"Lin Bing Dou Zhe, semuanya mengatur formasi untuk maju. Total sembilan aksara, harus selalu diucapkan secara rahasia. Tidak ada yang tak dapat dihindari. Jalan yang esensi tidak rumit, inilah maknanya."
Kutipan ini tercatat dalam Bao Pu Zi karya Ge Hong, pemimpin Taoisme di Dinasti Jin Timur. Dia menyebutkan Sembilan Rahasia namun tidak menjelaskan makna sejatinya, hanya menganjurkan umat manusia untuk sering membacanya demi menghindari roh jahat dan menghilangkan kejahatan.
Di era sekarang, jika menyebut Sembilan Rahasia, kebanyakan orang sudah tak tahu, mengira ini berasal dari Jepang. Padahal sebenarnya berasal dari Tiongkok. Kesalahan terjadi saat aliran Tōmitsu (esoteris Jepang) menyalin, keliru menulis menjadi Lin, Bing, Dou, Zhe, Jie, Zhen, Lie, Zai, Qian.
Menelusuri akar asalnya, Sembilan Rahasia bisa ditemukan dalam teks kuno Tiongkok Bao Pu Zi. Ironisnya banyak orang justru menganggap sembilan aksara yang salah salin itu sebagai mantra suci, membuat orang terdiam tak tahu harus berkomentar apa.
Ye Fan selama hari-hari ini pernah masuk-keluar ke banyak museum peninggalan bersejarah yang tidak terbuka untuk umum, membaca berbagai naskah langka, ingin mencari bab rahasia kultivasi dari "Baopuzi", namun kecewa karena yang ditemukan hanyalah versi yang beredar di dunia fana.
Dari catatan dalam "Baopuzi" dapat dilihat bahwa Sembilan Rahasia telah ada sejak zaman kuno, bukan diciptakan oleh Ge Hong. Sayangnya beliau tidak menjelaskan secara rinci makna sejatinya.
Cultivator yang memahami sejarah prasejarah tahu betul bahwa asal-usul sembilan aksara ini sangat agung. Makna sejatinya dari masa ke masa hanya diketahui segelintir orang, mustahil Ge Hong menjelaskannya dalam "Baopuzi".
Daxia Longque sebagai Maha Santo yang mampu mengawasi seluruh planet kuno, masih hidup hingga era Dinasti Timur Jin, akhirnya terlibat pertempuran dahsyat dengan Ge Hong yang menggemparkan langit dan bumi, lalu menghilang tanpa jejak.
Meski sebagai keturunan Daxia Longque, mereka tidak mengetahui hasil pertempuran itu. Hanya ada dua prediksi: pertama bahwa leluhur mereka disegel, kedua bahwa beliau pergi ke domain luar.
Ge Hong, yang bisa dibilang sebagai jenius langka dalam sejarah Taoisme, dijuluki "Xian Weng Kecil" oleh Yang Maha Agung. Sepanjang masa, berapa orang yang layak menyandang aksara "Xian"? Ini cukup membuktikan keagungannya.
Dia mewarisi tradisi keluarga yang kuat dengan karya-karya monumental. Pamannya Ge Xuan, seorang kultivator ternama masa itu, adalah yang membimbing Ge Hong memasuki Jalan Kultivasi, sehingga namanya bersinar gemilang dalam Taoisme.
Di masa senjanya, Ge Hong mengundurkan diri di Gunung Luofu. Banyak generasi penerus yang mencoba mencari namun tak menemukan apapun. Teknik latihan Qi-nya yang mengagumkan tak pernah diwariskan ke dunia fana.
Ye Fan tidak mempersulit klan Long Que. Setelah mengajukan banyak pertanyaan dan memperoleh berbagai rahasia, dia pun pergi. Melanjutkan perjalanan mengikuti aliran energi bumi, dia memasuki Gunung Lu.
Menurut analisisnya, cabang klan Xia Long Que yang bersembunyi di Jiujiang hanya mengambil secuil energi naga dari aliran naga ungu tersebut. Diduga kuat di Gunung Lu yang sebenarnya pasti terdapat klan yang jauh lebih mengerikan.
