Ye Fan berdiri di Gunung Baling, memandang ke sekeliling sambil menghela napas. Tak heran ini disebut Gunung Naga Tiongkok kuno, bahkan Chi Songzi dari zaman prasejarah pun dimakamkan di sini.
Delapan bukit membentang bak naga yang hendak melesat ke langit kesembilan, megah dan misterius. Setelah melirik sekali terakhir, ia pun pergi dan tak lama kemudian tiba di rumahnya di Kota B.
"Orang tua telah tiada, dengan ketenangan hati ia menyadari tak banyak lagi yang dikejar dalam hidup ini. Berlatih dengan fokus total, kultivasi menjadi satu-satunya tujuannya."
"Di masa lalu, mencapai pencerahan menjadi dewa bukanlah jalannya. Berlatih keras hanyalah untuk bisa kembali, melintasi angkasa luar ke ujung ini. Kini saat orang tua tak ada lagi, semua usaha menjadi sia-sia."
"Ye Fan mulai merenungkan langkah apa yang harus diambil. Akhirnya dengan hati yang hening, mencapai pencerahan adalah pilihan tunggal. Pada tingkat mistis ini, tak ada lagi yang dikejar dalam hidupnya."
"Xian, sepanjang masa tak ada yang bisa menjelaskan - apakah nyata atau khayal. Keabadian pun terasa tak nyata, hingga kini tak ada bukti nyata. Kaisar purba pun mati. Kini, ini justru menjadi tujuannya."
"Mulai sekarang, aku akan mengikuti jejak leluhur, terus menelusuri rahasia purba, membuka jalan di era modern. Mencapai pencerahan menjadi dewa adalah tujuan akhir hidup ini."
"Dia bukan santo yang peduli dunia, juga tak ingin jadi jagoan yang menguasai makhluk hidup. Ia hanya manusia biasa berdarah-daging, tanpa ambisi memurnikan dunia, telah kehilangan ambisi."
Ia hanya ingin menapaki jalannya sendiri, mengejar target-nya sendiri. Mungkin terasa tak nyata, mungkin terlalu tinggi untuk dijangkau, mungkin bahkan pondasi dasarnya tidak ada. Tapi ia hanya ingin terus melangkah selangkah demi selangkah.
Ini bukan kemalasan, bukan pula pembuangan diri. Kini ini hanyalah proses mempertahankan keabadian diri. Jika ada yang menghalangi jalan depannya, ia bisa menjadi Dewa atau Iblis. Semuanya tunduk pada kondisi hatinya saat ini.
Ye Fan mempelajari Nanhua, mengamati Yinfu, membaca Wenshi, melantunkan Dongxuan. Tidak ada metode kultivasi dalam buku-buku ini yang beredar di alam semesta, namun justru memperlihatkan pemikiran pendahulu yang berbeda.
Di tingkatnya yang sudah akan mencapai Dao Zhan ini, satu kaki telah melangkah masuk. Yang dibutuhkan bukanlah metode konkret, melainkan inspirasi pada tingkat kondisi spiritual.
Kitab-kitab Tao ini yang diajarkan kepada Orang Biasa, meski tidak memiliki teknik detail, tetap memberikan arahan besar. Layak disebut harta Tao, mungkin ini juga merupakan bentuk pelestarian.
Ye Fan dengan tenang mempelajari kitab-kitab tersebut. Terkadang ia mendapat pencerahan, merasakan keluasan dan kedalamannya. Meski banyak kitab asli kultivasi prasejarah telah hilang, makna sejatinya tetap beredar terpancar dalam buku-buku klasik ini.
Selama periode ini, Ye Fan juga mulai memberikan bimbingan serius pada Xiao Song. Tanpa meningkatkan kemampuan bela dirinya, bahkan sengaja menekan kemajuannya agar setiap langkahnya mantap dengan fondasi kultivasi yang kokoh.
Makhlung kecil berwarna ungu ini tampak memiliki ketakutan bawaan terhadap petir. Jika tidak, sebelumnya takkan sampai mengalami cedera parah dan nyaris terbunuh.
Untuk membantunya mengatasi fobia ini, Ye Fan berlaku sangat tegas. Dengan sengaja membawa makhluk itu ke sebuah pulau terpencil, mengajarkan langsung dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri.
