Qin menyatukan enam negara, juga mempersatukan sistem tulisan. Aksara enam negara hampir punah, yang terlihat di sini adalah aksara segel besar yang bentuknya mirip tulang oracle, namun juga menyerupai aksara Zhongding.
Ye Fan tak berlama-lama, melangkah mantap masuk. Sebab tadi ia melihat beberapa orang lebih dulu masuk, bukan karena takut pada kekuatan mereka yang mengerikan, melainkan khawatir mereka bertindak gegabah dan menghancurkan barang-barang bernilai.
“Criiiing!”
Seberkas sinar pedang menyilaukan di kegelapan makam kuno, menerangi area luas ruang hampa bagai kilatan cahaya yang menghujam ke arah Ye Fan—seseorang menyerangnya secara mendadak.
Di mana pun sama saja, di mana ada orang di situ ada persaingan. Cultivator yang memasuki makam Periode Perang Negara tentu datang untuk metode Dao dan senjata dewa. Semua orang adalah rival.
“Cring!”
Ye Fan memetikkan jarinya, pedang tajam bagai air musim gugur itu hancur berkeping-keping seperti kaca jatuh, memancarkan kilau kristalin. Dengan gerakan tangan, sosok di depannya terlempar menyamping ke dinding makam, tulang remuk dan daging hancur berantakan.
Ye Fan tak berhenti. Bahkan Raja penakluk Dao pernah dibunuhnya, apalagi sekadar nyawa orang tingkat Mata Air Kehidupan. Nalurinya mengatakan makam ini luar biasa.
Alunan musik surgawi bukan berasal dari langit, tapi gemuruh dari kedalaman bumi bagai Lagu Jiwa Sembilan Neraka yang mengguncang semangat.
Setelah menempuh jarak tertentu, tangga batu giok putih muncul membentang ke kedalaman istana bawah tanah - material yang mustahil digunakan orang biasa.
Siapa yang memakai batu giok untuk jalan? Setiap potongannya bisa dilelang dengan harga selangit, namun di sini berjejer banyak menembus perut bumi.
"Orang-orang yang turun lebih dulu sudah berada di bawah, semua tak sabar ingin menginjakkan kaki ke ruang utama. Saat ini bisa dipastikan ini adalah makam praktisi Qi. Mereka semua ingin mendapatkan perangkat Pra-Qin."
"Yang disebut Pra-Qin merujuk pada periode misterius sebelum Dinasti Qin, mencakup Zaman Negara Berperang, Musim Semi-Gugur, Shang-Yin, Zhou Barat, dan seterusnya—merentang hingga era primitif saat manusia pertama kali tercipta."
"Cring-cring……"
Dentingan pedang bergema dari depan. Sebuah dinding batu menghalangi jalan, dipenuhi bekas torehan pedang. Suara logam beradu berhamburan, seolah ahli legendaris sedang berlatih pedang sejak zaman purba.
"Batu Asah Pedang!"
Ye Fan terkejut. Ia pernah mendengar tentang batu tempat penguasa terkuat mengasah pedang—bahkan setelah puluhan ribu tahun, denting pedang masih terdengar karena telah meresap keinginan pedang mereka. Bagi banyak orang, ini adalah harta tak ternilai.
Empat orang berdiri di samping batu asah, seolah sedang mengalami pencerahan. Saat Ye Fan mendekat, ia menemukan mereka semua mengeluarkan darah dari hidung-mulut, tujuh lubang wajah retak—mati mengenaskan.
Semua orang ini adalah cultivator tingkat Jembatan Dewa, tak satu pun yang berhasil menembus ke wilayah kultivasi rahasia kedua dalam tubuh manusia. Bahkan suara dari batu asahan pedang kuno pun tak mampu mereka tahan, akhirnya mati di tempat ini.
Inilah kepiluan era dekadensi spiritual. Di masa kini, bisa melakukan kultivasi saja sudah dianggap berbakat luar biasa. Tapi mereka bahkan tak sanggup menahan sepotong batu asahan leluhur kuno, membuat orang menghela nafas sedih.