Tapi, begitu tiba di sini, dia langsung mengerutkan kening. Naga Ungu ini sudah mengering, kabut ungu yang tumpah tinggal sedikit. Dalam puluhan hingga ratusan tahun, ia akan menjadi naga mati.
Jika Langit dan Bumi terus seperti ini, cepat atau lambat Bumi akan menjadi wilayah tanpa hukum, berubah menjadi planet kering, tak ada lagi yang bisa melakukan kultivasi.
Banyak orang mengenal Gunung Lushan dari puisi abadi Li Bai. Air terjun perak menjuntai, bagai Bima Sakti tercurah dari Sembilan Langit, sungguh memesona.
Ye Fan terdiam. Ia merasakan kehampaan spiritual. Tak ada yang abadi. Energi spiritual di tempat ini hampir berhamburan, sulit untuk dipertahankan.
Di lokasi ini, dia tak menemukan satupun suku. Justru merasakan beberapa formasi magis kuno. Dia menyelam ke bawah tanah, ingin menyelidiki lebih dalam.
Begitu turun, dia terkejut menemukan gua kuno yang berkelok-kelok menurun. Arahnya tak diketahui, memancarkan aura pembunuhan mengerikan yang tak bisa ditahan cultivator biasa.
Xiao Song meskipun polos, tapi sudah mencapai wilayah kultivasi rahasia Istana Dao. Namun saat tiba di tempat ini, ia gelisah tak karuan. Bulu ungu kristalin di seluruh tubuhnya berdiri tegak, menunjukkan kegelisahan yang sangat besar.
Ye Fan menopang tirai cahaya untuk melindunginya, lalu turun selangkah demi selangkah ke bawah, bertekad untuk menyelidiki formasi magis apa yang ditinggalkan cultivator prasejarah di sini.
Lubang tanah ini sangat dalam, menembus ke istana bawah tanah raksasa di bawah. Semakin ke dalam, semakin banyak jalan bercabang dan gua-gua kuno. Orang biasa yang masuk pasti akan tersesat tak lama kemudian.
Aura pembunuhan mengerikan semakin kuat. Ia memprediksi bahkan cultivator tingkat Transformasi Naga pun tidak akan mampu menahan lama-lama. Bertahan di sini terlalu lama pasti merusak tubuh.
"Tidak ada suku prasejarah yang bertapa di Gunung Lu, mungkin terkait dengan ini. Tempat ini jelas merupakan wilayah punah. Seiring waktu, bisa menghancurkan pengalaman kultivasi dan mengurangi kekuatan. Tapi bagi orang biasa justru tidak berbahaya."
Ye Fan menjelajah lebih dalam beberapa kilometer, istana bawah tanah semakin megah, keheningan mencekam, tanah mengeras kering, batu karang lapuk, tak diketahui sudah berapa tahun tak ada yang datang ke sini.
Akhirnya, dia tiba di kedalaman istana bawah tanah - jantung Gunung Lu. Di sini kobaran api menyala-nyala namun aura kematian menyelimuti. Di depan terlihat altar raksasa terkunci rantai besi.
Di tempat ini, aura termanifestasi bagai pedang-pedang pembunuh berdentang-dentang. Bahkan sosok pemimpin tingkat tinggi sekalipun tak mampu menahan, mustahil mendekat. Kobaran api menyala yang muncul ternyata adalah inti api murni - sentuhan sekilas akan berubah jadi abu. Andai Ye Fan tak membawa biji bodhi, meski berkonstitusi fisik suci pun takkan bisa berlama-lama disini.
Xiao Song mencengkeram ujung baju Ye Fan, panik. Sepasang matanya yang besar berputar-putar cepat, menunjukkan ekspresi penuh kegentaran.
Ye Fan tak berhenti. Beberapa langkah lagi dia maju, akhirnya menangkap mata apa yang ada di altar ujung istana bawah tanah. Ekspresinya berubah drastis dalam sekejap.
Rantai besi dari bahan tak dikenal memancarkan kilau gelap yang membeku, bahkan inti api jenis ini mustahil melelehkan. Seseorang terkunci di altar berkilau darah, aroma zaman menyergap seolah telah ada selama puluhan ribu tahun.