Awalnya langit cerah tanpa awan, biru jernih tak bernoda. Namun seperempat jam kemudian, lautan bergelora dengan ombak setinggi gunung, awan hitam pekat bergulung-gulung mendekat.
Ye Fan memanggil kilat petir setinggi 10.000 zhang. Dengan tubuhnya sendiri masuk ke dalam badai petir, membuktikan metode ini sambil menghadapi tribulasi mengerikan.
Sebenarnya ia tak perlu repot demikian. Jika ingin memanggil lautan listrik, cukup kosongkan langit dan turunkan kilat. Tapi khawatir menarik perhatian orang lain dan menimbulkan masalah tak perlu, maka ia mengerahkan lapisan awan hitam pekat bagai dasar kuali.
"Braak……"
Kilat dan guntur, hujan mengucur deras, pemandangan sangat mengerikan. Ye Fan berendam dalam kilatan listrik, semua ular perak berpadu di tubuhnya. Xiao Song menatap dengan panik dari kejauhan.
Namun tak lama kemudian ia ditangkap Ye Fan ke dalam lautan petir, tubuh aslinya melawan ular-ular perak yang berkibar liar. Bagi makhluk ini, ini adalah siksaan, ketakutan melebihi luka fisik.
Suara rintihan pilu terus memanggil Ye Fan, tapi kali ini tidak ada perlindungan yang datang. Ia harus menghadapi sendiri, sebuah perjalanan spiritual yang menakutkan.
Sekali, dua kali... puluhan hingga ratusan kali!
Xiao Song terkoyak kulit dan dagingnya, berkali-kali pingsan. Hatinya dipenuhi kepanikan, tapi setiap kali Ye Fan hanya berkata dengan damai: "Ini tidak apa-apa", memerintahkannya bangun.
Setelah menjalani ritual penyucian petir, ia berubah dari ketakutan menjadi mati rasa. Untuk menghindari cedera, terpaksa mulai melawan, meronta-ronta dalam kilatan listrik menggunakan pengalaman kultivasinya.
Ia perlahan berubah, akhirnya tidak lagi takut, secara bertahap menjadi tenang, dan akhirnya mampu menghadapi Tribulasi Petir dengan sikap yang tenang, menyelesaikan transformasi jalan spiritual.
"Aliran kami paling tidak takut terhadap Bencana Langit, tak perlu takut. Di masa depan kau pasti akan menghadapinya, dan setiap kali itu akan menjadi kesempatan emas untuk menempa tubuh fisik."
Ye Fan menggunakan darah suci keemasan untuk menyucikan daging, darah, dan tulangnya, membuat konstitusi fisiknya mengalami perubahan besar. Namun sama sekali tidak membantu dalam hal pengalaman kultivasi dan kemampuan bela diri.
Latihan kali ini akhirnya berakhir. Xiao Song menghela napas lega, memandangnya dengan wajah memelas. Ye Fan mengelus kepalanya lalu membawanya kembali ke Kota B.
Kini, setelah kembali ke dunia ini, dia tentu takkan pernah melupakan peristiwa Sembilan Naga Menarik Peti Mati. Semuanya berawal dari Gunung Tai. Dia ingin mengamati secara detail berbagai Altar Lima Warna baik yang besar maupun kecil.
Tapi dia dengar dari Xu Qiong, waktu itu peristiwa ini memicu sensasi besar. Tak diketahui berapa kekuatan militer dikerahkan, memblokade Gunung Tai selama penuh lebih dari setahun, tak seorang pun boleh mendekat.
Saat itu berbagai pihak menekan, banyak lembaga luar negeri meminta izin masuk ke zona Gunung Tai untuk ikut investigasi. Kabarnya puluhan sesepuh Muslim datang, bahkan Paus Roma sendiri datang ke timur membawa banyak orang.
Meski banyak orang waktu itu mengklaim melihat Sembilan Naga Menarik Peti Mati di Gunung Tai, tapi kemudian tak ada satu pun laporan terkait. Bahkan media asing yang terkenal dengan kebebasan berpendapat pun tak menyinggung sedikitpun.
Masyarakat ramai memperbincangkan, tapi media berita besar kecil sama sekali tak menyebut. Penanganannya benar-benar diabaikan. Seiring waktu, tak ada yang memantau lagi.
Xu Qiong tahu lebih banyak karena hubungannya dengan Yang Xiao. Banyak barang digali dari Gunung Tai waktu itu, entah mengapa banyak orang tewas.