Ye Fan berpikir sejenak, menyatukan dua jarinya seperti pedang. Ia menggali batu ini, memberikan segel dasar, lalu melemparkannya ke Xiao Song. Dengan lonceng yang terbuat dari Perak Murni Daluo dan patung Buddha batu kecil, makhluk itu menyimpannya untuk dikontemplasikan di masa depan.
Musik surgawi semakin jelas terdengar, mengalun lembut memasuki telinga. Suara ini membersihkan jiwa manusia, menciptakan sensasi mendebarkan sekaligus memberikan kelegaan.
Ye Fan melangkah turun menginjak tangga batu giok. Ia merasakan dingin pekat dari jenis giok khusus ini, yang mengandung sehelai energi Tai Yin.
"Dia datang kali ini untuk melindungi Yang Xiao, tentu harus menghapus semua bahaya. Dengan mengoperasikan Tai Yin Zhen Jing, aliran tipis dingin pekat berhasil dilebur."
Tak lama kemudian, dia memasuki istana bawah tanah yang luas. Angin yin menyambarnya. Baru saja menengadah, seekor makhluk hidup dengan sayap iblis terjungkir balik menyambar turun, mencengkeram ubun-ubunnya.
"Brak!"
Ye Fan menekan satu jari. Gelombang pedang menggema, sinar darah muncrat di tempat. Makhluk itu langsung hancur menjadi kabut darah - seekor kelelawar raksasa sepanjang dua meter lebih, mirip iblis.
"Kelelawar besar sekali! Dunia bawah tanah ini tersegel, bagaimana caranya bertahan hidup? Mungkinkah ada pintu keluar ke pihak luar?" Ye Fan tak memedulikan hal ini, urusan kecil tak perlu dipikirkan panjang.
Maju beberapa meter, dia menemukan dua mayat berlumuran darah. Tulang tengkorak terangkat, wajah kematiannya menyedihkan - baru saja dibunuh.
Sebuah makam raksasa dari era prasejarah, meski tanpa perangkap khusus, telah merenggut nyawa enam cultivator generasi penerus. Kematian mereka sungguh tidak sebanding.
Ye Fan tiba di ujung istana bawah tanah ini, menemui tangga batu giok putih yang terus menembus kedalaman bumi. Seperti langkah demi langkah mendekati gua pertapaan legenda, proyek yang luar biasa megah.
Dalam proses ini, ia beberapa kali melepaskan gelombang pedang yang memusnahkan puluhan kelelawar raksasa sepanjang 2-3 meter. Makhluk mengerikan bagaikan siluman ini dibakarnya menjadi abu setelah mati, mencegah kekacauan jika tim arkeologi turun ke sini.
Ye Fan memasuki area lebih dalam di mana musik surgawi bergema. Di depannya berjejer bianzhong (perkusi logam kuno) yang bergetar sendiri tanpa pemukul.
Dengan membentangkan telapak tangan, helai-helai sinar pelangi melesat membungkus badan logam tersebut, membekukan seluruh getaran dan suara.
Perangkat lonceng ini sangat kuno, namun tetap utuh tanpa kerusakan sedikit pun. Setelah memeriksa dengan cermat, Ye Fan menemukan ini adalah barang hasil Seribu Tempaan cultivator. Namun di dalamnya tidak terdapat jejak Dao, hanya semacam energi kehidupan, vitalitas, dan semangat. Diduga pemilik makam dulu sangat menyukai alat musik. Lonceng berbunyi karena stempelnya bertindak tanpa sadar setelah makam kembali terpapar matahari.
Kini, setelah Ye Fan membekukan perangkat lonceng ini, stempel itu akhirnya berhamburan. Karena ini bukan perangkat spiritual, kesadarannya tak bisa bertahan lama.
Ia melanjutkan perjalanan ke dalam. Tiba-tiba—— merasakan aura pembunuhan mengerikan! Semburan sinar pedang seperti kain sutera menebas garang di udara. Pedang terbang berwarna emas, merah, ungu, biru, dan lain-lain membelah langit.
Jurus maut legendaris!