Entah karena pantulan api atau memang aslinya, rambut orang itu berantakan seperti rumput liar merah. Hampir tak ada daging di tubuhnya, hanya tulang-belulang kering.
Kilatan tajam berkedip di mata Ye Fan yang tak bergerak mematung. Sungguh sosok kuat yang terjebak di sini, aura pembunuhannya saja membuat pemimpin mustahil mendekat.
Sayang, setelah zaman tak terhingga berlalu, mustahil orang ini masih hidup. Inti api membakarnya hingga hanya kulit dan tulang. Bila diamati, badan utama dan kepala kecilnya sudah terputus.
Di masa lalu, lawannya yang takut ia hidup kembali menguncinya di tempat ini. Rantai besi membelenggunya di altar, inti api menghancurkan Dewanya lewat siksaan puluhan ribu tahun.
"Ye Fan tidak mendekat lagi. Tidak sepadan untuk seorang arwah, karena dia menemukan altar itu terukir Formasi Pembunuh tingkat santo. Tak perlu nekat masuk ke area berbahaya."
"Eh!"
Tiba-tiba, Ye Fan terkejut. Saat melayang di udara dan mengamati dari atas, dia melihat ukiran peta topografi di altar yang terlihat jelas.
"Ini adalah..."
Membuka Mata Langit-nya, dia menyadari ini menyerupai sudut kecil peta wilayah dengan formasi gunung yang kompleks. Yang membuat bulu kuduknya merinding, ukiran batu ini dibuat sekitar lebih dari seratus tahun yang lalu, jauh lebih baru dibanding rantai besi dan altar dari zaman purba.
Ye Fan mengamati lebih seksama. Semakin jelas bahwa gambar ini dibuat oleh sang tahanan yang terpisah badannya - diukir secara paksa oleh lengan kanan yang masih terikat rantai.
"Siapakah gerangan orang ini? Setidaknya sejak era kuno dia sudah terjebak di sini, tapi bertahan hidup sampai lebih dari seratus tahun yang lalu..."
Ye Fan yakin, saat ini orang tersebut sudah benar-benar tewas seketika, sama sekali tidak tersisa secercah vitalitas. Kemungkinan besar setelah mengukir peta batu dan menggenapi keinginan terakhirnya, ia pun menghembuskan nafas penghabisan.
"Di masa lampau, ketika dia dikurung di sini, jangan-jangan ini karena ada yang ingin memaksanya menyerahkan rahasia ini?"
Ia dengan cermat menghafal peta batu tersebut tanpa berlama-lama. Tempat ini adalah lokasi mematikan yang ditata sejak era kuno, mungkin menyimpan bahaya tak terduga. Beberapa saat kemudian, dia sudah berada di permukaan dan segera meninggalkan area itu.
Ye Fan yang berada di Jiujiang, Provinsi Jiangxi, tidak buru-buru pulang. Dia berencana mengunjungi tempat lain di provinsi tersebut... Gunung Naga Harimau.
Gunung Naga Harimau merupakan pusat leluhur Aliran Zhengyi, memegang peran vital dalam sejarah Taoisme sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan, dengan pengaruh yang sangat besar.
Namun, tiba-tiba ponsel Ye Fan berdering, memotong rencana perjalanannya dan memaksanya kembali ke Kota B.
Xu Qiong dengan ekspresi gelisah meminta bantuannya, karena Yang Xiao akan segera menuju selatan untuk mengeksplorasi kembali makam bawah tanah Zaman Negara-negara Berperang di Gunung Baling.
"Tidakkah lebih baik melarangnya pergi?"
“Sudah kukatakan, tapi kutu buku ini biasanya pendiam, kalau sudah bulat tekadnya sembilan ekor sapi pun tak bisa menariknya kembali. Dia bilang tak perlu turun ke bawah tanah, hanya menunggu di luar untuk memverifikasi artefak-arttefak itu.”
Ye Fan mengangguk, meyakinkan Xu Qiong bahwa dia akan bergabung dengan tim arkeologi ini menuju selatan, melakukan perjalanan ke Kabupaten Jiangling.