"Barang-barang itu semua dikoleksi negara, tapi kurang dari setengah total temuan yang diangkat."
Yang Xiao kala itu masih sangat muda, baru lulus beberapa tahun, hanya menyentuh bagian tepi saja. Peristiwa dua puluh tahun lalu kini tak bisa dilacak, telah dikategorikan sebagai informasi rahasia negara.
Konon, saat itu militer dikerahkan dalam jumlah besar. Di bawah blokade ketat dengan senjata terisi peluru, separuh artefak tetap hilang. Banyak barang ditemukan, tapi malah dirampok.
"Peristiwa waktu itu... benar-benar aneh." Bahkan Yang Xiao yang ateis ini saat menyinggung masa lalu terlihat panik bercampur keraguan.
Saat itu dia tidak memenuhi syarat untuk naik ke Gunung Tai, bahkan tidak tahu apa yang terjadi di sana. Mentornya dulu adalah otoritas arkeologi yang benar-benar mengalami semua itu.
"Guruku bilang, apa yang dilihatnya saat itu sangat mistis, seolah hantu dan dewa dalam legenda semua muncul."
Sayangnya, profesor tua itu sudah lama meninggal karena sakit. Keadaan sebenarnya tak bisa lagi ditanyakan langsung padanya untuk verifikasi dan pemahaman.
Profesor tua hanya menyebutkan satu hal, saat itu melihat seseorang dengan bulu sayap abu-abu terbang dari barat dan mendarat di Gunung Tai, hampir mengabaikan keberadaan militer.
Saat itu dunia arkeologi mengalami kerugian besar. Banyak artefak penting yang digali termasuk batu fondasi di altar utama pusat yang terukir kitab langit misterius semuanya dijarah.
Jika bukan karena memanggil seorang pendeta Tao tua yang bahkan berjalan pun sudah sulit dari salah satu kuil leluhur Taoisme untuk berjaga di markas, mungkin hanya separuh dari artefak Gunung Tai yang tersisa - mempertahankan hampir setengahnya sudah merupakan keberuntungan langit.
"Barang-barang ini sangat berguna bagiku, di masa depan harus semuanya dikejar kembali. Tampaknya aku punya hal lagi yang harus dilakukan," gumam Ye Fan.
Dia ingin menanyakan siapa pendeta tua itu dan dimana sekarang, namun Yang Xiao menggelengkan kepala. Tentang hal-hal ini pengetahuannya terbatas, hanya mengatakan bahwa pendeta tua itu sepertinya sudah sekarat saat itu, tak lama setelah menjaga Gunung Tai dia meninggal dunia.
Di akhir penjelasannya, ekspresinya tampak sedikit aneh, "Guru saya dulu pernah mengatakan, beberapa lembaga penelitian medis pernah mencoba memperpanjang nyawa biksu tua itu. Hasilnya gagal, tapi tak terduga ditemukan bahwa dia... mungkin telah hidup selama lebih dari dua ribu tahun."
Mendengar ini, wajah Ye Fan langsung berubah. Orang berusia 2.000 tahun... pasti seorang ahli luar biasa, mungkin sosok terkenal dalam sejarah Taoisme yang bertahan hingga era dekadensi spiritual ini. Sungguh membuat tertegun.
Saat ini, Taoisme memiliki beberapa situs leluhur. Gunung Longhu di Jiangxi adalah salah satunya, sementara Kuil Baiyun di Kota B juga termasuk yang termasyhur dalam sejarah.
Ye Fan tidak asing dengan Kuil Baiyun. Meski masih ada pendeta di sana sekarang, tempat itu telah berubah menjadi objek wisata. Ia agak meragukan masih ada praktisi kultivasi di sana.
Dengan kesaktian memampatkan jarak menjadi inci, saat mantra 'Gerak' dikeluarkan, ia segera tiba di pusat leluhur Taoisme ini. Begitu mendekat, ia menggelengkan kepala. Terletak di area perkotaan yang makmur, dunia fana seluas 10.000 zhang menyergap indera, mana mungkin masih ada pertapa di sini.
Ia mengeluarkan kesadaran spiritual kuat, menyapu setiap inci tanah. Hatinya tertegun, di bawah Baiyun Guan terdapat aliran tipis energi naga ungu yang terhubung dengan aliran energi bumi.
