari-nari di antara aliran energi kosmik. Pasti membuat siapa pun yang melihatnya melongo.
Haruskah ini disebut kemewahan ekstrem atau keistimewaan tak tertandingi? Perkiraanku, semua cultivator yang menyaksikannya pasti akan terdiam tak berkutik.
Ye Fan pantang menyerah, terus-menerus berusaha memancing Sang Leluhur Suci berbincang. Namun sang leluhur tetap lebih pendiam dari kerang, hanya sesekali memandang langit dengan tatapan kosong.
Akhirnya, Ye Fan pasrah dan menyebutkan hal yang paling dikhawatirkannya—jika malam tiba, Tuan ini pasti akan berubah dari Dewa menjadi Iblis, tak ada yang bisa mengendalikannya di dunia, dan itu akan menjadi bencana besar!
Ye Fan menunjuk matahari di langit. Ia berpikir bisa menyuruh Sang Leluhur Suci menyerbu matahari, menjaga jarak yang sesuai agar tetap siang hari selamanya, mungkin bisa perlahan menghilangkan sifat iblisnya.
Sang Leluhur Suci menggelengkan kepala, merenung dalam diam. Sejak tadi ia hampir tak peduli pada Ye Fan, jelas juga terus memikirkan masalahnya sendiri, khawatir akan mengamuk dan melakukan pembantaian besar-besaran setelah matahari terbenam.
Ye Fan tiba-tiba paham. Fenomena "siang sebagai Dewa, malam sebagai Iblis" bukan terkait cahaya, melainkan masalah sifat ketuhanan dan keiblisannya. Waktu sebagai Dewa dan Iblis seharusnya setara, hanya disalahartikan orang karena pergantian siang dan malam.
"Aku pergi." Sang Leluhur Suci berdiri, akhirnya mengucapkan satu kalimat.
"Senior, mau ke mana?" Ye Fan bertanya lebih lanjut. Tentu menggunakan komunikasi kesadaran spiritual, karena Bahasa Purba berbeda dengan bahasa saat ini.
“Di kedalaman alam semesta yang mati rasa, dalam kegelapan yang tak terjangkau manusia……” Sang Leluhur Suci berbisik.
Ye Fan tahu, ini adalah bentuk pengasingan abadi yang dipilihnya sendiri. Takut melukai orang lain, dia rela terjerumus ke kedalaman wilayah galaksi yang gersang, berjalan sendirian dalam kesepian hingga akhirnya menjadi mayat membeku di kedalaman kosmos.
“Cring! Cring! Cring!”
Suara getar logam bergema. Pecahan rantai suci merah yang sebelumnya patah berkeping-keping itu kembali terbang. Dengan kekuatan dahsyat, Sang Leluhur Suci meleburkannya kembali menjadi rantai suci baru yang lebih kokoh, diukir dengan pola-pola simbol magis, lalu mengunci dirinya sendiri.
“Senior, ini……”
“Belenggu ini akan putus jika nyawaku terancam. Jika tak ada masalah, rantai ini akan mengikat sifat iblisku.”
Ye Fan menghela napas pelan. Perpisahan ini tak diketahui akan bertemu lagi. Santo Purba itu terlalu kuat. Untuk menghindari pembunuhan, dia lebih memilih membuang diri ke tanah asing, menua dalam kesepian.
“Mungkin suatu saat aku bisa menemukan solusi, menyatukan Tai Yin dan Tai Yang...” Sang Leluhur Suci bergumam.
Hati Ye Fan berdesir, dengan cepat menggambarkan simbol Taichi dan menyerahkannya kepada Sang Leluhur Suci, disertai beberapa variasi prinsip perubahan Yin-Yang.
"Beberapa wilayah kultivasi rahasiamu menggunakan metode berbeda-beda, sulit menyatukan aliran energi. Ini ancaman serius. Jika kuajarkan Tai Yin dan Yang padamu, justru akan membahayakanmu."