Kabarnya, beberapa waktu terakhir terjadi banyak hal supranatural di makam kuno tersebut, memicu gelombang panik di kalangan warga. Atasan mengeluarkan perintah mematikan: tim harus menyelidiki tuntas kali ini, bahkan menggunakan dukungan militer untuk penggalian dengan personel yang memadai.
Gunung Baling terdiri dari delapan bukit yang membentuk formasi naga sedang melonjak. Dikenal sebagai Gunung Naga di zaman kuno, area ini menjadi lokasi pemakaman para raja. Legenda menyebut tempat ini dapat membuktikan kebenaran kultivasi Xian mayat yang terurai.
Begitu tiba, Ye Fan langsung menyadari keunikan tempat ini: delapan naga seolah siap melesat ke langit sambil membawa makam menuju langit kesembilan. Pemilihan lokasi ini oleh leluhur sebagai situs pemakaman benar-benar mengandung filosofi mendalam.
"Gunung Baling, megah dan misterius, gemuruh pepohonan pinus bergulung-gulung, kabut hijau membalut puncak, medan energinya luar biasa. Meski tidak tinggi, aura naga terbang terasa menguap dari sini."
Ye Fan mengamati dengan cermat: Makam raksasa ini sangat aneh. Bentuk lahannya seperti seorang praktisi Dao yang sedang tidur nyenyak, siap bertransformasi menjadi dewa. Delapan naga menjadi penuntun, menariknya menaiki tangga menuju keabadian.
Makam telah dibuka, tanah dan batu yang digali menumpuk menjadi bukit kecil di kejauhan. Sekelilingnya dipenuhi pepohonan purba menjulang tinggi yang menghijau lebat.
Seperti yang dikatakan Yang Xiao, personel cukup banyak dengan peralatan modern. Gerobak-gerobak tanah terus diangkut keluar. Keberadaan makam kuno ini telah menimbulkan pengaruh buruk di lokal, harus segera diselesaikan.
Selain para penggali dan ahli arkeologi, benar-benar ada pasukan militer yang datang. Dengan senjata lengkap dan amunisi, mereka berjaga-jaga di sekitar lokasi, menunggu penggalian makam selesai total.
"Bahaya! Sama seperti sebelumnya, ada lagi orang yang mati tanpa alasan jelas!" teriak seseorang dengan ketakutan.
"Pintu masuk makam bawah tanah hitam legam, menembus langsung ke bawah tanah, bagai jurang yang dalam tak terlihat dasarnya. Tandu diturunkan, tak lama kemudian beberapa mayat berwarna hitam pekat diangkat ke atas."
Ye Fan menghela napas melihat pemandangan itu. Ia terlambat satu langkah, tidak dapat mencegah atau menyelamatkan.
Orang-orang menemukan sepasang pintu batu raksasa di bawah tanah, namun tak bisa dibuka meski berbagai cara dicoba. Beberapa orang tewas, akhirnya pasukan militer turun ke bawah.
"Braak!"
Ledakan dahsyat mengguncang, bahan peledak berhasil meledakkan pasangan pintu batu bawah tanah itu. Seketika aura dingin menusuk tulang menyembur ke atas, membuat semua orang terlempar mundur tak terkendali.
Diam-diam Ye Fan mengerahkan kekuatan gaibnya untuk menahan aliran energi itu. Suara-suara aneh bergema dari bawah tanah. Seluruh tim arkeologi dievakuasi dengan bulu kuduk merinding.
Tak lama kemudian, musik surgawi tiba-tiba berkumandang seolah berasal dari alam baka. Di tengah kekacauan, seorang pendeta tua dan beberapa orang menyelinap tenggelam ke dalam tanah, memasuki makam rahasia itu.
“Makam Bawah Tanah Periode Perang Negara, terkait praktisi Qi prasejarah……” Ye Fan menyelinap masuk, melihat pintu batu yang diledakkan, di atasnya ternyata terukir aksara besar 'Kediaman Abadi Xian' dalam aksara segel besar sebelum era Qin.