Sayangnya, akhirnya terlalu tipis. Tempat ini sudah tidak memiliki cultivator berpengalaman. Rupanya aliran ini telah lama pergi, hanya menyisakan murid biasa dan kelenteng kosong.
Dahulu, tempat ini menjadi salah satu pusat Taoisme bukan tanpa alasan. Kota B sebagai ibu kota enam dinasti memiliki aliran naga bumi di bawahnya. Di sini terdapat energi bumi yang menutrisi, dapat membantu kultivasi.
Kini, langit-bumi mengering, energi spiritual langka. Sedikit energi bumi tak mampu menahan aura dunia fana yang bergulung-gulung. Untuk apa bicara kultivasi? Hanya pantas ditinggalkan.
Ye Fan berjalan ke selatan, mengunjungi tempat-tempat suci di antara gunung-gunung suci dan aliran energi. Ia ingin memahami kondisi cultivator modern, sayang tak bertemu.
Akhirnya, ia kembali mendaki Gunung Tai, tiba di tempat di mana dulu Sembilan Naga Menarik Peti Mati memulai perjalanan.
"Tak ada gunung yang lebih agung darinya, tak ada sejarah yang lebih kuno darinya!"
Gunung Tai yang megah dan menjulang, pada zaman kuno dianggap sebagai tempat kelahiran matahari dan perkembangan segala makhluk, dapat ditelusuri kembali hingga periode Tiga Kaisar dan Lima Kaisar kuno.
Ye Fan menginjakkan kaki di puncak tertinggi, memandang rendah gunung-gunung di bawahnya. Di tempat ini ia merenung dengan perasaan tak terhingga, setelah belasan tahun berlalu, hanya dirinya yang kembali hidup-hidup.
Ia berdiri di lokasi dimana Peti Tembaga pernah terbaring, merasakan dengan indra keenamnya. Dengan melambaikan tangan, ia menarik setengah keping batu giok dari bawah tanah. Selain itu tidak ada apa-apa lagi, ekskavasi negara telah membersihkan semuanya sampai tuntas.
Tiba-tiba, ia mendengar bisikan samar. Seandainya bukan cultivator dengan indra ketuhanan, pondasi dasarnya tidak akan mampu menangkap suara ini.
Di kejauhan, beberapa pemuda beraura luar biasa sedang berbisik-bisik. Mereka memiliki perbedaan tipis dengan orang biasa, memancarkan kualitas transendental yang seolah terpisah dari dunia fana.
"Suku bersisik ternyata melahirkan Yao Langit. Di era dekadensi spiritual ini, tak tahu apakah ini keberuntungan atau malapetaka, sungguh di luar akal sehat."
“Mungkin suku mereka benar-benar bisa berkembang pesat, mungkin akan melahirkan sosok yang setara dengan pemimpin sekte kuno. Bagaimanapun, setiap aliran memiliki artefak kuno dan pil yang ditinggalkan, dengan upaya pelatihan intensif, tidak mustahil akan bersinar gemilang.”
Ye Fan mendengarkan dengan saksama, hatinya berdesir. Akhirnya ia menemukan sekte-sekte yang masih eksis di era ini. Beberapa orang ini memiliki latar belakang luar biasa, mereka adalah murid-murid dari aliran utama Taoisme seperti Sekte Shangqing dan Kuil Lingbao.
“Era dekadensi spiritual pun apa? Kalian melupakan peristiwa dua puluh tahun lalu di gunung ini? Beberapa pertarungan antar ahli kesaktian besar pernah terjadi di sini. Orang-orang semacam itu masih ada.”
“Omong-omong, kalian dengar belum? Belum lama ini seorang ahli kesaktian besar muncul di Jiujiang, memberikan pelajaran kepada cabang klan Naga Xia.”
Orang-orang ini datang untuk ziarah ke situs kuno. Ye Fan memperhatikan dengan seksama, tak disangka dari percakapan mereka ia mendapatkan banyak informasi.
“Mengingat zaman prasejarah, Gunung Tai begitu megahnya, bisa disejajarkan dengan puncak Kunlun. Namun kini semuanya telah berubah.”
"Jangan bahas ini lagi, kita semua harus berusaha lebih keras dalam kultivasi. Pertemuan Besar Para Kultivator akan segera dimulai, jangan sampai terlewat. Konon kabarnya mungkin akan ada ahli kesaktian besar yang turun, bahkan orang yang datang dari Kunlun."