Sebelum pergi, Sang Leluhur Suci memberikan peringatan terakhir. Dengan menggendong tongkat tulang besar, dia menembus ruang hampa, melampaui belenggu Langit-Bumi, memasuki wilayah galaksi, lalu menghilang.
Ye Fan terdiam termenung, memandang jauh ke cakrawala. Lama setelah sadar, dia menghela napas pelan: Masihkah bisa bertemu penguasa perkasa ini di sisa hidupnya? Semoga dia tidak terjepit di kedalaman alam semesta.
Setengah hari menjelajahi Planet Mars Kuno, tak satu pun reruntuhan ditemukan. Seluruh peninggalan telah ditelan mata air laut iblis.
Namun, dia menemukan beberapa penemuan lain, melihat sisa-sisa satelit dan detektor antariksa yang ada yang baru beberapa tahun terakhir, juga ada yang sudah sangat lama.
"Voyager 48, Chang'e 19……"
Ye Fan mengamati dengan cermat, pesawat-pesawat kecil ini semuanya rusak parah, sebagian besar berasal dari beberapa negara besar antariksa. Diduga di planet kuno yang disegel ini, berapa pun yang dikirim pasti akan terjatuh.
Setelah melihat Planet Mars Kuno untuk terakhir kalinya, Ye Fan memutuskan untuk memulai perjalanan terakhir, menyerbu kampung halaman karena dia benar-benar tak ada waktu lagi untuk dibuang.
Meski penyeberangan wilayah galaksi kali ini tidak langsung kembali ke Bumi, jarak Planet Mars Kuno ke tujuan sebenarnya tidak terlalu jauh - tentu ini relatif dibandingkan Wilayah Galaksi Biduk. Jika bicara jarak sebenarnya, tetap cukup untuk menakut-nakuti arwah.
Planet Mars Kuno berada paling dekat dengan Bumi saat oposisi (sekitar 55 juta kilometer), dan paling jauh saat konjungsi dengan Matahari (sekitar 400 juta kilometer).
Perlu diketahui, Planet Mars Kuno ini masih berada dalam tata surya yang sama dengan Bumi, bahkan merupakan planet tetangga terdekat. Namun jarak sebesar ini yang mencapai angka yang fantastis, tak pelak membuat manusia menyadari keterbatasannya.
Ye Fan memulai perjalanan, terus menanjak dengan cepat menerobos atmosfer tipis Mars Kuno, akhirnya melepaskan diri dari gaya gravitasi. Kemudian ia mengaktifkan Batu Giok Xuan, memulai proses penyeberangan yang berulang dan panjang.
Jika mengandalkan terbang manual, diperkirakan akan menghabiskan seluruh kekuatan mengerikannya. Belum lagi durasi yang tak pasti—bisa berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun jika terjadi penyimpangan koordinat.
Terus-menerus melakukan koreksi koordinat, ia melintasi ruang angkasa menuju tanah air yang membesarkannya. Tak terhitung Batu Giok Xuan yang hancur dalam proses ini, hingga akhirnya planet biru air itu terlihat jelas di kejauhan.
Air mata Ye Fan nyaris tumpah. Setelah bertahun-tahun mengembara, perasaan takut menghampiri kampung halaman membuatnya gemetar—khawatir terjadi hal buruk selama kepergiannya.
Padahal sebelumnya, dalam berbagai pertarungan hidup-mati sekalipun ia tak pernah sepanik ini. Sekarang seluruh tubuhnya bergetar karena kecemasan yang tak tertahankan.
"Bumi, aku kembali..."
Ye Fan menitikkan air mata haru, terus maju mendekat, batinnya bergelora hingga puncak. Setelah dua puluh tahun lebih pergi dengan Sembilan Naga Menarik Peti Mati, kini kembali dengan usaha sendiri, tubuhnya gemetar tak tertahankan.