Bahkan sebelum mendekat, permukaan kulit Ye Fan sudah muncul gundukan kecil. Ini adalah pedang terbang dengan kekuatan absolut, sampai-sampai dia pun hampir tak mampu menahan.
"Ini makam siapa, pasti peninggalan Santo kuno!"
Salah satu pedang merah memiliki kilatan cahaya paling terang, meski hanya sebesar telapak tangan, berputar-putar di dalam istana neraka tanpa henti. Pedang-pedang terbang berwarna ungu, biru, dan emas mengikutinya, meretakkan ruang hampa.
"Tidak benar! Ini bukan pedang terbang asli, melainkan hanya manifestasi keinginan pedang. Sungguh dahsyat dan mengerikan!" Ye Fan terkesima.
Andaikata senjata Santo Kuno benar-benar melayang di sini, mungkin dia pun takkan bisa mendekat. Sekedar keinginan pedang ini saja sudah begitu menakutkan, membuat permukaan kulitnya seperti hendak terkoyak, seolah mampu membelah langit.
Tiga cultivator dari wilayah kultivasi rahasia Istana Dao tergeletak di tanah. Tak ada sehelai luka pun di tubuh mereka, tak tertembak pedang, namun keinginan pedang telah menembus ke dalam isi perut mereka hingga menemui ajal. Para cultivator yang masuk ke sini hanya sampai di tempat ini sebelum semuanya mati.
Ye Fan menghela napas pelan. Di masa kini, beberapa orang ini bisa dianggap ahli. Namun mereka justru menemui ajal dengan sia-sia, mungkin bahkan tak menyadari bagaimana cara mereka terluka.
"Makam suci zaman purba mana mungkin bisa dimasuki orang umum? Cukup dengan menyisakan seberkas niat membunuh saja, mereka sudah mampu membasmi ahli tingkat tertinggi manapun di zaman sekarang."
Ini adalah ruang batu untuk latihan pedang. Di dinding tergantung tujuh sarung pedang sepanjang telapak tangan. Pengerjaannya tidak rumit, hanya terbuat dari kulit binatang biasa yang sudah rusak parah hampir menjadi debu.
Dari tata letak ini terlihat, suci zaman purba ini sangat sederhana. Tidak ada mekanisme tersembunyi yang ditinggalkan, selain energi Yin yang tumpah dari pintu batu, sama sekali tidak ada bahaya.
"Di mana tujuh Pedang Suci itu?" Ye Fan mencari sambil mengoperasikan Jalan kultivasinya, berusaha mengambil ketujuh sarung itu.
"Brak!"
Namun begitu disentuh sedikit, ketujuh sarung kulit binatang itu langsung hancur jadi debu. Bukan karena terlalu tua, melainkan karena mengandung keinginan pedang yang membuat bahan-bahan ini tidak mampu menahan.
Setelah sarung pedang hancur, tujuh sinar pedang yang menebas garang di ruang batu pun menghilang, punah di ruang hampa, aura pembunuhan tak terbatas menjadi sia-sia.
Ye Fan berkeluh kesah dalam hati, ketujuh sarung pedang ini telah menghancurkan diri sendiri. Seandainya tidak, semuanya akan menjadi harta tak ternilai. Melalui keinginan pedang mengerikan yang tersimpan di dalamnya, mungkin bisa merekonstruksi teknik mengendarai pedang tak tertandingi sang pemilik makam.
Setelah merenung sejenak, ia pun tersadar. Kitab-kitab yang telah diperolehnya cukup banyak. Saat di Planet Mars Kuno, bahkan Santo Purba pernah berkata bahwa melanjutkan seperti ini tidak baik, mungkin akan menimbulkan ancaman besar.
Melewati ruang batu ini, ia memasuki area yang dipenuhi kobaran api. Lautan api menghadang di depan dengan suhu yang mengerikan, ternyata itu adalah aliran api murni matahari.
Melalui kobaran api ini terlihat peti mati yang dililit sulur purba terkubur di kedalaman makam, membuat kilatan cahaya di tempat ini menyala-nyala.
Peti kremasi!
Peti kremasi legendaris biasanya dimiliki sosok berpengaruh besar. Orang biasa tak mampu membagikannya, karena membutuhkan esensi matahari dan sebatang sulur api yang dibiakkan dengan darah murni manusia suci.
Sulur purba itu jelas berusia ribuan tahun. Akarnya mirip naga berkulit sisik, daunnya bagai emas merah berkilauan, gemerlap mempesona dalam sorot api.
Ia tertanam dalam aliran api murni matahari, menyerap nutrisi inti api untuk tumbuh. Bisa disebut sulur spiritual bak mimpi, harta karun untuk menempa senjata pusaka.
Bibit sulur api sangat langka, terutama yang bisa bertahan di aliran api murni matahari. Ini menjadi favorit para suci zaman purba, langka bagai bulu phoenix.
Mengapa memilih kremasi seperti ini? Banyak legenda beredar. Versi paling akurat menyebut: manusia suci yang tahu ajalnya mendekat menggunakan energi Yang ekstrem sulur api untuk mempertahankan sehelai terakhir energi vital dalam tubuhnya, menanti kebangkitan kembali. Karena itu peti kremasi semacam ini luar biasa!
“Sebuah wilayah esens api matahari, sebatang sulur api, sebuah peti mati, seorang Santo zaman purba.”
Ye Fan sangat terkejut, tak menyangka bisa melihat barang seperti ini. Mungkinkah Santo kuno ini bisa hidup kembali? Apakah dia sosok mengagumkan yang tercatat dalam sejarah?
Xiao Song tampak panik, bulu ungu berkilauan di seluruh tubuhnya. Sepasang mata besar seperti permata hitam berkedip lembut. Dia mengikuti Ye Fan dengan patuh, tak berani mendekat.
“Santo kuno ini tidak menjebak pembunuh penyusup di makam, pertanda dia berhati baik. Tempat ini seharusnya tidak terlalu berbahaya.”
Ye Fan yang mempelajari Kitab Matahari tidak takut api sejati matahari. Dia memasuki kobaran api yang menyala-nyala, mengelilingi peti mati sambil memeriksa dengan cermat.
Api jenis ini sangat mengerikan. Pada umumnya, bahkan Raja penakluk Dao pun tidak bisa berdekatan. Sentuhan sekecil apa pun akan langsung menjadi abu . Kobaran apinya benar-benar menakutkan.
Sulur api yang kekar, setiap helai daunnya berbunyi criiiing saat disentuh, seolah terbuat dari Batu Darah Phoenix yang ditempa, melilit peti mati perunggu seperti naga berkulit sisik, mengangkatnya di angkasa.
Peti mati, yang membawa kematian, seharusnya merupakan barang tidak bertuah. Namun di tempat ini disertai sulur api emas merah, dipenuhi vitalitas.
Ye Fan merasakan dalam diam, lalu menghela napas pelan. Orang dalam peti itu telah mati, gagal mempertahankan sehelai energi Yang terakhir dengan inti api Yang ekstrem, tak bisa hidup kembali.
Kemudian, dia memperhatikan sebuah batu nisan di samping peti, ternyata terbuat dari perunggu yang sangat berat dan kokoh, bertuliskan aksara-aksara kuno bergaya Zhongding.
Sejak kembali, Ye Fan terus-menerus memperkaya diri: membaca Huang Ting, melantunkan Kitab Nanhua, bolak-balik perpustakaan besar, mempelajari naskah langka, berkonsultasi dengan otoritas, mempelajari aksara oracle dan berbagai tulisan kuno.
Dia menyadari beberapa aksara kuno di sana. Dalam sekejap, hatinya terguncang hebat - ini memang sosok termasyhur dari zaman prasejarah!
Chisongzi, tercatat dalam kitab suci Taoisme "Dao Zang" yang termuat dalam "Lie Xian Zhuan", disebut sebagai Xian prasejarah. Selain itu, literatur kuno lain juga mencatatnya dengan "Huainanzi · Qisu" sebagai referensi tertua yang memiliki bukti valid.
Makam kuno sebesar ini hanya bisa memiliki asal-usul yang menakutkan. Ye Fan yang melihat benda luar biasa dalam peti mati melalui Mata Langit, merasa sangat terkejut.
